BAB I PENDAHULUAN. pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1824 dengan nama Nederlandsche

dokumen-dokumen yang mirip
NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI PENGGABUNGAN USAHA BPR-BKK KARANGMALANG SRAGEN DILIHAT DARI SEGI YURIDIS

Pertemuan 7. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

Kegiatan- kegiatan tersebut dapat dijelaskan pada gambar berikut:

Sistem Informasi Perbankan, Pertemuan Ke-1 PENGENALAN BANK. DEFINISI BANK BANK Bahasa ITALIA Banco yang artinya Bangku

III. GAMBARAN UMUM. abad 19 dengan berdirinya Bank Kredit Rakyat (BKR) dan Lumbung Desa, yang

PENILAIAN KINERJA KEUANGAN PADA PD. BPR BKK KECAMATAN TAWANGSARI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, tidak

BAB I PENDAHULUAN. pensiun, penyediaan sistem pembayaran dan mekanisme transfer dana.

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh pada perekonomian nasional. Hal ini menyebabkan. kebutuhan hidup penduduk Indonesia juga terus mengalami kenaikan.

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH TABUNGAN MASYARAKAT PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT BADAN KREDIT DELANGGU RAYA KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. eksternal sehingga mampu bersaing pada tingkat global dengan lembaga

PELAKSANAAN PRINSIP KEHATI-HATIAN DALAM PERJANJIAN KREDIT DI BANK RAKYAT INDONESIA (BRI) KC SOLO KARTASURA

BAB 1 PENDAHULUAN. sehingga setiap bank perluh terus menjaga dan memilihara kepercayaan. nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan bank di Indonesia mengalami proses pasang surut, dimulai pada

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN BANK PERKREDITAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKANBARU,

BAB I PENDAHULUAN. berarti dalam meningkatkan kesejahteraan bangsa dan negara, baik peranannya

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi adalah sebagai bagian dari pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penanganan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) bermasalah yang tidak

PEMBAHASAN BANK PERKREDITAN RAKYAT

PT. : : : ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga yang memiliki peranan penting dalam. perekonomian suatu negara baik sebagai sumber permodalan maupun sebagai

PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 29 SERI E

BAB I PENDAHULUAN namun demikian, UU saja masih belum cukup, sehingga diperlukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

ANALISIS PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK PADA PD. BPR BKK PATI KOTA KABUPATEN PATI TAHUN

PENDAHULUAN PENGERTIAN BANK

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

ADIKA SETIOKO B

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 8 TAHUN 2006 SERI D =================================================================

BAB I PENDAHULUAN. dalam dunia usaha. Hal ini yang akan menimbulkan dunia perbankan tidak

PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kesenjangan antara kemampuan dan keinginan untuk mencapai suatu yang

SISTEM KEUANGAN DAN PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja perbankan nasional selama kurun waktu tahun 2003 sampai 2009

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mendukung sistem perekonomian suatu negara. Jika industri perbankan dalam

PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diperbaharui dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998.

BUPATI BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

Perda No. 6 / 2002 tentang Izin Pemakaian Tanah Pengairan atau Tanah Jalan Kabupaten Magelang.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEGAL NOMOR 04 TAHUN 2006 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT (PD. BPR) BANK PASAR KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. keuangan terdiri dari lembaga keuangan bank dan non bank. Lembaga

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini perbankan di Indonesia diatur dalam UU Nomor 10 tahun 1998

PERTEMUAN I & II: Oleh: Melinda Rahma Arullia, SE

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberadaan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Indonesia terasa

BAB I PENDAHULUAN. perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara (Kasmir, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. yang kemudian menyebar ke bagian Asean lainnya termasuk Indonesia.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO,

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

TENTANG BUPATI PATI,

BAB I PENDAHULUAN. bidang keuangan yang berfungsi melakukan penghimpunan dan penyaluran dana

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 24 TAHUN 2007 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Undang-Undang No.7 Tahun 1992, yang telah diubah menjadi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Setiap perusahaan memiliki ciri-ciri dan karakteristik tersendiri sehingga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG PERSEROAN TERBATAS BANK PERKREDITAN RAKYAT DELTA ARTHA

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS BANK PEMBIAYAAN RAKYAT SYARIAH (PT.

