BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi &

dokumen-dokumen yang mirip
SKRIPSI. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun oleh : DYAH ANGGRAINI PUSPITASARI

BAB I PENDAHULUAN. seorang individu. Masa ini merupakan masa transisi dari kanak-kanak ke masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Remaja tidak lagi merasa dibawah tingkatan orang orang yang lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seksualitas merupakan bagian integral dari kepribadian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Yogyakarta berdiri pada tanggal 2 Juni Fasilitas yang ada di MTs X

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial dan fisik (Hurlock, 2007). World Health

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya remaja. Berdasarkan laporan dari World Health

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. belahan dunia, tidak terkecuali Indonesia. Tahun 2000 jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa anak-anak berakhir,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang rata-rata masih usia sekolah telah melakukan hubungan seksual tanpa merasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat, salah satunya adalah perilaku perineal hygiene. Perilaku

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Antara tahun 1970 dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masalah seksualitas merupakan salah satu topik yang menarik untuk

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Di seluruh dunia, lebih dari 1,8 miliar. penduduknya berusia tahun dan 90% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. melalui perubahan fisik dan psikologis, dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. Y, 2009). Pada dasarnya pendidikan seksual merupakan suatu informasi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB 1 PENDAHULUAN. yang bisa dikatan kecil. Fenomena ini bermula dari trend berpacaran yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. remaja-remaja di Indonesia yaitu dengan berkembang pesatnya teknologi internet

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dunia mengalami perkembangan pesat diberbagai bidang di abad ke 21

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsep diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh,

BAB I PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan perilaku dan kesehatan reproduksi remaja seperti

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Dalam masa ini remaja mengalami pubertas, yaitu suatu periode

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. depan. Keberhasilan penduduk pada kelompok umur dewasa sangat. tergantung pada masa remajanya (BKKBN, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

BAB I PENDAHULUAN. yang meliputi perubahan biologik, perubahan psikologik, dan perubahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemahaman masyarakat tentang seksualitas sampai saat ini masihlah kurang.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Tumbuh kembang merupakan proses yang terjadi secara

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP MENGENAI PERILAKU SEKSUAL REMAJA DI SMK KESEHATAN DONOHUDAN BOYOLALI TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

BAB 1 PENDAHULUAN. adanya penampakan karakteristik seks sekunder (Wong, 2009: 817).

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang didalamnya penuh dengan dinamika. Dinamika kehidupan remaja ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa remaja umumnya anak telah mulai menemukan nilai-nilai

BAB 1 PENDAHULUAN. Internasional Kependudukan dan Pembangunan (International. berhubungan dengan sistem reproduksi dan fungsi serta proses-prosesnya

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Oleh : ROBBI ARSYADANI J

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai pengenalan akan hal-hal baru sebagai bekal untuk mengisi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyebaran arus informasi yang tidak terbatas dan dibatasi menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tindakan seksual pranikah umumnya berawal dari masa pacaran atau masa penjajakan.

BAB I PENDAHULUAN. data BkkbN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk memiliki. Pada masa ini, seorang remaja biasanya mulai naksir lawan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. (Soetjiningsih, 2004). Masa remaja merupakan suatu masa yang menjadi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi dewasa. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan fisik remaja di awal pubertas terjadi perubahan penampilan

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. dari program kesehatan reproduksi remaja adalah untuk membantu remaja

BAB I PENDAHULAN. Kasus kenakalan remaja semakin menunjukkan trend yang sangat. kelompok, tawuran pelajar, mabuk-mabukan, pemerasan, pencurian,

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan International Conference on Population and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanan menuju masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki masa dewasa. Perkembangan fisik pada remaja biasanya ditandai

BAB I PENDAHULUAN. seks mendorong remaja untuk memenuhi kebutuhan seksnya, mereka

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia berkualitas untuk mewujudkan bangsa yang berkualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang No.23 Tahun 1992 mendefinisikan bahwa kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh yang mengiringi rangkaian pendewasaan. Pertumbuhan organ-organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. Periode perkembangan manusia terdiri atas tiga yaitu masa anak-anak,

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya (Jameela, 2010). fase ini individu mengalami perubahan dari anak-anak menuju dewasa

BAB I PENDAHULUAN. keluar melalui serviks dan vagina (Widyastuti, 2009). Berdasarkan Riset

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Remaja mengalami perkembangan yang terus berlangsung meliputi perkembangan fisik, perilaku, kognitif, biologis serta emosi (Efendi & Makhfudly, 2009). Perkembangan fisik remaja yaitu terjadi pematangan organ reproduksi serta mengalami perubahan psikologis. Perubahan yang dialami tersebut mempengaruhi sikap dan perilaku remaja diantaranya remaja lebih memerhatikan penampilannya, mulai tumbuh perasaan suka, kemudian timbul dorongan seksual. Remaja mempunyai dorongan seksual yang tinggi yang disebabkan oleh pematangan hormon seksual dan organ reproduksi (Suminar, et al 2012). Sifat khas remaja yaitu memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, menyukai petualangan, tantangan, mencoba hal baru yang belum pernah dialaminya dan cenderung berani menanggung resiko tanpa didahului pertimbangan yang matang, tidak terkecuali dalam bidang seksual. Hal tersebut sering menimbulkan kecemasan orang tua, pendidik, dan pemerintah akibat banyaknya penyimpangan seksual pada remaja (Suminar, et al 2012). Data demografi menunjukan bahwa populasi remaja di dunia merupakan populasi yang cukup besar. Data remaja menurut World Health Organization (WHO) 2014, populasi remaja diperkirakan berjumlah 1,2 milyar atau sekitar 18% dari jumlah penduduk dunia. Jumlah kelompok usia 10 sampai 24 tahun di Indonesia berdasarkan Sensus Penduduk 2010 1

2 sebanyak 64 juta jiwa atau 27,6% dari jumlah total penduduk Indonesia yaitu 237.6 juta jiwa. Berdasarkan Data Parameter Kependudukan Provinsi DIY tahun 2012, jumlah penduduk Daerah Istimewa Yogyakarta yang berumur 10 sampai 24 tahun yaitu 834.922 jiwa. Sebagai generasi penerus bangsa maka jumlah yang cukup besar tersebut dapat berpengaruh besar terhadap potensi Negara. Permasalahan yang mengemuka di kalangan remaja yaitu mengenai seks bebas. Youth Risk Behavior Survey (YRBS) melakukan survei di Amerika Serikat, hasil survei tersebut menyatakan bahwa siswa yang berada pada kelas 9 sampai 12 diketahui melakukan hubungan seksual sebelum menikah sebanyak 47,8%, dan siswa SMA yang aktif berhubungan seks sebanyak 35% (Damanik dalam Banun, 2013). Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 2013 menyatakan bahwa remaja di Surakarta yaitu sekitar 650 ribu perempuan sudah kehilangan keperawanannya dikarenakan seks bebas pada usia 15 sampai 17 tahun. Berdasarkan survei Komnas Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) 2008 mengenai permasalahan seksual pada remaja, di 33 provinsi didapatkan hasil 97% remaja pernah menonton film porno, 93,7% pernah berciuman, melakukan genital stimulation serta oral seks, 62,7% remaja tidak perawan, dan 21,2% pernah melakukan aborsi. Data terkini dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) tahun 2013 diketahui sebanyak 32% remaja usia 14 sampai 18 tahun dikota besar

3 di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, dan Bandung pernah melakukan hubungan seksual pranikah dan membuktikan 62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk dibangku SMP, dan 21,2% diantaranya pernah melakukan aborsi. Penyimpangan seksual pada remaja membawa dampak negatif bagi kehidupan remaja. Dampak tersebut meliputi aspek medis dan sosial psikologis. Secara medis, dampak dari seks bebas yaitu terjadinya penyakit menular seksual serta kanker leher rahim. Dampak seks bebas secara sosial psikologis meliputi perasaan takut karena tidak siap hamil, dikucilkan oleh masyarakat serta terpaksa harus putus sekolah akibat married by accident (MBA) (Nenggala, 2007). Kasus mengenai perilaku seksual pada remaja dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan. Perilaku seksual yang menyimpang dipengaruhi oleh sikap dari individu itu sendiri. Sikap merupakan penilaian yang dilakukan oleh individu terhadap suatu obyek maupun situasi yang disertai perasaan tertentu dan memberikan dasar kepada individu tersebut untuk membuat respon atau perilaku dengan cara yang dipilihnya (Lestari, 2015). Sikap dapat mempengaruhi kehidupan seseorang serta menjadi dasar untuk menentukan suatu tindakan baik tindakan positif atau negatif yang dapat mempengaruhi kehidupan seseorang (Harrell, 2008). Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satunya adalah pengaruh orang lain yang dianggap penting. Orang yang dianggap

4 penting bagi individu salah satunya yaitu orang tua. Orang tua berkewajiban mendidik anak dengan baik, dalam Islam kedua orang tua bertanggung jawab terhadap segala sesuatu yang dilakukan anaknya (Wahyudin, 2007). Menginjak usia remaja, anak mengalami perubahan dalam hal seksual. Perubahan tersebut perlu diperhatikan sehingga orang tua dapat mengarahkan mengenai seksual anak dengan baik. Pendidikan seks islami bagi remaja sangat penting, karena pada masa ini remaja mulai mengalami pubertas serta adanya perubahan-perubahan seks yang terjadi pada usia akhil baligh. Pendidikan seksualjuga diperlukan agar remaja tidak bertanya-tanya dan mencari informasi diluar yang belum tentu kebenaranya serta menghindari sesuatu yang tidak diinginkan (Imtima, 2007). Orang tua sebagai tempat pendidikan pertama dan merupakan orang yang dekat dengan anak harus melakukan pengasuhan yang terbaik. Pengasuhan terbaik dalam Islam dapat diketaui melalui Islamic parenting yang dilakukan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Islamic parenting (pengasuhan secara islami) menekankan pada kasih sayang, kelembutan dan rasa hormat ketika berhadapan dengan anak-anak. Tugas pengasuhan dipandang sebagai salah satu peran yang paling penting dalam masyarakat (Trothen, 2012). Islamic parenting adalah pengasuhan anak dalam proses tumbuh kembangnya sesuai ajaran Islam. Penanaman nilainilai Islam berdasarkan Al-Qur an dan Sunnah Rasulullah. Pengasuhan

5 anak dilakukan sesuai tuntunan agama Islam yang bertujuan memberikan kebaikan dunia dan akhirat melalui penjelasan terkait aspek-aspek pendidikan yang baik (Rachman, 2014). Pelaksanaan pengasuhan secara Islam melalui penanaman nilai-nilai religius akan berpengaruh besar dalam kehidupan anakdimasa yang akan datang. Apabila keluarga mampu melaksanakan pendidikan Islam bagi anak secara baik maka dalam diri anak akan terbentuk suatu sikap keagamaan dalam kehidupan sehari-hari (Sholahudin, 2011).Penanaman nilai-nilai Islam dilakukan agar anak terhindar dari perilaku menyimpang, seperti penyimpangan seksual maupun penyimpangan yang lain. Hadist Riwayat Al-Bukhari menjelaskan bahwa orang tua berperan terhadap pendidikan dan pengasuhan anaknya. Orang tua yang menentukan bagaimana cara mengasuh anaknya dan pengasuhan yang dilaakukan akan berpengaruh terhadap sikap anak di masa yang akan datang. Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda Setiap anak dilahirkan dalam keadaan suci (fitrah), maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi. (H.R. Al-Bukhari). Mengasuh dan mendidik merupakan kewajiban bagi orang tua. Menempatkan anak belajar di madrasah yang berbasis Islam merupakan salah satu bentuk usaha orang tua mendidik anak mereka. MTs X di Yogyakarta merupakan salah satu lembaga pendidikan yang berbasis Islam. Materi keagamaan yang dipelajari di MTs lebih banyak dari pada sekolah yang berbasis Negeri.

6 Ali bin Abi Thalib RA berkata, Ajari dan didiklah anak-anakmu dengan pendidikan yang baik. Studi pendahuluan yang dilakukan di MTs X di Yogyakarta yang melibatkan 13 siswa yang terdiri 6 siswa perempuan dan 7 siswa laki-laki. Hasil yang didapatkan yaitu 4 dari 13 siswa mengaku pernah pacaran, mereka pacaran tanpa diketahui oleh orang tua mereka. 3 dari 13 siswa mengatakan bahwa pacaran hanya menambah masalah dan mengganggu konsentrasi belajar mereka, sedangkan 6 lainya mengatakan pacaran dapat memberi sedikit motivasi untuk belajar. Mereka mengatakan bahwa orang tua melarang mereka untuk berpacaran, namun ada beberapa siswa yang berpacaran meskipun orang tua melarang. 6 siswa putri mengatakan bahwa orang tua mereka marah ketika mereka keluar rumah tanpa mengenakan pakaian yang menutup aurat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis tertarik untuk meneliti Apakah terdapat Hubungan Islamic Parenting dengan Sikap Seksual Remaja MTs X di Yogyakarta? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan antara Islamic parenting dengan sikap seksual remaja MTs X di Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui islamic parenting pada remaja MTs X di Yogyakarta

7 b. Untuk mengetahui sikap seksual remaja MTs X di Yogyakarta D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini secara teoritis bermanfaat untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang keperawatan mengenai kesehatan reproduksi remaja. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Institusi Sekolah Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi institusi sekolah mengenai sikap seksual remaja, sehingga dapat menyusun langkah selanjutnya untuk mengarahkan sikap seksual remaja kearah yang positif. b. Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan serta dikembangkan untuk melakukan penelitian lebih lanjut. E. Keaslian Penelitian Pada penelitian ini, penulis melanjutkan penelitian peneliti lain. Penulis meneliti hubungan Islamic parenting dengan sikap seksual remaja MTs X di Yogyakarta, yang mana penelitian tersebut belum dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelunya yaitu isntrumen yang digunakan berbeda, penulis membuat instrumen sendiri untuk variabel Islamic parenting dan memodifikasi instrumen untuk variabel sikap seksual. Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan Islamic

8 parenting dan sikap seksual yang sudah diteliti oleh peneliti lain, beberapa penelitian yang memiliki topik yang sama antara lain adalah: 1. Liasusanti (2013) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Kecerdasan Emosional Spiritual (ESQ) dengan Sikap Seksualitas Remaja pada Mahasiswa PSIK UMY Angkatan 2012. Penelitian ini dilakukan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta angkatan 2012. Desain penelitian yang digunakan yaitu correlational dengan pendekatan cross sectional. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara kecerdasan emosional spiritual dengan sikap seksualitas pada remaja dengan koefisien korelasi spearman s Rho sebesar 0,343. 2. Ahdiah (2015) melakukan penelitian dengan judul Hubungan Islamic Parenting Skills dengan Kecerdasan Spiritual pada Anak Kelas 5 Sekolah Dasar di Kelurahan Tamantirto. Penelitian ini dilakukan di seluruh Sekolah Dasar di Kelurahan Tamantirto yang meliputi SD N Ngebel, SD Tlogo, SD Karang Jati, SD Kasihan, dan SD Ngerukeman, yang mana dilakukan pada bulan Mei 2015. Subyek penelitian yang digunakan yaitu orang tua dan siswa SD di Kelurahan Tamantirto dengan sampel sebanyak 141 sampel dari 5 sekolah. Desain penelitian yang digunakan yaitu crosssectionalcorrelation, dengan analisis non parametrik yaitu spearman rank. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa

9 terdapat hubungan antara Islamic parenting skills dengan kecerdasan spiritual pada anak kelas 5 SD I kelurahan Tamantirto. 3. Aryani dan Trihandayani (2016) melakukan penelitian dengan judul Pegaruh Islamic Parenting dan Coping Stress terhadap Motivasi Berprestasi pada Remaja. Penelitian ini dilakukan di SMA dan SMK Muhammadiyah kelas tiga. Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian yang bersifat deskriptif menggunakan metode penelitian kuantitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa coping stress tidak secara langsung mempengaruhi motivasi berprestasi remaja, namun Islamic parenting mempengaruhi munculnya motivasi berprestasi pada remaja.