PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERKARAKTER PADA MATERI POKOK CAHAYA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SECARA OTENTIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA SMP.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA BERKARAKTER PADA MATERI POKOK PESAWAT SEDERHANA KELAS VIII SMP

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP PADA MATERI AJAR BUNYI. Oleh:

I. PENDAHULUAN. yaitu: sikap, proses, produk, dan aplikasi. Keempat unsur utama tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

PELATIHAN TANGGUNG JAWAB DAN DISIPLIN SISWA DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS) MATERI SISTEM KOLOID

I. PENDAHULUAN. Kerja Siswa (LKS). Penggunaan LKS sebagai salah satu sarana untuk

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASSESSMENT SIKAP ILMIAH BERBASIS SELF ASSESSMENT DALAM PEMBELAJARAN FISIKA SMA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

Nur Indah Sari* STKIP Pembangunan Indonesia, Makassar. Received 15 th May 2016 / Accepted 11 th July 2016 ABSTRAK

Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika


WIYATA DHARMA Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan Website:

I. PENDAHULUAN. Media dalam pendidikan digunakan untuk membantu dalam menyampaikan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA PADA POKOK BAHASAN LISTRIK DINAMIS MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

PENILAIAN BERBASIS KELAS UNTUK PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA BIOLOGI SMP

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana dirumuskan dalam tujuan pendidikan nasional dalam

HUBUNGAN PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DENGAN PRESTASI BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PAINAN.,, dan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang dirumuskan dalam Undang-undang nomor 20 tahun

PENGARUH IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER TERHADAP ASPEK AFEKTIF SISWA. Pipin Erlina, Umi Chotimah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jawab. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI 2016

DEVELOPMENT OF PHYSICS-ORIENTED LEARNING DEVICE INQUIRY APPROACH ON THERMODYNAMIC MATERIALS OF CLASS XI SMA BASED ON CURRICULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menjadi kebutuhan mendasar yang diperlukan oleh setiap manusia. Menurut UU

ARTIKEL ILMIAH OLEH: FITRIA DWITA A1C411031

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ferri Wiryawan, 2013

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah memiliki peranan dan tanggung jawab yang sangat penting dalam

Yuni Permata Sari*, Rini**, Rasmiwetti*** No. Hp:

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

PENGEMBANGAN PERANGKAT PENILAIAN SIKAP TERHADAP SAINS DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS FISIKA UNTUK SISWA SLTP

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

Nurul Afisa 24, Titik Sugiarti 25, Dinawati Trapsilasiwi 26

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA MATERI GERAK DI SMP NEGERI 27 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER DENGAN COOPERATIVE LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. tersebut ditujukan untuk membantu anak dalam menghadapi dan. dalam perkembangan anak (Suryosubroto, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih baik. Oleh Karena itu, pendidikan secara terus-menerus. dipandang sebagai kebutuhan yang mendesak.

ANALISIS LINGKUNGAN SEKOLAH DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI IPS MAN 1 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2016/2017

PERBEDAAN HASIL BELAJAR IPA MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN INQUIRI DAN PROBLEM-BASED LEARNING PADA SISWA KELAS VII SMP N 3 SINGGALANG

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS KARAKTER PADA PEMBELAJARAN QUANTUM POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS SMP KELAS VIII

Imam Mahadi Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan PMIPA FKIP Universitas Riau Pekanbaru ABSTRACT

PENGARUH BIMBINGAN BELAJAR NONFORMAL DAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

PENDIDIKAN KARAKTER CERDAS FORMAT KELOMPOK (PKC - KO) DALAM MEMBENTUK KARAKTER PENERUS BANGSA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL SETTING KOOPERATIF TIPE TWO STAY TWO STRAY

Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa Melalui Pembelajaran dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Soft Skill

PENGEMBANGAN LKS NON EKSPERIMEN BERBANTUKAN ALAT PERAGA JUMPING RING PADA KONSEP INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

