TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Karakteristik Hidrologi Aliran Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst untuk Mendukung Pengembangan Geowisata

Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

EKOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN KARST INDONESIA Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia

Pentingnya Monitoring Parameter Parameter Hidrograf

Karakteristik dan Pemanfaatan Mataair di Daerah Tangkapan Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Gunungkidul

Konservasi Sumberdaya Air Kawasan Karst Gunungsewu dengan Peningkatan Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat

Keunikan Hidrologi Kawasan Karst: Suatu Tinjauan

Sumberdaya Lahan Kawasan Karst Gunungsewu

PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH

Analisis Potensi Sungai Bawah Tanah Ngancar untuk Pemanfaatan Sebagai Sumber Air Minum

Urgensi Monitoring Jaringan Pipa PDAM Mataair Paisu Mandoni, Pulau. Peling, Kabupaten Banggai Kepulauan, Provinsi Sulawesi Tengah

BAB I PENDAHULUAN. khas, baik secara morfologi, geologi, maupun hidrogeologi. Karst merupakan

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VARIASI TEMPORAL KANDUNGAN HCO - 3 TERLARUT PADA MATAAIR SENDANG BIRU DAN MATAAIR BEJI DI KECAMATAN SUMBERMANJING WETAN DAN KECAMATAN GEDANGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PERKEMBANGAN SISTEM HIDROLOGI KARST DI KARST PIDIE, ACEH. Karst Research Group Fak. Geografi UGM

KONTRIBUSI HIDROLOGI KARST DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST

PANITIA SEMINAR NASIONAL PENINGKATAN KAPASITAS MASYARAKAT DALAM MANAJEMEN BENCANA BANJIR BANDANG DI LOKASI WISATA MINAT KHUSUS KALISUCI, GUNUNGKIDUL

JURNAL GEOGRAFI Geografi dan Pengajarannya ISSN Volume 13 Nomor 1 Juni 2015

Evolusi Hidrogeokimia pada Mataair di Sistem Goa Pindul, Karangmojo, Kebupaten Gunungkidul

Prosiding Seminar Nasional Perubahan Iklim 2012, Sekolah Pascaasarjana, Universitas Gadjah Mada, 30 Juni 2012

VARIASI SPASIAL-TEMPORAL HIDROGEOKIMIA DAN SIFAT ALIRAN UNTUK KARAKTERISASI SISTEM KARST DINAMIS DI SUNGAI BAWAHTANAH BRIBIN, KAB.

(MPPDAS) Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 1 Jurusan Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada INTISARI

BAB I PENDAHULUAN + 2HCO 3. (1)

ANALISIS HIDROKEMOGRAF AIRTANAH KARST SISTEM SUNGAI BAWAH TANAH BRIBIN KABUPATEN GUNUNG KIDUL. Arie Purwanto

PENGELOLAAN KAWASAN KARST DAN PERANANNYA DALAM SIKLUS KARBON DI INDONESIA

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL

SEBARAN SPASIAL TINGKAT KARSTIFIKASI AREA PADA BEBERAPA MATAAIR DAN SUNGAI BAWAH TANAH KARST MENGGUNAKAN RUMUS RESESI HIDROGRAPH MALIK VOJTKOVA (2012)

Fitria Nucifera Program Beasiswa Unggulan BPKLN

Oleh: Tjahyo Nugroho Adji 2 (Kelompok Studi Karst, Fakultas Geografi UGM)

EKOLOGI LINGKUNGAN KAWASAN KARST INDONESIA Menjaga Asa Kelestarian Kawasan Karst Indonesia

KAJIAN DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH BERDASARKAN KANDUNGAN KLORIDA DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Serial:Powerpoint Presentasi: MENGENAL KAWASAN KARST, CIRI-CIRI DAN TINDAKAN PREVENTIV SEDERHANA UNTUK PELESTARIANNYA

ANALISIS NERACA AIR UNTUK MENENTUKAN DAERAH TANGKAPAN AIR (DTA) SISTEM PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BAGAIMANA MEMPREDIKSI KARST. Tjahyo Nugroho Adji Karst Research Group Fak. Geografi UGM

BAB I PENDAHULUAN. sebelah Tenggara Kota Yogyakarta dengan jarak sekitar 39 km. Kabupaten

EVOLUSI TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST DI PANTAI WATUKODOK KABUPATEN GUNUNGKIDUL

mengakibatkan Kabupaten Gunungkidul dikatakan sebagai daerah miskin air dan bencana kekeringan menjadi permasalahan yang sering dihadapi oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

ANALISIS DISTRIBUSI SPASIAL SALINITAS AIRTANAH DI PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU, DKI JAKARTA

Isu-isu Riset Ilmu Kebumian Terkini di Kawasan Karst

ASPEK-ASPEK FISIK DALAM PENGELOLAAN KAWASAN KARST: SEBUAH USULAN

TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT TERHADAP KEBERADAAN DAN PENYEBAB KERUSAKANSUMBERDAYA AIR SUNGAI BAWAH TANAH DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU

PENGATURAN POLA TANAM METEOROLOGIS SEBAGAI SALAH SATU UPAYA OPTIMALISASI PRODUKTIVITAS PERTANIAN DI KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

Serial:Powerpoint Presentasi: HIDROLOGI/ KONDISI AIR DAERAH KARST. Oleh : Tjahyo Nugroho Adji (Kelompok Studi Karst Fakultas Geografi UGM)

URGENSI PENGELOLAAN KAWASAN KARST GOA PINDUL, KECAMATAN KARANGMOJO, GUNUNGKIDUL

PENGARUH KONDISI METEOROLOGIS TERHADAP KETERSEDIAAN AIR TELAGA DI SEBAGIAN KAWASAN KARST KABUPATEN GUNUNGKIDUL

LAPORAN AKHIR HIBAH PENELITIAN DOSEN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Istimewa Yogyakarta. Gunungkidul memiliki luas 1.485,36 Km 2 terletak antara 7

BAB I PENDAHULUAN. terus-menerus dari hulu (sumber) menuju hilir (muara). Sungai merupakan salah

PEMANFAATAN SUMBERDAYA AIRTANAH UNTUK KEGIATAN PERTANIAN LAHAN KERING DI WILAYAH PESISIR KABUPATEN KULONPROGO

PERSPEKTIF HIDROLOGIS DAN STRUKTUR BAWAH TANAH DALAM MITIGASI BENCANA MATA AIR REKAHAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Persetujuan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Daftar Tabel... Daftar Gambar... Daftar Peta... Abstact...

Rizka Ratna Sayekti, Slamet Suprayogi dan Ahmad Cahyadi. Departemen Geografi Lingkungan, Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

URGENSI PENGELOLAAN SANITASI DALAM UPAYA KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DI KAWASAN KARST GUNUNGSEWU KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PENGANTAR. bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Sebenarnya istilah ini

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

B. DANAU. c. Danau Vulkan-Tektonik adalah danau yang terjadi karena gerakan tektonik dan letusan gunung api. Contoh : Danau Toba.

Metode Tracer Test untuk Mencari Hubungan Antar Sistem Sungai Bawah Tanah Di Akuifer Karst

HIDROSFER. Lili Somantri,S.Pd Dosen Jurusan Pendidikan Geografi UPI

KONFLIK ANTARA PEMANFAATAN BATUGAMPING DAN KONSERVASI SUMBERDAYA AIR DAS BRIBIN DI WILAYAH KARST GUNUNG SEWU

Gambar 1.1.Ilustrasi sistem hidrologi karst (Goldscheider, 2010)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN AKHIR KEGIATAN HIBAH PENELITIAN UNTUK MAHASISWA PROGRAM DOKTOR TAHUN ANGGARAN 2009

I. PENDAHULUAN. kompleks, karena curah hujan yang tinggi akan meningkatkan laju erosi (Paiman dan

Oleh : PUSPITAHATI,STP,MP Dosen Fakultas Pertanian UNSRI (2002 s/d sekarang) Mahasiswa S3 PascaSarjana UNSRI (2013 s/d...)

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2011 (SNATI 2011) ISSN: Yogyakarta, Juni 2011

POTENSI SUMBERDAYA AIR DI LABORATORIUM SOSIAL LIPI DESA LIGARMUKTI, KECAMATAN KLAPANUNGGAL KABUPATEN BOGOR

05/1729/PS PROGRAM PASCA SARJANA FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

Tjahyo Nugroho Adji & Igor Yoga Bahtiar Karst Research Group Fak. Geografi UGM SERIAL POWERPOINT PRESENTASI: CROSS CORRELATION (KORELASI SILANG)

SALINAN. Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR NOMOR 20 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN KAWASAN KARS DI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT

Stadia Sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS)

METODE-METODE IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAERAH TANGKAPAN AIR SUNGAI BAWAH TANAH DAN MATAAIR KAWASAN KARST: SUATU TINJAUAN

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

bahwa jumlah air lebih penting dibandingkan dengan kualitas air dari sumber air yang ada. Bentuklahan asal proses solusional (karst) merupakan

BULETIN ILMIAH GEOGRAFI LINGKUNGAN INDONESIA Edisi 1, Vol. 1, Tahun 2017, Nomor DOI /OSF.IO/FZRKP Tautan unduh:

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

HIDROSFER I. Tujuan Pembelajaran

PENDATAAN SUNGAI BAWAH TANAH DI GUA BAGUS-JEBROT UNTUK SUMBER DAYA AIR KAWASAN KARST

I. PENGANTAR. kondisi lahan yang berbatu, kurang subur dan sering mengalami kekurangan air.

C. Batas Wilayah Secara administratif area pendataan berada di Desa Bandung Rejo dan Desa Sumber Bening, Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

PENGARUH STRUKTUR GEOLOGI TERHADAP STABILITAS GOA SEROPAN, KECAMATAN SEMANU, KABUPATEN GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Oleh; Bani Nugroho

KARAKTERISASI AKUIFER KARST MATAAIR NGELENG DENGAN PENDEKATAN VARIASI TEMPORAL SIFAT ALIRAN DAN HIDROGEOKIMIA. Roza Oktama

Create PDF with GO2PDF for free, if you wish to remove this line, click here to buy Virtual PDF Printer

Pemetaan Airtanah Dangkal Dan Analisis Intrusi Air Laut

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 8. SUPLEMEN PENGINDRAAN JAUH, PEMETAAN, DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (SIG)LATIHAN SOAL 8.3.

Prospeksi Kawasan Pindul Sebagai Kampus Lapangan Hidrologi dan Geomorfologi Karst

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I.2 Perumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

Topik Edisi ini. Intisari TIPOLOGI PESISIR KAWASAN KARST KABUPATEN WONOGIRI

HIDROGEOKIMIA KARST. Tjahyo Nugroho Adji KARST RESEARCH GROUP FAC. OF GEOGRAPHY--GADJAH MADA UNIVERSITY INDONESIA

KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

HIDROSFER IV. Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Air merupakan kebutuhan vital setiap makhluk hidup. Dalam kehidupan

KAJIAN RESPON DEBIT MATAAIR NGELENG TERHADAP CURAH HUJAN UNTUK KARAKTERISASI AKUIFER KARST

BAB IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. Secara Geografis Kota Depok terletak di antara Lintang

Transkripsi:

TANGGAPAN TERKAIT DENGAN PENGGENANGAN LAHAN DI SEKITAR GUA/MATAAIR NGRENENG, SEMANU, GUNUNGKIDUL Ahmad Cahyadi, S.Si., M.Sc. Kelompok Studi Karst, Departemen Geografi Lingkungan Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada Email: ahmadcahyadi@geo.ugm.ac.id Peristiwa meluapnya mataair Ngreneng yang terletak di Dusun Wediwutah, Desa Ngeposari, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul (Gambar 1) pada Kamis 30/11/2017 sempat viral dan membuat banyak orang penasaran. Selain karena peristiwa ini sangat jarang terjadi, terdapat berita tidak benar yang mengatakan bahwa air yang berasal dari mataair ini berasa asin. Bagi kami yang mempelajari hidrologi karst, tentu hal tersbut sangatlah aneh. Pertama, karena lokasi terletak sangat jauh dari laut. Kedua, ketinggian lokasi adalah sekitar 150 meter di atas permukaan laut (berdasarkan pada Peta Rupa Bumi Indonesia Skala 1:25.000 yang diterbitkan oleh Badan Informasi Geospasial/BIG). Ketiga, air tawar sedang dalam jumlah sangat banyak mengalir ke laut, maka seharusnya desakan air laut ke arah darat mestinya menjadi semakin kecil. Namun, sore tadi informasi yang kami dapat menunjukkan bahwa berita asinnya air di Mataair Ngreneng salah. Gambar 1. Lokasi Mataair Ngreneng di Kecamatan Semanu, Gunungkidul

Dalam tinjauan ilmu Geomorfologi dan Hidrologi, kawasan karst adalah kawasan yang terbentuk oleh proses pelarutan batuan oleh air dan karbondioksida atmosfer. Proses pelarutan ini kemudian menghasilkan kenampakkan khas berupa bukit-bukit karst di bagian permukaan dan lorong-lorong gua dan sungai bawah tanah di bagian bawah permukaan. Air yang masuk ke dalam sistem akuifer karst akan dialirkan melalui saluran pengatus yang berupa gua atau sungai bawah tanah tadi hingga sampai ke laut. Beberapa aliran tersebut muncul sebelum mencapai laut seperti di Pantai Baron (Gambar 2) dan Ngobaran, dan sebagian lagi ada yang keluar sebagai mataair di tengah laut. Gambar 2. Mataair di Pantai Baron sebagai Salah Satu Muara Sungai Bawah Tanah di Kawasan Karst Gunungsewu Kabupaten Gunungkidul (Foto tanggal 29 November 2017) Ditinjau dari sistem hidrogeologi, Mataair Ngreneng masuk dalam sistem Baron, yang merupakan sistem sungai bawah tanah terbesar dan terluas di Kawasan Karst

Gunungsewu (Gambar 3). Penurunan batuan dasar di bawah batuan gamping yang saat ini nampak di permukaan menyebabkan aliran sungai bawah tanah di sistem ini memusat dan keluar sebagai mataair di Pantai Baron. Kajian yang dilakukan oleh Dr. Tjahyo Nugroho Adji, M.Sc.Tech. dari Fakultas Geografi UGM di dalam disertasi beliau menyebutkan bahwa Gua Ngreneng merupakan bocoran dari Sungai Bawah Tanah Bribin (Gambar 4). Aliran air di Gua ini sangat terkait dengan aliran air yang berada di Sungai Bawah Tanah Bribin. Gambar 3. Skema Sistem Sungai Bawah Tanah Bribin-Baron (Adji, 2011)

Gambar 4. Gua Ngreneng sebagai Bocoran dan Sungai Bawah Tanah Bribin (Adji, 2010) Ditinjau dari kondisi geomorfologi, Gua Ngreneng adalah sebuah karst window. Karst window (Gambar 5) adalah bentukkan alamiah di kawasan karst yang terbentuk akibat runtuhnya sungai bawah tanah, sehingga sebagian dari sungai bawah tanah terekspos ke permukaan pada dasar lembah karst (doline). Beberapa ahli menyebutnya

sebagai estavelle, yakni sebuah istilah yang berasal dari Karst Dinarik yang ada di Eropa. Namun beberapa syarat nyatanya tidak memenuhi untuk disebut sebagai estavelle. Milanovic dalam bukunya Karst Hydrogeology menyebutkan bahwa estavelle memiliki karakteristik sebagai mataair intermitten (mengalir pada waktu tertentu) karena perubahan muka airtanah (dominasi aliran diffuse/ aliran antar butir) dan pada waktu tertentu berperan sebagai pengatus (ponor). Hal ini jelas tidak sesuai dengan kondisi di Ngreneng yang memiliki aliran sepanjang tahun dan didominasi oleh aliran sungai bawah tanah (konduit), meskipun Gua Ngreneng juga memiliki peran sebagai pengatus air (ponor). Gambar 5. Skema GAris Besar Bentuklahan di Kawasan Karst (Sumber: https://www.uky.edu/kgs/water/general/karst/blockdiagram.jpg) Mengapa Terjadi Luapan? Penyebab utama terjadinya luapan di Gua Ngreneng adalah besarnya volume air yang mengalir di gua yang melebihi kapasitas pengalirannya (Gambar 6). Besarnya curah hujan yang yang terjadi sebagai dampak Siklon Tropis Cempaka menyebabkan tanah volume air yang diatuskan melalui sungai bawah tanah di Sungai Bawah Tanah

Bribin menjadi sangat banyak. Hal ini ditunjukkan pula dari pernyataan yang dikeluarkan oleh pengelola bendungan Bribin yang menyebutkan bahwa ketinggian air di bendungan Bribin normalnya 36 meter, namun pada kondisi Hari Kamis sampai dengan 64 meter yang mengakibatkan mesin di Bribin II atau Sindon dimatikan. Kondisi ini dapat dianalogikan seperti tempat wudhu (padasan jawa) yang memiliki masukan (input) air dari kran dan luaran (output) berupa saluran untuk wudhu. Masukan yang lebih besar memungkinkan naiknya air dalam tempat wudhu dan meskipun air dari kran telah dimatikan, air akan surut dengan waktu tertentu. Skema sederhana dapat dilihat dalam Gambar 7. Gambar 6. Lorong Pengatusan Gua Ngreneng yang Kecil (Foto Tahun 2011 pada Musim Kemarau)

Gambar 7. Mekanisme Penggenangan di Gua Ngreneng Mengapa Air yang Menggenangi Lahan Jernih atau Tidak Keruh? Kondisi yang unik terjadi pada luapan Gua Ngreneng adalah air yang meluap bersifat jernih atau tidak keruh. Kondisi demikian berbeda dengan penggenangan yang terjadi di Gua Kalisuci dan Gua Sumurup (Gambar 8). Setidaknya ada dua sebab yang dapat menjelaskan peristiwa ini. Pertama, terkait dengan imbuhan utama yang mengalir ke Gua Ngreneng dan kedua, mekanisme pengaliran yang didominasi oleh aliran diffuse. Dalam hidrologi kawasan karst, imbuhan airtanah atau sungai bawah tanah secara garis besar dibagi menjadi dua, yakni imbuhan allogenic dan imbuhan autogenic. Imbuhan allogenic adalah imbuhan airtanah atau sungai bawah tanah yang asalnya dari kawasan non-karst. Imbuhan ini biasanya masuk melalui sungai permukaan yang kemudian masuk ke dalam sungai bawah tanah sebagai sungai yang menghilang seperti Gua Kalisuci dan Gua Sumurup. Gua Kalisuci misalnya adalah outlet dari Sungai Jirak yang mengalir dari Kecamatan Ponjong dan sebagian Semanu. Air yang mengalir di permukaan menyebabkan air menjadi keruh karena bercampur

dengan tanah yang tererosi. Kondisi berbeda terjadi jika imbuhan air bersifat autogenic, di mana air meresap berasal dari air hujan yang meresap melalui diaklas/ retakanretakan pada kawasan karst yang kemudian secara gravitatif turun sampai dengan sungai bawah tanah. Proses penyaringan oleh tanah, retakan dan rongga batuan menyebabkan air yang masuk ke sungai bawah tanah menjadi lebih jernih. Meskipun Gua Ngreneng memiliki sistem autogenic dan allogenic, namun kapasitas pelepasan aliran diffusenya ternyata sangat besar, sehingga pelepasan diffuse yang jernih menjadi dominan terutama terkait dengan jumlah imbuhan autogenic yang besar pada hari Kamis kemarin. Gambar 8. Perbedaan Genangan di Sekitar Gua Ngreneng dengan Genangan di Sekitar Gua Sumurup dan Gua Kalisuci Adji (2010) menyebutkan bahwa proporsi aliran diffuse yang ada di Gua Ngreneng umumnya lebih dari 50% dari total aliran yang mengalir saat kondisi banjir. Aliran diffuse yang lebih lambat masuk ke dalam sungai bawah tanah lebih belakangan dibandingkan dengan air yang mengalir melalui conduit yang berasal dari sungai bawah tanah. Kondisi demikian menyebabkan aliran diffuse ini tidak dapat masuk ke dalam sungai bawah tanah dan tertekan ke luar menjadi luapan menggenangi doline yang kemudian kita lihat sebagai fenomena unik kemarin. Naiknya aliran diffuse ini juga disebabkan dorongan dari aliran conduit yang berasal dari Sungai Bawah Tanah Bribin.

Berdasarkan analisis data hidrograf yang ada, aliran di Gua Ngreneng akan mencapai puncak banjir dalam waktu sekitar 5 jam setelah dan akan kembali ke posisi semula dalam waktu 16 jam. Namun demikian, dengan kasus penuhnya lorong pengatusan akibat banyaknya volume air yang ada di sana, maka kemungkinan waktu 16 jam akan terlampaui. Genangan di sekitar Gua Ngreneng diperkirakan sekitar 16 hektar. Gambar 9 menunjukkan lokasi Gua Ngreneng yang terletak pada cekungan (warna hijau) yang dibatasi oleh tinggian (warna merah kecoklatan). Penggenangan yang terjadi akan mengikuti topografi cekungan yang ada di sekitar Gua Ngreneng. Gambar 9. Topografi di Sekitar Gua Ngreneng (Dibuat oleh Yudhistira Tri Nurteisa, CV Mitra Geotama, Yogyakarta)

Daftar Pustaka Adji, T.N. 2011. Kondisi Daerah Tangkapan Sungai Bawah Tanah Karst Gunungsewu dan Kemungkinan Dampak Lingkungannya Terhadap Sumberdaya Air (Hidrologis) Karena Aktivitas Manusia. dalam Sudarmadji; Haryono, E.; Adji, T.N.; Widyastuti, M.; Harini, R.; Nurjani, E.; Cahyadi, A.; dan Nugraha, H. 2011. Ekologi Lingkungan Kawasan Karst Indonesia. Yogyakarta: Deepublish. Adji, T.N. 2010. Variasi Spasial-Temporal Hidrogeokimian dan Sifat Aliran untuk Karakterisasi Sistem Karst Dinamis di Sungai Bawah Tanah Bribin, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarat. Disertasi. Yogyakarta: Program Pascasarjana Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada. Milanovic, P.T. 1981. Karst Hydrogeology. Colorado, USA: Water Resources Publications.