BAB I PENDAHULUAN. mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan menjadi sebuah harapan, keinginan, tuntutan dan pandangan bersama. untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. yang diamanatkan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 pasal 3, bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian.

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran untuk menambah wawasan di suatu bidang. Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut meliputi tujuan, materi pelajaran, metode pembelajaran, media

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

I. PENDAHULUAN. Pemberlakuan kurikulum 2013 menuntut sejumlah perubahan mendasar pada proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan merupakan faktor penting dalam memajukan bangsa dan negara. Pada pembukaan UUD 1945 alinea ke empat, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan paparan mengenai pendidikan tersebut maka guru. mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai usaha telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Perwujudan dari amanat Undang-Undang Dasar 1945

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai pihak dan pendekatan. Upaya-upaya tersebut dilandasi suatu kesadaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN KAJIAN KETERBACAAN DAN NILAI KARAKTER TEKS ARTIKEL HARIAN KOMPAS SERTA UPAYA PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN AJAR MEMBACA KRITIS

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Pendidikan

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. mandiri dan membentuk siswa dalam menuju kedewasaan. Pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional mengartikan pendidikan sebagai usaha sadar dan terencana

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENERAPKAN PENILAIAN AUTENTIK DI MADRASAH ALIYAH KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan tujuan pendidikan secara umum. peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalampembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi lulusan (SKL) pada kriteria kualifikasi sikap, kemampuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah aspek penting dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. nasional di Indonesia. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia dibutuhkan. pendidikan, karena pendidikan merupakan wahana untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. luar pendidikan formal yang teroganisasi, sistematis, dan berjenjang.

BAB I PENDAHULUAN. secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan dalam pembelajaran dipengaruhi oleh faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara (UU SISDIKNAS 2003, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

APLIKASI PAKEM MODEL KERJA ILMIAH SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I AMBARAWA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

EVALUASI HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN PENILAIAN AUTENTIK PADA MATA PELAJARAN KELISTRIKAN SISTEM REFRIGERASI

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya sangatlah tidak mungkin tanpa melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

PENGEMBANGAN MODUL BERBASIS PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL BERMUATAN KARAKTER PADA MATERI JURNAL KHUSUS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang senantiasa berusaha untuk mencapai cita-cita luhur bangsa. Cita-cita luhur bangsa Indonesia telah tercantum dengan jelas pada Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 alinea keempat, yaitu melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Dalam rangka mewujudkan cita-cita luhur bangsa yang telah tercantum dengan jelas, pemerintah Indonesia berusaha untuk memajukan segala bidang kehidupan, salah satunya yaitu di bidang pendidikan. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa dan negara (UU Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Bab I Pasal 1 ayat 1 Th. 2003). Pendidikan bertujuan untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada diri peserta didik secara optimal. Perkembangan dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh perubahan global, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta seni dan 1

2 budaya. Perkembangan dan perubahan secara terus-menerus ini menuntut adanya perbaikan dalam sistem pendidikan nasional termasuk penyempurnaan kurikulum untuk mewujudkan masyarakat yang mampu bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut. Salah satu bentuk pembaharuan dan inovasi dalam bidang pendidikan di Indonesia saat ini yaitu dengan diterapkannya Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum baru yang berfungsi sebagai penyempurnaan kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Menurut Kunandar (2014, h. 16) menjelaskan bahwa Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kurikulum 2013 mempertegas adanya pergeseran dalam melakukan penilaian, yakni dari penilaian tes (mengukur kompetesi pengetahuan berdasarkan hasil saja), menuju penilaian autentik (mengukur kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan berdasarkan proses dan hasil). Sehingga karakteristik penilaiannya lebih mengukur proses kerja peserta didik, bukan hanya hasil kerja peserta didik. Penilaian dalam kurikulum 2013 mengacu pada Permendikbud Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Standar Penilaian bertujuan untuk menjamin: (1) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai dan berdasarkan prisip-prinsip penilaian, (2) pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efisien, dan sesaui dengan konteks