SEJARAH BANK INDONESIA : PERBANKAN Periode

BAB IV GAMBARAN UMUM

ABSTRAK. Memasuki era globalisasi, pengusaha berlomba-lomba untuk memajukan

BUPATI PATI PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH TENTANG PENCABUTAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PERIZINAN PENGUSAHAAN MINYAK DAN GAS BUMI

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan negara baik secara ekonomi makro mikro ataupun kegiatan moneter.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian Nama Bank Total Asset (triliun) Latar Belakang Permasalahan

BAB II LANDASAN TEORITIS

ASURANSI DAN KREDIT PERBANKAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat, menyalurkan dana kepada masyarakat, dan juga

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pemerintah dan beberapa perusahaan besar, telah berubah menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Abdurrahman (2002) bank sebelumnya memiliki kewajiban sebagai

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut Undang-Undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10. November 1998 dinyatakan bahwa Perbankan adalah badan usaha yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH,

LEMBARAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR : 27 TAHUN : 2003 SERI : D NOMOR : 18 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. itu, setiap perusahaan harus berusaha meningkatkan pelayanan ( services)

BAB I PENDAHULUAN. penentuan return yang akan diperoleh para depositornya. Bank syariah tidak hanya

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional merupakan upaya pembangunan secara

BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional adalah mewujudkan masyarakat adil dan

BUPATI PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan, baik yang baru berdiri maupun yang sudah

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PENYERTAAN MODAL PEMERINTAH DAERAH KEPADA

Kegiatan yang dilakukan Bank Umum

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi bank menghimpun dana dari berbagai aspek, dimana sumber dana

BAB I PENDAHULUAN. keuangan di Indonesia. Keberadaan sektor perbankan memiliki peranan cukup penting,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA. Perihal: Jumlah Modal Inti Minimum Bank Umum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 1992 TENTANG BANK PERKREDITAN RAKYAT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 2 - Republik Indonesia Nomor 4437), sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua

BUPATI BANDUNG RANCANGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG

SMAM 3 LHOKSEUMAWE LEMBAGA KEUANGAN BANK & LEMBAGA KEUANGAN BUKAN JUDUL MATERI LAT. SELESAI BANK (LKBB) Indikator: Membdakan Lembg Keu Bank & LKBB

BAB I PENDAHULUAN. kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran. Dalam. undang-undang tersebut, dinyatakan pula bahwa BPR berfungsi untuk

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan Perbankan di Indonesia sudah dimulai pada saat periode pendudukan belanda. Bank pertama di Indonesia didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1824 dengan nama Nederlandsche Handel Maatschappij (NHM), dan pemerintah Hindia-Belanda bertindak sebagai salah satu pemegang saham utama. 1 Periode ini berlanjut dengan periode pendudukan jepang, awal kemerdekaan dan sampai dengan saat ini. Lembaga keuangan adalah sebuah badan usaha yang menyediakan jasa keuangan bagi masyarakat yang membutuhkan dan lembaga ini dibedakan menjadi dua yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan bukan bank. Perbankan merupakan bentuk lembaga keuangan bank, sedangkan asuransi, pegadaian, dan dana pensiun merupakan bentuk dari lembaga keuangan bukan bank. Bank dibedakan menjadi dua macam berdasarkan jenisnya, yakni Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pengertian Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sedangkan pengertian Bank Perkreditan Rakyat 1 Widjanarto. 1993. Hukum dan Ketentuan Perbankandi Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti. Hal 3. 1

