STUDI KORELASI ANTARA STATUS GIZI KURANG ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN BAYI BARU LAHIR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. membandingkan keberhasilan pembangunan SDM antarnegara. perkembangan biasanya dimulai dari sejak bayi. Kesehatan bayi yang

PENGARUH KADAR HB DAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III TERHADAP BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

SIKAP IBU DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GIZI DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BERAT BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS WILAYAH KABUPATEN BANYUMAS

HUBUNGAN LINGKAR LENGAN ATAS (LILA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) DENGAN BERAT BAYI LAHIR

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

Jurnal Kesehatan Medika Saintika Volome 8 Nomor 1 jurnal.syedzasaintika.ac.id

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ANEMIA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS CIKAMPEK KABUPATEN KARAWANG

HUBUNGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH PADA BAYI BARU LAHIR DI WILAYAH PUSKESMAS WULUHAN TAHUN 2016

JARAK KEHAMILAN BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI DESA MULYASARI KABUPATEN CIANJUR

HUBUNGAN USIA, PARITAS DAN PEKERJAAN IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH

KARAKTERISTIK IBU KAITANNYA DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH

III TAHUN Disusun Oleh WIWEN INDITA PROGRAM

PENELITIAN KURANG ENERGI KRONIS (KEK) IBU HAMIL DENGAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH (BBLR)

JURNAL ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA. Skripsi ini diajukan sebagai Salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KESEHATAN MASYARAKAT

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DAN POLA KONSUMSI DENGAN KEJADIAN ANEMIA GIZI PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS KASSI-KASSI

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

ABSTRAK. HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) DAN KADAR HEMOGLOBIN (Hb) IBU KEHAMILAN ATERM DENGAN DISMATURITAS BAYI LAHIR DI SEBUAH RS DI MEDAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS HALMAHERA SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015

HUBUNGAN ANEMIA DAN KEK PADA IBU HAMIL AKHIR TRIMESTER III DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember)

BAB I PENDAHULUAN. atau konsentrasi hemoglobin dibawah nilai batas normal, akibatnya dapat

ANALISIS BEBERAPA FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR) (Studi di Wilayah Kerja Puskesmas Ciamis Tahun 2013)

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI STUNTING DAN PERKEMBANGAN BALITA USIA BULAN

KARAKTERISTIK IBU HAMIL, STATUS KEK DAN STATUS ANEMIA DENGAN BERAT DAN PANJANG BADAN LAHIR BAYI DI PUSKESMAS GAMPING I, KABUPATEN SLEMAN, YOGYAKARTA

BUDAYA PANTANG MAKAN, STATUS EKONOMI, DAN PENGETAHUAN ZAT GIZI IBU HAMIL PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DENGAN STATUS GIZI. Abstrak

ABSTRAK. Kata Kunci: Asupan Energi, Frekuensi Antenatal Care, Ketaatan Konsumsi Tablet Fe, Anemia

Relationships between Parity and Age of Pregnant Women with Infant Birth Weight in Puskesmas Kota Karang Bandar Lampung in 2012

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SINGKAWANG TIMUR DAN UTARA KOTA SINGKAWANG

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN BAYI LAHIR HIMATUL MUNFARICHAH

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia harus

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

JUMAKiA Vol 3. No 1 Agustus 2106 ISSN

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN RETENSIO PLASENTA PADA IBU BERSALIN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI UPTD PUSKESMAS AJANGALE

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU DENGAN BERAT DAN PANJANG BAYI BARU LAHIR DI RUMAH BERSALIN WIDURI YOGYAKARTA

HUBUNGAN ANTARA KETERATURAN MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS JETIS I BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2013

HUBUNGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD DR WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL PADA KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD WONOSARI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI di Indoensia mencapai 359 per jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

Hubungan Pengetahuan Dan Pendidikan Ibu Dengan Pertumbuhan Balita DI Puskesmas Plaju Palembang Tahun 2014

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN KEPATUHAN KONSUMSI TABLET FE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI PUSKESMAS WIROBRAJAN KOTA YOGYAKARTA

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

HUBUNGAN ANTARA POLA MAKAN DENGAN TERJADINYA ANEMIA PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS DAWE KECAMATAN DAWE KABUPATEN KUDUS TAHUN 2013

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KASIH IBU MANADO TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. emosional yang sangat besar bagi setiap wanita (Rusli, 2011). Kehamilan dan

Ayu Rahma Putri 1, Al Muqsith 2* Lhokseumawe-Aceh 24352, Indonesia *Corresponding Author: Abstrak

HUBUNGAN PARITAS DAN USIA IBU DENGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DI RUMAH SAKIT UMUM INSANI KECAMATAN STABAT KABUPATEN LANGKAT TAHUN 2014

TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PEMANFAATAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL

Hubungan Tingkat Kecukupan Energi, Protein Dan Frekuensi Kunjungan Antenatal Care Dengan Taksiran Berat Janin

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL DENGAN PERILAKU SADAR GIZI DI BPM CUT NANA WATI KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN.

HUBUNGAN USIA DAN PARITAS DENGAN KEJADIAN PERDARAHAN POSTPARTUM DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL TAHUN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PREEKLAMSIA DAN PERDARAHAN ANTEPARTUM DENGAN KEJADIAN KEMATIAN JANIN DALAM RAHIM DI RUANG BERSALIN RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB Ι PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang terjadi pada setiap

HUBUNGAN EKONOMI KELUARGA DENGAN STATUS GIZI IBU HAMIL DI PUSKESMAS WONGKADITI KOTA GORONTALO. Heni PanaI. Polteknik Kesehatan Provinsi Gorontalo

HUBUNGAN ANTARA PREEKLAMSIA PADA PRIMIGRAVIDA DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD CILACAP PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

Rizqi Mufidah *), Dina Rahayuning P **), Laksmi Widajanti **)

GAMBARAN STATUS GIZI IBU HAMIL TRIMESTER I

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi **Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan suatu keadaan fisiologis yang menjadi dambaan setiap

HUBUNGAN UKURAN LINGKAR LENGAN ATAS (LLA) IBU DAN PENINGKATAN BERAT BADAN SELAMA KEHAMILAN DENGAN BERAT BADAN LAHIR BAYI DI KABUPATEN KARANGANYAR

22,02%, 23,48% dan 22,45% (Sarminto, 2011). Kejadian anemia di Provinsi DIY pada tahun 2011 menurun menjadi 18,90%. Berbeda dengan provinsi, kejadian

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

HUBUNGAN PIJAT OKSITOSIN TERHADAP KELANCARAN PRODUKSI ASI IBU POST PARTUM

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN BBLR DAN ASI EKSLUSIF DENGAN KEJADIAN STUNTING DI PUSKESMAS LIMA PULUH PEKANBARU

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIK (KEK) PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS JETIS II BANTUL YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PARITAS IBU BERSALIN DENGAN BERAT BAYI LAHIR DI RSUD PARE KABUPATEN KEDIRI TAHUN 2015

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG GIZI TERHADAP STATUS GIZI IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REJOSARI KELURAHAN REJOSARI PEKANBARU ABSTRAK

PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DI PUSKESMAS CEMPAKA BANJARBARU TAHUN 2013

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINGKAT PENGETAHUAN DAN POLA ASUH IBU DENGAN WASTING DAN STUNTING PADA BALITA KELUARGA MISKIN

Relationship of Age, Parity And Maternal Education With Intra Uterin Fetal Death In Maternity RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin In 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam menilai proses tumbuh kembang pasca kelahiran ditinjau dari segi

MOTIVASI DAN KEPATUHAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE (ANC) PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

THE CORRELATION OF MID-UPPER ARM CIRCUMFERENCE (WITH BIRTH WEIGHT BASED IN PUSKESMAS KECAMATAN CIPONDOH,TANGERANG JANUARY-DECEMBER 2013

STUDI PENGETAHUAN MENGENAI MASALAH GIZI DAN STATUS GIZI PADA REMAJA PUTRI DI FKM UNHAS TAHUN 2013

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh: EMAH KUDYANI J

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG DETEKSI DINI TANDA BAHAYA KEHAMILAN DESCRIPTION OF MOTHER KNOWLEDGE ABOUT EARLY DETECTION OF PREGNANCY RISK SIGN

PENGARUH KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA IBU HAMIL

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

Harto P. Simanjuntak 1, Heru Santosa 2, Maya Fitria 2. Abstract

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR ANAK DAN POLA ASUH IBU DENGAN KEJADIAN STUNTING

ABSTRAK. Kata Kunci : Paritas, jarak kehamilan, usia,usia kehamilan, pekerjaan, ibu hamil dan KEK Kepustakaan : 26 ( )

Laila Rahmi Stikes Syedza Saintika Padang ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KABUPATEN PANDEGLANG

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN DENGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA REMAJA HAMIL USIA TAHUN (Studi pada Kelurahan Rowosari Kota Semarang)

30 Media Bina Ilmiah ISSN No

Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume IV No.1 Edisi Juni 2011, ISSN: X

Transkripsi:

STUDI KORELASI ANTARA STATUS GIZI KURANG ENERGI KRONIK (KEK) DENGAN BERAT BADAN DAN PANJANG BADAN BAYI BARU LAHIR Ema Wahyu Ningrum STIKES Harapan Bangsa Purwokerto Email :em4wahyuningrum@gmail.com 08156985365 ABSTRAK Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), bayi pendek (stunting). BBLR dan stunting akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. KEK juga dapat mejadi penyebab tidak langsung kematian ibu.tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara status gizi KEK dengan berat dan panjang badan bayi baru lahir. Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan puposive sampling, sampel penelitian ibu hamil tidak KEK 20 orang, KEK 20 orang. Analisa data univariat berupa distribusi frekuensi, analisa bivariat berupa chi square dan kekuatan hubungan dilihat dari parameter OR. Hasil penelitian menunjukkan Ada hubungan antara ibu hamil KEK dengan berat badan bayi baru lahir (p =0,011) dan panjang badan bayi baru lahir (p =0,008). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 5,5 kali memiliki BBLR dibanding ibu tidak KEK (CI 95%;1,420-21,860). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 6,2 kali memiliki panjang badan pendek dibanding ibu tidak KEK (CI 95% ;1,529-31,377). Rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga memiliki kebijakan penanganan terhadap ibu hamil dengan KEK dan luarannya secara komprehensif sehingga bisa tertangani secara dini dampak dari status gizi KEK. Kata Kunci : Status Gizi KEK, berat badan lahir, panjang badan lahir Correlations Nutritional Status of Less Chronic Energy with Birth Weight and Baby's Length Nutrition problems are still a major public health problem in developing countries including Indonesia. Pregnant women with less chronic energy risk giving birth to Low Birth Weight (LBW), short stunting (stunting). LBW and stunting will carry the risk of death, impaired growth and development of children. Less chronic energy also can cause indirect death of mother. The purpose of this study is to determine the relationship between nutritional status less chronic energy with weight and length of the newborn. Analytic survey research design with cross sectional approach. Sampling technique using puposive sampling, pregnant women's research sample is not less chronic energy 20 people, KEK 20 people. Analysis of univariate data in the form of frequency distribution, bivariate analysis in the form of chi square and relationship strength seen from OR parameter. The results showed that there were correlation between pregnant mother less chronic energy with newborn weight (p = 0,011) and length of newborn (p = 0,008). The status of KEK pregnant women has a probability of 5.5 times having LBW compared to non- less chronic energy women (95% CI, 1,420-21,860). The status of less chronic energy pregnant women has a probability of 6.2 times having a shorter body length than the mother is not less chronic energy (95% CI, 1,529-31,377). Dr. R. Goeteng Taroenadibrata hospital in Purbalingga has a policy of handling pregnant women with less chronic energy and its outcomes comprehensively so that it can be handled early on the impact of nutritional status KEK. Keywords: Nutritional Status of Less chronic energy, birth weight, baby's length

