TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit. Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Badan Standardisasi Nasional (2010) papan partikel merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. sedangkan diameternya mencapai 1 m. Bunga dan buahnya berupa tandan,

DAFTAR ALAMAT MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI TAHUN 2008/2009

TINJAUAN PUSTAKA. Balok laminasi pertama kali digunakan pada tahun 1893 di Eropa pada

TINJAUAN PUSTAKA. Batang kelapa sawit mempunyai sifat yang berbeda antara bagian pangkal

TINJAUAN PUSTAKA. kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang sawit berbentuk silinder dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan 3(1): 1-7 (2010)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. kingdom plantae, divisi spermatophyta, subdivisi angiospermae, kelas

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Adapun taksonomi tanaman kelapa sawit menurut Syakir et al. (2010) Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Populasi Ternak Menurut Provinsi dan Jenis Ternak (Ribu Ekor),

POLA PENYEBARAN VASCULAR BUNDLES DAN KADAR AIR BATANG KELAPA SAWIT (Elaeis guineensis Jacq)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka (frame) struktural yang

BAB IV PEMBAHASAN. (a) (b) (c) Gambar 10 (a) Bambu tali bagian pangkal, (b) Bambu tali bagian tengah, dan (c) Bambu tali bagian ujung.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Balok laminasi pertama kali digunakan pada tahun 1893 di Eropa pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel Lampiran 1. Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Padi Per Propinsi

Jepang, perkembangan kelapa sawit mengalami kemunduran. Lahan perkebunan mengalami

BAB III METODOLOGI. Gambar 3 Bagan pembagian batang bambu.

RUMAH KHUSUS TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN TARGET ANGGARAN

BAB III METODE PENELITIAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SULAWESI TENGGARA MARET 2017 MENURUN TERHADAP MARET 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Biji buah pinang mengandung alkaloid, seperti arekolin (C 8 H 13 NO 2 ),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Nusa Tenggara Timur Luar Negeri Banten Kepulauan Riau Sumatera Selatan Jambi. Nusa Tenggara Barat Jawa Tengah Sumatera Utara.

ISBN KAJIAN SIFAT FISIS BATANG NIBUNG (Oncosperma tigilarium)

PROFIL PEMANFAATAN TEKNOLOGI INFORMASI OLEH MASYARAKAT

BAB III METODE PENELITIAN

SIFAT FISIS DAN MEKANIS BATANG KELAPA (Cocos nucifera L.) DARI KALIMANTAN SELATAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH ELEVASI LAHAN DAN POSISI PELEPAH TERHADAP ANATOMI DAN SIFAT FISIK PADA FENOMENA PELEPAH SENGKLEH KELAPA SAWIT (Elaeis quineensis Jacq.

BPS PROVINSI SUMATERA SELATAN

METODOLOGI PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kelapa sawit memiliki umur ekonomis 25 tahun, setelah umur 26 tahun

BAB III METODOLOGI. Tabel 6 Ukuran Contoh Uji Papan Partikel dan Papan Serat Berdasarkan SNI, ISO dan ASTM SNI ISO ASTM

2

BAB III LANDASAN TEORI. Kayu memiliki berat jenis yang berbeda-beda berkisar antara

BAB III METODE PENELITIAN

KAJIAN SIFAT FISIS KAYU SENGON (Paraserianthes falcataria (L.) Nielsen) PADA BERBAGAI BAGIAN DAN POSISI BATANG

TABEL 1 GAMBARAN UMUM TAMAN BACAAN MASYARAKAT (TBM) KURUN WAKTU 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2011

BAB III BAHAN DAN METODE

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA BARAT MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK INDONESIA MARET 2017 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU SEPTEMBER 2016 MENURUN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK MALUKU UTARA SEPTEMBER 2016

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK PROVINSI BENGKULU MARET 2016 MULAI MENURUN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI. Kehutanan dan pengujian sifat mekanis dilaksanakan di UPT Biomaterial

HASIL DAN PEMBAHASAN

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

METODE PENELITIAN. Fakultas Kehutanan Univesitas Sumatera Utara Medan. mekanis kayu terdiri dari MOE dan MOR, kerapatan, WL (Weight loss) dan RS (

2016, No Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakh

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK SUMATERA UTARA SEPTEMBER 2016 MENURUN

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelapa Sawit yang sudah tidak produktif. Indonesia, khususnya Sumatera Utara,

BALOK LAMINASI DARI KAYU KELAPA (Cocos nucifera L)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

RILIS HASIL AWAL PSPK2011

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan soal 1.2

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom plantae, Divisi Spermatophyta, Subdivisi Angiospermae, Kelas

Lampiran 1. Perhitungan bahan baku papan partikel variasi pelapis bilik bambu pada kombinasi pasahan batang kelapa sawit dan kayu mahoni

BAB II DESKRIPSI DAN PROFIL PENDERITA DIABETES

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN KONSUMSI MARET 2017

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Choon et al., (1991) kelapa sawit adalah tumbuhan jenis

Fungsi, Sub Fungsi, Program, Satuan Kerja, dan Kegiatan Anggaran Tahun 2012 Kode Provinsi : DKI Jakarta 484,909,154

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BPKP. Pembinaan. Pengawasan. Perubahan.

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA SEPTEMBER 2013

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan Simpanan BPR dan BPRS

PANDUAN. Aplikasi Database Tanah, Bangunan/Gedung, dan Rumah Negara Gol. 2

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

PENINGKATAN KUALITAS BATANG KELAPA SAWIT BAGIAN DALAM DENGAN METODE CLOSE SYSTEM COMPRESSION DAN KOMPREGNASI FENOL FORMALDEHIDA RUDI HARTONO

Rekapitulasi Luas Penutupan Lahan Di Dalam Dan Di Luar Kawasan Hutan Per Provinsi Tahun 2014 (ribu ha)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembimbing : PRIHANDOKO, S.Kom., MIT, Ph.D.

Uji Efektifitas Teknik Pengolahan Batang Kayu Sawit untuk Produksi Papan Panil Komposit

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

V. PRODUKSI HASIL HUTAN

PROFIL KEMISKINAN DI INDONESIA MARET 2014

- 1 - KEPUTUSAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/HUK/2018 TENTANG PENETAPAN PENERIMA BANTUAN IURAN JAMINAN KESEHATAN TAHUN 2018

Tabel V.1.1. REKAPITULASI PRODUKSI KAYU BULAT BERDASARKAN SUMBER PRODUKSI TAHUN 2004 S/D 2008

PERMASALAHAN PENGELOLAAN PERKEBUNAN

TINGKAT KETIMPANGAN PENGELUARAN PENDUDUK NUSA TENGGARA BARAT MARET 2017 MENINGKAT

KAYU JUVENIL (JUVENILE WOOD)

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Re

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 8 Histogram kerapatan papan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Potensi Tanaman Kelapa Sawit Menurut Hadi (2004) pengklasifikasian kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan tanaman yang tergolong : Kingdom Divisi Kelas Ordo Familia Genus Spesies : Plantae : Magnoliophyta : Liliopsida : Arecales : Arecaceae : Elaeis : Elaeis guineensis Jacq. Luas Areal Kelapa Sawit Perkebunan kelapa sawit merupakan salah satu produk yang berkembang dengan pesat di Indonesia.Luas areal tanaman kelapa sawit terus berkembang dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan meningkatnya permintaan akan produk olahannya. Luas areal perkebunan kelapa sawit pada tahun 1967 tercatat 105.808 hektar dan dikelola seluruhnya oleh perkebunan besar Negara maupun perkebunan swasta. Perkebunan Inti Rakyat (PIR) dimulai tahun 1979 dengan luas areal 3.125 hektar. Menurut data Kementerian Pertanian (2016) pada tahun 2015 luas areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai lebih dari 11,3 juta ha untuk seluruh luasan di Indonesia. Dibawah ini tabel luasan areal perkebunan kelapa sawit untuk level nasional.:

Tabel 1. Luas perkebunan kelapa sawit berdasarkan level nasional Lokasi 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Aceh 329,562 354,615 363,660 396,644 420,173 [4] 319,167 Sumatera Utara 1,054,849 1,175,078 1,192,466 1,340,348 1,396,273 [4] 1,057,769 Sumatera Barat 353,412 374,211 376,858 364,208 376,474 [4] 347,800 Riau 2,031,817 1,912,009 2,037,733 2,193,721 2,290,736 [4] 1,949,061 Jambi 488,911 625,974 687,892 657,929 692,967 [4] 494,078 Sumatera Selatan 777,716 820,787 821,391 1,060,573 923,002 [4] 789,065 Bengkulu 274,728 299,886 309,723 290,633 293,800 [4] 226,754 Lampung 157,402 117,67 144,466 158,045 184,914 [4] 154,766 Bangka Belitung 164,482 178,408 197,586 201,091 206,207 [4] 143,909 Kepulauan Riau 8,488 6,216 8,932 19,036 19,001 [4] 0 Jawa Barat 12,323 9,196 9,039 13,611 13,624 [4] 12,301 Banten 15,734 16,491 20,044 20,101 19,724 [4] 15,370 Kalimantan Barat 750,948 683,276 885,075 914,835 936,407 [4] 621,986 Kalimantan 911,441 1,003,100 1,024,973 1,099,692 1,115,933 [4] 1,143,114 Tengah Kalimantan 353,724 420,158 423,208 475,739 512,897 [4] 324,096 Selatan Kalimantan Timur 446,094 676,395 716,662 816,257 733,397 [4] 554,716 Kalimantan Utara 0 0 0 0 153,315 [4] 0 Sulawesi Tengah 55,214 95,820 112,661 140,882 147,912 [4] 66,575 Sulawesi Selatan 19,853 23,416 41,982 36,262 50,914 [4] 17,500 Sulawesi 25,485 38,660 40,041 45,418 45,206 [4] 23,335 Tenggara Gorontalo 0 0 0 0 4,306 [4] 0 Sulawesi Barat 95,770 100,059 94,819 96,318 106,365 [4] 108,083 Maluku 0 0 0 33,981 10,297 [4] 0 Papua Barat 21,798 23,575 23,575 38,976 49,597 [4] 31,543 Papua 35,664 35,502 39,928 50,720 51,360 [4] 26,376 Sumber : Kementerian Pertanian, 2016 Sifat-sifat Kelapa Sawit 1. Sifat Anatomi Tanaman kelapa sawit termasuk dalam kelas monokotil. Dalam pertumbuhannya, tanaman monokotil berbeda dengan tanaman dikotil karena tidak dijumpai adanya meristem lateral, sehingga pada monokotil pertumbuhan hanya ditentukan oleh meristem apikal. Hal ini dapat dilihat dari bentuk batang yang tidak mengalami penambahan diameter sepanjanghidupnya (Killmann dan Choon 1985; Prayitno 1991). Erwinsyah (2008) mengemukakan bahwa struktur vascular bundles terdiri dari 1 atau 2 vessels pada zona peripheral dan 2 atau 3 vessels pada zona

centraldan inner. Vessels tersebut dibagi juga menjadi 2 bagian yaitu vessels besar dan kecil. Vessel besar memiliki dinding tebal dan diduga sebagai komponen utama untuk transportasi nutrisi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 dan Gambar 2. (a) Vascular bundles dengan 1 buah vessel besar besar (b) Vascular bundles dengan 3 buah vessel Gambar 1. Vascular bundlesdengan 1 buah vessel besar (a) dan 3 buah vessel besar (b) pada bidang lintang menggunakan light microscopy (sumber Erwinsyah 2008) Gambar 2. Struktur vascular bundles BKS pada bidang lintang dengan keberadaan jaringan parenchymatous ground, vessels, fibres dan phloem (foto oleh E. Bäucker 2005 dalam Erwinsyah 2008)

Rahayu (2001) dan Erwinsyah (2008) mengemukakan bahwa komponen utama penyusun BKS adalah vascular bundles dan parenkim, maka bila pada lokasi tertentu dijumpai vascular bundles dalam jumlah yang banyak, akibatnya proporsi parenkim akan berkurang. Luasan vascular bundles di bagian tepi lebihtinggi dan semakin berkurang ke arah pusat, sebaliknya di bagian tepi luasan parenkim lebih rendah dan semakin meningkat ke arah pusat. Variasi luasan vascular bundles menurut arah kedalaman dan ketinggian diduga ada kaitannya dengan jaringan phloem dan xylem yang dikelilingi oleh parenchyme, serta terkait pula dengan umur dan fungsi jaringan dalam batang. Pada bagian batang yang masih muda (bagian pusat dan ujung batang) dimana jaringan penyusun kayunya masih aktif, sel-sel parenchyme lebih mendominasi dibandingkan vascular bundles. Sedangkan di bagian batang yang sel-sel penyusunya sudah tidak aktif khususnya bagian tepi dan pangkal batang, vascular bundles yang lebih dominan (Rahayu, 2001). Erwinsyah (2008) membagi penampang lintang batang menjadi 3 bagian yaitu peripheral, central dan inner zone.zona peripheral merupakan zona paling luar batang sebelum kulit dan korteks dan hanya 30% dari seluruh total area.vascular bundles pada area ini sangat padat, sedangkan sel parenkim sangat sedikit dibandingkan wilayah lainnya. Secara visual, daerah ini terlihat agak gelap.zona central merupakan daerah paling lebar sekitar 50 % dari total seluruh area.orientasi vascular bundles pada area ini adalah random atau acak. Zona inner hanya 20 % dari total area dan memiliki kandungan sel parenkim yang tinggi. Kandungan vascular bundlespada area ini paling sedikit dibandingkan area lainnya.

Sulaiman, dkk.(2012) menyatakan bahwa zona periperal merupakan daerah dekat dengan lapisan parenkim dan banyak vascular bundles yang memberikan kekuatan batang kelapa sawit. Wilayah ini mencakup sekitar 20% dari total luas penampang dengan jumlah vascular bundles sekitar 87/cm 2. Zona central mencakup sekitar 80% dari total area dan terdiri dari vascular bundles yang tersebar di daerah lebih luas dan terdapat di dalam jaringan parenkim tipis. Lim dan Khoo (1986) dalam Sulaiman (2012) memperkirakan jumlah vascular bundles adalah sekitar 37/cm 2. Menurut Lim dan Gan (2005) dan Erwinsyah (2008) Jumlah vascular bundles berhubungan dengan kekuatan batang kelapa sawit yang dihasilkan.kekuatan batang kelapa sawit semakin menurun seiring dengan meningkatnya ketinggian batang kelapa sawit. Menurut Lim dan Khoo (1986) dalam Abdullah (2010) menyatakan jumlah vascular bundles per satuan luas mengalami penurunan menuju zona dalam dan mengalami peningkatan dari ujung menuju pangkal batang. Balfas (2009) juga menyatakan bahwa bagian luar kayu sawit dari pohon tua memiliki jumlah vascular bundles sekitar 40% lebih banyak dibandingkan dengan jumlah jaringan pada kayu sawit bagian luar dari pohon muda. Perbedaan jumlah vascular bundles antara kayu dari pohon tua dan pohon muda tampak lebih ekstrim pada bagian kayu tengah dan dalam. Perbedaaan jumlah jaringan vaskular pada kedua bagian tersebut dapat mencapai lebih dari 100%. Demikian juga Hartono, dkk (2011) mengemukakan bahwa perbedaan nilai kerapatan antara bagian tepi ke arah pusat batang terkait dengan distribusi vascular bundles dalam batang.

2. Sifat Fisis dan Mekanis Menurut Choon dkk, (1991), kerapatan kayu kelapa sawit di tiga zona yang berbeda pada berbagai tinggi batang.nilai kerapatan secara bertahap meningkat dari zona dalam ke zona pheriperal.kecenderungan ini serupa untuk semua posisi ketinggian batang.kayu zonasi kelapa sawit pada bagian melintang sangat signifikan mempengaruhi kepadatan kayu. Perbedaan nilai densitas pada satu zona ke yang lain tergantung posisinya dibagian melintang. Kadar air (KA) batang kelapa sawit bervariasi antara 100-500%. Kenaikan KA yang bertahap ini diindikasikan terhadap ketinggian dan kedalaman posisi batang, yang bagian terendah dan luar batang memiliki nilai yang sangat jauh dengan 2 bagian batang lainnya.kecenderungan kenaikan KA ini dapat dijelaskan dengan mempertimbangkan distribusi jaringan parenkim yang berfungsi menyimpan atau menahan lebih banyak air daripada jaringan pembuluh (Choon dkk, 1991). Menurut Prayitno (1995) dalam Rahayu (2001) kadar air kayu akan turun dari pangkal kebeberapa meter di atas pangkal dan kemudian naik menuju bagian ujung. Selain itu kadar air ini juga akan turun dari bagian pusat kayu ke bagian kulit pada semua ketinggian batang. Hal ini disebabkan pada bagian pusat dan bagian ujung memiliki persentase jumlah parenkim yang lebih besar daripada vascular bundles.sedangkan parenkim memiliki kemampuan untuk mengikat air lebih banyak daripada vascular bundles.. Lim dan Gan (2005) menyatakan bahwa kadar air batang bisa berkisar 120 % bahkan lebih dari 500 % pada bagian kulit (pheripheral) menuju empulur atau bagian pusat. Gun, dkk.dalamlim dan Gan (2005) juga menyatakan bahwa

kadar air bervariasi dari 76,5 % sampai 575,4 % dengan rata-rata 326,2 ± 115,7 %. Variasi kadar air ini dapat dilihat dari jumlah vascular bundles dan jaringan parenkim dalam batang kelapa sawit. Sifat mekanis kayu batang kelapa sawit dapat dilihat pada tabel 2 dengan membandingkan beberapa sifat mekanis batang kelapa sawit dengan beberapa spesies kayu dan 2 jenis monokotil.beberapa sifat penting dari batang kelapa sawit untuk setiap bagian batang disajikan pada Tabel 2 dan Tabel 3. Tabel 2. Perbandingan sifat Elaeis guineensis Jacq dengan beberapa jenis kayu Spesies Kerapatan (kering MOE (Mpa) MOR (Mpa) Tekan // Serat Kekerasan (N) oven) Kg/cm 3 (MPa) Kelapa sawit 220-550 800-8000 8-45 5-25 350-2450 (30 tahun) Kayu kelapa 250-850 3100-11400 26-105 19-49 520-4400 (60 tahun) Cengal 820 19600 149 75 9480 Kapur 690 13200 73 39 5560 Kayu karet 530 8800 58 26 4320 Sumber : Choon (1991) Tabel 3. Sifat-sifat dasar batang kelapa sawit Sifat-sifat penting Bagian dalam batang Tepi Tengah Pusat Berat Jenis 0,35 0,28 0,20 Kadar Air % 156 257 365 Kekakuan lentur, kg/ cm 2 29996 11421 6980 Keteguhan lentur, kg/ cm 2 295 129 67 Susut volume, % 26 39 48 Kelas awet V V V Kelas kuat III-V V V Sumber : Bakar (2003). Bakar (2003) mengemukakan bahwa berat jenis, kadar air, modulus patah (MOE), modulus elastisitas (MOR), susut volume dan kelas kuat pada batangkelapa sawit sangat bervariasi, tergantung pada bagian batang. Umumnya

bagian tepi batang kelapa sawit lebih baik kualitasnya daripada bagian tengah dan pusat. METODE PENELITIAN a. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April 2016 sampai Agustus 2016. Pengukuran vascular bundles dan kadar air dilakukan di laboratorium Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), Medan. b. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang kelapa sawit berasal dari Kebun Aek Pancur milik PPKS yang telah dipotong menjadi disc. Alat yang digunakan adalah chainsaw yang berfungsi untuk memotong batang kelapa sawit, circular saw yang berfungsi untuk membelah disc menjadi berukuran 2x2 cm, oven, desikator, kaliper, kamera digital, timbangan elektrik, dan juga alat tulis. Prosedur penelitian 1. Penebangan pohon Tanaman kelapa sawit yang berumur 30 tahun dan 40 tahun dengan diameter berkisar antara 74,5 cm dan 80,25 cm berasal dari desa Aek Pancur, kabupaten Deli Serdang ditebang sebanyak dua batang. Dari setiap batang diambil potongan berupa disc setebal 5 cm pada setiap ketinggian 0,5m, 2m, 3,5m, 5m, 6,5 m, 8m, dan 9,5m.