2 (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pada tanggal 27 Oktober 1998 Menko EKUIN Radius Prawiro mengumumkan serangkaian kebijakan baru yang merupakan paket deregulasi di bidang keuangan moneter dan perbankan. Paket kebijaksanaan ini lebih dikenal dengan sebutan Pakto 88. Isi dari Pakto 88 antara lain adalah kemudahan pembukaan kantor bank, pembukaan kantor cabang LKBB, penerbitan sertifikat deposito, perluasan tabungan, pendirian bank swasta baru dan pendirian usaha Bank Perkreditan Rakyat. 2 Syarat yang harus dilengkapi untuk pendirian dan usaha Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah sebagai berikut: 1. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat didirikan di kecamatan di luar ibu kota negara, ibu kota propinsi, dan ibu kota daerah tingkat II. 2. Syarat permodalan untuk mendirikan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yaitu: a. Untuk yang berbentuk hukum Perseroan Terbatas (PT) atau Perusahaan Daerah(PD), modal disetor minimal Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). b. Untuk yang berbentuk koperasi, simpanan pokok dan simpanan wajib minimal Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah). 2 Agus Budianto, 2004, Merger Bank di Indonesia beserta Akibat-akibat Hukumnya, Jakarta: Ghalia Indonesia, hal. 23.

3 3. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) boleh membuka cabang di kecamatan tempat kedudukan bank yang bersangkutan tanpa ijin dari menteri keuangan, tetapi harus melapor kepada Bank Indonesia(BI) setempat. 4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dapat menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk giro, deposito, dan tabungan. Pemberian kredit oleh Bank Perkreditan Rakyat (BPR) diperuntukkan terutama untuk pengusaha kecil dan atau masyarakat pedesaan. 5. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang telah ada di ibu kota Negara, ibu kota provinsi atau ibu kota Dati II, harus ditingkatkan menjadi Bank Umum atau Bank Pembangunan atau dipindahkan ke kecamatan. Batas waktu penyesuaian tersebut adalah dua tahunsejak berlakunya peraturan ini. 3 Pakto 88 ini mengalami tujuh kali perubahan dan penyempurnaan dimana perubahan dan penyempurnaan ini disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan moneter dan perbankan di Indonesia. Salah satu isi dari perubahan pakto 88 ini adalah peleburan dan penggabungan usaha bank. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan untuk mengganti Undang-Undang pokok Perbankan Nomor 14 Tahun 1967 dan UU ini tidak berlaku lagi. Dalam rangka penyempurnaan tata perbankan di Indonesia, ditempuh langkah-langkah antara lain sebagai berikut 4 : 3 Ibid, hal. 24. 4 Ibid. hal 36.

4 1. Penyederhanaan jenis Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR), serta memperjelas ruang lingkup dan batas kegiatan yang dapat terselenggara. 2. Persyaratan pokok untuk mendirikan suatu bank diatur lebih rinci, sehingga ketentuan pelaksanaan yang berkaitan dengan kegiatan Perbankan lebih jelas. 3. Peningkatan perlindungan dana masyarakat dipercayakan pada lembaga Perbankan melalui prinsip kehati-hatian dan pemenuhan ketentuan persyaratan kesehatan bank. 4. Peningkatan profesionalisme para pelaku di bidang Perbankan. 5. Perluasan kesempatan untuk menyelenggarakan kegiatan di bidang Perbankan secara sehat dan bertanggung jawab, sekaligus mencegah terjadinya praktik-praktik yang merugikan masyarakat luas. Pemerintah melakukan penyempurnaan dan mengadakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dengan mengesahkan Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang Perbankan. Hal ini dilakukan karena banyak muncul bank-bank yang tidak sehat. Apabila bank tersebut tidak sehat maka keuangan di Indonesia juga akan terpengaruh menjadi buruk. Munculnya bank-bank yang tidak sehat ini maka pemerintah menyarankan agar bank- bank tersebut melaksanakan merger. Pengertian merger secara umum yaitu penggabungan usaha dua perseroan atau lebih, dimana salah satu diantaranya tetap berdiri dengan nama

