POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA

dokumen-dokumen yang mirip
KOMPOSISI BUTIRAN PASIR SEDIMEN PERMUKAAN SELAT BENGKALIS PROPINSI RIAU

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI BIVALVIA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KABUPATEN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

KELIMPAHAN DAN DISTRIBUSI KEONG BAKAU Telescopium telescopium DI KAWASAN PESISIR DARUL AMAN KECAMATAN RUPAT KABUPATEN BENGKALIS, RIAU

Kelimpahan dan Distribusi Gastropoda Di Zona Intertidal Teluk Sikulo Kecamatan Koto XI Tarusan Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

KEPADATAN DAN DISTRIBUSI GASTROPODA PADA MANGROVE DI PANTAI CERMIN KECAMATAN SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATRA UTARA

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Oleh Sri Wira Rahayu Ningsih 1) Afrizal Tanjung 2) Syafruddin Nasution 3) ABSTRACT

STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (GASTROPODA DAN BIVALVIA) SERTA ASOSIASINYA PADA EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI ULEE - LHEUE, BANDA ACEH, NAD

STUDI TRANSPOR SEDIMEN LITHOGENEUS DI PERAIRAN MUARA SUNGAI DUMAI PROVINSI RIAU. Oleh

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. baik bagi pesisir/daratan maupun lautan. Selain berfungsi secara ekologis,

STUDY ON THE SUSPENDED SOLIDS IN THE WEST COASTAL WATERS OF BENGKALIS. Arif Teguh Satria 1, Rifardi 2, Elizal 2 ABSTRACT

The Association of Gastropods and Seagrass in Coastal Waters of Beruk Island of North Rupat of Riau Province

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

SEDIMENT COMPOSITION AS VERTICAL IN DUMAI COASTAL WATERS. Abstract

STUDI BIOEKOLOGI IKAN GELODOK (FAMILI : GOBIIDAE) DI PANTAI BALI DESA MESJID LAMA KECAMATAN TALAWI KABUPATEN BATU BARA PROVINSI SUMATERA UTARA

KARAKTERISTIK FISIKA-KIMIA PERAIRAN DAN STRUKTUR KOMUNITAS MOLUSKA (BIVALVIA DAN GASTROPODA) DI PANTAI CERMIN SUMATERA UTARA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

Fisheries and Marine Science Faculty Riau University ABSTRACT. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Science, University of Riau

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Secara keseluruhan daerah tempat penelitian ini didominasi oleh Avicennia

STRUKTUR KOMUNITAS ZOOPLANKTON DI PERAIRAN MOROSARI, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

DISTRIBUSI KELIMPAHAN GASTROPODA Telescopium telescopium DI EKOSISTEM MANGROVE MUARA SUNGAI DUMAI.

Kelimpahan, Keanekaragaman dan Kemerataan Gastropoda di Ekosistem Mangrove Pulau Dudepo, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara

ABSTRAK. Kata kunci: Kelimpahan dan Pola sebaran mangrove, Perairan Sungai Ladi

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhannya bertoleransi terhadap salinitas (Kusmana, 2003). Hutan mangrove

BAB I PENDAHULUAN. muka bumi ini oleh karena itu di dalam Al-Qur an menyebutkan bukan hanya

by : Abstract Key words : Abundance, Sex Ratio, Distribution Pattern, Polymesoda expansa

DI DWERAN INTERTlDAk PBNTAI KAMAL

ABSTRACT

BAB III METODE PENELITIAN

Putra 1), Irvina Nurrachmi 2), Joko Samiaji )

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Asahan secara geografis terletak pada ,2 LU dan ,4

III. METODA PENELITIAN. Kabupaten Indragiri Hilir terletak pada posisi 102*52,28-103*18,9' BT dan

BAB 1 PENDAHULUAN. memiliki pulau dengan garis pantai sepanjang ± km dan luas

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN MAKROZOOBENTOS DI PANTAI KARTIKA JAYA KECAMATAN PATEBON KABUPATEN KENDAL

BAB III METODE PENELITIAN. Pb, Cd, dan Hg di Pantai perairan Lekok Kabupaten Pasuruan.

PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia perkiraan luas mangrove sangat beragam, dengan luas

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

STUDI PENYEBARAN MAKROZOOBENTHOS BERDASARKAN KARAKTERISTIK SUBSTRAT DASAR PERAIRAN DI TELUK JAKARTA WAHYUNINGSIH

Water Quality Black Water River Pekanbaru in terms of Physics-Chemistry and Phytoplankton Communities.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

Keanekaragaman Jenis dan Indeks Nilai Penting Mangrove di Desa Tabulo Selatan Kecamatan Mananggu Kabupaten Boalemo Provinsi Gorontalo

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Kendal merupakan kabupaten di Jawa Tengah yang secara geografis

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai panjang garis pantai lebih kurang 114 km yang membentang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

JURNAL OSEANOGRAFI. Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman Online di :

Gambar 3. Peta lokasi penelitian

KORELASI ANTARA KERAPATAN AVICENNIA DENGAN KARAKTERISTIK SEDIMEN DI KAWASAN HUTAN MANGROVE DESA SUNGAI RAWA KABUPATEN SIAK, RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk kedalam negara kepulauan yang memiliki garis

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

BAB I PENDAHULUAN. Karena berada di dekat pantai, mangrove sering juga disebut hutan pantai, hutan

PROFIL PARAMETER KIMIA OSEANOGRAFI PANTAI TIMUR SUMATERA Oleh: Fani Fadli 1), Joko Samiaji 2), Bintal Amin 2)

BAB I PENDAHULUAN. atas pulau, dengan garis pantai sepanjang km. Luas laut Indonesia

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

The Content Of Heavy Metals Pb, Cu, Zn On Several Types Of Mollusks In Waters Concong Luar Indragiri Hilir district of Riau province ABSTRACT

Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Biologi (ISBN: ), Juni 2018

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

Study of the Distribution of Gastropods in Coastal Conservation. Area Pariaman City Province West Sumatera ABSTRACT

ABSTRAK ABSTRACT. Keywords: Gisi Village, Population gastropods, mangrove density, A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan yang hidup di lingkungan yang khas seperti daerah pesisir.

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian tingkat kesesuaian lahan dilakukan di Teluk Cikunyinyi,

ABSTRACT. Keyword : contribution, coal, income

PENDAHULUAN. garis pantai sepanjang kilometer dan pulau. Wilayah pesisir

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANG DARAH (Anadara granosa) ABUNDANCE IN COASTAL WATER OF TANJUNG BALAI ASAHAN NORTH SUMATERA ABSTRACT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

JENIS-JENIS GASTROPODA DI SUNGAI KUYUNG DESA KUMBUNG NAGARI LUNANG UTARA KECAMATAN LUNANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem pesisir tersebut dapat berupa ekosistem alami seperti hutan mangrove,

Latar Belakang (1) Ekosistem mangrove Produktivitas tinggi. Habitat berbagai organisme makrobentik. Polychaeta

BAB I PENDAHULUAN. maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang

DENSITY AND DISTRIBUTION PATTERN OF SEA URCHIN POPULATION (Diadema setosum) ON CORAL REEF (REEF FLAT) AT SETAN ISLAND

IDENTIFIKASI POPULASI MAKROZOOBENTOS DI KAWASAN EKOSISTEM MANGROVE DESA LADONG ACEH BESAR. Lili Kasmini 11 ABSTRAK

ASOSIASI GASTROPODA DI EKOSISTEM PADANG LAMUN PERAIRAN PULAU LEPAR PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Oleh : Indra Ambalika Syari C

Produktivitas Serasah Mangrove di Kawasan Wonorejo Pantai Timur Surabaya. Abi Gayuh Sopana, Trisnadi Widyaleksono, dan Thin Soedarti

