BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 7 SERI C

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai sumber mengatakan bahwa pariwisata adalah salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. daerah tersebut. Menurut Masyhudzulhak dalam Proceeding Book. Simposium Ilmu Administrasi Negara untuk Indonesia (2011) daerah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rangka pembangunan nasional di Indonesia, pembangunan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN. ProvinsiNusa Tenggara Barat yang terletak di sebelah timur Pulau Lombok.

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dengan cepat. Pariwisata merupakan industri baru yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN. 1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata memiliki multiplayer effect atau efek pengganda yaitu berupa

I. PENDAHULUAN. tersebut dibutuhkan sumber-sumber keuangan yang besar. Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah. Otonomi membuka kesempatan bagi daerah untuk mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kontribusi Pajak Dan Retribusi Sektor Pariwisata Terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD)

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya. Dari berbagai potensi wisata yang dimiliki Jawa Tengah salah

BAB V PENUTUP. Margasatwa dan Budaya Kinantan Bukittinggi Melalui Konsep Sustainable. 2. Sarana dan fasilitas perlu ditingkatkan pengawasannya.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

ANALISIS POTENSI PENERIMAAN PAJAK HOTEL DI KABUPATEN KARIMUN SKRIPSI. Disusun oleh: JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. keuangan walaupun masih ada aliran dana dari pusat kepada daerah seperti dalam bentuk

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan sektor penunjang pertumbuhan ekonomi sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber - sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan

PROSPEK PENGEMBANGAN INDUSTRI CINDERAMATA DAN MAKANAN OLEH-OLEH DI KABUPATEN MAGELANG TUGAS AKHIR TKP Oleh: RINAWATI NUZULA L2D

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 22

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN I. 1 LATAR BELAKANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2003 NOMOR 29 SERI D

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini sejalan dengan pernyataan Dr. Sapta Nirwandar selaku Wakil

1. PENDAHULUAN. jenis flora dan fauna menjadikan Indonesia sebagai salah satu mega biodiversity. peningkatan perekonomian negara (Mula, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

IV.C.5. Urusan Pilihan Kepariwisataan

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa terbesar di bawah minyak dan gas bumi, batu bara, minyak

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

1 Available online at website: Copyright 2017 IJPA E-ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. tentang Pemerintahan Daerah, pada Pasal 1 ayat (5) disebutkan bahwa otonomi

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan Agustus 2017

BAB I PENDAHULUAN. merata dan berkesinambungan (Halim, 2007:229). Pada Era Otonomi saat ini di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

DAFTAR ISI ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Bandung Barat adalah kabupaten di Provinsi Jawa Barat, Indonesia, sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. sektor lain untuk berkembang karena kegiatan pada sektor-sektor lain

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti pembangunan harus dilaksanakan secara merata untuk segenap. unggulan yang berlangsung secara terus-menerus.

Nurlaila Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Jl. Medan Merdeka Barat No. 17, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Negara. Pembangunan pariwisata mulai digalakkan, potensi potensi wisata yang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN` dengan diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah. Pemerintah Pusat dan Daerah, setiap daerah otonom diberi wewenang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan otonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II) merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan,

Statistik Pariwisata Provinsi Kalimantan Timur Bulan September 2017

BAB I PENDAHULUAN. dengan keanekaragaman budaya dan kesenian yang berbeda-beda di masing-masing

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 4 SERI C

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

DAFTAR ISI. ABSTRACT... ABSTRAK... KATA PENGANTAR... iii UCAPAN TERIMAKASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I. Pendahuluan. Pemberlakuan undang - undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, undang - undang Nomor 33 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki potensi pariwisata yang sangat besar, di antaranya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan daerah, memberdayakan

DAFTAR ISI INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI...

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat menyumbangkan pemasukan bagi suatu Negara atau daerah tempat wisata itu berada. Pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Hal ini secara riil merupakan langkah awal yang sangat strategis bagi daerah (kabupaten dan kota) untuk dapat menggali, mengembangkan, dan mengelola serta memanfaatkan aset-aset maupun potensi sumber daya yang dimiliki serta memperdayakannya bagi pembangunan perekonomian daerah setempat. PAD sebagai salah satu penerimaan daerah yang mencerminkan tingkat kemandirian daerah. Semakin besar PAD maka menunjukkan bahwa daerah itu mampu melaksanakan desentralisasi fiskal dan ketergantungan terhadap pemerintah pusat berkurang. PAD diartikan sebagai penerimaan dari sumbersumber dalam wilayahnya sendiri, yang dipungut berdasarkan Undang-Undang yang berlaku. Untuk itu diperlukan adanya kreatifitas, inovasi dan pemikiran 1