PENDAHULUAN Masalah gizi masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab kematian ibu dan anak secra tidak langsung yang sebenarnya masih dapat dicegah. Rendahnya asupan gizi dan status gizi ibu hamil selama kehamilan dapat mengakibatkan berbagai dampak tidak baik bagi ibu dan bayi (Rukmana,2013). Status gizi selama hamil akan berpengaruh terhadap status gizi bayi baru lahir. Selama ini penilaian status gizi pada bayi baru lahir dengan menggunakan indikator antropometri gizi. Antropometri merupakan salah satu metode yang dapat dipakai secara universal, tidak mahal, dan metode yang non invasif untuk mengukur ukuran, bagian, dan komposisi dari tubuh manusia. Penilaian status gizi pada bayi baru lahir menggunakan antropometri yaitu mengukur berat badan, panjang badan bayi, lingkar lengan atas, lingkar kepala bayi (Irawati, 2014). Status gizi ibu hamil dapat dilihat dari kejadian Kurang Energi Kronik (KEK). Secara nasional prevalensi ibu hamil risiko KEK pada ibu hamil (15-49 tahun) pada tahun 2013 sebanyak 24,2%. Sedangkan prevalensi stunting memiliki persentase meningkat secara nasional sebanyak 1,6% yaitu 35,6% pada tahun 2010 menjadi 37,2% pada tahun 2013. Gizi ibu hamil perlu mendapat perhatian karena sangat berpengaruh pada perkembangan janin yang dikandungnya. Asupan energi dan protein yang tidak mencukupi pada saat kehamilan menyebabkan KEK. Ibu hamil dengan KEK berisiko melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), bayi pendek (stunting). BBLR dan stunting akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak. KEK juga dapat mejadi penyebab tidak langsung kematian ibu (Kemenkes, 2016). Menurut Irawati dalam penelitian Ema (2017), disampaikan berat badan dan panjang badan saat lahir merupakan indikator yang sering digunakan untuk mengukur status gizi bayi baru lahir. Bayi yang lahir dengan berat badan rendah (Berat badan lahir < 2500 gram) memulai kehidupan yang kurang beruntung dan ketahanan hidup yang rendah. Adapun panjang lahir bayi menggambarkan pertumbuhan linier bayi selama dalam kandungan. Ukuran linier yang rendah biasanya menunjukkan keadaan gizi yang kurang akibat kekurangan energi dan protein yang diderita waktu lampau. Masalah kekurangan gizi diawali dengan perlambatan atau retardasi pertumbuhan janin yang dikenal sebagai Intra Uterin Growth Retardation (IUGR) (Najahah, 2014).

Panjang lahir bayi akan berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan selanjutnya, seperti terlihat pada hasil penelitian yang dilakukan di Kabupaten Bogor mengenai hubungan panjang badan lahir terhadap perkembangan anak usia 12 bulan, diperoleh hasil bahwa anak yang lahir stunting memiliki perkembangan bahasa lebih rendah dibandingkan kelompok yang memiliki panjang lahir normal. (Fitrah Ernawati, Sri Muljati, Made Dewi S, dan Amalia Safitri.2014. hubungan panjang badan lahir terhadap perkembangan anak usia 12 bulan. Jurnal Penel Gizi dan Makan, Desember 2014. Vol.37(2):109-118). Selain itu penelitian di Kecamatan pati, Kabupaten Pati didapatkan hasil bahwa panjang badan lahir rendah (panjang badan < 48 cm) merupakan salah satu faktor risiko balita stunting usia 12-36 bulan dengan nilai p = 0,000 dan nilai OR = 2,81, hal ini menunjukkan bahwa bayi yang lahir dengan panjang lahir rendah memiliki risiko 2,8 kali mengalami stunting dibanding bayi dengan panjang lahir normal, (Anugraheni, HS & Kartasurya MI, 2012). Berat badan dan panjang badan saat lahir saling berkaitan dalam menginterpretasikan status gizi bayi saat lahir. Berat badan bayi lahir cenderung memberikan gambaran status gizi ibu saat hamil, namun panjang badan mampu menginterpretasikan status gizi sebelum dan saat hamil. Keterkaitan faktor penyebab kejadian stunting tidak bisa dipisahkan, semua saling terkait sejak status gizi remaja, status gizi kehamilan, status gizi bayi baru lahir, balita, hingga kembali menjadi dewasa. Hal tersebut perlu menjadi perhatian penting bagi tenaga kesehatan. RSUD dr. R. Goeteng Taroenadibrata merupakan Rumah Sakit Rujukan dari Puskesmas di wilayah Kabupaten Purbalingga maupun diluar Purbalingga, sehingga memiliki jumlah kasus komplikasi kehamilan dan persalinan yang kompleks. METODE Desain penelitian survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik sampling menggunakan puposive sampling, sampel penelitian ibu hamil tidak KEK 20 orang, KEK 20 orang. Analisa data univariat berupa distribusi frekuensi, analisa bivariat berupa chi square dan kekuatan hubungan dilihat dari parameter OR. HASIL Tabel.1 Karakteristik umur ibu dengan status gizi KEK

Umur ibu KEK Tidak KEK Mean(th) SD(th) < 20 tahun 0 (0%) 0 (0%) 20-35 tahun 19 (95%) 17 (85%) >35 tahun 1 (0,5%) 3 (15%) 29,13 5,090 Jumlah 20 (100%) 20 (100%) Tabel 2 Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu, Pekerjaan Ibu, Pendidikan Ayah, Pekerjaan Ayah pada ibu dengan status KEK Karakteristik KEK Tidak KEK Pendidikan Ibu SD-SMP 11 (55%) 10 (50%) SMA-PT 9 (45%) 10 (50%) Jumlah 20 (100%) 20 (100%) Pendidikan Ayah SD-SMP 14 (70%) 10 (50%) SMA-PT 6 (30%) 10 (50%) Jumlah 20 (100%) 20 (100%) Status bekerja ibu Bekerja 5 (25%) 2 (10%) Tidak bekerja 15 (75%) 18 (90%) Jumlah 20 (100%) 20 (100%) Status bekerja ayah Bekerja 20 (100%) 20 (100%) Tidak bekerja 0 (0%) 0 (0%) Jumlah 20 (100%) 20 (100%) Tabel 3. Tabulasi silang antara status gizi ibu hamil Anemia dengan Panjang Badan Bayi Baru Lahir Panjang Badan p value OR Pendek Normal Total n % n % n % KEK 11 55 9 45 20 100 Tidak KEK 3 15 17 85 20 100 95% CI (1,529-31,377) 0,08 6,296 Tabel 4. Tabulasi silang antara status gizi ibu hamil Anemia dengan Berat Badan Bayi Baru Lahir Berat Badan p value OR BBLR BBLN Total n % n % n % KEK 13 65 7 35 20 100 Tidak KEK 5 25 15 75 20 100 95% CI (1,420-21,860) 0,011 5,571

PEMBAHASAN Depkes RI (dalam Claudia, 2012) menggolongkan umur ibu ketika memasuki masa kehamilan menjadi dua kategori, yaitu umur berisiko dan umur tidak berisiko. Umur ibu yang dinyatakan tidak berisiko adalah wanita yang berada pada kelompok umur 20-35 tahun. Kelompok berisiko yaitu wanita berumur < 20tahun dan > 35 tahun. Berdasarkan fisiologi, kelompok umur dibawah 20 tahun masih dalam pertumbuhan, baik tinggi badan maupun berat badan. Keadaan ini tidak mendukung untuk memasuki masa kehamilan karena ibu yang masih berada pada masa pertumbuh badannya sendiri harus sekaligusmenunjang pertumbuhanjaninnya. Hal ini akan menimbulkan apa yang disebut kompetisi antara ibu dan dan janinnya (Brown, dalam Claudia, 2012). Adapun ibu dalam kelompok usia diatas 35 tahun, umur ini dianggap sudah tidak mampu lagi menerima kehamilan dikarenakan fisik yang tergolong tua untuk kehamilan dan dan lemahmenerima beban kehamilannya. Berdasarkan tabel 5.3 diperoleh data bahwa sebagian besar ibu dengan status gizi KEK dan tidak KEK pada kelompok umur 20-35 tahun, hal ini menunjukkan bahwa butuh peran dari tenaga kesehatan untuk memberikan motivasi agar ibu mencukupi kebutuhan gizinya. Tingkat pendidikan ibu dianggap sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan, serta kesehatan bayi itu sendiri ketika dilahirkan. Tingkat pendidikan ibu seringkali dikaitkan dengan tingkat pengetahuan dan kemudahan akses kesehatan ibu. Tingkat pendidikan ibu yang tinggi dianggap memeiliki pengetahuan yang lebih terkait kesehatan kehamilan dan bayi, serta terkait pengetahuannya tentang pelayanan kesehatan yang diperlukan selama masa kehamilan. Pernyataan tersebut diatas selaras dengan hasil penelitian ini bahwa pendidikan ibu dengan status gizi KEK sebagian pada kelompok pendidikan SD-SMP, adapun kelompok ibu dengan status gizi tidak KEK sebagian pada kelompok pendidikan SMA-PT (50%). Status pekerjaan ibu sebagai salah satu indikator sosial ekonomi ibu dianggap berkontribusi terhadap kondisi bayi termasuk kaitannya dengan pendapatan keluarga yang akan bertambah dengan ibu yang turut

bekerja. Dalam penelitian ini menunjukkan sebagian besar ibu dengan status gizi KEK dan tidak KEK tidak bekerja. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan terhadap 1507 ibu yang melahirkan di rumah sakit umum di London, Inggris pada tahun 1982 hingga 1984 oleh Rabkin et.al pada tahun 1990 (Claudia, 2012). Penelitian tersebut menunjukkan bahwa ibu yang bekerja fulltime memiliki kemungkinan melahirkan bayi dengan berat lahir 12 gram lebih besar dibandingkan ibu yang tidak bekerja (95% CI;-39-63 gram). Tingkat pendidikan dan pendapatan suami berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan janin. Tingkat pendidikan suami yang baik dan pendapatan suami yang tinggi akan memberikan dukungan kepada ibu untuk mencukupi kebutuhan nutrisnya. Dalam penelitian ini, sebagian besar pendidikan ayah pada ibu status gizi KEK memiliki pendidikan rendah (70%), adapun pada ibu dengan status gizi tidak KEK sebagian memiliki pendidikan tinggi (50%). Dari segi pendapatan suami, seluruh ayah bekerja (100%) baik antara kelompok ibu status gizi KEK dan tidak KEK. Asumsi peneliti, penelitian ini mendukung pernyataan bahwa tingkat pendidikan dan pendapatan suami berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan janin. Pada penelitian ini, sebagian besar ibu hamil dengan KEK melahirkan bayi dengan panjang badan pendek 11 bayi (55%) dan sebagian besar ibu hamil tidak KEK melahirkan bayi dengan panjang badan normal 17 bayi (85%). Ibu dengan KEK berisiko melahirkan bayi dengan panjang badan pendek 6,296 kali dibanding ibu tidak KEK (95%CI;1,529-31,377). Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mengalami kekurangan energi kronis atau mengalami masalah gizi dalam waktu yang lama diikuti juga oleh masalah kekurangan gizi dalam waktu lama saat bayi yang dikandung ibu yang ditandai dari panjang lahir bayi yang pendek. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Imtihatun (2012), ibu dengan KEK berisiko melahirkan bayi dengan panjang lahir pendek 6,2 kali dibanding ibu yang tidak KEK. Kekurangan energi secara kronis menyebabkan ibu hamil tidak mempunyai cadangan zat gizi yang adekuat untuk menyediakan kebutuhan fisiologis kehamilan yaitu perubahan hormon, meningkatnya volume darah untuk pertumbuhan janin sehingga suplai zat gizi pada janin pun

berkurang. Akibatnya pertumbuhan dan perkembangan janin terhambat dan lahir dengan berat yang rendah. Pada penelitian ini menunjukkan ibu hamil KEK sebagian besar melahirkan BBLR 13 bayi (65%) dan ibu hamil tidak KEK sebagian besar melahirkan bayi berat badan normal 15 bayi (75%). Ibu dengan KEK berisiko melahirkan bayi BBLR sebanyak 5,571 kali dibanding ibu tidak KEK CI (95%CI;1,420-21,860). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Khaula (2012) yang menyebutkan ibu KEK memiliki risiko bayi BBLR sejumlah 6,64 kali dibanding ibu tidak KEK. Pada ibu yang mengalami malnutrisi akan mengalami penurunan volume darah hal ini akan menyebabkan cardiac output tidak adekuat yang akan menyebabkan aliran darah ke plasenta menurun sehingga sehingga plasenta menjadi kecil dan transfer zat-zat makanan dari ibu ke janin melalui plasenta berkurang mengakibatkan terjadinya retardasi pertumbuhan janin (Soetjiningsih, 2012). Oleh karena itu penanganan ibu hamil dengan KEK perlu dilakukan sedini mungkin untuk mencegah terjadinya hambatan pada pertumbuhan plasenta yang menjadi alat vital yang dibutuhkan janin dalam kandungan untuk menerima asupan nutrisi dan kebutuhan oksigen serta kebutuhan lainnya yang dibutuhkan janin guna mempertahankan kelangsungan pertumbuhannya. KESIMPULAN 1. Pada kelompok ibu hamil KEK sebagian besar pada kelompok umur 20-35 tahun, sebagian memiliki pendidikan rendah, sebagian besar ibu tidak bekerja, pendidikan ayah sebagian besar berpendidikan rendah (70%) dan seluruh ayah bekerja (100%). 2. Pada kelompok ibu hamil tidak KEK sebagian besar pada kelompok umur 20-35 tahun, sebagian memiliki pendidikan tinggi (50%), sebagian besar ibu tidak bekerja (50%), pendidikan ayah sebagian berpendidikan tinggi (50%) dan seluruh ayah bekerja (100%). 3. Ada hubungan antara ibu hamil KEK dengan panjang badan bayi baru lahir (p =0,008). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 6,2 kali memiliki panjang badan pendek dibanding ibu tidak KEK (CI 95% ;1,529-31,377)

4. Ada hubungan antara ibu hamil anemia dengan berat badan bayi baru lahir (p =0,011). Status ibu hamil KEK mempunyai kemungkinan 5,5 kali memiliki BBLR dibanding ibu tidak KEK (CI 95%;1,420-21,860). Saran : Rumah sakit dr. R. Goeteng Taroenadibrata Purbalingga memiliki kebijakan penanganan terhadap ibu hamil dengan KEK dan luarannya secara komprehensif sehingga bisa tertangani secara dini dampak dari status gizi KEK. DAFTAR PUSTAKA Debtarsie K, Claudia.2012. Hubungan Status Gizi ibu dan faktor Lain dengan Berat dan panjang Lahir Bayi di Rumah Sakit Sint Carolus Jakarta Bulan Juli-September 2011.Skrpsi.Universitas Indonesia Ernawati, fitrah. Sri Muljati, Made Dewi S, dan Amalia Safitri.2014. Hubungan panjang badan lahir terhadap perkembangan anak usia 12 bulan. Jurnal Penel Gizi dan Makan Desember 2014. Vol.37(2):109-118) Karima, Khaula.Endang L Achadi.2012. Status gizi ibu dan berat badan lahir bayi. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional, Oktober 2012 Vol.7( 3):54-64 Irawati, A. Status Gizi Ibu Sebelum hamil sebagai Prediksi Berat dan Panjang bayi Lahir di Kecamatan Bogor tengah, Kota Bogor: Studi Kohort Prospektif Tumbuh Kembang Anak Tahun 2012-2013 (Pre- Pregnancy Maternal Nutritional Status as a predictor of Birth weight and Length in the Bogor Central District, Bogor City: Child Growth and development Prospective Cohort Study-2012-2013. Jurnal Penel Gizi Makan, desember 2014 Vol.37 (2): 119-128 Manuaba, IBG,dkk.2009.Ilmu Kebidanan,Penyakit Kandungan, dan KB.Jakarta:EGC Najahah, I.Faktor Risiko Panjang Lahir Bayi Pendek di Ruang Bersalin RSUD Patut Patuh Patju Kabupaten lombok Barat. Jurnal Media Bina Ilmiah. Volume 8, No.1 Februari 2014. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta,Jakarta,2005 Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Balita Pendek. (http://www.depkes.go.id/resources/do wnload/pusdatin/infodatin/situasibalita-pendek-2016.pdf, diperoleh tanggal 11 Maret 2017) Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. 2016. Situasi Gizi di Indonesia. (https://www.google.co.id/webhp?sour ceid=chrome- instant&ion=1&espv=2&ie=utf- 8#q=data+KEK+ibu+hamil+di+indone sia&*, diperoleh tanggal 11 maret 2017) Rukmana, Siva Candra.2013. Hubungan Asupan Gizi dan Status Gizi Ibu Hamil Trimester III

dengan Berat Badan Lahir Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Suruh.Skripsi.Undip RSU Goeteng Taroenadibrata Purbalingga. Laporan Tahunan Rumah Sakit Tahun 2015. RSU Purbalingga,2015 Saifudin, A.B,2002.Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Soetjiningsih.2013.Tumbuh Anak.Jakarta:EGC Kembang Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung:CV Alfabeta Wahyu Ningrum, Ema. Korelasi Antara Status Gizi Anemia Dengan Berat Badan Dan Panjang Badan Bayi Baru Lahir. Jurnal Viva Medika.September. Vol 11 (2): 1-9 Yustiana, K dan Nuryanto.2013. Perbedaan Panjang Badan bayi Baru lahir antara Ibu Hamil KEK dan Tidak KEK. Eprint jurnal Undip.