BAB I PENDAHULUAN. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI KAJIAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH SUSUN SEDERHANA DI SURAKARTA

HAK SEWA SATUAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA DI SURAKARTA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BENTUK PERIKATAN PARA PIHAK DALAM SEWA MENYEWA RUSUNAWA DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH DINAS ANTARA KARYAWAN PT

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri. 1

SKRIPSI PELAKSANAAN JUAL BELI DAN STATUS KEPEMILIKAN HAK ATAS TANAH APARTEMEN DI SOLO PARAGON

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam rangka memelihara

BAB I PENDAHULUAN. Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, cet. 9, (Jakarta: Djambatan, 2003), hal. 358.

BAB I PENDAHULUAN. setiap tahunnya mengalami peningkatan sesuai dengan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. tinggal. Dimana tempat tinggal atau rumah merupakan kebutuhan dasar yang akan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan pemerintah dan stock holder mengembangkan bangunan. pengembang merupakan upaya untuk memenuhi kebutuhan dasar

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN SITA JAMINAN ATAS BENDA BERGERAK PADA PENYELESAIAN PERKARA PERDATA (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. harus terjadi perselisihan atau sengketa dalam proses pembagian harta warisan

BAB I PENDAHULUAN. terkumpulnya uang yang cukup untuk membeli barang tersebut secara tunai.

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. hidup untuk masyarakat dan dirinya dalam menampakkan jati diri.

Disusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemenuhan akan sarana transportasi saat ini merupakan kebutuhan pokok

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk membedakan pendefinisian kata rumah menjadi tidak sekedar

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan tersebut adalah sektor negara, swasta dan koperasi. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. manusia membangun rumah sebagai tempat bernaung dan membangun berbagai

BAB III METODE PENELITIAN

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PELAKSANAAN LELANG EKSEKUSI TERHADAP TANAH BERIKUT BANGUNAN YANG DIJAMINKAN DI BANK DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. berkembang biak, serta melakukan aktivitas di atas tanah, sehingga setiap saat manusia

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DI KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH KHASANAH, SIDOHARJO WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. terjangkau didalam perumahan yang sehat, aman, harmonis, dan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. persoalan kecenderungan meningkatnya permintaan dan kurangnya penyediaan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogyakarta merupakan salah satu daerah otonom di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, selain Kabupaten

PERALIHAN HAK TANAH ABSENTE BERKAITAN DENGAN PELAKSANAAN CATUR TERTIB PERTANAHAN DI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI. Disusun Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Tinggi terletak pada LU dan BT. Kota Tebing Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak diundangkannya UUPA maka pengertian jual-beli tanah

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa yang tidak ternilai

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

STRATEGI PENINGKATAN RETRIBUSI (JASA) PELAYANAN PASAR KLITIKAN NOTOHARJO DI KOTA SURAKARTA BERDASARKAN PERATURAN DAERAH NO.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan peningkatan pembangunan nasional pada umumnya dan. perkembangan kegiatan ekonomi pada khususnya, menyebabkan pula

BAB I PENDAHULUAN. ini, semakin meningkat pula kebutuhan hidupnya. Kebutuhan manusia akan

PERUBAHAN STATUS TANAH HAK MILIK MENJADI HAK GUNA BANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN PT (PERSEROAN TERBATAS) MELALUI KANTOR PERTANAHAN KOTA SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

BAB I PENDAHULUAN. berproduksi. Tapi dalam kenyataannya daya beli masyarakat belum bisa sesuai

Permasalahan Perumahan dan Permukiman di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. signigfikan terhadap sistem ekonomi global dewasa ini. Teknologi telah

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Kawasan(PLP2K-BK) 1 Buku Panduan Penanganan Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh Berbasis

PEMIDANAAN TINDAK PIDANA PENODAAN AGAMA (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. dalam waktu yang sama menuntut kewajiban ditunaikan. Hubungan hak dan

BAB I PENDAHULUAN. Suatu Tinjauan Falsafah Hukum, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1982), hlm Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan disegala bidang yang dilaksanakan secara terpadu dan terencana

GADAI DAN HAK KEBENDAAN TINJAUAN YURIDIS GADAI SEBAGAI HAK KEBENDAAN UNTUK JAMINAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. sebagai kebutuhan yang mutlak, oleh para pelaku pembangunan baik. disalurkan kembali kepada masyarakat melalui kredit.

