MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

dokumen-dokumen yang mirip
MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Modifikasi Perencanaan Struktur Gedung Tower C Apartemen Aspen Admiralty Jakarta Selatan Dengan Menggunakan Baja Beton Komposit

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG RUMAH SAKIT ROYAL SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA-BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH TERANG BANGSA SEMARANG MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG GRAHA AMERTA RSU Dr. SOETOMO SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

MAHASISWA ERNA WIDYASTUTI. DOSEN PEMBIMBING Ir. HEPPY KRISTIJANTO, MS.

TUGAS AKHIR RC

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG B RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA GUNUNGSARI SURABAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

Modifikasi Perencanaan Gedung Office Block Pemerintahan Kota Batu Menggunakan Struktur Komposit Baja Beton

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS

Gedung Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Barwijaya merupakan gedung yang terdiri dari 9 lantai yang dibangun dalam rangka untuk memenuhi

PERENCANAAN GEDUNG PERPUSTAKAAN KOTA 4 LANTAI DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SURAKARTA (+BASEMENT 1 LANTAI)

Disusun Oleh : ZAINUL ARIFIN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

PRESENTASI TUGAS AKHIR PROGRAM STUDI D III TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2010

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG BPK RI SURABAYA MENGGUNAKAN BETON PRACETAK DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN METODE LOAD RESISTANCE AND FACTOR DESIGN

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

TUGAS AKHIR MODIFIKASI STRUKTUR RANGKA GEDUNG PERKANTORAN PETROSIDA GRESIK DENGAN MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON- KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN SISTEM GANDA DI WILAYAH GEMPA TINGGI

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Manfaat... 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA...

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WILAYAH I JAWA TIMUR MENGGUNAKAN STRUKTUR KOMPOSIT BAJA BETON

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG KUSUMA MULIA TOWER SOLO MENGGUNAKAN RANGKA BAJA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

menggunakan ketebalan 300 mm.

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RAWAT INAP KELAS 1 RSUD SIDOARJO DENGAN MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN BALOK ANAK KONSTRUKSI PROPPED PADA BANGUNAN TINGKAT DUA DENGAN VARIASI JARAK BALOK DAN PORTAL DARI SEGI TEKNIK DAN BIAYA

PERENCANAAN JEMBATAN KALI TUNTANG DESA PILANGWETAN KABUPATEN GROBOGAN

Analisis Balok Anak Konstruksi Propped pada Portal Tingkat Dua berdasarkan Variasi Jarak Balok dan Portal (Aspek Tehnis dan Biaya)

PERENCANAAN PETRA SQUARE APARTEMENT AND SHOPPING ARCADE SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM NON-KOMPOSIT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR KONSTRUKSI BAJA GEDUNG DENGAN PERBESARAN KOLOM

PERANCANGAN MODIFIKASI STRUKTUR FLAT SLAB DENGAN SISTEM STRUKTUR SRPMM DAN SHEAR WALL PADA GEDUNG RSUD KEPANJEN MALANG

MAKALAH TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR DIREKTORAT JENDRAL BEA DAN CUKAI KEDIRI DENGAN SISTEM GANDA MENGGUNAKAN BASEMENT

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Meningkatnya kebutuhan masyarakat terhadap sekolah dengan fasilitas yang lengkap, maka dibangunlah Sekolah Santa Clara yang terletak di Jalan Ngagel

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN PUNCAK PERMAI DENGAN MENGGUNAKAN BALOK BETON PRATEKAN PADA LANTAI 15 SEBAGAI RUANG PERTEMUAN

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA 5 LANTAI DI WILAYAH GEMPA 3

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG DEWAN KERAJINAN NASIONAL DAERAH (DEKRANASDA) JL. KOLONEL SUGIONO JEPARA

ANALISIS PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) PADA BALOK BAJA DAN PELAT BETON

PERENCANAAN GEDUNG RESEARCH CENTER-ITS SURABAYA DENGAN METODE PRACETAK

PERENCANAAN GEDUNG PASAR TIGA LANTAI DENGAN SATU BASEMENT DI WILAYAH BOYOLALI (DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL)