HUBUNGAN ANTARA KONDISI LINGKUNGAN SEKOLAH DENGAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 DONOROJO TAHUN PEMBELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan sebagaimana dirumuskan dalam

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS ICT PADA POKOK BAHASAN LINGKARAN UNTUK SISWA KELAS VIII SMP/MTS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING

Pengembangan modul pembelajaran fisika berbasis PBL (problem based learning)

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA MATERI OPTIKA GEOMETRIS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. semakin lama semakin terbuka. Hal ini dapat dicontohkan, ketika

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS V

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Panji Faisal Muhamad, 2015

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NHT DAN TPS TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA

DEVELOPMENT OF ONLINE-LEARNING PLAN BASED ON LEARNING MANAGEMENT SYSTEM ON MATERIAL MOMENTUM AND IMPULSE CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

INOVASI PENDIDIKAN Bunga Rampai Kajian Pendidikan Karakter, Literasi, dan Kompetensi Pendidik dalam Menghadapi Abad 21

PENGEMBANGAN SUMBER BELAJAR BERBASIS TEMATIK SEBAGAI PANDUAN PEMBELAJARAN BAGI GURU KELAS IV SD BERDASARKAN KURIKULUM 2013 ARTIKEL

PRESTASI BELAJAR IPA

PENGGUNAAN MEDIA BERBASIS TEKS DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Salah satu media atau sumber belajar yang dapat dijadikan sebagai penunjang

TINGKAT PEMAHAMAN GURU PENJASORKES PADA PELAKSANAAN EVALUASI HASIL BELAJAR SISWA DI SMP NEGERI KABUPATEN SLEMAN BERDASARKAN KURIKULUM 2013

BAB I PENDAHULUAN. merubah dirinya menjadi individu yang lebih baik. Pendidikan berperan

PENGEMBANGAN HANDOUT FISIKA BERBASIS CULTURAL PADA PEMBELAJARAN IPA-FISIKA DI SMP. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK POKOK BAHASAN KUBUS DAN BALOK

PENDAPAT GURU FISIKA TERHADAP PENETAPAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL SE-SMA NEGERI DI KOTA PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN ASESMEN PEMBELAJARAN PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN BERBASIS MEDIA AUDIO VISUAL DI MAN YOGYAKARTA I

Transkripsi:

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN KARAKTER SISWA SMP UNTUK MATA PELAJARAN IPA FISIKA Ayu Khairunnisa, Fakhruddin, Mitri Irianti adzkia.annisa@gmail.com Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau Abstrak The aim of this research is to produce instrument of junior high school s student character evaluation for Physics science learning. Type of the research used is R and D (Research and Development). Development of character evaluation instrument consists of introduction study, instrument plan, instrument development, instrument validation and empirical trial. Character evaluation instrument developed in this research is instrument questionnaire of student character evaluation. Based on validation result, it can be obtained that validity index is 3,11 with high category. Empirical test shows that value of alpha cronbach 0.966 which is higher than r table 0.433. it means that evaluation which is developed is reliable It can be concluded that character evaluation instrument developed as data collection tools is feasible for phisycs science learning in junior high school Key words : character evaluation instrument, character values PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan untuk mengembangkan pendidikan nasional di Indonesia. Pasal 3 UU Sisdiknas menyebutkan, Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan dapat berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi dasar pengembangan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa di sekolah yang berlandaskan pada Pancasila, UUD 1945 dan kebudayaan kebangsaan Indonesia Menurut Mochtar Buchori dalam Zainal, (2011) pendidikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahan pendidikan karakter yang selama ini ada di sekolah perlu segera dikaji, dan dicari altenatif-alternatif solusinya, serta perlu dikembangkannya secara lebih operasional sehingga mudah diimplementasikan di sekolah. 1

