HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. gizi pada ibu hamil dapat menyebabkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan 2010 bahwa kejadian diare pada bayi terus meningkat dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) tahun 2013 diare. merupakan penyebab mortalitas kedua pada anak usia

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa)

BAB I PENDAHULUAN. intoleran. Dampak negatif penyakit diare pada bayi dan anak-anak adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah salah satu penyebab utama kesakitan dan kematian pada

BAB I PENDAHULUAN. WHO (World Health Organization) mendefinisikan Diare merupakan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Hasil penelitian multi-center yang dilakukan UNICEF menunjukkan bahwa MP-

BAB I PENDAHULUAN. disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja (Manalu, Marsaulina,

PENGARUH PENYULUHAN MP ASI TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN IBU DALAM PEMBERIAN MP ASI DI PUSKESMAS SAMIGALUH I

BAB 1 PENDAHULUAN. Usia anak dibawah lima tahun (balita) merupakan usia dalam masa emas

BAB I PENDAHULUAN. 24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat,

HUBUNGAN PENDIDIKAN DAN PENGHASILAN IBU MENYUSUI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI)

HUBUNGAN PEMBERIAN AIR SUSU IBU (ASI) EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI UMUR 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007 sebesar 34 per kelahiran hidup.

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Diare merupakan penyakit dengan tanda - tanda perubahan frekuensi buang air

BAB 1 PENDAHULUAN. pencapaian tumbuh kembang bayi tidak optimal. utama kematian bayi dan balita adalah diare dan pneumonia dan lebih dari 50%

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu, ASI juga dapat melindungi kesehatan Ibu mengurangi

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

BAB I PENDAHULUAN. masalah gizi utama yang perlu mendapat perhatian. Masalah gizi secara

BAB I PENDAHULUAN. dari sepuluh kali sehari, ada yang sehari 2-3 kali sehari atau ada yang hanya 2

1

I. PENDAHULUAN. terkontaminasi akibat akses kebersihan yang buruk. Di dunia, diperkirakan sekitar

Oleh : Suharno, S.Kep.,Ners ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. yaitu program pemberantasan penyakit menular, salah satunya adalah program

I. PENDAHULUAN. bersifat endemis juga sering muncul sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) dan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

Dinamika Kebidanan vol. 2 no. 1. Januari 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak merupakan individu yang berada dalam suatu rentang

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN INSIDEN DIARE PADA BAYI USIA 1-4 BULAN SKRIPSI

Reni Halimah Program Studi Keperawatan, Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mitra Lampung

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. cair, dengan atau tanpa darah dan atau lendir, biasanya terjadi secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan yang terbaik untuk bayi usia 0-6 bulan adalah ASI. Air susu ibu (ASI) merupakan sumber energi

Hikmatul Khoiriyah Akademi Kebidanan Wira Buana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia adalah penyakit diare. Diare adalah peningkatan frekuensi buang air

HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. utama kematian balita di Indonesia dan merupakan penyebab. diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. 1

BAB I PENDAHULUAN. seluruh daerah geografis di dunia. Menurut data World Health Organization

STUDI KASUS KEJADIAN DIARE PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BAYANAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dan pertumbuhan, juga mengandung sel-sel darah putih, antibodi,

BAB I PENDAHULUAN. dan Angka Kematian Balita (AKABA/AKBAL). Angka kematian bayi dan balita

BAB 1 PENDAHULUAN. anak yang berusia di bawah 5 tahun terdapat kematian di. miliar kasus diare yang terjadi setiap tahunnya.

BAB 1 PENDAHULUAN. sempurna bagi bayi selama bulan-bulan pertama kehidupannya (Margaret

UKDW. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Penyakit diare merupakan salah satu penyebab. mortalitas dan morbiditas anak di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan

Citra Puspitaningrum * Yuni Sapto Edhy Rahayu** Rusana** Abstract

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU TERHADAP PENGGUNAAN ZINC DALAM TERAPI DIARE PADA ANAK BALITA DI APOTEK PLATUK JAYA SURABAYA

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BAYI 0-12 BULAN DENGAN PRAKTIK PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B-O DI WILAYAH PUSKESMAS KAYU KUNYIT BENGKULU SELATAN

Volume 08 No. 02. November 2015 ISSN :

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus diperhatikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat. Gangguan kesehatan yang dapat terjadi pada masa anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan anak. Di negara berkembang, anak-anak menderita diare % dari semua penyebab kematian (Zubir, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. anak di negara sedang berkembang. Menurut WHO (2009) diare adalah suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja pada undang-undang yang mengatur tentang ibu menyusui.