5 perseroannya sementara yang lainnya lenyap dengan segala nama dan kekayaannya dimasukkan dalam perseroan yang tetap berdiri tersebut. Sedangkan pengertian merger menurut hukum Perbankan yakni pasal 1 angka 25 Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang menyatakan bahwa Merger adalah penggabungan dari dua bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu bank dan membubarkan bank-bank lainnya dengan atau tanpa melikuidasi. Kemudian dalam PP No 28.Tahun 1999 pasal 1 angka 2 bahwa Merger adalah penggabungan dari 2 (dua) Bank atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu Bank dan membubarkan Bank-bank lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu dan dalam SK Direksi BI No.32/52/KEP/DIR Tanggal 14 Mei 1999 bahwa Merger adalah penggabungan dari 2 BPR atau lebih, dengan cara tetap mempertahankan berdirinya salah satu BPR dan membubarkan BPR-BPR lainnya tanpa melikuidasi terlebih dahulu. Bank BPR BKK Karangmalang merupakan salah satu lembaga Perbankan hasil penggabungan usaha dari 14 BPR BKK di Kabupaten Sragen. Pada mulanya bernama Badan Kredit Kecamatan (BKK) Karangmalang yang modal awal berupa pinjaman dari APBD Jawa Tengah yang dipisahkan pada tanggal 28 Oktober 1974 yang merupakan Proyek Officer Jawa Tengah atas kuasa Undang-Undang No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan di Daerah. Dengan dikeluarkannya Perda 11 Tahun 1981 meningkat statusnya menjadi Badan Usaha Milik Daerah

6 (BUMD). Tanggal 8 Oktober 1991 Badan Kredit Kecamatan Karangmalang berubah statusnya menjadi Bank Perkreditan Rakyat BKK Karangmalang. Berdasarkan pasal 4 peraturan daerah propinsi jawa tengah no. 19 tahun 2002, BKK dalam melakukan usahanya berasaskan Demokrasi Ekonomi dengan prinsip kehati-hatian. BPR-BKK tidak dapat memberikan bantuan modal yang banyak kepada para nasabah dikarenakan modal yang dimiliki memang tidaklah besar. Oleh karena itu maka penggabungan usaha adalah jalan yang paling tepat untuk memberikan pelayanan kepada para nasabah tersebut. Pada tahun 2006 di Sragen telah dilakukan penggabungan usaha terhadap 14 (empat belas) BPR-BKK yang ada disetiap kecamatan di Kabupaten Sragen dan tiap-tiap BPR-BKK tersebut dalam kondisi yang sehat. Inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti penggabungan terhadap empat belas BPR-BKK di kabupaten Sragen, dalam suatu Penulisan Hukum dengan judul Penggabungan Usaha BPR-BKK Karangmalang Sragen Dilihat dari Segi Yuridis. B. Pembatasan Masalah Untuk mencapai tujuan penelitian yang dimaksud dapat terfokus pada pokok permasalahan yang ditentukan, perlu spesifikasi pembatasan masalah dan juga mengingat terbatasnya kemampuan penulis baik kemampuan akal, biaya, dan tenaga maka sesuai dengan judul yang dipilih, penulis hanya membatasi pada masalah jenis Merger dan tujuan pemegang saham BPR-

7 BKK Karangmalang Sragen melakukan penggabungan usaha dan dampak merger bagi para pihak. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian hukum ini adalah: 1. Termasuk jenis merger apakah penggabungan usaha BPR-BKK Karangmalang Sragen dan apa tujuan pemegang saham melakukan merger? 2. Apa saja dampak merger bagi para pihak? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka peneliti menentukan tujuan penelitian adalah sebagai berikut : a. Mengetahui jenis merger dari penggabungan usaha BPR-BKK Karangmalang Sragen dan tujuan pemegang saham melakukan merger. b. Mengetahui dampak merger bagi para pihak. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat bagi perkembangan Hukum Perdata khususnya mengenai praktik merger dalam bidang Perbankan.

8 b. Hasil penelitian ini diharapkan menambah referensi dan literatur kepustakaan di bidang Hukum Perdata. c. Hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai acuan terhadap penelitian-penelitian yang sejenis dikemudian hari. 2. Manfaat Praktis a. Sebagai sumber informasi bagi masyarakat luas mengenai penggabungan usaha Perbankan khususnya penggabungan usaha Bank Perkreditan Rakyat. b. Membantu Perbankan khususnya Bank Perkreditan Rakyat tentang cara-cara melaksanakan penggabungan usaha agar tidak ada pihak yang dirugikan. F. Metode Penelitian Metode dalam hal ini diartikan sebagai suatu cara yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan dengan menggunakan alat-alat tertentu. Sedangkan penelitian adalah suatu usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan yakni usaha dimana dilakukan dengan menggunakan metode-metode tertentu. 5 Suatu metode penelitian akan mengemukakan secara teknis tentang metode-metode yang 5 Sutrisno Hadi, 1997, Metodologi Riset, Yogyakarta: UGM press, hal.3.

