BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. maupun dilihat dari sisi pembangunan kesejahteraan umat. 1 Zakat berarti suci,

ZAKAT LEMBAGA PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM. Disusun oleh DAVID SATRIA I

BAB I PENDAHULUAN. zakat dan Infaq merupakan ibadah yang tidak hanya bersifat vertikal (hablun min

Kewajiban Zakat Profesi Setelah Dipotong Pajak

BAB I PENDAHULUAN. merupakan negara berpenduduk muslim terbesar di dunia. 1 Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. masih banyak kita saksikan. Sebagian masyarakat hidup dalam serba kekurangan,

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu ibadah kepada Allah SWT setelah manusia

SIMULASI SYARAT DAN TATA CARA MENGHITUNG ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

HAK ZAKAT BAGI PENGUNGSI

MADRASAH ALIYAH ASSHIDDIQIYAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. JENIS ZAKAT. A. Zakat Fithrah B. Zakat Harta

BAB I PENDAHULUAN. Zaman sekarang bentuk pendapatan yang paling menonjol adalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV ZAKAT FITRAH DAN ZAKAT MAL

BAB I PENDAHULUAN. dengan ekonomi dan sosial yang baik tanpa bergantung kepada orang lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu juga berfungsi sebagai dana masyarakat yang dimanfaatkan untuk kepentingan

BAB III PENYAJIAN DATA. Profesi Di Lingkungan Kantor Kementerian Agama Kota Pekanbaru. Adapun tekhnik

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Zakat merupakan rukun Islam ke tiga dan merupakan salah satu unsur

BAB IV ANALISIS ZAKAT PADA PRODUK WADI <AH (TABUNGAN HAJI) DI BANK BPRS BAKTI MAKMUR INDAH KRIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kekayaan mereka tersedia hak peminta-minta dan orang-orang yang hidup

LAMPIRAN TERJEMAHAN AYAT AL-QUR AN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu rukun islam. Di dalam Al-Qur an dijelaskan bahwa

PEMIKIRAN QURAISH SHIHAB TENTANG ZAKAT PROFESI

Apa sih Zakat? Rizky Adhi Prabowo. Orang-orang wajib mengeluarkan zakat jika telah memiliki beberapa syarat berikut :

A. Ringkasan atau Isi Penting dari Artikel

BAB II LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan sebuah fenomena umum yang terjadi pada negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 38,4 juta jiwa (18,2%) yang terdistribusi 14,5% di perkotaan dan 21,1% di

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari dua hal, yaitu pertama, kemiskinan itu sebagai akibat dari kemalasan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia yang berperan sebagai khalifah di muka bumi,

2015 OPTIMALISASI ZAKAT PROFESI DALAM UPAYA PENGENTASAN KEMISKINAN DI KOTA BANDUNG

BAB I. 1. Untuk Mengetahaui Wakaf Produktif Melalui Akad Ijarah Di Masjid Al-Mukhlis Dinoyo Malang. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. B.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam perannya pada aspek sosial-ekonomi yang sangat besar.

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. minallah atau dimensi vertikal dan hablum minannas atau dimensi horizontal.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut pernyataan standar akuntansi keuangan PSAK No 109, Zakat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang pemilihan judul

PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN MELALUI DANA ZAKAT INFAQ DAN SHADAQAH DI LEMBAGA MANAJEMEN INFAQ (LMI) TULUNGAGUNG SKRIPSI

PENYALURAN ZAKAT, INFAQ DAN SHADAQAH KEPADA PARA MU ALAF DI (BAZ) BADAN AMAL ZAKAT SUMSEL

Aplikasi Penghitung Zakat dan Penunjuk Lokasi Tempat Pengelolaan Zakat Terdekat Berbasis Android pada Alat Komunikasi Bergerak

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan sangat erat, yaitu bahwa setiap harta yang sudah dikeluarkan

الز كاة. وحج البيت. وصىم رمضان. 1

BAB V PENUTUP. akhirnya pada bab ini penulis dapat suatu kesimpulan. Adapun benang merah. 1. Pendapat Ulma Tentang Zakat Atas Tambak Garam.

