1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke merupakan tanda-tanda klinis akibat gangguan fungsi serebral baik fokal maupun global yang berkembang cepat dengan gejala yang berakhir 24 jam atau lebih (Truelsen et al., 2001). Stroke perdarahan intraserebral (PIS) adalah stroke perdarahan primer yang berasal dari pembuluh darah parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma (Harsono, 2009). Prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan sebesar 7 per mil dan yang terdiagnosis tenaga kesehatan atau gejala sebesar 12,1 per mil. DIY menempati urutan kedua tertinggi baik pada prevalensi stroke berdasarkan diagnosis nakes (10,3 ) maupun pada prevalensi stroke berdasarkan terdiagnosis nakes dan gejala tertinggi (16,9 ) (Riskesdas, 2013). Menurut WHO, proporsi kejadian stroke PIS di negara-negara Asia lebih tinggi (20-30%) dibanding negara-negara Kaukasian (10-15%). Pada populasi Kaukasia, stroke iskemik terjadi sebesar 80% kasus stroke, stroke PIS sebesar 10-15% kasus stroke, dan stroke perdarahan subaraknoid sebesar 5% kasus stroke. 1
2 Terdapat variasi kejadian stroke yaitu 15% di negara makmur sampai maksimal 30% di negara-negara Asia (Truelsen et al., 2001). Nyeri kepala merupakan gangguan paling sering terjadi pada sistem saraf. Kejadian nyeri kepala pada stroke bervariasi dari 18% sampai 64,5%. Pada stroke perdarahan, prevalensi kejadian nyeri kepala bisa mencapai 34-64,5% (Stovner et al., 2007; Verdelho et al., 2008). Nyeri kepala bisa mulai dirasakan sebelum (43-60%), bersamaan (25-30%), atau setelah (14-27%) tanda fokal terjadi (Verdelho et al., 2008). Nyeri kepala pada PIS termasuk nyeri kepala yang sangat hebat, namun sering ditutupi oleh gejala fokal dan/ atau gangguan kesadaran (Harsono, 2009; Silberstein et al., 2005; Simon et al., 2009). Belum diketahui seluruhnya penyebab nyeri kepala pada stroke PIS. Efek langsung oleh massa darah yang menyebabkan distensi lokal, atau distorsi terhadap struktur intrakranial yang sensitif terhadap nyeri bisa menjadi penjelasan singkat mengenai terjadinya nyeri kepala pada PIS. Lokasi nyeri ipsilateral dan kadang bilateral serta frekuensi nyeri kepala yang tinggi pada hematoma oksipital dan serebelar dijelaskan melalui sistem trigeminovaskular. Mekanisme lain yang
3 menjelaskan nyeri kepala pada PIS lobar yang lain masih membutuhkan penjelasan (Leira et al., 2005). Saat ini nyeri merupakan salah satu tanda vital yang harus diperiksa dalam mengelola pasien. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kepekaan tenaga kesehatan dalam pengobatan nyeri. Jika nyeri diperlakukan sama dengan tanda vital yang lain, maka nyeri dapat dikelola dengan tepat. Nyeri yang diukur dan diobati dengan tepat merupakan cermin dari perawatan yang berkualitas. Adanya skor nyeri yang positif mendorong penilaian nyeri yang lebih lanjut, intervensi yang tepat dan cepat, serta evaluasi terhadap nyeri dan efektivitas pengobatan yang berkelanjutan (Department of Veterans Affairs, 2000). Faktor-faktor yang menentukan perkembangan keadaan pasien meliputi ukuran perdarahan, perluasan hematoma ke ventrikular, dan perubahan tingkat kesadaran. Penyumbang terbesar pada prognosis buruk adalah peningkatan volume PIS. Dengan kata lain, volume perdarahan mempengaruhi prognosis pasien (Maeda et al., 2013). B. Perumusan Masalah Bagaimana hubungan antara volume perdarahan intraserebral dengan kejadian nyeri kepala pada saat
4 masuk rumah sakit yang dinilai dengan Wong-Baker Faces Pain Scale? C. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara volume perdarahan intraserebral dengan kejadian nyeri kepala pada saat masuk rumah sakit yang dinilai dengan Wong-Baker Faces Pain Scale. D. Manfaat 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat memberikan informasi di bidang ilmu pengetahuan bagaimana hubungan volume perdarahan intraserebral dengan kejadian nyeri kepala. 2. Bagi Klinisi Dengan diketahui hubungan antara volume perdarahan intraserebral dengan kejadian nyeri kepala diharapkan dapat membantu mengelola nyeri kepala dengan lebih efektif. 3. Bagi Masyarakat Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pelayanan pada pasien stroke perdarahan intraserebral yang lebih tepat. E. Keaslian penelitian 1) Penelitian yang dilakukan oleh Rogelio Leira, dkk tahun 2005 yang menganalisis faktor-faktor yang
5 berhubungan dengan sakit kepala, mekanisme biokimia yang mungkin, dan prediktor sakit kepala sebagai keluaran dari stroke PIS. 2) Penelitian yang dilakukan oleh Melo, dkk pada tahun 1996 yang menunjukkan bahwa lokasi dan ukuran perdarahan bukan merupakan prediktor utama nyeri kepala. 3) Penelitian yang dilakukan oleh Jose M. Ferro, dkk tahun 1998 yang mengidentifikasi nyeri kepala sebelum, saat, dan setelah stroke perdarahan intraserebral.