Dalam kegiatan pembelajaran teknik dan instrumen penilaian yang dipilih dan dilaksanakan tidak hanya mengukur pencapaian akademik/kognitif peserta didik tetapi juga mengukur perkembangan kepribadian peserta didik Dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 disebutkan bahwa dalam kegiatan pembelajaran, penilaian merupakan salah satu unsur penting yang wajib dikuasai oleh seorang pendidik dalam melaksanakan tugasnya di sekolah. Penilaian adalah kegiatan untuk menentukan pencapaian hasil pembelajaran. Hasil pembelajaran dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif, psikomotor, dan afektif. Semenjak diberlakukannya pembelajaran berkarakter, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh para guru adalah belum adanya instrumen yang valid yang digunakan untuk menilai karakter siswa. Guru mengalami kesulitan untuk memberikan kategori penilaian karena tidak memiliki kriteria untuk menetapkan kategori ini serta indikator yang menjadi tolak ukur penilaian tentang aspek-aspek yang harus diberikan penilaian sebagaian guru tidak mengerti. Karakter merupakan bagian dari ranah afektif jadi dalam pengukuran karakter bisa menggunakan metode observasi atau pelaporan diri. Berdasarkan uraian di atas maka dilakukan pengembangan instrumen penilaian karakter untuk menilai karakter siswa khususnya pada pembelajaran fisika. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan R&D (Research and Development) model Brog dan Goll yang dimodifikasi oleh Sukmadinanta dkk (2010), secara garis besar langkah penelitian terdiri atas tiga langkah utama yaitu studi pendahuluan, pengembangan produk, uji coba instrumen. Pada tahap studi pendahuluan dilakukan observasi, studi pustaka dan wawancara dengan guru untuk menelaah dan memahami permasalahan faktual dilapangan. Pada tahap pengembangan produk penulis mengembangkan butir pernyataan untuk setiap indikator karakter yang telah ditentukan. Selanjutnya dilakukan penilaian instrumen oleh validator untuk menelaah kelemahan yang ada pada instrumen untuk disempurnakan. Pada tahap uji coba instrumen yang telah dikembangkan di ujikan pada siswa lalu dari instrumen yang telah diisi siswa tersebut dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Teknik pengumpulan data hasil validasi instrumen penilaian dilakukan dengan cara memberikan contoh instrumen penilaian karakter kepada para validator. Selanjutnya, para validator diminta untuk memberikan masukan atau saran terhadap instrumen penilaian karakter yang diberikan, apakah instrumen yang telah disusun sudah bisa dikatan layak atau belum. Adapun urutan pengumpulan data yang dilakukan adalah Memberikan instrumen penilaian kepada validator, menganalisis instrumen penilaian yang telah diisi oleh validator, memberikan instrumen penilaian yang ke dua kepada validator, melakukan uji coba instrumen, menganalisis dan mempersiapkan untuk membuat laporan penelitian. Langkah-langkah teknik analisis data hasil validasi yaitu menentukan skor untuk jawaban angket menggunakan skala Likert, mencari rata-rata tiap 2

pernyataan angket, mencari skor rata-rata tiap variabael karakter, mencari rata-rata keseluruhan angket, menentukan kategori rata-rata indikator berdasarkan Tabel 1 Tabel 1. Kategori Validitas Skor Rata-Rata Kategori Sangat Tinggi Tinggi Rendah Sangat Rendah Kriteria penarikan kesimpulan penelitian ini ditetapkan sebagai berikut: instrumen penilain karakter yang dikembangkan dalam penelitian ini dinyatakan valid, jika setiap butir pernyataan instrumen penilaian karakter yang dikembangkan memilki indeks validitas yang tinggi atau sangat tinggi HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil validasi oleh validator dari 18 variabel karakter yang dikembangkan, variabel karakter yang mendapat skor rata-rata 3,25 dengan kategori sangat tinggi ada 3 yaitu ketangguhan berpikir logis serta ketelitian dan kecermatan sedangkan 15 karakter yang lainnya mendapat skor rata-rata dibawah 3,25 dengan kategori tinggi. Skor rata-rata semua variabel adalah 3,11 dengan kategori tinggi, ini menunjukkan bahwa instrumen yang telah disusun memiliki kesesuaian antara butir instrumen dengan karakter yang diukur serta sesuai dengan berfikir atau tahap perkembangan subjek yang diteliti. Hasil uji coba instrumen kepada siswa melalui uji validitas terdapat 21 butir item yang gugur dan 39 butir tetap dari 60 butir pertanyaan dan dari uji reliabilitas didapatkan nilai hitung alpha lebih besar dari r tabel dimana nilai alpha 0,966 dan nilai r tabel 0,433. Dengan demikian instrumen yang dikembangkan sudah reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Berdasarkan hasil validasi instrumen yang dilakukan dapat diketahui cara pengukuran untuk setiap karakter siswa yaitu seorang siswa dikatakan telah memiliki karakter religius jika setiap pikiran, perkataan dan tindakannya selalu berdasarkan pada nilai-nilai ketuhanan. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang semakin meningkat keimanannya kepa Tuhan dan mengagumi ciptaan Tuhan setelah mengetahui keteraturan fenomena di alam. Siswa menjadi lebih memperhatikan masalah konservasi sumber daya alam seperti penghematan penggunaan listrik, serta selalu berdoa dalam kegiatan pembelajaran IPA. Seorang siswa dikatakan telah memiliki karakter kejujuran jika sikap dan perilakunya selalu dapat dipercaya. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang melakukan pengamatan sesuai prosedur kegiatan, menganalisis data sesuai kaidah ilmiah menyajikan data dan menarik kesimpulan sesuai dengan hasil praktikum yang diperoleh. Siswa dikatakan telah memiliki karakter kecerdasan jika mampu melakukan suatu tugas secara cermat, tepat, dan cepat. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang mampu menarik/merumuskan kesimpulan dengan cepat dan tepat ketika belajar, mampu menemukan jawaban yang tepat dalam setiap soalsoal yang diberikan serta mampu memilih alat dan bahan yang tepat dalam melakukan eksperimen. 3

Siswa dikatakan telah memiliki karakter ketangguhan jika memiliki perilaku pantang menyerah atau tidak mudah putus asa ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang selalu menggunakan informasi yang terpecaya dalam setiap pendapat yang dikeluarkannya serta tidak berputus asa dalam mengulang eksperimen agar mendapatkan data yang akurat. Siswa dikatakan telah memiliki karakter demokratis jika memiliki cara berfikir, bersikap dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang bisa menerima masukan dari setiap anggota kelompok, mau memberikan kesempatan kepada anggota lain untuk mengemukakan pendapat serta mau melaksanakan tugas yang diberikan kelompok kepadanya baik sulit ataupun mudah. Siswa dikatakan telah memiliki karakter kepedulian jika siswa selalu berupaya mencegah dan memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar dirinya serta mau memberi bantuan kepada orang lain yang membutuhkan.. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang mau berbagi dalam menggunakan fasilitas pembelajaran seperti alat-alat praktikum, menggunakan alat-alat lab dengan hati-hati, menaruh perhatian penuh tentang tata cara penggunaan alat, peduli dengan teman yang mengalami kecelakaan dalam kegiatan praktikum. Siswa dikatakan telah memiliki karakter keingintahuan jika sikap dan tindakan siswa selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang suka bertanya lebih dalam tentang materi IPA yang sedang dipelajarinya misalnya menanyakan materi IPA yang ditemukannya dari selain buku sumber atau media teknologi lain, serta senang mencari informasi lebih tentang materi IPA di perpustakaan atau media teknologi lainnya. Siswa dikatakan telah memiliki karakter berpikir logis jika siswa mampu menggunakan pikiran rasionalnya untuk mengambil keputusan. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang mengeluarkan pendapat atau ide-ide yang masuk akal serta yang bersumber dari data yang terpecaya. Siswa dikatakan telah memiliki karakter berpikir kritis, kreatif dan inovatif jika siswa mampu menggunakan pikirannya untuk menghasilkan ide-ide yang baru. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan cara yang berbeda dari yang diterangkan guru dikelas, serta mampu mengembangkan berbagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan guru atau diskusi kelas. Siswa dikatakan telah memiliki karakter gaya hidup sehat jika siswa mampu menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan.. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang membaca buku dengan penerangan yang cukup atau membaca buku sesuai dengan jarak baca yang telah ditentukan. Siswa dikatakan telah memiliki karakter percaya diri jika siswa memiliki sikap yakin akan kemampuan diri sendiri. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan 4

siswa yang membaca buku dengan penerangan yang cukup atau membaca buku sesuai dengan jarak baca yang telah ditentukan. Siswa dikatakan telah memiliki karakter kedisiplinan jika siswa memiliki tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang menyelesaikan dan mengumpulkan tugas yang diberikan tepat pada waktunya. Siswa dikatakan telah memiliki karakter kemandirian jika siswa memiliki sikap yang tidak mudah bergantung pada orang lain. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang menyelesaikan tugas-tugas sekolah sendiri sesuai dengan kemampuannya. Siswa dikatakan telah memiliki karakter cinta ilmu jika siswa memiliki sikap kepedulian yang tinggi terhadap ilmu pengetahuan. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang senang memperhatikan fenomena-fenomena alam, senang mengerjakan atau mempelajari lebih dalam materi IPA yang telah didapatkannya disekolah. Siswa dikatakan telah memiliki karakter cinta ilmu jika siswa memiliki sikap seksama, hati-hati dan teliti. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang mengerjakan soal dengan teliti dan memeriksa ulang jawaban tersebut serta memperhatikan guru atau teman yang menjelaskan materi pelajaran dengan serius. Siswa dikatakan telah memiliki karakter kesantunan jika siswa memiliki sikap baik dalam berbahasa maupun perilakunya. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang menggunakan bahasa yang sopan dalam berbicar serta mampu menghargai pendapat temannya dalam diskusi. Siswa dikatakan telah memiliki karakter bekerja sama jika siswa mampu melakukan kegiatan belajar secara bersama-sama untuk mencapai tujuan. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang saling memberikan bantuan, berbagi informasi atau alat bahan ketika praktikum serta bisa menghargai dan mendukung keputusan yang telah ditetapkan kelompok. Siswa dikatakan telah memiliki karakter bekerja keras jika siswa menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam belajar. Karakter ini dapat terlihat dari tindakan siswa yang memiliki perencanaan yang jelas seperti membuat target nilai yang ingin diperoleh atau target waktu menyelesaikan tugas serta berusaha keras untuk mencapai target tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil validasi instrumen oleh validator diperoleh indeks validitas 3,11 dengan kategori tinggi dan dari uji reliabilitas didapatkan nilai koefisien alpha 0,966. Dengan demikian nilai hitung alpha lebih besar dari r tabel artinya instrumen angket reliabel dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Instrumen penilaian karakter siswa SMP untuk mata pelajaran IPA fisika yang telah dikembangkan layak digunakan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Instrumen penilaian karakter yang dikembangkan telah valid dan telah dilakukan uji reliabilitas. Karena instrumen ini hanya diujikan dalam skala kecil siswa, maka disarankan agar perangkat ini diujikan kembali ke sekolah pada saat proses pembelajaran. 5

UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapakan terimakasih kepada Ibu Susilawaty, guru Al-Ihsan Boarding School atas bantuannya dalam menyebarkan angket penilaian karakter kepada siswa. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Zainal dan Sujak. 2011.Panduan dan Aplikasi Pendidikan Karakter. Bandung:Yrama Widya B.Uno, Hamzah dan Satria Koni.2012.Assessment Pembelajaran.Jakarta:Bumi Aksara Kementrian Pendidikan Nasional. 2010. Pendidikan Karakter Terintegrasi Dalam Pembelajaran di Sekolah Menengah Pertama: Panduan Guru Mata Pelajaran. Jakarta: Puskur Balitbang Kemendiknas RI. Sarjono, H, dan Winda J. 2011. SPSS vs LISREL. Jakarta: Salemba Empat Sugiyono. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Rosda. 6