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 3,5% (kisaran menurut provinsi 1,6%-6,3%) dan insiden diare pada anak balita

BAB I PENDAHULUAN. internasional yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMBERIA MP ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN PADA TAHUN 2012 JURNAL

BAB 1 PENDAHULUAN. buang air besar (Dewi, 2011). Penatalaksaan diare sebenarnya dapat. dilakukan di rumah tangga bertujuan untuk mencegah dehidrasi.

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

HUBUNGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP ASI) DINI DENGAN KEJADIAN KONSTIPASI PADA BAYI DIBAWAH UMUR 6 BULAN

BAB I PENDAHULUAN. suatu negara. Pada usia balita merupakan masa perkembangan tercepat

BAB I PENDAHULUAN. KADARZI adalah suatu gerakan yang berhubungan dengan program. Kesehatan Keluarga dan Gizi (KKG), yang merupakan bagian dari Usaha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh: ERIN AFRIANI J.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di Indonesia diare merupakan penyebab kematian utama pada bayi dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuh kembang bayi pada tahun pertama sangat penting untuk. diperhatikan, oleh karena itu bayi merupakan harapan penerus bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan yang merugikan kesehatan. Hal-hal ini secara langsung menjadi. anak usia dibawah 2 tahun (Depkes RI, 2009)

Cucu Saepuloh, Siti Jundiah, Rika Nurhasanah ABSTRAK

Disusun Oleh: Wiwiningsih

BAB I PENDAHULUAN. dan menurunnya prevalensi gizi kurang pada anak balita. World Health

BAB I. A. Latar Belakang. Dalam Al-Qur an terkandung segala bentuk tata kehidupan, mulai dari. Qur an surat Al- Baqarah dan surat Yunus yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. digantikan oleh apapun juga. Pemberian ASI ikut memegang peranan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. yang mengandung zat gizi, yang diberikan pada bayi atau anak yang berusia

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BALITA USIA 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS CANDI LAMA KECAMATAN CANDISARI KOTA SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun. American

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut yaitu dengan pemberian Air Susu Ibu (ASI) sampai bayi

Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Status gizi merupakan indikator dalam menentukan derajat kesehatan bayi dan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI KELURAHAN PURWOSARI KECAMATAN LAWEYAN

BAB I LATAR BELAKANG. bayi dan balita. Seorang bayi baru lahir umumnya akan buang air besar sampai

BAB I PENDAHULUAN. Kementerian Kesehatan RI, World Health Organization (WHO) dan

HUBUNGAN ASUPAN SUSU SAPI DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA 2-5 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. penuhi. Alasan yang menerangkan pernyataan tersebut adalah ASI merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi dan

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 4 6 BULAN SKRIPSI. Diajukan Oleh : Afitia Pamedar J

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diare adalah kondisi dimana terjadi buang air besar atau defekasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan Case Fatility Rate (CFR) yang

ANALISIS FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI PADA BAYI USIA 6-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BINTUHAN KABUPATEN KAUR

HUBUNGAN PEMBERIAN SUSU FORMULA DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI 0-6 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TEGALREJO KABUPATEN MAGELANG PROVINSI JAWA TENGAH

Transkripsi:

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Siti Maelana 1610104263 PROGRAM STUDI DIV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS AISYIYAH YOGYAKARTA 2017