BAB III METODE PENELITIAN

STRUKTUR KOMUNITAS MAKROZOOBENTHOS DI ZONA INTERTIDAL PULAU TOPANG KABUPATEN KEPULAUAN MERANTI PROVINSI RIAU. Oleh:

KEANEKARAGAMAN JENIS GASTROPODA DI HUTAN MANGROVE SEGORO ANAK BLOK BEDUL TAMAN NASIONAL ALAS PURWO SKRIPSI. Oleh : Saniatur Rahmah NIM.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hutan mangrove adalah kelompok jenis tumbuhan yang tumbuh di

STRUKTUR KOMUNITAS KEPITING BAKAU (Scylla spp.) DI PERAIRAN KAWASAN MANGROVE DESA JARING HALUS KABUPATEN LANGKAT SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

ES R K I R P I S P I S SI S S I TEM

THE DIVERSITY OF GASTROPODS AT INTERTIDAL ZONE CINGKUAK ISLAND AND PASUMPAHAN ISLAND WEST SUMATRA. by : ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang disebut sumberdaya pesisir. Salah satu sumberdaya pesisir

JURNAL. KERAPATAN DAN BIOMASSA LAMUN Enhalus acoroides DI PERAIRAN DESA JAGO-JAGO TAPANULI TENGAH PROVINSI SUMATERA UTARA OLEH

Transkripsi:

POLA DISTRIBUSI DAN KEPADATAN POPULASI GASTROPODA Terebralia sulcata DI PERAIRAN MUARA SUNGAI PUTRI SEMBILAN KECAMATAN RUPAT UTARA Oleh Maryanto 1) Syafruddin Nasution 2) Dessy yoswaty 2) Maryantorupat@yahoo.com ABSTRAK Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juli 2014 berlokasi dimuara Sungai Putri Sembilan Kecamatan Rupat Utara. Siput bakau T. sulcata sebagai salah satu makanan laut yang digemari oleh masyarakat pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepadatan dan pola distribusi populasi gastropoda T. sulcata di perairan muara Sungai Puteri Sembilan Kecamatan Rupat Utara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Penentuan stasiun pengamatan ditentukan dengan metode purposive sampling, dimana lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun. Hasil penelitian menunjukan bahwa kepadatan tertinggi ditemukan pada stasiun 2 yang terletak dikawasan mangrove (± 100 meter dari stasiun 1 kearah hulu Sungai) sedangkan kepadatan yang terendah ditemukan pada stasiun I (mulut muara sungai). Pola distribusi diketahui di seluruh stasiun penelitian bersifat merata. kata kunci: T. sulcata, kepadatan, pola distribusi, pulau rupat 1). Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru 2). Dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau, Pekanbaru

DISTRIBUTION PATTERNS AND POPULATION DENSITY OF GASTROPODS Terebralia sulcata IN ESTUARY OF PUTERI SEMBILAN RUPAT UTARA SUBDISTRIC By Maryanto 1) Syafruddin Nasution 2) Dessy Yoswaty 2) Maryantorupat@yahoo.com ABSTRACT This study was conducted in July 2014, located in the Putri Sembilan estuary District of Rupat Utara. Mangrove snails of T. sulcata as one of the foods favored of Rupat Utara coastal communities. This research aims to determine the patterns of distribution and population density of gastropods T. sulcata in estuary waters Putri Sembilan District of Rupat Utara. The method used in this study was a survey method and determination of observation stations was determined by purpossive sampling method, where the location of the study divided into three stations. The results showed that the highest density of T. sulcata found at Station 2 which located at area of mangrove (± 100 meters from the station 1 towards the upper river) while the lowest density was found at station I (the mouth of the estuary of the river). The distribution pattern of mangrove snails T. sulcata overall was evenly which ranges from 0,01-0,05. Key words: T. sulcata, density, distribution patterns, Rupat Island. 1). Students of the Faculty of Fisheries and Marine Sciences University of Riau, Pekanbaru. 2). Lecturer at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau, Pekanbaru.