BAB I PENDAHULUAN. yang berlawanan dengan semangat dan komitmen Islam terhadap. yang sejahtera dan baik yang menjadi tujuan utama mendirikan Negara.

BAB V PEMBAHASAN. berpengaruh terhadap minat membayar zakat di Badan Amil. Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Gresik.

BAB III PENDAPAT PARA ULAMA KOTA SEMARANG MENGENAI ZAKAT BARANG ANTIK. A. Pengertian dan macam-macam barang antik

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 238 Juta Jiwa. Dengan jumlah mayoritas muslim mencapai

BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA WAKAF MASJID DAN WAKAF QUR AN DI YAYASAN DANA SOSIAL AL FALAH SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, yaitu kurang dari $ USA. Pada awal tahun 1997

BAB I PENDAHULUAN. 90-an dan setelah tahun 90-an memiliki beberapa perbedaan yang mendasar. Pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memerlukan pencatatan transaksi yang terjadi

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEDOMAN PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH TENTANG LAZISMU

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. membayar zakat pulalah baru diakui komitmen ke-islaman seseorang. Hal ini

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN KONSEP UANG DALAM SISTEM EKONOMI KAPITALIS DAN SISTEM EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS PENDAPAT YUSUF QARDHAWI TENTANG ZAKAT INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. orang dapat melakukan berbagai cara, misalnya media cetak, media elektronik dan

BAB IV ANALISIS TENTANG PERILAKU KONSUMSI ISLAM PEMIKIRAN MONZER KAHF. (Studi Kasus di Perumahan Taman Suko Asri Sidoarjo)

BAB I PENDAHULUAN. maupun kehidupan yang bersifat spritual. Firman Allah QS. Al-Māidah/5: telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-ku, dan telah Ku-ridhai

BAB I PENDAHULUAN. Allah. Zakat telah ditentukan oleh Allah dengan dalil-dalil syara secara

BAB I PENDAHULUAN. Abdurrahman, Masalah Perwakafan Tanah Milik dan Tanah Wakaf di Negara Kita, Alumni, Bandung, 2000, hlm. 2. 2

BAB IV ANALISIS PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM SIDOMOJO KRIAN SIDOARJO MENGENAI BUNGA DAN IMPLIKASINYA TERHADAP KEGIATAN EKONOMI

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Membicarakan masalah kemiskinan berarti membicarakan suatu masalah yang

KEPUTUSAN BADAN PENGURUS LAZISMU NOMOR: 01.BP/PDN/B.18/2017 TENTANG : PANDUAN TATACARA PENDIRIAN DAN PENYELENGGARAAN LAZISMU

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam sumber daya dan aset produktif untuk

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan satu dari lima rukun Islam. Kewajiban mengeluarkan

BAB I PENDAHULUAN Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Kota Bandung Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (BPS)

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan bahaya besar bagi umat manusia dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. dijauhi. Diantara perintah-perintah tersebut adalah saling berbagi - bagi

yang diwajibkan Allah kepada orang-orang yang berhak. mensucikan orang yang mengeluarkannya dan menumbuhkan pahala. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, tentunya kedaulatan yang diperoleh dari hasil semangat juang serta tetesan darah

BAB I PENDAHULUAN. Zakat merupakan salah satu instrumen kebijakan fiskal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. terencana yang dilakukan secara sadar oleh masyarakat atau pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. negara membuat peraturan yang dicantumkan dalam undang-undang. Hal

BAB I PENDAHULUAN. terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dalam memahami zakat masih sedikit di bawah shalat dan puasa.