PELAKSANAAN ASAS SEDERHANA, CEPAT DAN BIAYA RINGAN DALAM PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA DI PENGADILAN NEGERI SURAKARTA

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

ASPEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH (KPR) PADA PT. BANK TABUNGAN NEGARA (BTN) PERSERO

KREDIT TANPA JAMINAN

TINJAUAN HUKUM PENYELESAIAN PERKARA PEMBATALAN AKTA HIBAH. (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tersebut dipergunakan dalam upaya memperoleh data yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN. 1 Pada dasarnya hunian tidak dapat dilihat sebagai tempat hidup saja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

TANGGUNGJAWAB HUKUM DALAM PERJANJIAN KREDIT KENDARAAN BERMOTOR DI PUTRA UTAMA MOTOR SUKOHARJO

PEDOMAN PEMBERIAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN TERKAIT PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN BANGUNAN APARTEMEN MENARA SOEKARNO HATTA KOTA MALANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pihak lainnya atau memaksa pihak lain itu melaksanakan kewajibannya. dibentuklah norma-norma hukum tertentu yang bertujuan menjaga

BAB I PENDAHULUAN. gamelan, maka dapat membeli dengan pengrajin atau penjual. gamelan tersebut dan kedua belah pihak sepakat untuk membuat surat

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN

PROSES PEMERIKSAAN PERKARA JUAL BELI HAK MILIK ATAS TANAH DENGAN MEMAKAI AKTA DI BAWAH TANGAN (STUDI KASUS DI PENGADILAN NEGERI BOYOLALI)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TUGAS AKHIR 118 PEREMAJAAN RUMAH SUSUN PEKUNDEN SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Setiap orang berhak untuk hidup dan mempertahankan kehidupannya 1.

BAB I PENDAHULUAN. arah peningkatan taraf hidup masyarakat. sangat vital, seperti sebuah jantung dalam tubuh manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

: FUNGSI AKTA OTENTIK DALAM PERJANJIAN JUAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SLAMET RIYADI SURAKARTA ABSTRAK

PERTIMBANGAN HAKIM DALAM MENETAPKAN DAPAT DITERIMANYA CONSERVATOIR BESLAG SEBAGAI PELAKSANAAN EKSEKUSI RIIL ATAS SENGKETA TANAH

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia mempunyai wewenang untuk mempunyai hak-hak khususnya. wewenang untuk mempunyai hak-hak keperdataan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul

PEMANFAATAN TANAH MILIK PT. KERETA API INDONESIA OLEH MASYARAKAT DESA BATURETNO KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. penyerahan tanah hak kepada pihak lain untuk selama-lamanya (hak atas tanah

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

Skripsi TANGGUNGJAWAB HUKUM PELAKSANAAN PERJANJIAN JUAL BELI MOBIL BEKAS

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penduduk adalah orang atau orang-orang yang mendiami suatu tempat (kampung, negara, dan pulau) yang tercatat sesuai dengan persyaratan dan ketentuan yang berlaku di tempat tersebut. Berdasarkan tempat lahir dan lama tinggal penduduk suatu daerah dapat dibedakan menjadi empat golongan, yaitu penduduk asli, penduduk pendatang, penduduk sementara, dan tamu. Penduduk asli adalah orang yang menetap sejak lahir. Penduduk pendatang adalah orang yang menetap, tetapi lahir dan berasal dari tempat lain. Penduduk sementara adalah orang yang menetap sementara waktu dan kemungkinan akan pindah ke tempat lain karena alasan pekerjaan, sekolah, atau alasan lain. Adapun tamu adalah orang yang berkunjung ke tempat tinggal yang baru dalam rentang waktu beberapa hari dan akan kembali ke tempat asalnya. Penduduk dunia saat ini telah mencapai lebih dari 6 miliar, di mana di antara jumlah tersebut, 80 persen tinggal di negara-negara berkembang. Sementara itu, United Nations memproyeksikan bahwa penduduk perkotaan di negara-negara berkembang terus meningkat dengan rata-rata pertumbuhan 2,4 persen per tahun. Angka ini merupakan dua kali lipat angka pertumbuhan penduduk total negara-negara berkembang pada umumnya, yakni sekitar 1,2 persen. Meski penduduk perkotaan di negara-negara maju juga meningkat 1

2 dengan angka pertumbuhan yang lebih besar daripada angka pertumbuhan penduduk totalnya, dan juga angka urbanisasinya jauh lebih besar daripada negara-negara berkembang, pertumbuhan perkotaan di negara-negara berkembang tetap lebih cepat disertai dengan meningkatnya penduduk perkotaan secara absolut. Indonesia memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang terbilang cukup banyak. Namun masih banyak sekali masyarakat yang pengangguran, sehingga tingkat kemiskinan semakin tinggi. Persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi sebagian masyarakat. Di Indonesia sudah banyak sekali lulusan sarjana mulai dari D3 hingga S1 namun masih ada saja yang tidak mendapatkan pekerjaan. Akibatnya setiap tahun tingkat kemiskinan semakin bertambah bukan justru menurun. Kurangnya kesempatan yang diberikan oleh pemerintah ataupun perusahaan-perusahaan salah satu penyebab adanya pengangguran di setiap kota. Pengangguran terdidik setiap tahun akan terus bertambah karena kurangnya lapangan pekerjaan. Perencaanaan kurang selaras dengan lapangan pekerjaan, ketidak sesuaian antara permintaan dan penawaran kerja salah satu penyebab utama tingginya tingkat penganggguran pendidik. Belum lagi Indonesia juga mengalami pengangguran tidak terdidik yang sangaat sulit mendapatkan pekerjaan karena tidak mempunya bekal apapun dalam keahlian. 1 1 Dumairy, 1966, Perekonomian Indonesia, Jakarta: Erlangga, hal. 54.

3 Masalah rumah dan permukiman yang tidak layak, kawasan kumuh (slum area), daya beli rendah, dan taraf kesejahteraan yang amat memilukan, secara tidak langsung akan makin membebani warga. Karena itu, seyogyanya salah satu fokus strategis dalam program pembangunan bagi pemerintahan baru ke depan adalah memenuhi kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak bagi rakyatnya terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah. 2 Penyelenggaraan rumah susun di Indonesia dilatarbelakangi oleh niat yang sangat mulia, yaitu untuk memberikan kemudahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah untuk mendapatkan hunian yang layak. 3 Yang dimaksud masyarakat berpenghasilan rendah menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun (Undang- Undang Rumah Susun) adalah masyarakat yang mempunyai keterbatasan daya beli sehingga perlu mendapat dukungan pemerintah untuk memperoleh sarusun umum. Dengan demikian asas, tujuan dan ruang lingkup penyelenggaraan rumah susun diharapkan senantiasa berfokus pada pemenuhan kebutuhan hunian yang layak bagi masyarakat berpengahasilan rendah. Tujuan penyelenggaraan rumah susun menyediakan hunian layak huni bagi seluruh lapisan masyarakat. Maka oleh itu penyelenggaraan rumuh susun harus menjamin kesejateraan, keamanan dan kenyamanan. Pemerintah memiliki peran yang sangat besar dalam penyelenggaraan rumah susun, mulai dari pembinnan hingga pengendalian. Peran pemerintah dalam pembinaan, dalam hal ini pemerintah Kota Surakarta menurut Perda Nomor 7 Tahun 2011 2 Boedi Harsoeno, 2005, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Jakarta: Djambatan, hal. 102. 3 Andria Sutendi, 2010, Hukum Rumah Susun dan Apartemen, Jakarta: Sinar Grafika, hal. 25.

4 tentang Rumah Susun bahwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat 3 pembangunan rumah susun untuk memanfaatkan teknik dan teknologi, bahan bangunan, jasa kontruksi rekayasa, dan rancang bangun yang tepat guna serta mempertimbangkan kearifan lokal dan keserasian lingkungan. 4 Dengan hal ini dapat mendorong pembangunan rumah susun yang mampu menggerakan industri perumahan daerah, dan mampu memaksimalkan pemanfaatan sumber daya lokal, termasuk teknologi tahan bencana gempa. Pembangunan rumah susun di Surakarta adalah suatu cara yang jitu untuk memecahkan masalah kebutuhan dari pemukiman dan perumahan pada lokasi yang padat, terutama pada daerah perkotaan yang jumlah penduduk selalu meningkat, sedangkan tanah kian lama kian terbatas serta sebagai upaya pemerintah guna memenuhi masyarakat perkotaan akan papan yang layak dalam lingkungan yang sehat. 5 Pembangunan rumah susun di Kota Surakarta tentunya juga dapat mengakibatkan terbukanya ruang kota hijau, sehingga menjadi lebih lega dan dalam hal ini juga membantu adanya peremajaan dari kota, sehingga makin hari maka daerah kumuh berkurang dan selanjutnya menjadi daerah yang rapih, bersih, dan teratur. Rumah susun tersebut terdiri dari dua bagian yaitu rumah susun sederhana milik dan rumah susun sederhana sewa. Praktek di masyarakat, banyak masyarakat yang masih belum mampu membuat rumah sendiri, sehingga pemerintah mendirikan rumah susun bagi masyarakat yang belum mampu memiliki rumah sendiri dengan cara menyewakannya. Menyewa rumah tentu saja memiliki keterbatasan- 4 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Rumah Susun. 5 Imam Koeswahyono, 2004, Hukum Rumah Susun: Suatu Bekal Pengantar Pemahaman, Malang: Bayumedia, hal. 54.

5 keterbatasan dan larangan-larangan, terutama terbatas waktu yang harus dipenuhi oleh calon penyewa atau penghuninya dan adanya hak dan kewajiban masing-masing apabila penghuni tersebut tidak memenuhi peraturan tersebut maka pihak pengelola akan memberikan sanksi. Masyarakat yang ingin tinggal dan menyewa di rumah susun terlebih dahulu harus membicarakan dengan pihak pengelola atau dalam hal ini diperlukan adanya perjanjian sewa-menyewa rumah tinggal antara pihak penyewa dengan pihak yang menyewakan. Pihak yang menyewakan tidak diwajibkan menjamin si penyewa terhadap rintangan-rintangan dalam penggunaan dan kenikmatannya yang diperoleh atau dilakukan oleh orangorang pihak ke tiga atau adanya peristiwa-peristiwa tanpa mengajukan suatu hak atas penyewa untuk melakukan tuntutan atas penyimpangan perjanjian sewa-menyewa rumah. Gangguan-gangguan dan peristiwa-peristiwa itu harus ditanggulangi oleh si penyewa. Si penyewa terikat dengan kewajiban melakukan pembetulan-pembetulan kecil apabila selama disewa mengalami kerusakan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis dalam bentuk makalah dengan judul TINJAUAN YURIDIS TERHADAP BENTUK PERIKATAN PARA PIHAK SEWA MENYEWA RUSUNAWA DI SURAKARTA. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dan pembatasan masalah di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut:

6 1. Bagaimana bentuk dan pelaksanaan perikatan dalam sewa menyewa Rusunawa di Surakarta dan bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan? 2. Kendala apa saja yang ditemui pada pelaksanaan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta? 3. Bagaimana penyelesaian yang dilakukan apabila ditemui kendala dalam perikatan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta tidak dilaksanakan? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui bagaimana bentuk dan pelaksanaan perikatan dalam sewa menyewa Rusunawa di Surakarta dan bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan. 2. Mengetahuai kendala yang ditemui dalam pelaksanaan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta. 3. Mengetahui penyelesaian yang dilakukan apabila ditemui kendala dalam perikatan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta tidak dilaksanakan. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis Untuk menambah pengetahuan ilmu hukum, khususnya mengenai hukum perdata perikatan dan sewa menyewa.

7 2. Bagi Masyarakat Diharapkan dapan digunakan sebagai bahan masukan untuk menambah ilmu pengetahuan pembaca atau masyarakat serta dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapi oleh masyarakat khususnya masalah perikatan dalam sewa menyewa. 3. Bagi Ilmu Pengetahuan Diharapkan dapat digunakan sebagai masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya pengetahuan tentang hukum perdata mengenai pelaksanaan sewa menyewa rumah susun. E. Metode Penelitian Untuk mendapatkan suatu penelitian guna memenuhi syarat karya ilmiah maka haruslah mengandung kebenaran yang nyata dan dapat dibuktikan. Untuk itu penulis menggunakan metode guna memperoleh data dan mengolah data serta menganalisanya. Adapun metode-metode penelitian yang dipakai adalah sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, bahwasanya penulisan penelitian mengenai prosedur pelaksanaan perjanjian sewa menyewa Rusunawa di Surakarta yang berdasarkan suatu kajian aspek hukum, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan norma-norma yang hidup dan berkembang dalam masyarakat dan dianalis dengan keterkaitan faktor sosiologis, yang berhubungan dengan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta.

8 2. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan disini tergolong dalam penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang dimaksud untuk memberikan datadata yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, atau gejala-gejala lainnya, hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dan memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan, gejalagejala lainnya. 6 3. Sumber Data a. Sumber Data Primer Dalam penelitian yang penulis kaji ini. Bahan hukum primer yang digunakan 1) Bahan Hukum Primer a) KUH Perdata b) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun c) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985 d) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2011 tentang Rumah Susun e) Undang-Undang Pokok Agraria 2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku bacaan, laporan-laporan, hasil penelitian hukum yang ada hubungannya dengan masalah perjanjian sewa menyewa yang ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. 6 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press, hal.6

9 b. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan dilakukan guna mendapatkan data primer yang dapat diperoleh melalui: 1) Lokasi penelitian Dalam penelitian ini maka lokasi yang akan menjadi tempat melaksanakan penelitian ini adalah Dinas Pekerjaan Umum di Surakarta. 2) Subyek penelitian Subyek penelitian ini adalah pegawai Dinas Pekerjaan Umum rumah susun. 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dimaksud diatas digunakan teknik sebagai berikut: a. Studi Kepustakaan Metode ini dipergunakan untuk mengumpulkan data primer sekunder, yang dilakukan dengan cara mencari, mencatat, menginventarisasi dan mempelajari bahan-bahan hukum baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder b. Studi Lapangan Yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan secara langsung terhadap obyek yang diteliti guna mendapatkan data primer, yang dilakukan dengan cara:

10 1) Observasi Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan pengamatan dan pengecekan berkas-berkas perkara yang ada hubungannya dengan penulisan penelitian yang ada. 2) Wawancara Yaitu mengadakan komunikasi langsung dengan pengelola rumah susun sehingga dapat diperoleh data yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan secara lisan dari pihak yang dianggap mampu memberikan keterangan secara langsung yang berhubungan dengan data sekunder yang diperoleh. 5. Teknik Analisis Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode normatif kualitatif, yaitu suatu pembahasan yang dilakukan dengan cara memadukan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan serta menafsirkan dan mendiskusikan data-data primer yang telah diperoleh dan diolah sebagai suatu yang utuh atau metode analisis. Di dalam penelitian ini literatur yang ada hubungannya dengan masalah perikatan sewa rumah susun dipadukan dengan pendapat responden (orang yang diwawancarai) di lapangan dan dianalisa secara kualitatif dan dicari pemecahannya dan kemudian dapat ditarik kesimpulan.

11 F. Sistematika Skripsi Guna memperoleh gambaran yang jelas mengenai keseluran isi skripsi, maka penulis membagi skripsi ini ke dalam IV (empat) bab, sebagaimana tercantum pada sistematika dibawah ini: Bab I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian, dan Sistematika Skripsi. Bab II Tinjauan Pustaka, terdiri dari Tinjauan Umum tentang Perikatan, yang memuat Pengertian Perikatan, Hubungan Perikatan dan Perjanjian, Macam-macam Perikatan. Yang kedua mengenai Tinjuan Umum tentang Sewa Menyewa, yang memuat Pengertian Sewa Menyewa, Hak dan Kewajiban para pihak Sewa Menyewa, dan Berakhirnya Sewa Menyewa. Sementara itu, yang ketiga mengenai Tinjauan Umum tentang Rumah Susun, yang memuat Pengertian Rumah Susun dan Hak dan kewajiban Penyewa dengan Pengelola Rumah Susun. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan, yang berisi bentuk dan pelaksanaan perikatan dalam sewa menyewa Rusunawa di Surakarta dan bagaimana akibat hukum yang ditimbulkan, Kendala yang ditemui dalam pelaksanaan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta dan Penyelesaian yang dilakukan apabila ditemui kendala dalam perikatan sewa menyewa Rusunawa di Surakarta tidak dilaksanakan. Bab IV Penutup, terdiri dari Kesimpulan dan Saran.