2 yang dinamis untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah dari masingmasing potensi daerah yang dimiliki (Riska Arlin, 2013). Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan penting yang memiliki efek pengganda yang dapat menimbulkan tumbuhnya kegiatan usaha baru yang saling terkait seperti usaha makanan, art shop, ataupun travel agent yang bisa menambah pendapatan pemerintah di masing-masing daerah tujuan wisata (Riska Arlin 2013). Indikator industri pariwisata yang mempengaruhi pendapatan asli daerah sektor pariwisata salah satunya adalah banyaknya jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian hotel, dan rata-rata lama menginap. Maju tidaknya industri pariwisata suatu daerah tergantung pada jumlah wisatawan baik lokal maupun asing yang berkunjung, oleh karenanya harus didukung dengan meningkatkan sarana dan prasaranan seperti tempat penginapan, akses jalan, transportasi, tempat ibadah, toilet umum dll. Serta meningkatkan pemanfaatan daerah tujuan wisata sehingga industri pariwasata akan berkembang dengan baik yang selanjutnya akan menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke tempat wisata tersebut. Banyaknya wisatawan yang berkunjung secara otmatis memberikan sumbangan terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata yang bersumber dari retribusi tempat rekreasi, pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan, atau dapat mendatangkan devisa dari para wisatawan mancanegara yang berkunjung sehingga berdampak pada meningkatnya Pendapatan asli daerah sektor

3 pariwisata. Disamping itu, sektor pariwisata juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar obyek wisata sehingga terjadi multiplier effect dari kegiatan berwisata dan menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi yang saling terkait sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya Tourism Management pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek ekonomi pariwisata berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, tansportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan penyelenggaraan paket pariwisata (Gamal 1997) Banjarnnegara, merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah yang memiliki potensi pariwisata dan daya tarik wisata yang cukup menarik. Kabupaten Banjarnegara mempunyai beragam tempat wisata, mulai dari wisata alam hingga wisata buatan. Salah satunya adalah obyek wisata Dataran Tinggi Dieng (Dieng Plateu) yang terletak disebelah timur laut Kota Banjarnegara 55km. Dataran Tinggi Dieng merupakan salah satu destinasi wisata nomor 2 di Jawa Tengah setelah Borobudur. Obyek Wisata Dataran Tinggi Dieng merupakan obyek wisata yang di dalamnya terdapat berbagi macam bangunan candi peninggalan Mataram Kuno (Candi Hindu) diantaranya yaitu Candi Arjuna, Candi Gatotkaca, Candi Bima, Candi Srikandi,

4 Candi Dwarawati, dan obyek wisata lainnya seperti Museum Purbakala, Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Candra Dimuka, Sumur Jalatunda, Telaga Merdada, Selain dieng ada juga Obyek Wisata alam yaitu Arung Jeram Sungai Serayu, Curug Pitu dan Curug Sikopel. Obyek Wisata Buatan seperti Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas, Taman Rekreasi Anglir Mendun, dan Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman (Waduk Mrica). Berikut adalah tabel Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara dalam lima tahun terakhir. Tabel 1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2015 Tahun Wisman Wisnus Jumlah 2011 5.175 456.116 461,291 2012 7.545 466.157 473,702 2013 7.558 467.754 475,312 2014 7.485 526.907 534,392 2015 7.875 636.413 644,288 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banjarnegara Berdasarkan data pada tabel diatas jumlah wisatawan yang berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Banjarnegara dalam kurun waktu 5 tahun terakhir cenderung mengalami peningkatan. Jumlah kunjungan wisatwan wisatawan nusantara tercatat dari tahun 2011-2015 terus mengalami peningkatan dari 456,116 pada tahun 2011 dan meningkat menjadi 636,413 pada tahun 2015. Jumlah wisatawan mancanegara juga mengalami peningkatan, hanya saja pada tahun 2014 jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung

5 ke Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan dari 7.558 pada tahun 2013 menjadi 7.485 pada tahun 2015. Sektor pariwisata memiliki peranan penting bagi pendapatan daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah. Dilihat dari segi ekonomi, sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar obyek wisata. Dari sekian banyak wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Banjarnegara, secara otomatis akan mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor pariwisata, apabila jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnnya mengalami peningkatan maka jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata ikut meningkat, berikut adalah tabel Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Banjarnegara. Tabel 1.2 Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2015 No Tahun PAD Sektor Pariwisata Pertumbuhan 1 2011 2.669.394.383-2 2012 3.467.307.200 29,89 3 2013 3.438.828.000-8,21 4 2014 4.638.533.000 34,88 5 2015 5.779.682.000 24,60 Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banjarnegara Dari tabel 1.2 dapat dilihat bahwa Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara dari tahun 2008-2015 mengalami peningkatan, hanya saja pada 2013 mengalami penurunan dari 3.467.307.200,- menjadi 3.438.828.000,-. Pada tabel diatas dapat kita lihat persentase

6 Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata tertinggi pada tahun 2014 sebesar 34,88 % dan persentase terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar -8,21 %. Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah serta membantu dalam percepatan pembangunan di daerah. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan antara Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul Pengaruh Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015 B. Batasan Masalah Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Priwisata dalam penelitian ini adalah Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap di Kabupaten Banjarnegara. C. Rumusan Masalah 1. Apakah jumlah Wisatawan berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata? 2. Apakah Tingkat Hunian Hotel berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?

7 3. Apakah Rata-rata Lama Wisatawan berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata? D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata 2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata 3. Untuk mengetahui Rata-rata Lama Menginap Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata E. Manfaat Penelitian Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna terhadap berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis Bagi pemerintah daerah, dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran untuk dapat meningkatkan dan mengembangkan objek wisata serta memperbaiki sarana dan prasana sekitar obyek wisata sehingga menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara.

8 2. Manfaat Teoritis a. Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai Pengaruh Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Kab. Banjarnegara. b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya. c. Sebagai bahan referensi bagi yang ingin mengetahui peranan Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Kab. Banjarnegara.