PENDAHULUAN Gastropoda T. sulcata merupakan organisme pemakanan organik, terutama berupa detritus yang berasal dari hancuran serasah mangrove dan juga organisme nabati yang menempel pada akar, batang dan daun tumbuhan mangrove. Oleh karena itu, keberadaan mangrove sangat dibutuhkan gastropoda seperti T. sulcata. Kawasan hutan magrove memiliki fungsi secara ekologis yaitu sebagai pelindung garis pantai dari abrasi, tempat berpijah aneka biota laut, tempat mencari makanan biota laut, dan tempat untuk berkembangbiak berbagai jenis biota laut. Berbagai fungsi hutan mangrove menjadikan aktivitas manusia juga meningkat, yang secara tidak langsung akan mempengaruhi produktivitas organisme biota terutama gastropoda. Dusun Puteri Sembilan mempunyai muara sungai yang banyak ditumbuhi hutan mangrove dan memiliki sumberdaya perikanan yang sangat baik, salah satu sumberdaya perikanan yang ada di daerah tersebut yaitu gastropoda T. sulcata. Masyarakat sekitar memanfaatkan hutan magrove untuk kebutuhan seperti kayu bakar, dijadikan arang, dijadikan kayu pondasi rumah atau cerocok untuk pembangunan bangunan yang bertingkat, selain itu juga hutan mangrove tersebut ditebang kemudian dijual di negara Malaysia. Hal ini menyebabkan kondisi hutan magrove dapat mengalami kerusakan. Kerusakan tersebut dapat mengakibatkan keberadaan sumberdaya perikanan yang ada di sekitar hutan magrove menjadi terganggu, seperti gastropoda T. sulcata. Sebagian besar masyarakat sekitar banyak memafaatkan sumberdaya perikanan tersebut sebagai sumber makanan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola distribusi dan kepadatan populasi gastropoda T. sulcata pada perairan Muara Sungai Puteri Sembilan. Manfaat dari penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi bagi pihak tekait mengenai distribusi dan kepadatan populasi gastropoda T. sulcata di perairan muara Sungai Puteri Sembilan Desa Kadur Rupat Utara Kabupaten Bengkalis. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli 2014 dimuarasungai Putri Sembilan Kecamatan Rupat Utara Kabupaten Bengkalis (Gambar 1).Analisis sampel dilaksanakan di Laboratorium Biologi Laut Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Riau.

Gambar 1. Peta lokasi penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey, dimana dilakukan pengukuran dan pengambilan sampel di lapangan.selanjutnya dilakukan analisa sampel siput bakau T. sulcata dilaboratorium. Parameter kualitas perairan yang diukur yaitu salinitas, suhu, ph air. Penentuan lokasi pengamatan ini ditentukan dengan purposive sampling, dimana penetapan stasiun berdasarkan karakter lingkungan di lokasi penelitian dan stasiun-stasiun telah mewakili karakter lingkungan yang ada. Lokasi penelitian dibagi menjadi tiga stasiun, Stasiun 1 terletak mulut muara Sungai Puteri Sembilan, stasiun 2 terletak di kawasan mangrove ± 100 m dari stasiun 1 kearah hulu Sungai Puteri Sembilan dan stasiun 3 terletak di dekat permukiman penduduk ± 200 m dari stasiun 1 kearah hulu Sungai Puteri Sembilan. Pengambilan sampel dengan menggunakan petakan kuadrat yang diletakan di sepanjang garis transek. Pada masing-masing stasiun yang memiliki 1 transek terbagi atas 6 petakan (plot) dengan ukuran 3 x 3 m 2 dan setiap plot dibagi lagi menjadi 9 sub plot dengan ukuran 1 x 1 m 2. Pengambilan sampel, 3 dari 9 sub plot dipilih secara acak dan setiap kerang dicari pada tiap petakan. Kepadatan siput bakau T. sulcata (individu/m 2 ) dihitung berdasarkan jumlah individu persatuan luas (individu/m 2 ) dengan perhitungan (Odum, 1993) sebagai berikut :

Pola distribusi T. sulcata di perairan muara sungai puteri sembilan dihitung dengan menggunakan indeks penyebaran Morisita (Abaraham, 2009) yaitu sebagai berikut : n( x 2 ) - n Id = N(N 1) Dimana : Id = Indeks penyebaran Morisita n = Jumlah plot N = Jumlah total individu x 2 = Penjumlahan Kuadrat individu plot Dimana hasil penyebaran ini dikelompokan menjadi 3 kriteria yaitu : Id < 1 = Penyebaran gastropoda bersifat merata Id = 1 = Penyebaran gastropoda bersifat acak Id > 1 = Penyebaran gastropoda bersifat mengelompok Keadaan Umum Lokasi Penelitian HASIL DAN PEMBAHASAN Kecamatan Rupat Utara merupakan salah satu kecamatan yang berada di pulau Rupat dengan luas wilayah 628,50 km². Kecamatan Rupat Utara yang mempunyai batas-batas wilayah : Sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Rupat, sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Rokan Hilir, dan sebelah timur berbatasan dengan Selat Malaka. Secara geografis wilayah ini berada pada : 0 55'24 Lintang Utara sampai 2 7'41" Lintang Utara dan 101 25'43 Bujur Timur sampai 101 47'14'' Bujur Timur (Sumber: Kantor Camat Rupat Utara).. Kecamatan Rupat Utara terdiri dari lima desa yaitu: Desa Kadur, desa Tanjung Medang, desa Tanjung Punak, desa Teluk Rhu, dam desa Titi Akar. Sungai Putri Sembilan terletak di desa Kadur, memiliki luas batas yaitu sebelah Utara dan Timur berbatasan langsung dengan Selat Malaka, sebelah selatan berbatasan dengan desa Pangkalan Nyirih, dan sebelah barat berbatasan dengan desa Tanjung Punak.Desa Kadur memiliki luas wilayah 117,1 km 2 dengan topografi yang datar hingga tidak merata dan memiliki ketinggian rata-rata 2 meter di atas permukaan laut. Jumlah penduduk desa ini ± 3115 jiwa, yang terdiri dari 1611 jiwa laki-laki dan 1504 jiwa perempuan. Penduduk terdiri atas berbagai macam suku diantaranya suku Melayu,

Batak, Jawa, dan Tionghoa. Sebagian besar mata pencaharian mereka adalah sebagai petani dan nelayan (Sumber: Kantor Desa Kadur). Parameter Lingkungan Hasil pengukuran kualitas perairan di perairan Muara Sungai Puteri Sembilan Desa Kadur Kecamatan Rupat Utara-Bengkalis yang merupakan habitat siput bakau T. sulcata dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1. Rata-rata hasil pengukuran kualitas perairan di muara sungai puteri sembilan. No Parameter Suhu ( o C) ph Salinitas ( ) 1 Stasiun 1 30 7 25 2 Stasiun 2 29 7 24 3 Stasiun 3 29 7 22 Sumber: data primer (2014) Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat bahwa suhu air di perairan Sungai Putri Sembilan pada saat penelitian berkisar antara 29-30 0 C, ph perairan 7, sedangkan salinitas pada setiap stasiun penelitian berkisar antara 22-25. Kandungan Bahan Organik Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan terhadap seluruh sampel sedimen dapat diketahui bahwa kandungan bahan organik. Sedimen yang terdapat pada daerah stasiun penelitian dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Hasil perhitungan kandungan bahan organik Stasiun Kandungan Bahan Organik (%) I 5,95 2 9,88 3 9,34 Sumber: data primer (2014) Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat Kandungan bahan organik sedimen pada setiap stasiun penelitian memiliki persentase yang beragam. Kandungan bahan organik tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan jumlah persentase 9.88% sedangkan kandungan bahan organik yang terendah berada pada stasiun 1 dengan jumlah persentase 5.95%. Kepadatan Siput Bakau T. sulcata

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap kepadatan kerang bakau T. sulcata selama penelitian ditemukan kepadatan bervariasi baik antar stasiun maupun antar plot (Gambar 2). 3 Kepadatan (Ind/m2) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 1 2 3 Stasiun Kepadatan rata-rata siput bakau T. sulcata pada masing-masing petakan pada setiap stasiun terdapat perbedaan. Rata-rata kepadatan siput bakau T. sulcata tertinggi terdapat pada stasiun 2 yaitu 1,58 ind/m 2 dan terendah terdapat pada stasiun 1 yaitu 1,08 ind/m 2. Hasil uji T menunjukan bahwa nilai Sig > 0,05 yang berarti tidak ada perbedaan nyata antar setiap stasiunya. Tingginya kepadatan siput bakau T. sulcata pada stasiun 2 pada masingmasing stasiun karena daerah ini memiliki tingkat kandungan bahan organik yang tinggi yaitu 9,88% dan yang ke 2 berada pada stasiun 3 dengan tingkat bahan organik sebesar 9,34%, sedangkan yang terendah berada pada stasiun 1 dengan jumlah kandungan bahan organik sebesar 5,95%. Menurut Hidayanto et al (2004), semakin besar vegetasi pada hutan mangrove akan memiliki kemampuan besar untuk menghasilkan serasah organik yang merupakan penyusun utama bahan organik dalam tanah. Rendahnya kepadatan siput bakau T. sulcata pada stasiun 1 yaitu sebanyak 15 individu dan memiliki tingkat bahan organik 5,95%. Rendahnya kepadatan di stasiun 1 di karenakan stasiun 1 berhadapan langsung dengan laut terbuka dan keberadaan hutan mangrove distasiun 1 mengalami kerusakan akibat abrasi yang disebabkan oleh ombak yang langsung ke permukaan hutan mangrove tersebut, akibat rusaknya hutan mangrove tersebut maka kandungan bahan organik akan berkurang untuk makanan suplay makanan organisme yang berada disana kuhususnya gastropoda siput bakau itu sendiri. Bahan organik yang masuk dalam perairan tidak hanya berasal dari suplai serasah mangrove dan material yang dibawa oleh arus, tetapi juga dapat berasal dari aktifitas antropogenik yang ada di sekitar perairan yang kemudian diabsorbsi oleh sedimen (Arifin, 2008). Perbedaan persentase bahan organik yang terdapat pada sedimen dapat dipengaruhi oleh proses pengendapan

bahan organik, suplai bahan organik yang tidak konstan, arus yang tidak stabil serta kondisi alam yang tidak tentu. Pola Distribusi Siput Bakau T. sulcata Pola distribusi Siput Bakau T. sulcata pada perairan muara sungai puteri Sembilan dari hasil perhitungan dapat dilihat pada Tabel 3 berikut: Tabel 3. Pola distribusi Siput Bakau T. sulcata Stasiun Plot n N Id Pola Distribusi 1 6 2 4 0,08 Merata 2 6 0,6 0,36-9,84 Merata I 3 6 1 1 0 Merata 4 6 0,3 0,09-0,02 Merata 5 6 0,6 0,36-9,84 Merata 6 6 2 4 0,08 Merata 1 6 3,3 10,89 0,28 Merata 2 6 1,3 1,69 0,01 Merata II 3 6 1,6 2,56 0,04 Merata 4 6 1 1 0 Merata 5 6 2 4 0,08 Merata 6 6 0,3 0,09-0,02 Merata 1 6 1,3 1,69 0,01 Merata 2 6 1 1 0 Merata III 3 6 1,3 1,69 0,01 Merata 4 6 0 0 0 Merata 5 6 1 1 0 Merata 6 6 2 4 0,08 Merata Pola distribusi siput bakau Bakau T. sulcata di perairan muara sungai Puteri Sembilan secara keseluruhan bersifat merata. Pola distribusi yang merata pada Siput Bakau T. sulcata di duga disebabkan oleh kondisi hutan mangrove pada perairan sungai Puteri Sembilan hampir mengalami kerusakan disebabkan penebangan hutan mangrove yang dilakukan oleh masyarakat setempat untuk dijadikan pondasi rumah dan juga kayu bakar atau arang, sehingga keberadaan atau distribusi gastropoda siput bakau T. sulcata berpindah kesemua lokasi sehingga menjadi merata. Distribusi jenis Gastropoda yang dijumpai semuanya merata yaitu berkisar 0,01 sampai dengan 0,05. Meratanya distribusi jenis gastropoda diduga karena kemampuannya beradaptasi yang tinggi terhadap lingkungan. Dari hasil penelitian menunjukkan jenis substrat pada masing-masing stasiun sama, stasiun I dan stasiun 2 substratnya berupa berpasir sedangkan pada stasiun 3 substratnya berupa lumpur berpasir. Spesies dikatakan merata bila indeks distribusi Id<1 (Michael, 1991) dimana pada setiap stasiun pengamatan pola distribusinya merata. Hal ini dimungkinkan karena adanya ketersediaan sumber makanan bagi Gastropoda yang ditemukan merata di seluruh stasiun penelitian sehingga memungkinkan Gastropoda dapat

mempertahankan diri dan berkembangbiak dengan baik. Begitu juga dengan faktor abiotik di perairan muara puteri sembilan tidak memperlihatkan perbedaan yang mencolok pada setiap stasiun. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dalam kondisi khusus terbentuk pola distribusi merata. Kondisi khusus yang dimaksudkan bahwa pola distribusi merata hanya terjadi pada spesies tertentu di stasiun tertentu. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan pola distribusi merata membutuhkan kondisi lingkungan tertentu, tidak seperti pembentukan pola distribusi acak yang bisa terjadi dalam kisaran toleransi mutu lingkungan lebih luas. Perbedaan pola distribusi juga sangat dipengaruhi oleh faktorfisika kimia lingkungan seperti suhu, salinitas dan ph. Organisme-organisme Gastropoda akan menempati habitat yang sesuai untuk kehidupannya seperti suhu yaitu pada kisaran 28-32 0 C. KESIMPULAN DAN SARAN Kepadatan dari siput bakau T. sulcata tertinggi pada stasiun 2 (1,58 ind/m 2 ) terletak di kawasan mangrove ± 100 m dari stasiun 1 kearah hulu Sungai Puteri Sembilan dan terendah terdapat pada stasiun 1 1,08 ind/m 2 yang terletak pada mulut muara sungai. Pola distribusi dari siput bakau T. sulcata di lokasi penelitian bersifat merata. Pada penelitian ini menggambarkan kepadatan dan pola distribusi siput bakau T. sulcata di daerah intertidal secara umum. Disarankan untuk penelitian selanjutnya agar melakukan penelitian lanjutan secara periodik dengan penelitian di anggap sudah mewakili dengan memperbanyak titik stasiun. Kemudian penulis juga menyarankan kepada masyarakat Puteri Sembilan agar menjaga kelestarian hutan mangrove agar kelestarian populasi siput bakau T. sulcata terjaga dan tidak punah. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. Ir. Syafruddin Nasution, M.Sc dan Ibu Dessy yoswaty, SPi, M.Si selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingannya serta semua pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Abaraham, S.K. 2009., Metode dan Analisis Kuantitatif Dalam Bioekologi Laut. Pusat Pembelanjaran Dan Pengembangan Pesisir Dan Laut (P4L). Bogor. Arifin, B. 2008. Karakteristik Sedimen ditinjau dari Aktifitas Anthropogenik di Perairan Dumai. Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas Riau. 71 halaman. (Tidak diterbitkan). Hidayanto, W., A. Heru dan Yossita. 2004. Analisis Tanah Tambak Sebagai Indikator Tingkat Kesuburan Tambak.Jurnal Pengkajian dan Pengembangan

Teknologi Pertanian 7 (2). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian. Kalimantan Timur. Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi (Fundamental of Ecology). Diterjemahkan oleh T. J. Samingan. Gadjah Mada University Press, Jakarta.679 halaman.