PEMERINTAH KOTA BATU

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM DALAM TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 3 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN BERMOTOR UMUM

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 11 TAHUN 2010

BUPATI TAPIN PERATURAN DERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 15 TAHUN TAHUN 2010 TENTANG PERIZINAN DIBIDANG ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO,

BUPATI BULUNGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERIZINAN ANGKUTAN

WALIKOTA MADIUN PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MADIUN,

BUPATI BARITO KUALA PERATURAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHM AT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2009

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN TRAYEK

WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UNTUK UMUM

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KOTA SAWAHLUNTO RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMUNGUTAN RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 08 TAHUN 2013 TENTANG IZIN MENDIRIKAN PERUSAHAAN PENGANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 17 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KEBUPATEN MAGELANG NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 04.A TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI ROKAN HILIR PERATURAN DAERAH ROKAN HILIR NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG IZIN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DI JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DI KOTA TASIKMALAYA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN TUBAN

PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2012 Seri : C

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG UTARA NOMOR 06 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 10 PERATURAN DAERAH KOTA PALU NOMOR 12 TAHUN 2001 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DI KABUPATEN CILACAP

Dok. Informasi Hukum-JDIH Biro Hukum Setda Prop Jatim /2006 1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN TERMINAL BONGKAR MUAT BARANG DI KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI BANGKA TENGAH

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 15 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI IJIN TRAYEK ANGKUTAN DARAT DI KABUPATEN MURUNG RAYA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 8 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MANGGARAI BARAT NOMOR 22 TAHUN 2012 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 18 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KOTA PONTIANAK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN. (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2014 Seri: B BUPATI SLEMAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 4 Tahun : 2011 Seri : E

LEMBARAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 19 TAHUN 2001 SERI B NOMOR 3 PERATURAN DAERAH PROPINSI KALIMANTAN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 9 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

- 1 - PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DALAM WILAYAH KOTA TARAKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT,

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DUMAI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN IZIN USAHA ANGKUTAN UMUM

PEMERINTAH KOTA BATU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

BUPATI KEPULAUAN YAPEN

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 4 TAHUN 2008 IZIN USAHA ANGKUTAN DAN IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKAMARA,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI TERMINAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUDUS,

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN FASILITAS PARKIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PARKIR DI TEPI JALAN UMUM

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 6 TAHUN 2004 TENTANG RETRIBUSI PERIZINAN DI BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG PENGATURAN DAN PEMBERDAYAAN PEDAGANG KAKI LIMA

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR

PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 11 TAHUN 2002 TENTANG PENGUJIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TARAKAN,

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

LEMBARAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU. Nomor 10 Tahun 2003 Seri C PERATURAN DAERAH KOTA LUBUKLINGGAU NOMOR 45 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG PELAYANAN PERIZINAN PENYELENGGARAAN ANGKUTAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2013 NOMOR : 9 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG RETRIBUSI TEMPAT KHUSUS PARKIR DI KABUPATEN CILACAP

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 16 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

WALIKOTA BITUNG PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN DAERAH KOTA BITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG PENATAAN DAN PENGELOLAAN PEMAKAMAN

LEMBARAN DAERAH KOTA BAUBAU NOMOR 23 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2002 TENTANG RETRIBUSI IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MOJOKERTO

Transkripsi:

PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : a. bahwa pembinaan, pengawasan dan pengendalian yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Kota Batu terhadap angkutan umum sebagai sarana pelayanan transportasi umum merupakan salah satu upaya penertiban dalam berlalu lintas agar tercipta kelancaran dan ketertiban di jalan; b. bahwa Perkembangan volume angkutan umum di Kota Batu sangat pesat sehingga perlu adanya aturan yang jelas untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat akan angkutan umum dan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat, khususnya pada bidang perhubungan darat; c. bahwa berdasarkan konsideran huruf a dan huruf b konsideran di atas, maka perlu dibentuk Peraturan Daerah tentang Izin Trayek; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389); 3. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437 ) Sebagaimana Telah diubah Terakhir kali dengan Undang-Undang 12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan lembaran Negara Nomor 4844 ); 4. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438 ) 5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA BATU dan WALIKOTA BATU MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG IZIN TRAYEK BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Kota Batu. 2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Batu. 3. Kepala Daerah adalah Walikota Batu. 4. Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Batu. 5. Kas Daerah adalah Kas Umum Daerah Kota Batu ; 6. Pejabat adalah Pegawai yang diberi tugas tertentu di bidang Retribusi Daerah sesuai Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 7. Pejabat yang ditunjuk adalah Pejabat pada Dinas Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informatika Kota Batu. 8. Kendaraan Umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh umum dengan dipungut bayaran baik langsung maupun tidak langsung. 9. Izin Trayek adalah pemberian izin kepada orang pribadi atau badan untuk menyediakan pelayanan angkutan penumpang umum pada suatu beberapa trayek tertentu sesuai kewenangan termasuk izin isidentil, izin khusus dan izin operasional. 10. Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek-trayek yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. 11. Jaringan Transportasi Jalan adalah serangkaian simpul dan/atau ruang kegiatan yang dihubungkan oleh ruang lalu lintas sehingga membentuk satu kesatuan sistem jaringan untuk keperluan penyelenggaraan lalu-lintas dan angkutan jalan.

12. Angkutan adalah pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan. 13. Kendaraan Bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan teknik yang berada di kendaraan tersebut yang digunakan untuk mengangkut orang dan/atau barang. 14. Trayek adalah lintasan kendaraan umum untuk pelayanan jasa angkutan orang dengan mobil bus atau mobil penumpang, yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak terjadwal. 15. Laik Jalan adalah persyaratan minimum kondisi suatu kendaraan yang harus dipenuhi agar terjaminnya keselamatan dan mencegah terjadinya pencemaran udara dan kebisingan lingkungan pada waktu dioperasikan di jalan. 16. Kartu Pengawasan adalah kutipan surat ijin trayek dan/atau operasi untuk setiap kendaraan umum. 17. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan, baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara (BUMN), atau badan usaha milik daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap. 18. Penyidikan tindak pidana di bidang retribusi adalah serangkaian tindakan yang dilakukan oleh Penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan daerah dan retribusi yang terjadi serta menemukan tersangkanya. 19. Retribusi Perijinan tertentu adalah adalah Retribusi atau kegiatan tertentu Pemerintah Daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. BAB II IZIN USAHA ANGKUTAN ORANG Pasal 2 (1) Kegiatan usaha angkutan orang dengan kendaraan umum dalam trayek dilakukan oleh : a. Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah; b. Badan usaha milik swasta nasional; c. Koperasi; d. Perorangan warga negara Indonesia.

(2) Untuk dapat melakukan kegiatan usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib memiliki izin usaha angkutan. (3) Izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan untuk jangka waktu selama perusahaan yang bersangkutan masih menjalankan usahanya dan dilakukan daftar ulang setiap 5 (lima) tahun sekali. (4) Ketentuan izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak berlaku untuk : a. perusahaan biro perjalanan umum untuk menunjang kegiatan usahanya; b. perusahaan yang melaksanakan kegiatan pengangkutan orang sakit dengan mobil ambulance; c. kegiatan pengangkutan orang jenazah dengan mobil jenasah; d. kegiatan angkutan yang bersifat untuk pelayanan kemasyarakatan. Pasal 3 (1) Untuk memperoleh izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2), penyelenggara angkutan wajib memenuhi persyaratan : a. memiliki NPWP; b. memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk badan usaha, akte pendirian koperasi bagi pemohon yang berbentuk koperasi, tanda jati diri bagi pemohon perorangan; c. memiliki surat keterangan domisili perusahaan; d. memiliki surat izin tempat usaha; e. pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan kendaraan (garasi/pool). (2) Apabila masih diperlukan persyaratan lain selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1), akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 4 (1) Permohonan izin usaha angkutan orang diajukan kepada Kepala Daerah. (2) Ijin usaha angkutan orang diberikan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) apabila : a. memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3; b. trayek atau wilayah operasi yang akan dilayani masih terbuka. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara permohonan dan pemberian izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah.

Pasal 5 (1) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), diberikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. (2) Penolakan permohonan izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), diberikan secara tertulis disertai alasan penolakan. Pasal 6 Pengusaha angkutan umum (orang) dan penyelenggaraan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum dalam trayek yang telah mendapat izin usaha angkutan orang diwajibkan : a. memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha angkutan; b. melakukan kegiatan usaha angkutan orang selambat-lambatnya dalam waktu 6 (enam) bulan sejak diterbitkan izin usaha angkutan; c. melaporkan kepada pemberi izin usaha angkutan orang, apabila terjadi perubahan kepemilikan perusahaan atau domisili perusahaan. Pasal 7 Pengusaha angkutan umum yang telah mendapatkan izin usaha angkutan diwajibkan untuk : a. memenuhi kewajiban yang telah ditetapkan dalam izin usaha angkutan orang; b. melakukan kegiatan usahanya selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah izin usaha angkutan orang diterbitkan; c. melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan perusahaan atau domisili perusahaan. Pasal 8 (1) Izin usaha angkutan orang dicabut apabila : a. perusahaan angkutan orang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7; b. perusahaan angkutan orang tidak melakukan kegiatan angkutan. (2) Pencabutan izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin usaha angkutan orang untuk jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Jika pembekuan izin usaha angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (3), habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, izin usaha angkutan dicabut.

Pasal 9 Izin usaha angkutan dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan izin, dalam hal perusahaan yang bersangkutan : a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara; b. memperoleh izin usaha angkutan orang dengan cara tidak sah. Pasal 10 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk izin usaha angkutan orang, peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan izin usaha angkutan, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB III IZIN TRAYEK Pasal 11 (1) Pelayanan angkutan orang di jalan dengan kendaraan umum dalam trayek dilakukan dalam jaringan trayek. (2) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 12 (1) Jaringan trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1), merupakan kumpulan dari trayek utama, trayek cabang dan trayek ranting yang menjadi satu kesatuan jaringan pelayanan angkutan orang. (2) Ciri-ciri trayek utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : a. mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada Kartu Pengawasan Kendaraan yang dioperasikan; b. melayani angkutan antar kawasan utama, antara kawasan utama dan pendukung dengan ciri melakukan perjalanan ulang alik secara tetap; c. pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. (3) Ciri-ciri trayek cabang sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : a. berfungsi sebagai trayek penunjang terhadap trayek utama; b. mempunyai jadwal tetap sebagaimana tercantum dalam jam perjalanan pada Kartu Pengawasan Kendaraan yang dioperasikan; c. melayani angkutan antar kawasan pendukung dan antara kawasan pendukung dan permukiman; d. pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota. (4) Ciri-ciri trayek ranting sebagaimana dimaksud pada ayat (1), adalah : a. tidak mempunyai jadwal tetap;

b. pelayanan angkutan secara terus menerus serta berhenti pada tempat-tempat untuk menaikkan dan menurunkan penumpang yang telah ditetapkan untuk angkutan kota; c. melayani angkutan dalam kawasan permukiman. BAB IV PEMBERIAN IZIN TRAYEK DAN PENCABUTAN IZIN TRAYEK Pasal 13 (1) Untuk melakukan kegiatan angkutan dalam trayek, penyelenggara angkutan wajib memiliki izin trayek. (2) Izin trayek merupakan satu kesatuan dokumen yang terdiri dari : a. Surat Izin Trayek b. Kartu pengawasan kendaraan. (3) Kartu pengawasan berlaku untuk 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang. (4) Setiap kendaraan angkutan orang di jalan yang sedang dioperasikan harus dilengkapi dengan kartu pengawasan yang sesuai dengan izin trayek yang diberikan. Pasal 14 (1) Jenis permohonan izin trayek terdiri dari: a. permohonan izin trayek baru b. pembaharuan masa berlakunya c. permohonan perubahan (2) Permohonan perubahan sebagaimana dimaksud dalam huruf c ayat (1), dilakukan dalam hal: a. penambahan jumlah kendaraan bermotor, b. pengalihan pemilikan perusahaan, c. penambahan frekuensi, d. perubahan trayek, dan atau e. penggantian kendaraan (3) Untuk memperoleh izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemohon wajib memenuhi persyaratan administratif sebagai berikut : a. memiliki surat izin usaha angkutan; b. menandatangani surat pernyataan kesanggupan untuk memenuhi seluruh kewajiban sebagai pemegang izin trayek; c. memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan yang dibuktikan dengan foto copy Surat Tanda Nomor Kendaraan Bermotor sesuai domisili perusahaan dan foto copy buku uji; d. menguasai fasilitas penyimpanan/pool kendaraan bermotor yang dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat keterangan mengenai pemilikan atau penguasaan.

Pasal 15 (1) Untuk memperoleh izin trayek, pemohon menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. (2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan dalam jangka waktu 14 (empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap. (3) Penolakan permohonan izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan secara tertulis disertai alasan penolakan. (4) Izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk. (5) Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (4), kepada Pejabat yang ditunjuk. (6) Izin trayek berlaku untuk jangka waktu 5 (lima) tahun dan dapat diperbarui. Pasal 16 Pemohon yang telah memperoleh izin trayek diwajibkan untuk : a. melaporkan apabila terjadi perubahan pemilikan Perusahaan; b. melaporkan apabila terjadi perubahan domisili Perusahaan; c. melunasi iuran wajib asuransi pertanggungan kecelakaan; d. mengembalikan dokumen izin trayek setelah terjadi perubahan; e. mengoperasikan kendaraan yang memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan; f. mengoperasikan kendaraan dilengkapi dokumen perjalanan yang sah yang terdiri dari kartu pengawasan, surat tanda nomor kendaraan, buku uji dan tanda uji kendaraan bermotor; g. mengangkut penumpang sesuai kapasitas yang ditetapkan; h. mengoperasikan kendaraan sesuai izin trayek yang dimiliki; i. mengoperasikan kendaraan dengan identitas sesuai dengan ketentuan; j. mempekerjakan pengemudi yang memenuhi persyaratan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku dan merupakan pengemudi perusahaan yang bersangkutan; k. melayani trayek sesuai izin trayek yang diberikan; l. menaikkan dan menurunkan penumpang selain pada tempat-tempat yang dilarang sesuai dengan ketentuan yang berlaku; m. mematuhi ketentuan tarif. Pasal 17 (1) Izin trayek dicabut apabila : a. perusahaan angkutan melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4; b. tidak mampu merawat kendaraan bermotor sehingga kendaraan tidak memenuhi persyaratan teknis laik jalan; c. melakukan pengangkutan melebihi daya angkut; d. mempekerjakan pengemudi yang tidak memenuhi syarat.

(2) Pencabutan izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan melalui proses peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan. (3) Apabila peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak diindahkan, dilanjutkan dengan pembekuan izin trayek untuk jangka waktu 1 (satu) bulan. (4) Jika pembekuan izin trayek sebagaimana dimaksud pada ayat (3), habis jangka waktunya dan tidak ada usaha perbaikan, izin trayek dicabut. Pasal 18 Izin trayek dapat dicabut tanpa melalui proses peringatan dan pembekuan ijin, dalam hal pemegang izin yang bersangkutan : a. melakukan kegiatan yang membahayakan keamanan negara; b. memperoleh ijin usaha angkutan dengan cara tidak sah. Pasal 19 Ketentuan lebih lanjut mengenai bentuk izin trayek, peringatan tertulis, pembekuan dan pencabutan ijin trayek, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB V PEMBUKAAN TRAYEK DAN PENAMBAHAN KENDARAAN DALAM TRAYEK Pasal 20 (1) Pembukaan trayek baru dilakukan dengan ketentuan : a. adanya permintaan yang potensial, dengan perkiraan faktor muatan diatas 70 % (tujuh puluh per seratus), kecuali angkutan perintis; b. tersedianya fasilitas terminal yang sesuai. (2) Penetapan trayek yang terbuka untuk penambahan jumlah kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan dengan ketentuan : a. faktor muatan rata-rata diatas 70 % (tujuh puluh per seratus); b. tersedianya fasilitas terminal yang sesuai. BAB VI BATAS UMUR KENDARAAN Pasal 21 (1) Dalam rangka menjamin keselamatan, kenyamanan dan kelestarian lingkungan hidup batas umur setiap kendaraan angkutan orang di jalan dengan jenis angkutan kota paling lama 17 (tujuh belas) tahun. (2) Apabila telah mencapai batas umur kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kendaraan tersebut masih laik jalan maka pembatasan umur dapat diperpanjang sampai maksimal 3 (tiga) tahun berikutnya. (3) Bagi kendaraan yang belum mencapai batas umur kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), yang menginginkan dilakukan peremajaan dapat mengajukan kepada Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara peremajaan kendaraan angkutan orang di jalan dengan jenis angkutan kota yang telah memenuhi batas umur kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) dan ayat (3), diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. BAB VII KETENTUAN RETRIBUSI Pasal 22 (1) Setiap pemberian izin trayek dikenakan retribusi. (2) Besarnya retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diatur dengan Peraturan Daerah tersendiri. BAB VI PENGAWASAN Pasal 23 Pengawasan terhadap pelaksanaan izin trayek dilakukan oleh Kepala Daerah atau pejabat yang ditunjuk. BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN Pasal 24 (1) Penyidik Pegawai Negeri Sipil tertentu dilingkungan Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) di Lingkungan Pemerintah Daerah berwenang untuk melaksanakan penyidikan terhadap pelanggaran ketentuan izin trayek dalam Peraturan Daerah ini. (2) Penyidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dalam melaksanakan tugas mempunyai wewenang : a. Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran pezijinan dan persyaratan teknis laik jalan angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum di dalam terminal ; b. Meminta keterangan dari pengemudi, pemilik kendaraan bermotor atau perusahaan angkutan umum atas pelanggaran perijinan pengujian kendaraan bermotor serta persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor ; c. Melakukan penyitaan Surat Tanda Lulus Uji dan/atau Surat Penyelenggaraan Angkutan Umum atas pelanggaran dimaksud pada huruf a dan huruf b dengan membuat dan menandatangani Berita Acara Pemeriksaan ; d. Dalam hal kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan di jalan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) wajib berkoordinasi dengan dan harus didampingi oleh petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat ; e. Pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) huruf d dapat dilakukan secara berkala maupun isidental oleh Penyidik Pegawai Negeri sipil (PPNS). (3) Penyidik Pegawai Negeri sipil (PPNS) sebagaimana dimaksud pada ayat (1), wajib menyerahkan berkas perkara hasil penyidikan pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan beserta barang bukti kepada Pengadilan Negeri melalui Penyidik Kepolisian Negara Republik Indonesia setempat.

BAB X KETENTUAN PIDANA Pasal 25 (1) Setiap orang yang melanggar ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Daerah ini, dipidana dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah). (2) Tindak pidana dimaksud pada ayat (1), adalah pelanggaran lalu lintas dan angkutan jalan. BAB XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 26 Hal hal yang belum cukup diatur dalam Peraturan Daerah ini akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kepala Daerah. Pasal 27 Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini maka Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 40 Tahun 2003 tentang Izin Trayek dinyatakan dicabut dan tidak berlaku lagi Pasal 28 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatan dalam Lembaran Daerah Kota Batu. Ditetapkan di Batu Pada tanggal 14 Maret 2011 WALIKOTA BATU, ttd EDDY RUMPOKO Diundangkan di Batu Pada tanggal 12 April 2011 SEKRETARIS DAERAH KOTA BATU ttd WIDODO, SH.MH Pembina TK I NIP. 19591223 198608 1 002 LEMBARAN DAERAH KOTA BATU TAHUN 2011 TANGGAL 12 April 2011NOMOR 1/E

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG IZIN TRAYEK I. PENJELASAN UMUM Dengan telah ditetapkannya Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, daerah diberikan kewenangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah yang lebih besar sehingga dapat meningkatkan akuntabilitas penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam Undangundang ini juga mengatur secara terperinci jenis pajak daerah dan retribusi daerah yang dapat dipungut oleh daerah, untuk memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha. Salah satu jenis retribusi yang diatur dalam Undang-undang ini adalah Izin Trayek. bahwa Perkembangan volume angkutan umum di Kota Batu sangat pesat sehingga perlu adanya aturan yang jelas untuk mengakomodasi kepentingan masyarakat akan angkutan umum dan sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat, khususnya pada bidang perhubungan darat dan angkutan umum sehingga tercipta kelancaran dan ketertiban di jalan; bahwa izin trayek yang diatur dalam Peraturan Daerah Kota Batu Nomor 40 Tahun 2003 dinilai sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi saat ini, sehingga perlu dicabut dan diganti dengan Peraturan Daerah yang baru dengan tetap mengaju pada ketentuan yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, diharapkan pelayanan akan anggutan umum di Kota Batu dapat berjalan lebih optimal, demi terciptanya keamanan, kenyamanan dan kelancaran transportasi. II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Pasal 2 Pasal 3 Pasal 4 Pasal 5 Pasal 6

Pasal 7 Pasal 8 Pasal 9 Pasal 10 Pasal 11 Pasal 12 Pasal 13 Pasal 14 Pasal 15 Pasal 16 Pasal 17 Pasal 18 Pasal 19 Pasal 20 Pasal 21 Pasal 22 Pasal 23 Pasal 24 Pasal 25 Pasal 26 Pasal 27 Pasal 28