HUBUNGAN KETEPATAN PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI) DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI PUSKESMAS UMBULHARJO I 1 Siti Maelana 2, Hanifa Andisetyana Putri 3 Maelana_siti@yahoo.com Latar belakang : United International Children Emergency Fund (UNICEF) menyatakan bahwa jumlah kematian bayi di Indonesia saat ini adalah 27 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian bayi terbesar yaitu diare. Kejadian diare pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang. Di Yogyakarta kejadian diare dalam satu tahun mencapai 214/1000 dari jumlah penduduk. Adapun kejadian diare yang terjadi pada bayi usia 0-12 bulan mencapai lebih dari 1,5 % yaitu sebanyak 754 anak (Kemenkes RI, 2016). Menurut World Health Organization (WHO), lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian MP-ASI yang tidak benar dan tidak aman. Memberikan MP-ASI terlalu dini, hal ini karena sistem pencernaan bayi berkembang baik mulai usia enam bulan dan sebaiknya diberi (MP-ASI) setelah usia 6 bulan karena pencernaan bayi belum bisa menyerap protein asing. Tujuan: Untuk mengetahui hubungan ketepatan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I. Metode penelitian : Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan rancangan penelitian menggunakan studi kasus control. Sampel yang diambil 102 responden dengan tekhnik pengambilan sampel total sampling kemudian dilakukan uji menggunakan Chi-Square. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I dengan keeratan kategori rendah sebesar 0,234 dan nilai p-value sebesar 0,015<0,05. Simpulan dan Saran: Terdapat hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I dengan keeratan kategori rendah. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk tidak memberikan MP-ASI terlalu dini pada bayi sehingga dapat mengurangi angka kejadian diare pada bayi. Kata Kunci : diare, MP-ASI LATAR BELAKANG Diare yang terjadi di Indonesia masih merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama dalam masyarakat. Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit potensial. Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian (Kemenkes RI, 2016). Diare adalah frekuensi buang air besar (BAB) lebih dari biasanya (<3x sehari) dengan konsistensi yang lebih encer (Susilaningrum, 2013).

United International Children Emergency Fund (UNICEF) menyatakan bahwa jumlah kematian bayi di Indonesia saat ini adalah 27 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Salah satu penyebab kematian bayi terbesar yaitu diare. UNICEF juga menyebutkan bahwa setiap 30 detik ada satu anak yang meninggal dunia karena diare di Indonesia, serta merupakan pembunuh balita nomor dua di dunia. Kejadian diare pada tahun 2015 terjadi 18 kali KLB yang tersebar di 11 provinsi, 18 kabupaten/kota, dengan jumlah penderita 1.213 orang dan kematian 30 orang. Terlihat bahwa presentasi angka kematian atau Case Fatality Rate (CFR) saat terjadi KLB masih cukup tinggi (>1%) kecuali pada tahun 2011 CFR saat KLB menurun menjadi 0,40%, namun tahun 2015 CFR diare saat KLB meningkat kembali menjadi 2,47%. Di Yogyakarta kejadian diare dalam satu tahun mencapai 214/1000 dari jumlah penduduk. Adapun kejadian diare yang terjadi pada bayi usia 0-12 bulan mencapai lebih dari 1,5 % yaitu sebanyak 754 anak (Kemenkes RI, 2016). Etiologi diare disebabkan oleh salah satu bakteri yaitu bakteri E. Coli. Diare dapat terjadi pada siapa saja termasuk bayi. Penyebab penyakit diare yaitu karena faktor infeksi, malabsorbsi, makanan yang salah satunya yaitu dengan pemberian MP- ASI, keracunan dan lain-lain (Depkes RI, 2008). Diare dapat menyebabkan dehidrasi, gangguan asam basa, hipoglikemi, dan gangguan nutrisi (Badan Koordinasi Gastroenterology Anak Indonesia, 2007). Anak merupakan aset masa depan yang akan melanjutkan pembangunan di suatu negara. Masa perkembangan tercepat dalam kehidupan anak terjadi pada masa bayi. Masa bayi merupakan masa yang paling rentan terhadap serangan penyakit. Terjadinya gangguan kesehatan pada masa tersebut, dapat berakibat negatif bagi pertumbuhan anak itu seumur hidupnya (Adzania, 2014). Penyakit yang masih perlu diwaspadai menyerang bayi adalah diare. Penyakit diare yang terjadi pada usia 0-12 bulan karena sistem pencernaan belum matur sehingga memiliki resiko terkena diare lebih tinggi. Apabila sudah terkena diare maka akan cepat terjadinya dehidrasi akibat pengeluaran cairan dan elektrolit melalui tinja. Dehidrasi yang terjadi begitu cepat karena daya tahan tubuh masih lemah (Widjaja, 2013). Menurut World Health Organization (WHO), lebih kurang 1,5 juta anak meninggal karena pemberian MP-ASI yang tidak benar dan tidak aman. Sebagian ibu memberikan MP- ASI tidak disertai dengan ASI yang justru mengandung nutrisi utama yang tepat untuk anak (BKKBN, 2012). Dari beberapa faktor resiko terjadinya diare yaitu memberikan MP- ASI terlalu dini, hal ini karena sistem pencernaan bayi berkembang baik mulai usia enam bulan dan sebaiknya diberi (MP-ASI) setelah usia 6 bulan karena pencernaan bayi belum bisa menyerap protein asing. Dalam hal ini orang tua atau pengasuh sangat berperan dalam menentukan penyebab terjadinya diare pada bayi (Rahayu, 2014). Makanan pendamping ASI (MP-ASI) adalah makanan tambahan yang diberikan kepada bayi setelah bayi berumur 6 bulan sampai bayi berumur 2 tahun. Selain makanan pendamping ASI, pemberian ASI tetap berlangsung (Amalia, 2006). Pemberian MP-ASI terlalu dini akan mengurangi konsumsi ASI dan apabila terlambat juga akan menyebabkan bayi kurang gizi (Sasongko, 2012).

Diare pada bayi masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting di Indonesia. Persepsi keseriusan penyakit diare yang rendah merupakan kendala upaya menurunkan angka kesakitan diare. Dalam upaya menangani kejadian diare, pemerintah menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2013 tentang penyelenggaraan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) berbasis masyarakat. Pemerintah telah merumuskan indikator dalam MTBS salah satunya yaitu dengan tata laksana yang tidak tepat baik di rumah ataupun di fasilitas kesehatan. Pentingnya tata laksana yang cepat dan tepat, WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negaranegara berkembang dalam upaya menurunkan kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita (Depkes RI, 2013). Upaya pencegahan diare antara lain memberikan ASI, memperbaiki makanan pendamping ASI, menggunakan air bersih, mencuci tangan, membuang tinja bayi dengan benar, mencuci botol susu dengan benar dan memberikan imunisasi campak karena pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare yang lebih berat (Depkes RI, 2013). Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Dinas Kesehatan Yogyakarta didapatkan data jumlah kejadian diare pada balita usia 0-<1 tahun yaitu sebanyak 754 tercatat dari bulan Januari sampai dengan Desember 2015. Kejadian diare tertinggi pada anak terdapat di Puskesmas Umbulharjo I sebanyak 94 anak usia 0- <1 tahun. Setelah dilakukan studi pendahuluan di Puskesmas Umbulharjo I didapat data jumlah diare pada anak usia 0-<1 tahun periode bulan Januari sampai Desember 2016 didapat 51 anak. Pada saat dilakukan studi pendahuluan dengan mewawancarai 10 ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan yang menderita diare, didapatkan 6 anak diare yang disebabkan karena pemberian MP-ASI tidak tepat pada usia 6 bulan. Saat bayi usia 5 bulan diberikan bubur dan susu formula, hal ini terjadi karena anggapan ibu bahwa bayinya tidak kenyang hanya dengan pemberian ASI saja. Selain itu, ibu tersebut memberikan MP-ASI kepada anaknya dengan alasan ASI ibu keluar hanya sedikit dan ibu takut kebutuhan anaknya tidak terpenuhi sehingga diberikan susu formula setelah 1 minggu pasca melahirkan secara Sectio Secarea (SC). Kemudian ada 4 bayi masing-masing usia 7, 9, dan 11 bayi yang diare disebabkan karena faktor selain pemberian MP-ASI kurang dari atau sama dengan 6 bulan, seperti kurangnya menjaga kebersihan makanan yang diberikan pada bayi, dan terkadang ibu memberikan buah dan makanan lainnya tanpa dicuci terlebih dahulu serta ibu juga mengatakan jarang cuci tangan sebelum memberikan makanan kepada bayinya karena menganggap tangannya selalu bersih. Oleh karena itu kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo masih tinggi diantara Puskesmas lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian yang berjudul hubungan ketepatan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dengan kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode survei analitik, dan menggunakan desain penelitian studi kasus kontrol. Rancangan penelitian yang digunakan yaitu retrospektif. Populasi dalam penelitian