3 sosial budaya; dan (3) pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatik (Kunandar, 2014, h. 35). Proses pembelajaran bukan hanya mengedepankan materi pelajaran berdasarkan aspek pengetahuan saja, melainkan juga pembentukan karakter peserta didik. Pembentukan karakter sangatlah penting bagi semua individu karena hal tersebutlah yang akan membentuk jati diri dari masing-masing individu. Usaha dalam pengembangan karakter ini harus dilakukan secara bekesinambungan dan terus menerus dalam proses pembelajaran. Secara praktisnya, pembentukan dan pengembangan karakter ini bersifat integrativ dengan aktivitas belajar yang dilakukan peserta didik. Berdasarkan dengan penilaian karakter, tentu tujuan utamanya adalah menanamkan karakter yang baik terhadap diri peserta didik. Karakter baik yang harus ditanamkan pada jiwa setiap peserta didik yang merupakan hal penting dalam mencapai hidup yang berkualitas dan berkarakter terpuji. Penilaian autentik akan sangat membantu para pendidik untuk mengetahui perkembangan karakter setiap peserta didik. Penilaian akan dikatakan berhasil apabila tujuannya sudah terlaksana. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 16 Bandung menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013. Pelaksanaan proses pembelajarannya sudah menggunakan metode dan model pembelajaran yang bervariasi. Jenis penilaian yang diterapkannya pun sudah sesuai dengan tuntutan yang ada pada Kurikulum 2013 yakni penilaian autentik. Namun, dalam pelaksanaan di lapangan guru-guru masih melakukan penilaian berdasarkan hasil tes saja bukan berdasarkan jenis penilaian yang sudah diterapkan di sekolah.

4 Guru menyatakan bahwa selama ini sosialisasi tentang penilaian autentik masih belum dapat dipahami oleh guru-guru sehingga guru-guru harus mempelajari sendiri tentang penilaian autentik. Kondisi tersebut yang masih dirasa sulit bagi guru karena harus mempelajari sendiri tentang bagaimana melakukan penilaian autentik dengan prosedur yang benar. Instrumen penilaiannya dinilai lebih rumit dengan sistem penilaian yang memiliki banyak aspek. Dalam satu kegiatan, masing-masing peserta didik harus dinilai rinci dan harus dinilai saat itu juga. Sehingga implementasi penilaian autentik belum dilaksanakan secara optimal karena terdapat kesulitan dalam pelaksanaannya di lapangan. Penilaian autentik apabila tidak dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan prosedur yang benar akan berpengaruh terhadap nilai-nilai karakter peserta didik, yakni menjadi kurang baik. Hal ini dibuktikan bahwa masih banyak peserta didik yang cenderung tidak menghargai guru maupun temannya saat pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga masih mempunyai sikap yang buruk pada dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah seperti kurang disiplin dalam waktu, kurang tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, kurang bersikap jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian/ulangan. Sehingga peserta didik masih cenderung menyontek pada saat ujian/ulangan harian. Kurangnya kesadaran guru untuk menganalisis kompetensi dasar (KD) pun menjadi salah satu masalah, karena pada kenyataannya setiap kompetensi dasar (KD) membutuhkan jenis penilaian yang berbeda-beda. Maka dari itu, guru cenderung masih menggunakan jenis penilaian berdasarkan tes saja sehingga peserta didik kurang mengembangkan potensinya pada ranah sikap dan

5 keterampilan. Oleh karena itu, terdapat kesulitan dalam penerapan dan kesesuaian dengan tuntutan yang ada pada Kurikulum 2013. Sedangkan salah satu penekanan dalam Kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Berdasarkan latar belakang di atas, alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi permasalahan yang telah diuraikan di atas adalah dengan menerapkan penelitian autentik. Penilaian autentik juga merupakan teknik menilai peserta didik dengan menekankan pada apa yang seharusnya dinilai baik proses maupun hasil dengan instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK), atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) (Kunandar, 2014, h. 35). Pada akhirnya pencapaian prestasi diikuti dengan kemampuan mengaplikasikan kemampuan yang dimilikinya ke dalam dunia nyata. Menurut Kemdiknas (2013), penilaian autentik memiliki relevansi kuat terhadap pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Penilaian tersebut mampu menggambarkan peningkatan hasil belajar peserta didik, baik dalam rangka mengobservasi, menalar, mencoba, membangun jejaring, dan lain-lain. Penilaian autentik cenderung fokus pada tugastugas kompleks atau kontekstual, sehingga memungkinkan peserta didik untuk menunjukkan kompetensi mereka dalam pengaturan yang lebih autentik. Penilaian autentik pada dasarnya digunakan untuk mengreasikan berbagai aktivitas belajar yang bermuatan karakter dan sekaligus mengukur keberhasilan aktivitas tersebut serta mengukur kemunculan karakter pada diri peserta didik. Penilaian autentik akan membawa pengaruh positif bagi berlangsungnya pembentukan karakter peserta didik yang berlangsung secara terintegritas.

6 Pengaruh tersebut diantaranya adalah: (1) Peserta didik akan selalu terbiasa mengerti baik dan buruk, mengerti tindakan yang harus diambil, dan mampu memberikan prioritas hal-hal yang baik, karena anak yang berkarakter baik bukan hanya mengetahui kebaikan saja, tetapi juga melakukannya; (2) Mempunyai kecintaan terhadap kebajikan dan menjauhi keburukan. Sebagai contoh, anak kecil tidak suka berbohong setelah dia tahu bahwa bohong merupakan hal yang buruk; (3) Mampu melakukan kebaikan dan terbiasa melakukannya. (https://afidburhanuddin.wordpress.com/2015/01/17/penilaian-otentik-dalam konteks-penilaian-karakter-2/) Diakses pada tanggal 11 Mei 2016 Pukul 20.27. Perkembangan belajar peserta didik pada ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan akan mudah diketahui oleh guru apabila penilaian autentik benarbenar diterapkan dalam pembelajaran dan guru sudah terbiasa menerapkan penilaian autentik. Hal tersebut dikarenakan hasil dari penilaian autentik akan menentukan perlakuan apa yang harus diberikan guru kepada peserta didik serta guru dapat melaksanakan program tindak lanjut dengan mengacu pada hasil pencapaian kompetensi peserta didik. Penerapan penilaian autentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan, yaitu peserta didik dapat berperan aktif dalam proses penelitian, sehingga dapat mengurangi rasa cemas, dan tidak takut mendapatkan nilai jelek yang dapat mengganggu harga dirinya, penilaian autentik menyediakan informasi yang berharga kepada guru terhadap kemajuan siswa serta keberhasilan intruksi. Penilaian autentik sangat baik diterapkan dalam setiap pembelajaran karena penilaian ini mempunyai beberapa keunggulan. Adapun keunggulan penilaian autentik menurut (Kokom Komalasari, 2013, h. 150) yaitu: (a) Penilaian autentik dapat digunakan sebagai pengumpulan

7 informasi kemajuan belajar siswa, baik formal maupun informal yang diadakan dalam suasana menyenangkan dan memungkinkan adanya kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan kemampuan dan keterampilannya. (b) Prestasi belajar siswa tidak dibandingkan dengan prestasi kelompok, tetapi prestasi atau kemampuan yang dimiliki setiap siswa dibandingkan dengan prestasi sebelumnya. (c) Pengumpulan informasi dilakukan dengan berbagai cara agar gambaran tentang perkembangan belajar siswa dapat lebih terdeteksi oleh guru. (d) Siswa tidak hanya dilatih untuk memilih jawaban yang tersedia, tetapi dilatih untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan caranya sendiri. (e) Pengumpulan informasi digunakan untuk menentukan perlu tidaknya bantuan yang diberikan kepada siswa secara terencana, bertahap, dan berkesinambungan, berdasarkan fakta dan bukti yang memadai. (f) Penilaian tidak hanya dilakukan setelah proses pembelajaran, tetapi penilaian dapat dilakukan selama proses pembelajaran. (g) Kriteria penilaian karya siswa dapat dibahas guru dengan siswa sebelum karya tersebut dikerjakan, agar siswa mengetahui patokan penilaian yang akan digunakan atau berusaha mencapai harapan guru. Melihat dari penelitian sebelumnya yaitu pada tahun 2014 yang berjudul Optimalisasi Penerapan Model Penilaian Otentik Untuk Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Sekolah Dasar pernah dilakukan oleh Yunus Abidin di kelas V SD Kabupaten Bandung. Penelitian kedua pada tahun 2012 dengan judul Penerapan Penilaian Autentik Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada SMP N 7 Kota Ternate pernah dilakukan oleh Ilham Majid dan Ika di SMP N Kota Ternate. Penelitian ketiga pada tahun 2014 dengan judul Penerapan Penilaian Autentik Sebagai Upaya Memotivasi Belajar Peserta Didik pernah dilakukan oleh Neneng Kusmijati di SMP Negeri 2 Purwokerto. Sedangkan penelitian dengan judul Optimalisasi Penerapan Penilaian Autentik dalam Mengukur Sikap dan Keterampilan Siswa Pada Sub Konsep Daur Ulang Limbah belum pernah dilakukan. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, peneliti tertarik ingin melakukan penelitian dengan judul Optimalisasi Penerapan

8 Penilaian Autentik dalam Mengukur Sikap dan Keterampilan Siswa Pada Sub Konsep Daur Ulang Limbah. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana telah dipaparkan di atas, maka masalah pada penelitian ini dapat diidentifikasi menjadi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Pelaksanan penerapan penilaian autentik belum dilakukan secara optimal. 2. Kurangnya kesadaran guru dalam menganalisis Kompetensi Dasar KD untuk menentukan jenis penilaian yang dibutuhkan. 3. Guru masih cenderung menggunakan penilaian berdasarkan hasil tes saja. C. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka dalam penelitian ini terdapat rumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut: 1. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana optimalisasi penerapan penilaian autentik dalam mengukur sikap dan keterampilan siswa pada sub konsep daur ulang limbah? 2. Pertanyaan Penelitian Rumusan masalah yang tertulis diatas masih bersifat umum, maka akan lebih memfokuskan terhadap aspek-aspek yang akan diteliti, rumusan masalah utama yang bersifat umum tersebut kemudian dapat dirinci dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

9 a. Apakah hasil penilaian sikap peserta didik dengan menerapkan penilaian autentik secara optimal pada proses pembelajaran sub konsep daur ulang limbah? b. Berapakah hasil penilaian keterampilan peserta didik dengan menerapkan penilaian autentik secara optimal pada proses pembelajaran sub konsep daur ulang limbah? c. Bagaimana hasil respon peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran sub konsep daur ulang limbah dengan penerapan penilaian autentik secara optimal yang diukur oleh angket skala likert? d. Bagaimana pendapat tim ahli mengenai perencanaan, pelaksanaan, evalusi pembelajaran dalam kurikulum 2013 dan penilaian autentik? D. Batasan Masalah Berdasarkan identifikasi masalah dalam penelitian ini, untuk memudahkan peneliti dalam melakukan penelitian dan menghindari meluasnya masalah maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut: 1. Materi pelajaran pada penelitian ini adalah materi daur ulang limbah yang meliputi pengertian limbah, jenis-jenis limbah, dan penanganan (daur ulang) limbah. 2. Aspek yang diukur adalah aspek sikap dan aspek keterampilan. 3. Jenis penialian autentik yang digunakan adalah observasi, unjuk kerja dan produk. 4. Subjek pada penelitian ini adalah pakar kurikulum 2013, pakar penilaian autentik, dan peserta didik kelas X MIA 4 di SMA Negeri 16 Bandung.

10 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah diungkap, penelitian ini mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Bagian tujuan umum akan menjelaskan secara umum mengenai tujuan penelitian. Sedangkan bagian tujuan khusus akan diuraikan secara rinci mengenai tujuan penelitian. 1. Tujuan Umum Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, maka tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana optimalisasi penerapan penilaian autentik dalam mengukur sikap dan keterampilan siswa pada sub konsep daur ulang limbah. 2. Tujuan Khusus Selain tujuan umum di atas, dalam penelitian ini terdapat beberapa tujuan khusus. Tujuan khusus ini diuraikan secara rinci, adapun tujuan khusus dari penelitian ini sebagai berikut: a. Mengetahui perencanaan penilaian autentik secara optimal dalam Rencana Pelaksaan Pembelajaran materi daur ulang limbah di kelas X MIA 4 SMA Negeri 16 Bandung. b. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran pada materi daur ulang limbah melalui penilaian autentik secara optimal pada peserta didik kelas X MIA 4 SMA Negeri 16 Bandung. c. Mengetahui evaluasi hasil pembelajaran melalui penilaian autentik secara optimal pada materi daur ulang limbah di kelas MIA 4 SMA Negeri 16 Bandung.

11 F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan yang berarti bagi pihak-pihak dalam dunia pendidikan. Manfaat yang ingin diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi guru: Dapat dijadikan upaya memperbaiki sistem penilaian yang sudah ditentukan Kurikulum 2013 dan dapat mengoptimalkan penilaian autentik dalam pembelajaran. 2. Bagi siswa: Dengan penerapan penilaian autentik ini diharapkan siswa mampu mengembangkan kemampuannya di bidang kognitif, afektif dan psikomotor ke dalam dunia nyata. 3. Bagi sekolah: Dengan penerapan penilaian autentik dapat menjadi bahan masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas penilaian di sekolah, dapat menciptakan budaya belajar mengajar menjadi lebih baik dari sebelumnya, dan dapat menjadi bahan pertimbangan instansi terkait dalam mengembangkan kualitas guru dengan penilaian autentik. 4. Bagi peneliti: Memberi wawasan luas tentang proses pembelajaran Kurikulum 2013, mengetahui dan memahami jenis penilaian yang sesuai tuntutan dengan kurikulum 2013.

12 G. Kerangka Pemikiran Salah satu penekanan dalam kurikulum 2013 adalah penilaian autentik (authentic assessment). Sebenarnya dalam kurikulum sebelumnya, yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sudah memberi ruang terhadap penilaian autentik, tetapi dalam implementasi di lapangan belum berjalan secara optimal. Melalui kurikulum 2013 ini penilaian autentik menjadi penekanan yang serius dimana guru dalam melakukan penilaian hasil belajar peserta didik benar-benar memerhatikan penilaian autentik. Penilaian autentik adalah pengukuran yang bermakna secara signifikan atas hasil belajar peserta didik untuk ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Istilah penilaian merupakan sinonim dari penilaian, pengukuran, pengujian, atau evaluasi. Istilah autentik merupakan sinonim dari asli, nayat, valid, atau reliabel. Penilaian autentik menekankan kemampuan peserta didik untuk mendemostrasikan pengetahuan yang dimiliki secara nyata dan bermakna. Penilaian autentik terdiri dari berbagai teknik penilaian. Pertama, pengukuran langsung keterampilan peserta didik yang berhubungan dengan hasil jangka panjang pendidikan seperti kesuksesan di tempat kerja. Kedua, penilaian atas tugas-tugas yang memerlukan keterlibatan yang luas dan kinerja yang kompleks. Ketiga, analisis proses yang digunakan untuk menghasilkan respon peserta didik atas perolehan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang ada (Kusmijati, 2014, h. 57). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di SMA Negeri 16 Bandung menunjukkan bahwa kurikulum yang diterapkan adalah Kurikulum 2013, pelaksanaan pembelajaran di sekolah sudah cukup baik, dan model pembelajaran

13 yang digunakannnya pun sudah bervariasi. Namun, dalam pelaksanaan penilaiannya masih berdasarkan hasil tes saja bukan berdasarkan jenis penilaian yang ada pada tuntutan Kurikulum 2013. Sehingga guru memiliki kendala saat pelaksanaan penilaian. Instrumen penilaiannya dinilai lebih rumit dengan sistem penilaian yang memiliki banyak aspek. Dalam satu kegiatan, masing-masing peserta didik harus dinilai rinci. Oleh karena itu, penilaian autentik di lapangan belum dilaksanakan secara optimal. Penilaian autentik apabila tidak dilaksanakan secara optimal dan sesuai dengan prosedur yang benar akan berpengaruh terhadap nilai-nilai karakter peserta didik, yakni menjadi kurang baik. Hal ini dibuktikan bahwa masih banyak peserta didik yang cenderung tidak menghargai guru maupun temannya saat pembelajaran. Selain itu, peserta didik juga masih mempunyai sikap yang buruk pada dalam kehidupan sehari-harinya di sekolah seperti kurang disiplin dalam waktu, kurang tanggung jawab dalam mengerjakan tugas, kurang bersikap jujur dalam mengerjakan soal-soal ujian/ulangan. Sehingga peserta didik masih cenderung menyontek pada saat ujian/ulangan harian. Kurangnya kesadaran guru untuk menganalisis kompetensi dasar (KD) pun menjadi salah satu masalah, karena pada kenyataannya setiap kompetensi dasar (KD) membutuhkan jenis penilaian yang berbeda-beda. Maka dari itu, guru cenderung masih menggunakan jenis penilaian berdasarkan tes saja sehingga peserta didik kurang mengembangkan potensinya pada ranah sikap dan keterampilan. Oleh karena itu, terdapat kesulitan dalam penerapan dan kesesuaian dengan tuntutan yang ada pada Kurikulum 2013.

14 Berdasarkan permasalahan di atas, maka solusi untuk menanganinya adalah dengan mengoptimalkan penerapan penilaian autentik dalam ranah sikap dan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran pada sub konsep daur ulang limbah dengan menggunakan instrumen penelitian seperti observasi (rubrik penilaian) yang disesuaikan dengan prosedur dan kesesuaian dengan tuntutan yang ada di Kurikulum 2013, wawancara dan angket. Penerapan penilaian autentik berpotensi mendatangkan berbagai manfaat dan keuntungan, yaitu peserta didik dapat berperan aktif dalam proses penelitian, sehingga dapat mengurangi rasa cemas, dan tidak takut mendapatkan nilai jelek yang dapat mengganggu harga dirinya. Penilaian autentik mempunyai beberapa keunggulan. Adapun keunggulannya yaitu sebagai berikut: 1. Guru akan dapat mengetahui dimana kelebihan dan kelemahan dari siswa. 2. Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan di dunia nyata. 3. Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis 4. Meningkatkan kreativitas. 5. Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran. Penilaian autentik pun akan sangat membantu para pendidik untuk mengetahui perkembangan karakter setiap peserta didik. Karena di dalam penilaian autentik terdapat penilaian sikap yang akan membentuk karakter peserta didik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dipaparkan, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.1 yaitu sebagai berikut:

15 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Temuan Masalah di SMA Negeri 16 Bandung Solusi a. Penilaian autentik belum dilaksanakan secara optimal b. Guru tidak melakukan analisis KD sebelum melakukan penilaian c. Guru masih cenderung melakukan penilaian berdasarkan hasil tes saja d. Guru kurang mengembangkan potesi di ranah sikap dan keterampilan Tujuan yang Ingin Dicapai Optimalisasi penerapan penilaian autentik Instrumen penelitian berupa obsevasi, angket dan wawancara Mengoptimalkan penerapan penilaian autentik dalam ranah sikap dan keterampilan dalam proses pembelajaran pada sub konsep daur ulang limbah Keunggulan penilaian autentik Guru akan dapat mengetahui dimana kelebihan dan kelemahan dari siswa. Merefleksikan keterampilan dan pengetahuan di dunia nyata. Meningkatkan keterampilan lisan dan tertulis Meningkatkan kreativitas. Langsung menghubungkan kegiatan asesmen, kegiatan pengajaran, dan tujuan pembelajaran.

16 H. Definisi Operasional Menghindari perbedaan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian dengan judul Optimalisasi Penerapan Penilaian Autentik dalam Mengukur Sikap dan Keterampilan Siswa Pada Sub Konsep Daur Ulang Limbah, maka berikut ini beberapa definisi operasional dari variabel yang digunakan yaitu: 1. Optimalisasi adalah usaha memaksimalkan kegiatan sehingga mewujudkan keuntungan yang diinginkan atau dikehendaki, serta pencapaian hasil sesuai harapan secara efektif dan efisien. 2. Penilaian autentik adalah penilaian yang tercantum di dalam Kurikulum 2013 yang merupakan kegiatan menilai peserta didik yang menekankan pada apa yang seharusnya dinilai, baik proses maupun hasil dengan berbagai instrumen penilaian yang disesuaikan dengan tuntutan kompetensi yang ada di Standar Kompetensi (SK) atau Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) dan peserta didik diminta untuk menerapkan konsep atau teori pada dunia nyata. 3. Ranah sikap adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. 4. Ranah psikomotor merupakan ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. 5. Limbah merupakan sumber daya alam yang telah kehilangan fungsinya. Berdasarkan wujudnya, limbah dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu limbah cair, limbah gas, dan limbah padat.

17 I. Struktur Organisasi Skripsi A. Bagian Pembuka Skripsi B. Bagian Isi Skripsi a. Bab I Pendahuluan b. Bab II Kajian Teoritis c. Bab III Metode Penelitian d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan e. Bab V Simpulan dan Saran C. Bagian Akhir Skripsi a. Daftar Pustaka b. Lampiran-Lampiran c. Riwayat Hidup