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR... TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT, INFAK DAN SHADAQAH

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia, yaitu: Berdasarkan uraian yang terkandung dalam alinea keempat pembukaan

Pendidikan Agama Islam

PERSETUJUAN PEMBIMBING

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 1999 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, kemiskinan menjadi suatu problem

BAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta

Infaq. Zakat. Shadaqoh. Apa Bedanya? #yukzakat. Zakat Bukti Tanda Cinta Cinta Allah, Cinta Sesama. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Salah satu problematika

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan sehari-hari setiap individu memiliki kepentingan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT MELALUI LAYANAN M-ZAKAT DI PKPU (POS KEADILAN PEDULI UMAT) SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. harta dan dilarang untuk memubazirkan dan menyia-nyiakannya, karena

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di zaman ini, harta telah menjadi simbol keberhasilan hidup seseorang. Sebaliknya seseorang dianggap tidak berhasil bila ia kekurangan harta. Tak heran, bila keadaan ini memicu manusia berlombalomba siang dan malam untuk meraih harta sebanyak-banyaknya. Sampaisampai ia lupa bahwa hidupnya di dunia hanya sementara. 1 Harta adalah salah satu perhiasan dunia yang dicintai manusia. Dengan harta itulah sesungguhnya manusia diuji oleh Allah. Manusia bisa menjadi mulia seumpama Sulaiman a.s, atau sebaliknya menjadi seperti Qarun. Agar manusia tidak terjebak dengan harta, maka diperlukan manajemen pengelolaan harta. Allah pun tidak menganjurkan manusia menghambur-hamburkan uang. Namun jika manusia sendiri mengumpulkan harta dari hasil kerjanya, adakalanya sebagian dari harta itu ada yang dizakatkan. Tentu dengan kadar yang telah ditentukan sesuai porsinya masing-masing. Sebagaimana yang tertulis pada QS At-Taubah, 9:103. 1 LAZISMU, Ternyata Zakat Itu Hebat (Jakarta: LAZISMU) hlm 1.

2 Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS At- Taubah, 9:103) Adapun jenis harta yang wajib dikeluarkan zakatnya, sudah diatur pokok-pokoknya baik dalam Al-qur an maupun As-sunnah, yaitu berupa hasil bumi, hasil peternakan, barang yang diperdagangkan, emas, perak, dan uang. Penjabaran ini nampaknya kurang relevan lagi dengan keadaan sekarang. Kenyataan membuktikan bahwa pada saat ini banyak pekerja profesional yang berpenghasilan cukup besar dan dilakukan dengan cara yang mudah dalam waktu yang relatif singkat. 2 Allah memperingatkan orang-orang yang demikian melalui QS. At-Taubah, 9:34. Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan yang batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih. (QS. At-Taubah, 9:34) 2 Muhammad, Zakat Profesi (Wacana Pemikiran Dalam Fiqh Kontemporer), cet I, (Jakarta: Salemba, 2002), hlm. 3.

3 Lliteratur tentang zakat memang sudah banyak ditulis oleh alim ulama maupun akademisi, hanya beberapa saja yang secara serius mendalami konsep zakat gaji atau zakat penghasilan. TM Hasbi Ash Shiddiqy, Profesor Hukum Islam dari Fakultas Syariah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, dan Ahmad Hasan, seorang pemikir Muslim dari organisasi masyarakat Persatuan Islam (PERSIS) adalah dua figur ulama yang di dalam karyanya mendiskusikan konsep al-mal almustafad, yang berarti harta benda berupa gaji yang diperoleh secara rutin. Lain halnya yang terjadi pada tahun 1986, Amin Rais, Seorang aktivis Muhammadiyah, menyampaikan sebuah pidato tentang kebutuhan untuk menafsirkan ulang konsep zakat dan meredefinisi dampak sosial zakat bagi masyarakat. Tajamnya tingkat kesenjangan sosial dan ekonomi masyarakat, antara yang kaya dan yang miskin mendorong Amin Rais untuk memasukan gagasan keadilan sosial ke dalam wacana zakat. Salah satu gagasan yang kontroversial waktu itu adalah praktik zakat di kalangan Muslim Indonesia. Amin Rais mengajukan pemikiran tentang perlunya dipraktikan zakat profesi agar keimanan seorang Muslim dapat memberikan kontribusi yang lebih bernilai terhadap kesejahteraan masyarakat. Ide tentang zakat profesi ini dirangkai dalam kerangka keadilan sosial tanpa mengabaikan hubungan yang kompleks antara negara dan masyarakat, antara pasar dan masyarakat. Pada saat itu, Amin Rais mendefinisikan zakat profesi sebagai zakat yang harus dibayarkan oleh kaum profesional dan spesialis yang gajinya jauh dari cukup atau jauh di atas rata-rata. Ia percaya bahwa tradisi

4 berderma dan membayar zakat masih penting di kalangan masyarakat Muslim, sementara kesejahteraan masyarakat Indonesia masih tetap berada di tangan negara(baca:bukan lembaga amil zakat.). 3 Setelah krisis moneter melanda beberapa negara di Asia tenggara, termasuk Indonesia, pada akhir tahun 1990-an, masyarakat dihadapkan pada pelbagai masalah ekonomi. Menyadari pentingnya memiliki sebuah lembaga zakat profesional, persyarikatan Muhammadiyah pun mendirikan lembaga amil zakat independen bernama Lazismuh pada 14 Juli 2002, yang secara resmi diluncurkan pada 16 September 2002. Indonesia Zakat and Development Report 2009 yang dikeluarkan oleh Circle of Information and Development (CID) bekerja sama dengan Pusat Ekonomi dan Bisnis Syariah (PEBS) Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa pada tahun 2005 Lazismuh merupakan salah satu dari sepuluh lembaga amil zakat besar di Indonesia. Dibanding dengan tiga lembaga zakat besar di Indonesia, yakni Rumah Zakat Indonesia, Dompet Dhuafa, dan Pos Keadilan Peduli Umat, yang telah beroperasi sejak tahun 1990-an, tingkat keberhasilan Muhammadiyah dalam mengelola dana umat, seperti yang direpresentasikan oleh Lazismuh, memang masih jauh dari angka yang diperoleh tiga lembaga tersebut 4 Muhammadiyah menganalogikan zakat profesi dengan zakat perdagangan. Terdapat dua sumber penting untuk mencermati 3 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam di Indonesia, (Yogyakarta:Ombak,2013) hlm, 62-63. 4 Hilman Latief, Melayani Umat, (Jakarta: PT. Gramedia pustaka Utama,2010) hlm 140-141.

5 perkembangan pemikiran Muhammadiyah tentang zakat profesi. Pertama adalah buku yang berjudul Tanya Jawab Agama Volume 2. Buku Tanya Jawab Agama adalah kompilasi dari pandangan-pandangan keagamaan Muhammadiyah mengenai masalah-masalah fiqh Islam yang secara rutin dimuat dalam Majalah Suara Muhammadiyah (SM). Majalah SM menyediakan satu rubrik kepada para pembaca untuk mengajukan pertanyaan-pertanyaan di seputar masalah keagamaan untuk kemudian dijawab oleh Majelis Tarjih. Ketika menjawab masalah zakat profesi, Muhammadiyah mencari jalan tengah, melalui menyatukan konsep zakat pada umumnya dengan argumentasi Amin Rais tentang zakat profesi. Pandangan Muhammadiyah ini didasarkan pada ayat QS. Al-Baqarah, 2:267) Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kamu nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. 5 5 QS. Al-Baqarah, 2:267.

6 Menurut Muhammadiyah, gagasan zakat profesi bersifat substitutif terhadap zakat perdagangan, sebagaimana tercermin dari rangkaian kalimat dari ayat yang berbunyi sebagian dari hasil usahamu yang baikbaik. Oleh karena itu, besaran zakat 2.5% sudah cukup untuk zakat profesi. Kendati demikian kaum Muslim diperbolehkan, namun tidak diwajibkan, membayar 5% sampai 10% bila mampu, karena hal itu dilegitimasi oleh keterangan ayat yang berbunyi, apa yang kami keluarkan dari bumi untuk kamu. Sementara itu pada volume III buku Tanya Jawab Agama, tentang zakat pegawai, Muhammadiyah memberikan penjelasan lebih lanjut, dengan mencatat bahwa zakat profesi dapat dibayarkan sekali setahun pada setiap bulan atau boleh juga dibayar seiap bulan pada saat menerima gaji. 6 Lembaga Amil Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah (LAZISMU) adalah salah satu dari beberapa lembaga yang tugasnya menghimpun, mengelola, dan menyalurkan dana zakat. Latar belakang berdirinya LAZISMU terdiri atas dua faktor. Pertama, fakta Indonesia yang berselimut dengan kemiskinan yang masih meluas, kebodohan dan indeks pembangunan manusia yang sangat rendah. Semuanya berakibat dan sekaligus disebabkan tatanan keadilan sosial yang lemah. Kedua, zakat diyakini mampu bersumbangsih dalam mendorong keadilan sosial, pembangunan manusia dan mampu mengentaskan kemiskinan. Sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi 6 Hilman Latief, Politik Filantropi Islam di Indonesia, (Yogyakarta:Ombak,2013) hlm 70-71

7 zakat, infaq dan wakaf yang terbilang cukup tinggi. Namun, potensi yang ada belum dapat dikelola dan didayagunakan secara maksimal sehingga tidak memberi dampak yang signifikan bagi penyelesaian persoalan yang ada. Sementara itu, LAZISMU yang notabene adalah lembaga milik Muhammadiyah. Menyampaikan kriteria tentang zakat profesi itu sendiri. Bahkan di situs resmi LAZISMU disediakan kolom tanya jawab seputar zakat. Hanya saja penerapan secara teknis belum ditemukan. Diambil dari situs resmi LAZISMU, ada beberapa pertanyaan mengenai zakat profesi, dalam situs tersebut dijelaskan secara rinci tentang apa itu zakat profesi dan bagaimana perhitungannya. Oleh karena itu, penulis tertarik ingin meneliti bagaimana penerapan tentang zakat profesi di lembaga tersebut. Kemudian, penerapan yang tepat menurut Majelis Tarjih Muhammadiyah itu sendiri seperti apa. Dikutip dari situs resmi Tarjih Muhammadiyah. Dijelaskan bahwa ada perbedaan penjelasan tentang zakat pfrofesi antara Suara Muhammadiyah dan pedoman zakat dalam buku pedoman zakat yang diterbitkan Dewan Syariah LAZISMUH. Ketentuan zakat profesi yang dimuat dalam Suara Muhammadiyah adalah sebagai berikut: Zakat Profesi dikeluarkan setelah dikurangi dengan biaya kebutuhan hidup secara wajar, seperti untuk kebutuhan pangan, sandang, perumahan, biaya pendidikan, biaya kesehatan, transportasi dan lain sebagainya; apabila dalam jangka satu tahun mencapai jumlah uang seharga 85 gram emas murni (24 karat), maka dikeluarkan zakatnya 2,5 %.

8 Sementara ketentuan zakat profesi yang dimuat dalam buku Pedoman Zakat Praktis yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah Lazis Muhammadiyah adalah sebagai berikut: Hasil profesi yang berupa harta dikategorikan berdasarkan qiyas atas kemiripan (syabbah) terhadap karakteristik harta zakat yang telah ada, yakni: Model bentuk harta yang diterima sebagai penghasilan berupa uang yang nisabnya adalah senilai dengan 552 kg beras, jika diqiyaskan dengan zakat pertanian, atau 85 gram emas jika diqiyaskan dengan zakat emas, sedangkan besarnya zakat yang harus dibayar adalah 2,5%. 7 Dari beberapa pemaparan di atas, dijelaskan macam-macam kriteria zakat profesi berdasarkan kadar dan nisabnya. Tetapi, belum adanya pelaksanaan dan penerapan secara teknis tentang pengelolaan zakat profesi itu sendiri. Berangkat dari latar belakang masalah ini, penulis perlu melakukan penelitian terkait Implementasi Zakat Profesi di LAZISMU Dalam Perspektif Tarjih Muhammadiyah. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana model implementasi zakat profesi yang di aplikasikan LAZISMU berdasarkan otentifikasi Tarjih Muhammadiyah? 2. Apakah terdapat relevansi antara model implementasi zakat profesi di LAZISMU dengan perspektif Tarjih Muhammadiyah? 3. Apakah terdapat inkonsistensi antara praktik zakat profesi di LAZISMU dengan perspektif Tarjih Muhammadiyah? 7 http://www.fatwatarjih.com/2011/06/zakat-profesi-dan-gaji-pensiun.html