ini adalah hasil studi dokumentasi yang diambil dari rekam medik tentang diare pada bayi tahun 2016 Puskesmas Umbulharjo I Besar sampel adalah 51 pada kasus dan 51 pada kontrol pada bayi yang diambil dengan tehnik total sampel. Variabel penelitian adalah ketepatan pemberian makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) dan diare. Analsis data menggunakan Chi-square. HASIL A. Analisis Univariat 1. Ketepatan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I. Tabel 4.4 Ketepatan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I. Ketepatan pemberian Frekuensi Persentase (%) Tepat 79 77,5 Tidak Tepat 23 22,5 Total 102 100 Pada tabel 4.4 dapat dilihat ketepatan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I paling banyak pemberian MP-ASI dalam kategori Tepat sebanyak 79 responden (77,5%). 2. Kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I Tabel 4.5 Kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I Kejadian diare Frekuensi (%) Diare 49 48 Tidak Diare 53 52 Total 102 100 Pada tabel 4.5 dapat dilihat responden kejadian diare yang mengalami diare sebanyak 49 (48%) responden dan yang tidak mengalami diare sebanyak 53 responden (52%). B. Analisis Bivariat Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I Kejadian Diare Ketepatan Pemberian MP-ASI Tabulasi silang Kejadian Diare p- value Tidak Diare Diare F % F % Tepat 45 44,1 34 33,3 Tidak Tepat 4 3,9 19 18,6 0,001 Total 49 48 53 52 Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa paling banyak responden dengan pemberian MP-Asi yang tepat tidak mengalami kejadian diare sebanyak 45 responden (44,1%). PEMBAHASAN Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa ibu bayi sudah tepatmemenuhi makanan atau minuman yang mengandung zat gizi yang diberikan pada bayi atau anak usia 6-24 bulan. Ketepatan dalam penelitian ini artinya tepat dalam jumlahnya sesuai kemampuan bayi, tepat dalam umurnya, tepat dalam kualitas dan kuantitas guna membantu pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasaan anak. Ketepatan pemberian MP-ASI ini didukung dengan hasil penelitian bahwa terdapat 20% responden dari kelompok kasus tidak memberikan MP-ASI. Hal ini sesuai oleh teori Mufida, Widyaningsih & Maligan (2015) Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlahnya, sesuai dengan kemampuan bayi. Pemberian MP-ASI yang cukup kualitas dan kuantitasnya penting untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan Continge ncy Coefficie nt 0,314