9 digunakan dalam penelitian. 6 Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka penelitian mempergunakan beberapa metode sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini adalah yuridis empiris. Yuridis yaitu data yang berasal dari peraturan daerah dan peraturan diatasnya, sedangkan empiris yaitu data yang diperolehnya dengan jalan terjun ke lapangan atau data yang secara langsung diperoleh dari masyarakat dan dilakukan dengan observasi. 7 2. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran selengkap-lengkapnya mengenai masalah yang diteliti sehingga tujuannya untuk memberikan data seteliti mungkin secara sistematis dan menyeluruh. 3. Lokasi Penelitian Untuk mempermudah pengumpulan data yang sesuai dengan permasalahan yang penulis teliti, maka penulis melakukan penelitian di BPR-BKK Karangmalang Kabupaten Sragen. 6 Noeng Muhadjir, 1998, Metode Penelitian Kualitatif,Yogyakarta: Rake Sarasin, hal. 3. 7 P. Joko Subagyo,1997, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta, hal.91.

10 4. Jenis dan Sumber Data Data yang disajikan diperoleh dari sumber data yang meliputi sumber data primer dan sumber data sekunder. Dengan penjelasan sebagai berikut: a. Sumber data primer Diperoleh penulis dari Penelitian di BPR-BKK Karangmalang Kabupaten Sragen. b. Sumber Data Sekunder Yaitu data yang diambil dari buku-buku, literature, peraturan perundang-undangan dan sumber- sumber lain yang berhubungan dengan obyek penelitian. 5. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang digunakan diatas, maka penulis akan menggunakan data sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Dilakukan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, menganalisis, dan mempelajari data-data sekunder yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. b. Penelitian Lapangan Yaitu mengumpulkan data dari pihak yang berada dalam objek penelitian dengan cara:

12 1) Wawancara, yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung kepada yang di wawancara. 2) Observasi, yaitu mengamati langsung terhadap jalannya operasional dan konstruksi hukum yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. 6. Metode Analisis Data Metode analisis data yang akan digunakan adalah menggunakan metode kualitatif yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang telah diperoleh kemudian dianalisis secara kualitatif yang akan memberikan gambaran yang menyeluruh mengenai permasalahan yang diteliti, mencari pemecahannya dan menarik kesimpulan sehingga dapat diperoleh suatu hasil yang menggambarkan permasalahan yang diteliti. G. Sistematika Skripsi Untuk memberikan gambaran secara menyeluruh isi dari penulisan skripsi ini dan memudahkan pembaca untuk mengetahui isi yang terkandung dalam skripsi ini, adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 (empat) bab, yaitu adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

13 B. Pembatasan Masalah C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Metode Penelitian G. Sistematika Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum tentang Bank 1. Pengertian Bank 2. Asas, Fungsi dan Tujuan Bank 3. Jenis dan Usaha Bank B. Tinjauan Umum Tentang Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 1. Pengertian BPR 2. Perkembangan BPR 3. Sejarah BPR 4. Pendirian BPR C. Tinjauan Umum Badan Kredit Kecamatan (BKK) 1. Pengertian BKK 2. Tujuan BKK 3. Fungsi Usaha BKK 4. Tugas BKK 5. Usaha BKK D. Tinjauan Umum tentang Merger

14 1. Pengertian Merger 2. Jenis Merger 3. Rancangan Merger 4. Rapat Umum Pemegang Saham Untuk Merger E. Tinjauan Umum tentang Merger Bank 1. Alasan,Motif dan Tujuan Bank Melaksanakan Merger 2. Dasar Hukum Merger Bank 3. Syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Merger Bank BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran