BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
DETERGEN FILTER Menuju Keseimbangan Biota Air Oleh: Benny Chandra Monacho

Lemak dan minyak adalah trigliserida atau triasil gliserol, dengan rumus umum : O R' O C

BAB II LANDASAN TEORI. (Balai Penelitian dan Pengembangan Industri, 1984). 3. Arang gula (sugar charcoal) didapatkan dari hasil penyulingan gula.

REAKSI SAPONIFIKASI PADA LEMAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam. AZT2.5 = AA diimpregnasi ZnCl 2 5% selama 24 jam +

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 7. Hasil Analisis Karakterisasi Arang Aktif

HASIL DAN PEMBAHASAN. dicatat volume pemakaian larutan baku feroamonium sulfat. Pembuatan reagen dan perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Selama dua dasawarsa terakhir, pembangunan ekonomi Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Skema interaksi proton dengan struktur kaolin (Dudkin et al. 2004).

PENURUNAN KONSENTRASI LIMBAH DETERJEN MENGGUNAKAN FURNACE BOTTOM ASH (FBA)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAHAN KIMIA DALAM RUMAH TANGGA. Nur Moh Ahadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA PEMBUATAAN ARANG AKTIF DARI KULIT PISANG DENGAN AKTIVATOR KOH DAN APLIKASINYA TERHADAP ADSORPSI LOGAM Fe

ADSORPSI SURFAKTAN ANIONIK PADA BERBAGAI ph MENGGUNAKAN KARBON AKTIF TERMODIFIKASI ZINK KLORIDA DYAH PRATAMA PUSPITASARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan kebutuhan makhluk hidup yang utama. Dewasa ini air

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

HASIL DAN PEMBAHASAN. Preparasi Adsorben

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN: X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga

PENDAHULUAN. Latar Belakang. meningkat. Peningkatan tersebut disebabkan karena banyak industri yang

DAFTAR PUSTAKA. Admin, 2010, Pencemaran Limbah Detergent, Dampak dan Penanganan Limbah Detegent, platika.blogspot (5 okt 2013).

Pengaruh Temperatur terhadap Adsorbsi Karbon Aktif Berbentuk Pelet Untuk Aplikasi Filter Air

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

Deterjen yang pertama dibuat adalah garam natrium dari lauril hidrogen sulfat. Saat ini : kebanyakan deterjen adalah garam dari asam sulfonat

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA

A. Sifat Fisik Kimia Produk

I. PENDAHULUAN. Metil ester sulfonat (MES) merupakan surfaktan anionik yang dibuat melalui

FOSFOR A. KELIMPAHAN FOSFOR

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BioLink Jurnal Biologi Lingkungan, Industri, Kesehatan PROSES ADSORPSI SENYAWA LINIER ALKILBENZENE SULFONAT (LAS) MELALUI ARANG AKTIF KULIT UBI KAYU

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem resirkulasi merupakan sistem yang memanfaatkan kembali air yang

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1.Permono. Ajar Membuat detergen bubuk, Penebar swadaya. Jakarta.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. coba untuk penentuan daya serap dari arang aktif. Sampel buatan adalah larutan

D. Tinjauan Pustaka. Menurut Farmakope Indonesia (Anonim, 1995) pernyataan kelarutan adalah zat dalam

Materi Penunjang Media Pembelajaran Kimia Organik SMA ALKANA

BAB 1 KIMIA PERAIRAN

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

Pemanfaatan Kulit Singkong Sebagai Bahan Baku Karbon Aktif

Lembaran Pengesahan KINETIKA ADSORBSI OLEH: KELOMPOK II. Darussalam, 03 Desember 2015 Mengetahui Asisten. (Asisten)

Mengapa Air Sangat Penting?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konvensional seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Superkapasitor menempati

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hampir semua orang mengenal alpukat karena buah ini dapat ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: ANA KUSUMAWATI

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA ISOTERM ADSORBSI. I. TUJUAN Menentukan isoterm adsorbsi menurut Freundlich bagi proses adsorbsi asam asetat pada arang

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan adalah air bersih dan hygiene serta memenuhi syarat kesehatan yaitu air

PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI KULIT KACANG TANAH (Arachis hypogaea) DENGAN AKTIVATOR ASAM SULFAT

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK I PERCOBAAN III SIFAT-SIFAT KIMIA HIDROKARBON

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan bakar minyak merupakan hasil dari proses destilasi minyak bumi (Crude

KIMIA TERAPAN DALAM PRESPEKTIF AGRO INDUSTRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. limbah organik dengan proses anaerobic digestion. Proses anaerobic digestion

Senyawa Alkohol dan Senyawa Eter. Sulistyani, M.Si

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Hasil dan Pembahasan

BAB VI REAKSI KIMIA. Reaksi Kimia. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas IX 67

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

STUDI PEMBUATAN ARANG AKTIF DARI TIGA JENIS ARANG PRODUK AGROFORESTRY DESA NGLANGGERAN, PATUK, GUNUNG KIDUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PENDAHULUAN

1. Pernyataan berikut yang merupakan teori atom Dalton adalah... A. Atom adalah bagian terkecil dari materi yang tidak dapat dibagi lagi. B.

JURNAL REKAYASA PROSES. Kinetika Adsorpsi Nikel (II) dalam Larutan Aqueous dengan Karbon Aktif Arang Tempurung Kelapa

LOGO. Stoikiometri. Tim Dosen Pengampu MK. Kimia Dasar

Perbandingan aktivitas katalis Ni dan katalis Cu pada reaksi hidrogenasi metil ester untuk pembuatan surfaktan

BAB 1 PENDAHULUAN. pakaian. Penyebab maraknya usaha laundry yaitu kesibukan akan aktifitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mengakibatkan konsumsi minyak goreng meningkat. Selain itu konsumen

ARANG AKTIF DARI AMPAS TEBU SEBAGAI ADSORBEN PADA PEMURNIAN MINYAK GORENG BEKAS RIA WIJAYANTI

PENCEMARAN LINGKUNGAN. Purwanti Widhy H, M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. hidup lebih dari 4 5 hari tanpa minum air dan sekitar tiga perempat bagian tubuh

BAB I PENDAHULUAN. sanitasi dan air untuk transportasi, baik disungai maupun di laut (Arya, 2004: 73).

PENGARUH SUHU AKTIVASI TERHADAP DAYA SERAP KARBON AKTIF KULIT KEMIRI

MAKALAH KIMIA ANALITIK

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Atom unsur karbon dengan nomor atom Z = 6 terletak pada golongan IVA dan periode-2 konfigurasi elektronnya 1s 2 2s 2 2p 2.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini air menjadi masalah yang perlu mendapat perhatian yang seksama

MATERI DAN PERUBAHANNYA. Kimia Kesehatan Kelas X semester 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. Analisis Struktur. Identifikasi Gugus Fungsi pada Serbuk Gergaji Kayu Campuran

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

Kelarutan & Gejala Distribusi

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

PAKET UJIAN NASIONAL 7 Pelajaran : KIMIA Waktu : 120 Menit

Air adalah wahana kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGANTAR ILMU KIMIA FISIK. Subtitle

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deterjen Detergen adalah campuran berbagai bahan, yang digunakan untuk membantu pembersihan dan terbuat dari bahan-bahan turunan minyak bumi. Dibanding dengan sabun, deterjen mempunyai keunggulan antara lain mempunyai daya cuci yang lebih baik serta tidak terpengaruh oleh kesadahan air (Ratna dkk, 2009). Detergen sintentik mempunyai sifat-sifat mencuci yang baik dan tidak membentuk garam-garam tidak larut dengan ion-ion kalsium dari magnesium yang biasa terdapat dalam air sadah. Detergen sintetik mempunyai keuntungan tambahan karena secara relatif bersifat asam kuat, oleh karena itu tidak menghasilkan endapan sebagai asam-asam yang mengendap, suatu karakteristik yang tidak nampak pada sabun (Lutfi, 2009). Deterjen umumnya tersusun atas tiga komponen utama yaitu, surfaktan (sebagai bahan dasar deterjen), bahan builders (senyawa fosfat) dan bahan aditif (pemutih dan pewangi). Komponen terbesar dari deterjen yaitu bahan builders berkisar 70-80 %, bahan dasar (surfaktan) berkisar 20-30 %, dan bahan aditif relatif sedikit yaitu antara 2-8 %. Berdasarkan bahan dasar (surfaktan), deterjen dibedakan menjadi empat kelompok besar yaitu deterjen nonionik, kationik, anionik dan amphoterik (Salager, 1999). Deterjen kationik mempunyai ekor hidrofobik melekat pada kepala hidrofilik yang bermuatan positif. Surfaktan nonionik dalam media berair tidak bermuatan. Kehidrofilikannya disebabkan oleh ikatan hidrogen antara molekul

surfaktan dengan molekul-molekul air. Surfaktan amfoterik mempunyai rantai hidrogen (Rosen, 2004). Deterjen anionik mempunyai ekor hidrofobik melekat pada kepala hidrofilik yang bermuatan negatif. Gugus-gugus bermuatan negatif pada surfaktan anionik biasanya berupa karboksilat, sulfonat, sulfat, atau fosfat, sedangkan gugus hidrofobiknya berupa rantai hidrokarbon alifatik, aromatik, atau gabungan keduanya (Kosswig et al., 1994). Deterjen anionik yang berasal dari sulfat adalah hasil reaksi panjang dengan asam sulfat yang mempunyai sifat aktif permukaan surface active agent (surfactant). Penggunaan surfaktan jenis ini yang paling umum adalah alky lbenzene sulfonate (ABS), ABS merupakan jenis surfaktan yang ditemukan dan digunakan secara luas sebagai bahan pembersih yang berasal dari minyak bumi. Jenis ini mempunyai sifat yang tidak diuraikan oleh bahan-bahan alami seperti mikroganisme, matahari dan air oleh karena itu perkembangan selanjutnya ABS diganti dengan linear alkil sulfonat (LAS) yang lebih ramah lingkungan (Connell, 1995). 2.2 Senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). Senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) adalah surfaktan dalam deterjen yang sifatnya memperkecil tegangan permukaan dan menjaga agar kotoran teremulsi dalam pelarut air. Surfaktan merupakan molekul ampifilik yang terdiri atas bagian kepala hidrofilik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap air, dan bagian hidrofobik yang mempunyai afinitas tinggi terhadap minyak. Gugus hidrofilik dari surfaktan anionik dapat berupa gugus karboksilat, sulfat, sulfonat,

dan fosfat, sedangkan gugus hidrofobiknya berupa rantai hidrokarbon alifatik, aromatik, atau gabungan keduanya (Dickinson & Mcclements, 1996). Gambar 1. Molekul surfaktan. (Sumber : Australian Research Council s Research Centres Program (ARCRCP), 2003) Senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) memiliki rumus struktur sebagai berikut : CH 3 (CH 2 )xch(ch 2 )ych 3 SO 3 - Na + x + y = n, n = 7-11 unit karbon Gambar 2. Rumus struktur Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). (Sumber : Universitas Sumatera Utara, 2010)

Tabel 1. Sifat fisik dan kimia LAS Sifat Nilai Satuan Bobot molekul 342.4 g/mol Densitas 1.06 Kg/L Kelarutan 250 g/l Titik leleh 277 o C Titik didih 637 o C ph dalam pelarut air 7-10 Tekanan uap 3-17 10-13 Pa Tetapan Henry 6.5 10-13 Pa m 3 /mol (Sumber : Human and Environmental Risk Assessment (HERA), 2002.) LAS sebagai bahan utama dalam deterjen (surfaktan) bersifat toksik terhadap organisme aquatik. Banyaknya percabangan senyawa Alkyl Benzene Sulfonate (ABS) ini menyebabkan kadar residu ABS sebagai penyebabnya terjadi pencemaran air. Sedangkan untuk deterjen, LAS merupakan jenis surfaktan yang lebih mudah diuraikan oleh bakteri. Deterjen LAS mempunyai kemampuan berbusa 10-30% bahan organik aktif dan bahan poliposfat dalam deterjen menghasilkan limbah yang mengandung fosfor sehingga menyebabkan eutrofikasi yang menimbulkan bahaya bahkan kematian pada organisme perairan dan juga berbahaya bagi manusia (Budiawan, dkk, 2009). 2.3 Bahaya senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS). Senyawa Linear Alkylbenzene Sulfonate (LAS) tidak dapat diuraikan oleh organisme lain kecuali oleh ganggang hijau dan sisa LAS yang tidak terurai oleh ganggang hijau tersebut akan menimbulkan pencemaran air. Senyawa-senyawa organik seperti pestisida (DDT, dikhloro difenol trikhlor metana), juga merupakan bahan pencemar air. Sisa-sisa penggunaan pestisida yang berlebihan akan terbawa aliran air pertanian dan akan masuk ke dalam rantai makanan dan masuk dalam jaringan tubuh makhluk yang memakan makanan itu (Winch, 2006).

Sisa senyawa benzena yang terdapat dalam deterjen dapat membentuk senyawa klorobenzena pada proses klorinasi pengolahan air minum PDAM. klorobenzena adalah senyawa yang bersifat racun dan dapat menyebabkan kanker. Dan kepmenkes No. 907/2002 telah menetapkan standar nasional klorobenzena yang diizinkan di air minum maksimalnya adalah 10 µg/l. Paparan senyawa klorobenzena dapat menyebabkan dapat menyebabkan gangguan pernapasan, pusing, mengantuk dan sakit kepala. Jika tertelan dapat menyebabkan detak jantung meningkat, muntah dan iritasi lambung. Paparan pada tingkat yang sangat tinggi dapat menyebabkan kematian (Chaerunisah & Sopiah, 2006) Surfaktan dapat menyebabkan permukaan kulit kasar, hilangnya kelembapan alami yang ada pada permukaan kulit dan meningkatkan permeabilitas permukaan luar. Hasil pengujian memperlihatkan bahwa kulit manusia hanya mampu memiliki toleransi kontak dengan bahan kimia dengan kandungan 1% LAS dengan akibat iritasi sedang pada kulit (Dewi, 2010). LAS juga berbahaya bagi ikan biarpun konsentrasinya kecil, karena dapat merusak insang ikan, biarpun hanya 5 ppm. Tanaman air juga dapat menderita jika kadar LAS tinggi karena dapat menyebabkan Kemampuan fotosintetis pada tanaman terhenti (Sastrawijaya, 1991). Permasalahan juga ditimbulkan oleh deterjen yang mengandung banyak polifosfat yang merupakan penyusun deterjen yang masuk ke badan air. Poliposfat dari deterjen ini diperkirakan memberikan kontribusi sekitar 50 % dari seluruh fosfat yang terdapat diperairan. Keberadaan fosfat yang berlebihan menstimulir terjadinya pengkayaan Hara (eutrofikasi) perairan (Effendi, 2003).

Karena banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh deterjen terhadap lingkungan dan manusia maka perlu dilakukan pengolahan sebelum dibuang ke badan air. Ada beberapa cara yang dapat pengolahan limbah deterjen yang dapat dilakukan sebelum limbah dibuang ke lingkungan seperti Sublasi dan Adsorpsi (Rosariawari, 2008). 2.4 Adsorpsi Adsorpsi merupakan proses pengikatan atau penggabungan molekul adsorbat pada permukaan adsorben oleh gaya elektrik lemah yang disebut gaya Van Der Waals. Adsorpsi terjadi karena gaya tarik-menarik antara molekul adsorbat dan tapak-tapak yang aktif di permukaan adsorben. Adsorpsi akan terkonsentrasi pada tapak permukaan yang memiliki energi lebih tinggi. Aktivasi adsorben akan menaikkan energi pada permukaannya sehingga dapat meningkatkan tarikan terhadap molekul adsorbat (Manes, 1998). Suatu zat dapat digunakan sebagai adsorben untuk tujuan pemisahan apabila mempunyai daya adsorpsi yang selektif, dengan luas permukaan per satuan massa yang besar, serta memiliki daya ikat yang kuat terhadap zat yang hendak dipisahkan secara fisik atau kimia. Pembesaran luas permukaan dapat dilakukan dengan pengecilan partikel adsorben. Proses adsorpsi pada karbon aktif terjadi melalui tiga tahap dasar, yaitu zat teradsorpsi pada karbon aktif bagian luar, zat bergerak menuju pori-pori karbon aktif, dan zat teradsorpsi ke dinding bagian dalam dari karbon aktif (Sudarman, 2001). Faktor-faktor yang mempengaruhi adsorpsi adalah ciri-ciri fisik dan kimia adsorben, seperti luas permukaan, ukuran pori, komposisi kimia, ciri-ciri fisik dan kimia adsorbat, seperti ukuran molekul dan komposisi kimianya, konsentrasi

adsorbat dalam fase cair, ciri-ciri fase cair, yaitu ph dan suhu, kondisi operasi adsorpsi (Jason, 2004). 2.5 Deskripsi kulit umbi Ubikayu (Manihot esculenta, Crantz) Sebagai tanaman pangan, ubi-ubian masih tergolong kelompok yang paling kurang mendapat perhatian atau penghargaan masyarakat dibandingkan padi-padian dan kacang-kacangan. Pemanfaatan Ubi Kayu seringkali menghasilkan sampah yang memenuhi bahkan mencemari lingkungan (Ferry, 2002). Teknologi pengolahan sampah kota secara terpadu menekankan pada pemecahan masalah sampah perkotaan dengan melihat sampah sebagai sumberdaya. Salah satu pengolahan limbah Ubi Kayu adalah dengan memanfaatkan kulit umbi Ubi Kayu yang biasanya terbuang percuma menjadi suatu produk yang bernilai ekonomi dan memiliki nilai tambah (Alves, 2002). Kulit umbi Ubi Kayu sering dianggap remeh dan menjadi limbah rumah tangga padahal ada banyak manfaat yang didapat dari kulit umbi Ubi Kayu. Ubi Kayu merupakan umbi akar yang dimana kulit nya mempunyai fungsi sebagai bahan untuk pembuatan arang aktif (Ceballos et al., 2010). Suatu bahan dapat dijadikan arang aktif jika terdapat kandungan senyawa karbon yang tinggi di dalamnya. Dalam 100 gr Kulit umbi Ubi Kayu memiliki kandungan C sebanyak (59,31%) yang berarti terdapat senyawa karbon yang tinggi pada kulit umbi Ubi Kayu, H sebanyak (9,78%), O (28,74%), N (2,06 %), S (0,11%) dan H 2 O sebanyak (11,4%) (Bigcassava, 2007).

2.6 Karbon aktif Arang adalah padatan berpori hasil pembakaran bahan yang mengandung karbon. Arang tersusun dari atom-atom karbon yng berikatan secara kovalen membentuk struktur heksagonal datar dengan sebuah atom C pada setiap sudutnya (Gambar 3). Susunan kisi-kisi heksagonal datar ini tampak seolah-olah seperti pelat-pelat datar yang saling bertumpuk dengan sela-sela di antaranya. Sebagian pori-pori yang terdapat dalam arang masih tertutup oleh hidrokarbon, ter, dan senyawa organik lainnya. Komponen arang ini meliputi karbon terikat, abu, air, nitrogen, dan sulfur (Atkins, 1994). Gambar 3. Struktur grafit karbon aktif. (Sumber : Universitas Sumatera Utara, 2010) Karbon aktif merupakan padatan amorf yang mempunyai luas permukaan dan jumlah pori sangat banyak. Karbon aktif berbentuk kristal mikro karbon grafit yang pori-porinya telah mengalami pengembangan kemampuan untuk mengadsorpsi gas dan uap dari campuran gas dan zat-zat yang tidak larut atau yang terdispersi dalam cairan. Luas permukaan, dimensi, dan distribusi karbon aktif bergantung pada bahan baku, pengarangan, dan proses aktivasi. Berdasarkan ukuran porinya, ukuran pori karbon aktif diklasifikasikan menjadi 3, yaitu

mikropori (diameter < 2 nm), mesopori (diameter 2 50 nm), dan makropori (diameter > 50 nm) (Baker, et al., 1997). Gambar 4. Karbon aktif kulit ubi kayu. (Sumber : Puspitasari, 2006). Setyaningsih (1995) membedakan karbon aktif menjadi 2 berdasarkan fungsinya, yaitu Karbon adsorben gas (gas adsorbent carbon): Jenis arang ini digunakan untuk mengadsorpsi kotoran berupa gas. Pori-pori yang terdapat pada karbon aktif jenis ini tergolong mikropori yang menyebabkan molekul gas akan mampu melewatinya, tetapi molekul dari cairan tidak bisa melewatinya. Karbon aktif jenis ini dapat ditemui pada karbon tempurung kelapa. Selanjutnya adalah karbon fasa cair (liquid-phase carbon). Karbon aktif jenis ini digunakan untuk mengadsorpai kotoran atau zat yang tidak diinginkan dari cairan atau larutan. Jenis pori-pori dari karbon aktif ini adalah makropori yang memungkinkan molekul berukuran besar untuk masuk. Karbon jenis ini biasanya berasal dari batu bara, misalnya ampas tebu dan sekam padi. Aktivasi adalah perubahan fisik berupa peningkatan luas permukaan karbon aktif dengan penghilangan hidrokarbon. Ada dua macam proses aktivasi, yaitu aktivasi kimia dan aktivasi fisika. Aktivasi kimia dilakukan dengan merendam karbon dalam H 3 PO 4, ZnCl 2, NH 4 Cl, dan AlCl 3 sedangkan aktivasi

fisika menggunakan gas pengoksidasi seperti udara, uap air atau CO 2 (Puspitasari, 2006).