kecerdasan anak yang sangat pesat pada periode ini, tetapi sangat diperlukan hygienitas dalam pemberian MP-ASI tersebut. Sanitasi dan hygienitas MP-ASI yang rendah memungkinkan terjadinya kontaminasi mikroba yang dapat meningkatkan risiko atau infeksi lain pada bayi. Selama kurun waktu 4-6 bulan pertama ASI masih mampu memberikan kebutuhan gizi bayi, setelah 6 bulan produksi ASI menurun sehingga kebutuhan gizi tidak lagi dipenuhi dari ASI saja. Hasil penelitian ini juga dipengaruhi oleh faktor umur ibu, dalam hasil penelitian dinyatakan bahwa mayoritas responden memiliki pendidikan tinggi, seseorang yang tingkat pendidikan tinggi akan memperoleh atau menerima informasi sebagai pengetahua. Hal ini di jelaskan dalam teori (Markum, 2003) Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, namu sebaliknya dengan pendidikan tinggi, responden memiliki pengetahuan yang luas. Hasil ini didukung oleh peneitian Sutrisno (2015) Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Dengan Sikap Pemberian Asi Eklusif di Wilayah Puskesmas Kartasura Kabupaten Sukoharjo hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan secara statistik antara tingkat pendidikan ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif. Hasil penelitian didapatkan sebagian kecil bayi yang paling banyak mengalami diare sebanyak 53 responden (52%). Hal ini disebabkan karena faktor pemberian MP-ASI yang tidak tepat. Responden mengalami diare paling lama 3 hari sebanyak 14 responden (13,7%). Hasil penelitian menyebutkan responden yang mengalami diare karena ketidak tepatnya waktu pemberian MP-ASI hal ini karena faktor pendidikan dari ibu, diketahui mayoritas ibu memiliki pendidikan tinggi. Pendidikan tinggi memiliki jenjang dari SMA hingga perguruan tinggi, dengan pendidikan tinggi responden memiliki kesempatan mendapatkan informasi yang lebih luas. Ibu dengan informasi tentang kapan waktu untuk memberikan MP- ASI akan mampu mencegah terjadinya efek samping pemberian MP-ASI sebelum waktunya, salah satu efek samping yaitu diare. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah bayi usia 0-12 bulan yang ada di wilayah kerja Puskesmas Umbulharjo I, yang terkena diare yaitu sebanyak 53 sebagai kelompok kasus dan 49 bayi yang tidak terkena diare sebagai kelompok kontrol. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini yang mengalami diare sebanyak 53 (50%) responden dan yang tidak mengalami diare sebanyak 49 responden (50%). Hasil penelitian menyatakan mayoritas responden dengan pemberian MP-Asi yang tepat tidak mengalami kejadian diare sebanyak 45 responden (44,1%). Namun sebagian bayi responden mengalami diare, hal ini disebabkan karena faktor makanan yang diberikan, apalagi jika diberikan pada umur dibawah 6 bulan. Makanan atau minuman tersebut dapat meningkatkan terjadinya peningkatan peristaltik usus mengakibatkan penurunan kesempatan untuk menyerap makanan yang kemudian menyebabkan diare. Hal ini dikuatkan oleh teori Dewi (2011) menyatakan bahwa Proses terjadinya diare dapat disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya faktor infeksi, faktor makanan, faktor alergi, psikologis dan faktor launnya. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Sasongko, A (2012) dengan judul Hubungan Antara

Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten, hasil penelitian menyatakan Hasil, pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan, di Desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten adalah kategori baik. Kejadian diare pada usia 0-6 bulan di Desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten adalah pada kelompok kasus mayoritas tidak mengalami diare. Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh harga koefisien hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I sebesar 0,234 dan nilai p-value sebesar 0,001<0,05. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I dengan keeratan kategori rendah. Ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang anak. Selain itu, ketepatan pemberian MP-ASI pada bayi juga berpengaruh terhadap pemenuhan kebutuhan balita yang dapat menimbulkan penyakit pada balita salah satunya yaitu diare. Paling banyak responden dengan pemberian MP-ASI yang tepat tidak mengalami kejadian diare 45 responden (44,1%). Hasil penelitian didukung oleh WHO (2013) menyatakan Pemberian MP-ASI bertujuan untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus, dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI. Namun apabila dalam pemberian MP-ASI terlalu dini dapat mengakibatkan banyak bayi yang mengalami diare. Masalah gangguan pertumbuhan pada usia dini yang terjadi di Indonesia diduga kuat berhubungan dengan banyaknya bayi yang sudah diberi MP-ASI sejak usia satu bulan, bahkan sebelumnya. Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ketepatan pemberian MP-ASI memiliki resiko lebih tinggi bayi terkena diare. Oleh karena itu pentingnya mengetahui dampak dari ketidaktepatan pemberian MP-ASI untuk menghindari balita terkena diare dan mengurangi angka kesakitan terhadap balita karena diare. Hasil penelitian ini relevan dengan penelitian Sasongko, A (2012) dengan judul Hubungan Antara Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten hasil penelitian Hasil, pemberian MP-ASI pada bayi umur 0-6 bulan, di Desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten adalah kategori baik. Kejadian diare pada usia 0-6 bulan di Desa Ngaren, Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten adalah pada kelompok kasus mayoritas tidak mengalami diare. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Ketepatan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I paling banyak pemberian MP-ASI dalam kategori tepat sebanyak 79 responden (77,5%). Terdapat 45 responden (44.1%) pada kelompok kasus dan 34 responden (33.3%) pada kelompok kontrol. Kejadian diare pada bayi usia 0-12 bulan di Puskesmas Umbulharjo I, responden dengan bayi yang mengalami diare mayoritas mengalami diare paling lama 3 hari sebanyak 14 responden (13,7%). Terdapat hubungan antara ketepatan pemberian makanan pendamping ASI dengan kejadian diare di Puskesmas Umbulharjo I dengan keeratan kategori rendah sebesar 0,314 dan nilai p-value sebesar 0,001<0,05.

SARAN Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan MP-ASI yang tepat sesuai dengan usia bayi. Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk menambah pengetahuan dalam penelitian tentang bagaimana cara mencegah kejadian diare pada bayi. DAFTAR PUSTAKA Adzania, M. (2014). Merawat Balita itu Mudah. Bandung : Nex Media Inc Anggraeni, D. dan Saryono. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif Dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Anonim. (2013). Hubungan Antara Pemberian MP-ASI Dini dengan Kejadian Diare pada Bayi usia 0-6 bulan di Wilayah kerja Puskesmas Bojong I kabupaten Pekalongan Tahun 2011. Jurnal Kebidanan BKKBN. (2012). Menyiapkan Anak Balita yang Sehat dan Berkualitas. Jakarta. Depkes, RI. (2008). Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Depkes RI. (2010). Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Jakarta : Depkes RI. (2013). Departemen Kesehatan Republik Indonesia Tahun 2012. Jakarta : Depkes RI Kemenkes, RI. (2014). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI.. (2016). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia 2016. Jakarta: Kemenkes RI.. (2015). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2014. Jakarta: Kemenkes RI Krisnatuti, D dan Yenrina, R. (2002). Menyiapkan Makana Pendampng ASI. Jakarta:Pustaka Swara. Mufida. (2015). Prinsip Dasar MPASI Untuk Bayi Usia 6-24 Bulan. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol. 3 No 4 Purnamasari. (2014). Optimasi Kadar Kalori dalam MPASI. Jurnal Pangan dan Agroindustri. Vol.2 No.3 Rohmani, A. (2012). Pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) pada anak usia 1-2 tahun di Kelurahan Lamper Tengah, Kecamatan Semarang Selatan, Kota Semarang. Jurnal Kebidanan. Rahayu, D dan Aindrawati, K. (2014). Pengaruh Penyuluhan Gizi Terhadap Sikap Pola Asuh Gizi Orang Tua Anak Usia Dini (AUD) di TK Idhata Unesa. E-Journal Universitas Negeri Surabaya Sasongko, A. (2012). Hubungan Antara Pemberian MP-ASI dengan Kejadian Diare Pada Bayi Umur 0-6 bulan di Kecamatan Pedan Kabupaten Klaten.Jurnal Kebidanan dan Keperawatan Aisyiyah. Soetjiningsih. (2012). Perkembangan anak dan permasalahannya dalam buku ajar I ilmu perkembangan anak dan remaja. Jakarta : Sagung Seto Suparyanto. (2010). Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MPASI), dalam Suparyanto.blogspot.com/2010 /12/makanan-pedamping-airsusu-ibu-mp- asi.html,

diakses tanggal 26 Februari 2017 Susilaningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan anak untuk perawat dan bidan Edisi 2. Jakarta: Salemba medika Sutomo, B & Anggraini, D. Y. 2010. Makanan Sehat Pendamping ASI. Jakarta : Demedia UNICEF. (2009). Diarrhoea - Why children are still dying and what can be done dalam http://www.unicef.org/media/m edia_51412.html, diakses tanggal 25 Februari 2017 UNICEF and WHO. (2013). Joint report on preventing and treating the second leading killer of children dalam http://www.unicef.org/media/m edia_51412. html, diakses tanggal 11 Januari 2017. Widjaja. (2013). Kesehatan Anak Mengatasi Diare dan Keracunan Pada Balita. Jakarta : Kawan Pustaka. Wijaya, Y. (2012). Faktor Resiko Kejadian Diare Balita di sekitar TPS. Jurnal Keperawatan Unnes. Vol.2 No.1 Wijayanti, W. (2010). Hubungan Antara Pemberian ASI Eksklusif dengan Angka Kejadian Diare pada Bayi Umur 0-6 bulan di Puskesmas Gilingan Kecamatan Banjarsari Surakarta. Skripsi Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret.