PENDIDIKAN TASAWUF DAN AKHLAK BAGI ANAK

dokumen-dokumen yang mirip
RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

OByEKTIVIKASI SALAM Oleh Nurcholish Madjid

c 1 Ramadan d 28 RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

PROPORSI HUBUNGAN ANTARA KEILMUAN DAN KEAGAMAAN

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

ZIKIR Oleh Nurcholish Madjid

Masih Spiritualitas Bisnis

TAKWA DAN IKHLAS Oleh Nurcholish Madjid

IMAN, ISLAM, DAN IHSAN SEBAGAI TRILOGI AJARAN ILAHI

BEBERAPA SEGI AJARAN DALAM AL-QUR AN DAN PEMECAHAN PERSOALAN UMAT MANUSIA DEWASA INI

TAKWA, ZIKIR, DAN IKHLAS

ISLAM DAN MITOLOGI Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SALAM PADA TUHAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

PENGORBANAN Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

ASAS HIDUP TAKWA Oleh Nurcholish Madjid

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut; Eksistensi spiritualitas guru dalam

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

SEMIOTIKA ISLAM Oleh Nurcholish Madjid

Jalan Lurus. Oleh Nurcholish Madjid

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNAGRAHITA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia yakni Al-Qur`an dan Hadits yang di dalamnya. Akhlak dalam Islam merupakan salah satu aspek yang sangat penting.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam ajaran Islam penanaman nilai aqidah akhlak bagi manusia

Bab 4 Belajar Mendirikan Shalat Berlatih Akhlak Mulia Membangun Kesejahteraan Umat

31. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMP/MTs

TIDAK SEKADAR PUASA BADANI

Kelompok Azizatul Mar ati ( ) 2. Nur Ihsani Rahmawati ( ) 3. Nurul Fitria Febrianti ( )

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

Dalam sejarah pemikiran Islam klasik, ada kontroversi qadarîyahjabarîyah

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN PENUTUP

IKATAN KEADABAN Oleh Nurcholish Madjid

TUGAS MATA KULIAH AL QUR AN AL-QURAN SEBAGAI PEDOMAN HIDUP. Dosen pengampu : Masyhudi Riaman, S.Pd. Disusun Oleh : Sahri Ramadani

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Tauhid untuk Anak. Tingkat 1. Oleh: Dr. Saleh As-Saleh. Alih bahasa: Ummu Abdullah. Muraja ah: Andy AbuThalib Al-Atsary. Desain Sampul: Ummu Zaidaan

NILAI PENDIDIKAN PADA NOVEL AYAH KARYA ANDREA HIRATA

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

TANTANGAN UMAT BERAGAMA PADA ABAD MODERN

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi, serta memiliki etos kerja yang tinggi dan disiplin. dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

AYAT ASAS Oleh Nurcholish Madjid

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB TUNADAKSA

MEMAHAMI AJARAN FANA, BAQA DAN ITTIHAD DALAM TASAWUF. Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. pengenalan dan penghayatan terhadap Al-asma, Al-husna, serta penciptaan

PUASA SIA-SIA Oleh Nurcholish Madjid

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR PROGRAM PAKET C

MENGHAYATI AKHLAK ALLAH

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

BAB I PENDAHULUAN. religiusitas dalam kehidupan manusia. Temuan-temuan empiric dan

Modul ke: Kesalehan Sosial. Fakultas. Rusmulyadi, M.Si. Program Studi.

BAB I PENDAHULUAN. dan batin baik di dunia maupun di akhirat. Sejak diturunkan kepada nabi Muhammad

2. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan besar yang dihadapi oleh. umumnya dan dunia pendidikan khususnya adalah merosotnya moral peserta

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

Pendidikan dan Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMA, MA, SMALB, SMK DAN MAK

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

Sambutan Presiden RI pada Peringatan Nuzulul Quran 1430 H, Senin, 07 September 2009

BAB I PENDAHULUAN. 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2009), hlm Undang-undang SISDIKNAS (Sistem Pendidikan Nasional) (UU RI No.

1. lebih menitikberatkan pencapaian kompetensi secara utuh selain penguasaan materi;

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB V PEMBAHASAN PENELITIAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMPLB TUNARUNGU

BAB I PENDAHULUAN. beragama yaitu penghayatan kepada Tuhan, manusia menjadi memiliki

RAMADAN Oleh Nurcholish Madjid

6. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam untuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK)

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SDLB AUTIS

BAB I. merupakan persoalan yang belum ada jawabannya secara tuntas.

Hakikat Manusia Menurut Islam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan pada hakikatnya merupakan kegiatan mendidik, mengajar,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP)

BAB I PENDAHULUAN. pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil,

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sementara seseorang seperti kelelhahan atau disebabkan obatobatan,

UMAT Tengah. Oleh Nurcholish Madjid

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

TALIM MADANI #12 IMAN KEPADA ALLAH (PERBEDAAN MALAIKAT DAN MANUSIA)

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

Spiritualitas Bisnis

BAB V PEMBAHASAN. cukup, yakni pada rata-rata interval 31,13%. Hal tersebut disebabkan. untuk mengikuti dan melaksanakan kegiatan kegiatan keagamaan

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

Qana ah dan Tasamuh. Aspek Akhlak

DAFTAR TERJEMAH. No Hal Kutipan Bab Terjemah

REVIEW. Disampaikan pada perkuliahan PENDIDIKAN AGAMA ISLAM kelas PKK. Dr. Dede Abdul Fatah, M.Si. Modul ke: Fakultas EKONOMI. Program Studi AKUNTANSI

PERSPEKTIF PEMBARUAN PEMIKIRAN DALAM ISLAM

Kepimpinan Mengikut Perspektif Islam

Transkripsi:

MUSYAWARAH DAN PARTISIPASI PENDIDIKAN TASAWUF DAN AKHLAK BAGI ANAK Oleh Nurcholish Madjid Berbeda dengan, misalnya, masyarakat Kristen atau Yahudi, ma syarakat Muslim klasik yaitu yang ada di masa Nabi dan para khalifah yang bijaksana (al-khulafā al-rāsyidūn) adalah suatu keseluruhan yang homogen dengan kesadaran keagamaan (religiusitas) yang tinggi. Religiusitas mereka itu melahirkan tingkah laku lahiriah yang penuh dengan budi luhur (al-akhlāq al-karīmah) yang melandasi bangunan masyarakat yang mereka dirikan. Karena itu masyarakat Muslim klasik itu juga disebut masyarakat etis atau akhlaki. Namun kemudian muncul tasawuf sebagai disiplin ilmu tersendiri dalam Islam. Seperti halnya fiqh, kalam, dan filsafat sebagai disiplin-disiplin ilmu, tasawuf tumbuh sebagai kelanjutan wajar dari keperluan kepada adanya semacam diferensiasi ilmu pengetahuan dalam Islam di abad kedua dan ketiga Hijriah. Sebetulnya masyarakat Islam klasik itulah yang menjadi teladan untuk diwujudkan kembali oleh umat Islam sepanjang sejarah, termasuk oleh kaum sufi. Peneladanan kepada masyarakat klasik itu melahirkan konsep Salafīyah (klasisisme). Dari berbagai sumber yang ada masyarakat Salaf itu mewujudkan kesatuan tak terpisahkan antara takwa dan akhlak, atau antara religiusitas dan etika. Sebuah hadis Nabi saw menyebutkan, Yang paling banyak memasukkan orang ke surga ialah takwa kepada Allah dan keluhuran budi. 1 1 Bulūgh al-marām, hadis no. 1561, h. 309. 1

NURCHOLISH MADJID Keterkaitan antara takwa dan akhlak itu sejajar dengan keterkaitan antara iman dan amal, antara hubungan dengan Tuhan (habl-un min-a l-lāh) dan hubungan dengan manusia (habl-un min-a l-nās), antara takbīr (dalam permulaan shalat, sebagai tanda dimulainya seorang hamba mengadakan hubungan dengan Tuhan) dan taslīm (dalam akhir shalat, sebagai tanda dimulainya hubungan yang baik antarsesama manusia, bahkan sesama makhluk), bahkan antara shalat itu sendiri (sebagai suatu bentuk hubungan dengan Allah) dengan zakat (sebagai suatu bentuk hubungan kemanusiaan). Kesadaran Rabbaniyah dan Insaniyah Dari keterangan singkat itu jelas bahwa tasawuf tidak bisa dipisahkan dari keseluruhan agama. Bahkan jika tasawuf itu adalah disiplin yang lebih berurusan dengan masalah-masalah inti (bāthin), maka ia juga berarti merupakan inti keagamaan (religiusitas) yang bersifat esoteris. Dari sudut ini maka ilmu tasawuf tidak lain adalah penjabaran secara nalar (nazharī, teori ilmiah) tentang apa sebenarnya takwa itu. Dan penjabaran tentang takwa itu dikaitkan dengan ihsān seperti tersebutkan dalam sebuah hadis, ihsān ialah bahwa engkau menyembah Tuhan seolah-olah engkau melihat-nya, dan jika engkau tidak melihat-nya, maka (engkau harus menyadari bahwa) Dia melihat engkau. Hadis ini sejalan dengan firman Allah, Dan sembahlah Tuhanmu sehingga datang kepadamu keyakinan, (Q 15:99). Karena itu pengajaran tasawuf hendaknya menanamkan ke dalam jiwa anak didik kesadaran akan hadirnya Tuhan dalam hidup, dan Tuhan selalu mengawasi segala tingkah laku kita: Ke mana pun kamu menghadap, maka di sanalah Wajah Tuhan, (Q 2:115). Dia beserta kamu di mana pun kamu berada, dan Dia mengetahui segala sesuatu yang kamu perbuat, (Q 57:4). Dari segi ini akan tampak jelas betapa eratnya rasa ketuhanan (rabbānīyah), takwa, 2

PENDIDIKAN MUSYAWARAH TASAWUF DAN PARTISIPASI AKHLAK BAGI ANAK ihsān atau religiusitas dengan rasa kemanusiaan (insānīyah), amal saleh, akhlak, budi pekerti atau tingkah laku etis. Juga tampak kaitan antara aspek lahir dan aspek batin, antara eksoterisisme dan esoterisisme. Masalah Metodik-Didaktik Karena bidang garapan tasawuf berada dalam inti keagaman itu sendiri, maka timbul beberapa maslah metodik-didaktik. Yang pertama ialah masalah yang ditimbulkan oleh kenyataan bahwa pengajaran agama di lembaga-lembaga pendidikan kita (sekolah dan madrasah, dari tingkat paling bawah sampai tingkat paling tinggi) umumnya didominasi oleh orientasi lahiriah fiqih dan kalam, yakni oleh segi-segi eksoteris. Karena dominasi fiqih, seorang anak didik lebih paham, misalnya, syarat dan rukun bagi sah-tidaknya shalat, tanpa dengan man tap mengetahui apa sesungguhnya makna shalat itu bagi pembentukan diri pribadinya, lahir dan batin. Dan karena dominasi kalam, ia lebih mampu, misalnya, bagaimana membuktikan bahwa Tuhan ada, tanpa memiliki keinsafan yang cukup mendalam tentang apa makna kehadiran Tuhan (rasa ketuhanan dalam kalbu) itu dalam hidup ini. Maka persoalan pertama ialah tenaga pengajar itu sendiri. Tidak hanya untuk kepentingan pengajaran tasawuf dan akhlak, tapi untuk kepentingan pengajaran agama itu secara keseluruhan, mutlak diperlukan tenaga pengajar yang menghayati makna kesufian itu, yang makna itu seperti telah dikemukakan berada di sekitar konsep-konsep taqwā, ihsān, rabbānīyah (rasa ketuhanan), dan seterusnya. Adalah para tokoh tasawuf klasik sendiri yang pertama-tama menyadari adanya persoalan metodik-didaktik ini. Justru, secara historis berkembangnya ilmu tasawuf sehingga tumbuh menjadi disiplin kajian tersendiri dalam lingkungan ilmu-ilmu keislaman 3

NURCHOLISH MADJID adalah sedikit banyak merupakan usaha untuk membendung ekses orientasi lahiriah dari fiqih dan kalam. Maka, disebabkan bidang garapan khususnya itu, dengan sendirinya tasawuf lebih menekankan urusan batin, tanpa meninggalkan urusan lahir. Mereka terkenal kaya dengan lukisan-lukisan tentang bagaimana yang lahir itu terkait tanpa mungkin dipisahkan dengan yang batin, dan sebaliknya. Jika diibaratkan kacang, tasawuf adalah nilai gizi kacang itu, yang meskipun tak tampak namun nilai gizi itulah yang membuat kacang berharga. Sebaliknya, kacang yang kaya dengan gizi akan rusak jika tidak dibungkus oleh kulitnya. Maka yang batin memerlukan yang lahir, sebagaimana orang yang akan mampu mendaki gunung (batiniah) dengan sendirinya harus mampu berjalan di tanah datar (lahiriah). Kesimpulannya ialah bahwa dalam masalah metodik-didaktik ini harus ditemukan cara bagaimana menyadarkan anak didik akan makna ibadat-ibadat lahiriah, dan apa yang sebenarnya diharapkan dari ibadat-ibadat itu bagi pembentukan diri pribadinya, yakni akhlaknya. Dan, sekali lagi, sebagaimana juga halnya dengan semua bidang pendidikan, mutu dan kemampuan pengajar akan sangat menentukan. Kemungkinan Penjenjangan Dengan menyadari problema-problema di atas, kita bisa memperkirakan penjenjangan pendidikan atau pengajarn tasawuf dan akhlak di madrasah-madrasah kita sebagai berikut: Jenjang Madrasah Ibtidaiyah Sesuai dengan perkembangannya, untuk anak didik tingkat Madrasah Ibtidaiyah atau Sekolah Dasar, yang jelas diperlukan ialah pengetahuan tingkat dasar tentang pokok-pokok agama seperti Rukun Islam dan Rukun Iman, serta kemampuan untuk 4

PENDIDIKAN MUSYAWARAH TASAWUF DAN PARTISIPASI AKHLAK BAGI ANAK melaksanakan secara benar (menurut fiqih) ibadat sehari-hari. Tapi itu tidak berarti membiarkan mereka tumbuh dengan orientasi lahiriah yang akan menghilangkan makna ibadat mereka itu. Sebab, seperti dikatakan oleh Ibn Athaillah, Amal perbuatan (seperti ibadat) adalah gambar-gambar (lahiriah) yang berdiri tegak, sedangkan jiwa (ruh) amal perbuatan itu ialah adanya rahasia keikhlasan di dalamnya. 2 Jadi penting sekali ditanamkan sejak masa sangat dini rasa keikhlasan dalam ibadat dan dalam segala perbuatan yang lain. Berkenaan dengan praktik ibadat itu, pendidikan keikhlasan ini bisa dilakukan, misalnya dan barangkali terutama dengan menanamkan penghayatan yang sedalam mungkin akan arti dan makna bacaan-bacaan dalam shalat. Harus disadarkan kepada anak-anak bahwa shalat itu pada hakikatnya adalah peristiwa yang amat penting bagi dirinya, karena ia merupakan kesempatan tawajjuh (menghadap, sebo, sowan atau beraudiensi) dengan Tuhan. Dan seluruh bacaan di dalamnya dirancang sebagai dialog dengan Tuhan, maka suatu pengalaman ihsān (menyembah Tuhan seakan-akan melihat-nya) akan tumbuh pada jiwa anak. Ini adalah bibit keikhlasan dan pangkal tolak akhlak yang mulia, karena hal itu akan menumbuhkan sikap hidup yang diliputi oleh semangat kehadiran dan pengawasan Tuhan dalam hidup itu. Jenjang MadrasahTsanawiyah Anak didik pada perkembangan tingkat tsanawiyah belum begitu jauh berbeda dengan anak didik pada perkembangan tingkat ibtidaiyah. Karena itu, pada dasarnya, pendidikan tasawuf dan akhlak untuk mereka masih merupakan kelanjutan yang ada pada tingkat sebelumnya. Tapi mungkin pendidikan tasawuf dan akhlak untuk tingkat tsanawiyah ini sudah harus mulai dikembangkan dengan memperkenalkan konsep-konsep keagamaan yang mengarah kepada pemben- 2 Ibn Ibad al-randi, Sharh al-hikām, h. 11. 5

NURCHOLISH MADJID tukan pribadi yang kuat seperti selain ikhlas yang akan selalu menempati urutan pertama dan tertinggi misalnya sabar, tawakal, inabah, harapan (rajā, baik sangka kepada Tuhan, tidak kenal putus asa), mawas (khawf, tidak menganggap wajar saja [for granted] Tuhan dan kehendak-nya), taubat, taqarrub, azm (keteguhan hati), rahmah (cinta kasih kepada sesama), pemaaf, menahan marah, toleran, ramah, dan seterusnya. Untuk menopang itu semua, dan sebagai kerangka yang lebih utuh, bisa diajarkan kutipan-kutipan dari al-qur an yang menerangkan tentang berbagai kualitas orang-orang yang beriman kepada Allah (misalnya Q 25:63 sampai akhir surat, dan Q 31:13). Jenjang Madrasah Aliyah Karena baik sistem pendidikan secara menyeluruh maupun pendidikan agama secara khusus selalu berada dalam suatu kontinuitas yang tak terputus-putus, maka pada jenjang Aliyah ini pun pendidikan tasawuf dan akhlak harus merupakan kelanjutan wajar yang ada sebelumnya. Pengembangan lebih lanjut diberikan dengan bertitik-tolak dari pemahaman akan makna nama-nama indah (al-asmā al-husnā) dari Tuhan. Sebab, kita harus menyadari, bahwa nama-nama Tuhan itu dipaparkan dalam Kitab Suci sebagai petunjuk bagaimana mempersepsi Tuhan: Tuhan mempunyai nama-nama yang indah, maka serulah Dia dengan nama-nama itu, (Q 7:180). Seperti diketahui, persepsi manusia tentang Tuhan bisa sangat tidak seimbang (tidak utuh), karena persepsi itu biasanya amat terpengaruh oleh pengalaman hidup manusia itu sendiri. Maka, relevan dengan hal ini, para ahli tasawuf sering mengemukakan sabda Nabi agar kita meniru kualitas Tuhan, atau meniru akhlak Tuhan (ittashifū bi shīfāt-i l-lāh dan takhallaqū bi akhlāq-i l-lāh). Tetapi, sesuai dengan tingkat perkembangan anak didik, mungkin pada jenjang lanjutan atas ini segi-segi kognitif tentang tasawuf 6

PENDIDIKAN MUSYAWARAH TASAWUF DAN PARTISIPASI AKHLAK BAGI ANAK dan akhlak harus sudah mulai diperkenalkan. Maka sebaiknya mereka diperkenalkan dengan sejarah tumbuhnya ilmu tasawuf. Secara garis besar diperkenalkan kepada mereka adanya beberapa pemikiran besar dalam tasawuf seperti Ibn Arabi, Rumi, Ibn Atha illah, al-bisthami, al-ghazali, al-hallaj, al-qushayri, dan lainlain. Begitu pula secara garis besar sudah bisa diperkenalkan tentang adanya berbagai aliran tarekat atau persaudaraan sufi, seperti Qadiri, Naqsyabandi, Bektasyi, Rifa i, Syazhili, Syattari, Tijani, dan lainlain. Dan yang khusus berkaitan langsung dengan Indonesia, bisa diperkenalkan arti dan kedudukan tokoh-tokoh tasawuf Indonesia seperti Syeikh Siti Jenar, al-raniri, bahkan Ronggowarsito, dan lain-lain. Mungkin ada baiknya mereka diajak berwisata ke suatu pusat tarekat. Tasawuf dan Pendangkalan Agama Jelas bahwa tasawuf dan akhlak harus diajarkan kepada anak didik Muslim sebagai dimensi kedalaman keagamaan. Dimensi kedalaman itulah yang dulu dikonstatasi oleh para pemikir tasawuf terancam hilang karena didominasi segi-segi lahiriah dalam beragama. Kini sering dikemukakan bahwa gejala pendangkalan agama itu berulang kembali. Ungkapan pendangkalan agama adalah kata-kata bersayap. Yang mempunyai arti yang berlain-lainan dari orang ke orang. Banyak yang dengan perkataan itu memaksudkan sesuatu yang berkaitan dengan politik. Kedangkalan agama diberi makna yang sarat masalah politik. Tapi justru kedangkalan agama itu ialah jika aspek yang amat lahiriah seperti politik mendominasi warna kehidupan keagamaan. Maka, seperti dulu, tasawuf kiranya akan bisa menolong keadaan. [ ] 7