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN MULYOREJO DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING EKSENTRIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

1 HALAMAN JUDUL TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH MENENGAH PERTAMA TRI TUNGGAL SEMARANG

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB III PEMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK MANDIRI JL. NGESREP TIMUR V / 98 SEMARANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PT. PERUSAHAAN GAS NEGARA SURABAYA MENGGUNAKAN HEXAGONAL CASTELLATED BEAM PADA BALOK ANAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SUSUN SEDERHANA DAN SEWA ( RUSUNAWA ) MAUMERE DENGAN SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

Oleh : MUHAMMAD AMITABH PATTISIA ( )

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR TAHAN GEMPA DENGAN SISTEM BALOK ANAK DAN BALOK INDUK MENGGUNAKAN PELAT SEARAH

PERANCANGAN RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI JEPARA

PERENCANAAN DAN EVALUASI KINERJA GEDUNG A RUSUNAWA GUNUNGSARI MENGGUNAKAN KONSTRUKSI BAJA BERBASIS KONSEP KINERJA DENGAN METODE PUSHOVER ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING TAHAN GEMPA

PRESENTASI TUGAS AKHIR MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG FMIPA UNIVERSITAS NEGERI MAKASAR MENGGUNAKAN BAJA DENGAN SISTEM. Oleh Heri Istiono

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BERATURAN TAHAN GEMPA BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA UNIMUS

PERBANDINGAN BERAT KUDA-KUDA (RANGKA) BAJA JENIS RANGKA HOWE DENGAN RANGKA PRATT

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR ATAS GEDUNG PERKULIAHAN FMIPA UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN. Permasalahan utama yang dihadapi dalam perencanaan gedung bertingkat tinggi

EKO PRASETYO DARIYO NRP : Dosen Pembimbing : Ir. Djoko Irawan, MS

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Sistem Rangka Bracing Tipe V Terbalik

BAB III LANDASAN TEORI. Bangunan Gedung SNI pasal

PERANCANGAN STRUKTUR GEDUNG PASCA SARJANA UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG. Oleh : BAYU ARDHI PRIHANTORO NPM :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Perencanaan Gedung Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Koja Jakarta Dengan Metode Pracetak

LANDASAN TEORI. Katungau Kalimantan Barat, seorang perencana merasa yakin bahwa dengan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK BIASA DAN STRUKTUR RANGKA BAJA BRESING KONSENTRIK KHUSUS TIPE-X TUGAS AKHIR

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN SISTEM GANDA PADA WILAYAH GEMPA KUAT

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

BAB III METODE PENELITIAN

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG ASRAMA MAHASISWA UGM KOMPLEKS KINANTI MENGGUNAKAN METODE PRACETAK (PRECAST) DENGAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING FRAME

PERENCANAAN GEDUNG DINAS KESEHATAN KOTA SEMARANG. (Structure Design of DKK Semarang Building)

STUDI DESAIN STRUKTUR BETON BERTULANG TAHAN GEMPA UNTUK BENTANG PANJANG DENGAN PROGRAM KOMPUTER

PERANCANGAN GEDUNG FMIPA-ITS SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN BALOK PRATEKAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SYARIAH TOWER UNIVERSITAS AIRLANGGA MENGGUNAKAN BETON BERTULANG DAN BAJA-BETON KOMPOSIT

BAB V ANALISA STRUKTUR PRIMER

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

PERENCANAAN GEDUNG SEKOLAH 4 LANTAI ( 1 BASEMENT ) DENGAN PRINSIP DAKTAIL PARSIAL DI SUKOHARJO

PRESENTASI TUGAS AKHIR

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BANK OCBC NISP JALAN PEMUDA SEMARANG

Laporan Tugas Akhir Perencanaan Struktur Gedung Apartemen Salemba Residences 4.1 PERMODELAN STRUKTUR Bentuk Bangunan

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

Transkripsi:

1. PENDAHULUAN MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN STRUKTUR BAJA DENGAN BALOK KOMPOSIT PADA GEDUNG PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO Nama Mahasiswa : Wahyu Pratomo Wibowo NRP : 3108 100 643 Jurusan : Teknik Sipil, FTSP-ITS Dosen Pembimbing : Ir. Isdarmanu, Msc : Ir. Soewardojo R., Msc ABSTRAK Bentuk gedung mengalami perubahan dari masa ke masa. Dahulu pembangunan gedung direncanakan dengan bentuk melebar, namun dengan keadaan lahan kosong yang semakin sempit dan didukung oleh kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi, gedung direncanakan dengan bentuk bertingkat. Untuk membangun suatu gedung bertingkat dibutuhkan waktu cukup lama. Dengan adanya teknologi yang ada saat ini, pemilik gedung (Owner) hanya memilih bahan mana yang lebih cepat penyelesaiannya, ekonomis, dan kuat untuk struktur utama gedung tersebut. Karena semakin tinggi gedung tersebut semakin lama pengerjaannya dan mahal. Salah satu alternatif bahan struktur utama yang paling sering digunakan untuk gedung tingkat tinggi adalah struktur baja. Keuntungan dari struktur baja adalah mempunyai kekuatan tinggi, keseragaman dan keawetan yang tinggi, elastis, daktilitas tinggi, dan lebih mudah dalam pengerjaan. Namun material ini juga memiliki keterbatasan yaitu pada perawatan secara periodik, penurunan kekuatan akibat kenaikan temperatur yang tinggi, dan masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang. Penggunaan komponen beton masih diperlukan dalam pembangunan gedung bertingkat, contohnya sebagai pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan penghubung geser akan menghasilkan struktur komposit. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan antara lain, dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai, tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi, meningkatkan kekakuan lantai, dan dapat menambah bentang layan. Peraturan yang digunakan pada modifikasi perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Kata kunci : struktur baja, SNI, balok komposit BAB I 1.1 Latar Belakang Bentuk gedung mengalami perubahan dari masa ke masa. Dahulu pembangunan gedung direncanakan dengan bentuk melebar, namun dengan keadaan lahan kosong yang semakin sempit dan didukung oleh kemajuan teknologi terutama bidang konstruksi, gedung direncanakan dengan bentuk bertingkat. Untuk membangun suatu gedung bertingkat dibutuhkan waktu cukup lama dan juga. Dengan adanya teknologi yang ada saat ini, pemilik gedung (Owner) hanya memilih bahan mana yang lebih cepat penyelesaiannya, ekonomis, dan kuat untuk struktur utama gedung tersebut. Karena semakin tinggi gedung tersebut semakin lama pengerjaannya dan mahal. Salah satu alternatif dari sekian banyak material struktur bangunan adalah baja. Material baja sebagai bahan konstruksi telah digunakan sejak lama mengingat beberapa keunggulannya dibandingkan material yang lain. Beberapa keunggulan baja sebagai material konstruksi, antara lain adalah: 1. Mempunyai kekuatan yang tinggi, sehingga dapat mengurangi ukuran struktur serta mengurangi pula berat sendiri dari struktur. Hal ini cukup menguntungkan bagi struktur-struktur jembatan yang panjang, gedung yang tinggi atau juga bangunan-bangunan yang berada pada kondisi tanah yang buruk. 2. Keseragaman dan keawetan yang tinggi, tidak seperti halnya material beton bertulang yang terdiri dari berbagai macam bahan penyusun,

material baja jauh lebih seragam/homogen serta mempunyai tingkat keawetan yang jauh lebih tinggi jika prosedur perawatan dilakukan secara semestinya. 3. Sifat elastis, baja mempunyai perilaku yang cukup dekat dengan asumsiasumsi yang digunakan untuk melakukan analisa, sebab baja dapat berperilaku elastis hingga tegangan yang cukup tinggi mengikuti Hukum Hooke. Momen Inersia dari suatu profil baja juga dapat dihitung dengan pasti sehingga memudahkan dalam proses analisa struktur. 4. Daktilitas baja cukup tinggi, karena suatu batang baja yang menerima tegangan tarik yang tinggi akan mengalami regangan tarik cukup besar sebelum terjadi keruntuhan. 5. Beberapa keuntungan lain pemakaian baja sebagai material konstruksi adalah kemudahan penyambungan antar elemen yang satu dengan lainnya menggunakan alat sambung las atau baut. Pembuatan baja melalui proses gilas panas mengakibatkan baja menjadi mudah dibentuk menjadi penampang-penampang yang diinginkan. Kecepatan pelaksanaan konstruksi baja juga menjadi suatu keunggulan material baja.(setiawan, 2008) Selain keuntungan-keuntungan yang disebutkan tersebut, material baja juga memiliki beberapa kekurangan, terutama dari sisi pemeliharaan. Konstruksi baja yang berhubungan langsung dengan udara atau air, secara periodik harus dicat. Perlindungan terhadap bahaya kebakaran juga harus menjadi perhatian yang serius, sebab material baja akan mengalami penurunan kekuatan secara drastic akibat kenaikan temperatur yang cukup tinggi, di samping itu baja juga merupakan konduktor panas yang baik, sehingga nyala api dalam suatu bangunan justru dapat menyebar dengan lebih cepat. Kelemahan dari struktur baja adalah masalah tekuk yang merupakan fungsi dari kelangsingan suatu penampang. (Setiawan, 2008) Penggunaan komponen beton masih tetap diperlukan dalam pembangunan gedung bertingkat, contohnya sebagai pelat lantai. Pelat lantai yang dihubungkan dengan balok baja dengan menggunakan penghubung geser akan menghasilkan struktur komposit. Komponen struktur komposit ini dapat menahan beban sekitar 33 hingga 50 % lebih besar daripada beban yang dapat dipikul oleh balok baja saja tanpa adanya perilaku komposit. Dengan menggunakan konstruksi komposit dalam desain suatu komponen struktur ternyata dapat diperoleh beberapa keuntungan sebagai berikut: 1. Dapat mereduksi berat profil baja yang dipakai 2. Tinggi profil baja yang dipakai dapat dikurangi 3. Meningkatkan kekakuan lantai 4. Dapat menambah panjang bentang layan. (Setyawan, 2008) Sebagai bahan studi perancangan akan dilakukan modifikasi pada struktur 8 lantai dan struktur atap pada Gedung Pemerintah Kabupaten Ponorogo dan juga diperhitungkan beban akibat gempa yang terletak pada wilayah zone gempa tiga. Gedung ini pada awalnya didesain dengan menggunakan struktur beton bertulang yang akan dimodifikasi menjadi struktur baja dengan balok komposit, sedangkan jumlah lantai yang semula 8 lantai menjadi 10 lantai. Selain itu juga akan direncanakan penggunaan pondasi yang sesuai dengan besarnya beban yang akan dipikul dan kondisi tanah di lapangan. Peraturan yang digunakan pada modifikasi perencanaan ini menggunakan peraturan yang terbaru yaitu SNI 03-1729-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Struktur Baja, SNI-03-1726-2002 tentang Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI-03-2847-2002 tentang Tata Cara Perhitungan Beton Untuk Bangunan Gedung, dan Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Tujuan akhir dari Tugas Akhir ini adalah menghasilkan perencanaan struktur gedung baja komposit yang rasional yang memenuhi persyaratan keamanan struktur berdasarkan peraturan yang berlaku. 1.2 Permasalahan Permasalahan yang timbul dalam modifikasi perencanaan ini, antara lain : 1. Bagaimana menentukan Preliminary design penampang profil baja. 2. Bagaimana merencanakan struktur sekunder yang meliputi struktur atap, pelat lantai, balok anak dan tangga. 3. Bagaimana menghitung pembebanan setelah adanya modifikasi. 4. Bagaimana memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu SAP2000 v14.2 dan ETABS v9.7.

2. TINJAUAN 5. Bagaimana merencanakan struktur utama yang meliputi balok komposit dan kolom baja. 6. Bagaimana merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur. 7. Bagaimana merencanakan struktur bawah yang meliputi tiang pancang dan poer. 8. Bagaimana menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.3 Tujuan Tujuan yang ditinjau dalam modifikasi perencanaan ini, antara lain : 1. Dapat menentukan Preliminary design penampang profil baja. 2. Dapat merencanakan struktur sekunder yang meliputi struktur atap, pelat lantai, balok anak dan tangga. 3. Dapat menghitung pembebanan setelah adanya modifikasi. 4. Dapat memodelkan dan menganalisa struktur dengan menggunakan program bantu SAP2000 v14.2 dan ETABS v9.7. 5. Dapat merencanakan struktur utama yang meliputi balok komposit dan kolom baja. 6. Dapat merencanakan sambungan yang memenuhi kriteria perancangan struktur. 7. Dapat merencanakan struktur bawah yang meliputi tiang pancang dan poer. 8. Dapat menuangkan hasil perhitungan dan perencanaan dalam bentuk gambar teknik. 1.4 Batasan Masalah Batasan masalah dalam modifikasi perencanaan ini, antara lain : 1. Desain dan evaluasi struktur mengacu pada SNI-03-1729-2002 untuk komponen struktur baja dan baja komposit, dan SNI 03-2847-2002 untuk komponen struktur beton. 2. Pembebanan dihitung berdasarkan PPIUG 1983 dan beban gempa dihitung berdasarkan SNI-03-1726-2002. 3. Perencanaan gedung ini dimaksudkan sebagai bahan studi dan tidak mempertimbangkan aspek ekonomi gedung. 4. Tidak membahas detail metode pelaksanaan. 1.5 Manfaat Manfaat yang bisa didapatkan dari modifikasi perencanaan ini, adalah: 1. Hasil perencanaan ini dapat dijadikan acuan untuk perencanaan gedung meggunakan struktur baja. 2. Dari perencanaan ini bisa diketahui halhal yang harus diperhatikan pada saat perancangan sehingga kegagalan struktur bisa diminimalisi. BAB II PUSTAKA 2.1 Sejarah penggunaan struktur baja dan balok komposit Pada abad ke-19 muncul material baru yang dinamakan dengan baja yang merupakan logam paduan antara besi dan karbon. Material baja mengandung kadar karbon yang lebih sedikit daripada besi tuang, dan mulai digunakan dalam konstruksikonstruksi berat. Pembuatan baja dalam volume besar dilakukan pertama kali oleh Sir Henry Bessemer dari Inggris. Sir Henry menerima hak paten dari pemerintah Inggris pada tahun 1855 atas temuannya tersebut.(setiawan, 2008) Kerangka baja yang menyanggah konstruksi pelat beton bertulang yang di cor ditempat dahulu biasanya direncanakan dengan anggapan bahwa pelat beton dan baja bekerja secara terpisah dalam menahan beban. Pengaruh komposit dari baja dan beton yang bekerja sama dahulu tidak diperhitungkan. Pengabaian ini didasarkan pada alasan bahwa lekatan (bond) antara lantai atau pelat beton dan puncak balok baja tidak dapat diandalkan. Namun dengan berkembangnya teknik pengelasan, pemakaian alat penyambung geser (shear connector) mekanis menjadi praktis untuk menahan gaya geser horizontal yang timbul ketika batang terlentur.(salmon & Johnson, 1991) 2.2 Struktur Balok Komposit 2.2.1 Aksi Komposit Aksi komposit timbul bila dua batang struktural pemikul beban seperti konstruksi lantai beton dan balok baja penyanggah disambung secara integral dan melendut secara satu kesatuan. Besarnya aksi komposit yang timbul bergantung pada penataan yang dibuat untuk menjamin regangan linear tunggal dari atas pelat beton sampai muka bawah penampang baja. (Salmon & Johnson, 1991)

diagram regangannya diperlihatkan pada gambar 2.2.c. Pada keadaan ini timbul garis netral gabungan yang terletak di bawah garis netral pelat dan di atas garis netral balok. Juga, gaya tekan dan tarik (C dan T ) lebih besar dari C dan T yang timbul pada interaksi parsial. Jadi, momen penahan dari penampang komposit penuh adalah Σ M T " e" atau C" e " Gambar 2.1 Perbandingan antara balok yang mengalami defleksi dengan dan tanpa aksi komposit.(salmon & Johnson, 1991) Untuk memahami konsep kelakuan komposit, pertama tinjaulah balok yang tidak komposit dalam gambar 2.1.a; pada keadaan ini, jika gesekan antara pelat dan balok diabaikan, balok dan pelat masing-masing memikul suatu bagian beban secara terpisah, yang diperjelas dalam gambar 2.2.a. Bila pelat mengalami deformasi akibat beban vertikal, permukaan bawahnya akan tertarik dan memanjang; sedang permukaan atas balok tertekan dan memendek. Jadi, diskontinuitas akan terjadi pada bidang kontak. Karena gesekan diabaikan, maka hanya gaya dalam vertikal yang bekerja antara pelat dan balok. (Salmon & Johnson, 1991) Bila suatu sistem bekerja secara komposit (gambar 2.2.b dan 2.2.c), pelat dan balok tidak akan tergelincir relatif satu dengan yang lainnya. Gaya horisontal (geser) timbul dan bekerja pada permukaan bawah pelat sehingga pelat tertekan dan memendek, dan pada saat yang sama gaya horisontal bekerja di atas permukaan balok sehingga balok memanjang. (Salmon & Johnson, 1991) Dengan memperhatikan distribusi regangan yang terjadi bila tidak ada interaksi antara pelat beton dan balok baja (gambar 2.2.a), terlihat bahwa momen perlawanan total sama dengan Σ M M + M pelat balok Perhatikan bahwa untuk kasus ini ada dua garis netral; satu di titik berat pelat dan lainnya di titik berat balok. Pergelinciran horisontal akibat tarikan pada dasar pelat dan tekanan pada puncak balok juga terjadi. Selanjutnya, tinjaulah keadaan yang hanya memiliki interaksi parsial, gambar 2.2.b. Garis netral plat lebih dekat ke balok dan garis netral balok lebih dekat ke pelat. Akibat interaksi parsial, pergelinciran horisontal sekarang berkurang. Interaksi parsial juga menimbulkan gaya tekan dan tarik parsial C dan T, yakni masing-masing kapasitas maksimum pelat beton dan balok baja. Momen penahan pada penampang sekarang meningkat sebesar T e atau C e. (Salmon & Johnson, 1991) Bila interaksi penuh antara pelat dan balok bisa dikembangkan, pergelinciran tidak terjadi dan Gambar 2.2 Variasi tegangan pada balok-balok komposit.( Salmon & Johnson, 1991) 2.2.2 Keuntungan struktur komposit Keuntungan utama dari perencanaan komposit yaitu penghematan berat baja, penampang balok baja dapat lebih rendah, kekakuan lantai meningkat, panjang bentang untuk batang tertentu dapat lebih besar, kapasitas pemikul beban meningkat. Penghematan berat baja sebesar 20 % sampai 30 % seringkali dapat diperoleh dengan memanfaatkan semua keuntungan dari sistem komposit. Pengurangan berat pada balok baja ini biasanya memungkinkan pemakaian penampang yang lebih rendah dan juga lebih ringan. Keuntungan ini bisa banyak mengurangi tinggi bangunan bertingkat banyak sehingga diperoleh penghematan bahan bangunan yang lain seperti dinding luar dan tangga (Salmon & Johnson, 1991) Kekakuan lantai komposit jelas lebih besar dari kekakuan lantai beton yang balok penyanggahnya bekerja secara terpisah. Umumnya plat beton bekerja sebagai pelat satu arah yang membentang antara balok-balok penyanggah. Dalam perencanaan komposit, aksi plat beton dalam arah sejajar dimanfaatkan dan digabungkan dengan balok baja penyanggah. Akibatnya, momen inersia konstruksi lantai dalam arah balok baja meningkat. Kekakuan yang meningkat ini banyak mengurangi lendutan beban hidup dan jika penunjang (shoring) diberikan selama pembangunan, lendutan akibat beban mati juga akan berkurang. Pada aksi komposit penuh,

kekuatan batas penampang jauh melampaui jumlah dari kekuatan plat dan balok secara terpisah sehingga timbul kapasitas cadangan yang tinggi. (Salmon & Johnson, 1991) 2.2.3 Kekurangan struktur komposit Walaupun konstruksi komposit tidak memiliki kerugian utama, konstruksi ini memiliki beberapa batasan yang sebaiknya disadari, yakni: 1. Pengaruh kontinuitas, 2. Lendutan jangka panjang. (Salmon & Johnson, 1991) Aksi komposit hanya bagian pelat beton yang tertekan dianggap efektif. Pada kasus balok menerus, keuntungan aksi komposit berkurang di daerah momen lentur negatif, dengan hanya batang tulangan yang memberikan kontinuitas aksi komposit. (Salmon & Johnson, 1991) Lendutan jangka panjang dapat menjadi masalah jika aksi penampang komposit menahan sebagian besar beban hidup atau jika beban hidup terus bekerja dalam waktu yang lama. Lendutan jangka panjang yang terjadi pada komponen struktur komposit dapat diperkirakan dengan cara mengurangi luas pelat beton sehingga momen inersia mengecil. Luasan pelat beton biasanya direduksi dengan cara membagi lebar pelat dengan angka 2n atau 3n, dengan n adalah rasio modulus. (Setiawan, 2008) 2.3 Konsep perencanaan struktur baja Pada SNI-03-1729-2002 pasal 6.3, dimana suatu struktur baja dikatakan aman apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut: φ. Rn γ i. Qi Bagian kiri dari persamaan di atas merepresentasikan tahanan atau kekuatan dari sebuah komponen atau sistem struktur. Bagian kanan persamaan menyatakan beban yang harus dipikul struktur tersebut. Jika tahanan nominal R n dikalikan dengan faktor tahanan φ maka akan diperoleh tahanan rencana. Berbagai macam beban pada bagian kanan persamaan di atas harus dikalikan dengan suatu faktor beban γ i untuk mendapatkan jumlah beban berfaktor γ i. Q i.(setiawan, 2008) 2.4 Syarat bangunan baja gedung bertingkat tahan gempa Struktur suatu bangunan bertingkat tinggi harus dapat memikul beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut, di antaranya beban gravitasional dan beban lateral. Beban gravitasi adalah beban mati struktur dan beban hidup, sedangkan yang termasuk beban lateral adalah beban angin dan beban gempa. Tujuan desain bangunan tahan gempa adalah untuk mencegah terjadinya kegagalan struktur dan kehilangan korban jiwa, dengan tiga kriteria standar sebagai berikut: 1. Gempa ringan Bangunan tidak boleh rusak secara struktural dan arsitektural (komponen arsitektural diperbolehkan terjadi kerusakan seminimum mungkin) 2. Gempa sedang Komponen struktural (balok dan kolom) tidak diperbolehkan rusak sama sekali tetapi komponen arsiektural diperbolehkan terjadi kerusakan (seperti : kaca) 3. Gempa Berat Boleh terjadi kerusakan pada komponen struktural tetapi tidak menyebabkan keruntuhan bangunan. SNI 03-1729-2002 mengklasifikasikan beberapa macam sistem struktur untuk bangunan baja tahan gempa, yang meliputi: 1. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) 2. Sistem Rangka Pemikul Momen Terbatas (SRPMT) 3. Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa (SRPMB) 4. Sistem Rangka Batang Pemikul Momen Khusus (SRBPMK) 5. Sistem Rangka Bresing Konsentris Khusus (SRBKK) 6. Sistem Rangka Bresing Konsentris Biasa (SRBKB) 7. Sistem Rangka Bresing Eksentrik (SRBE)

3. METODOLOGI 4. PERENCANAAN BAB III BAB IV STRUKTUR SEKUNDER 4.1 Perencanaan Tangga 4.1.1 Data perencanaan tangga lantai 1-10 Ketinggian antar lantai : 400 cm Tinggi bordes : 208 cm Tinggi injakan (t) : 16 cm Lebar injakan (i) : 30 cm Jumlah tanjakan (Σt) : 208 13 buah 16 Jumlah injakan (Σi) : (Σt) - 1 13-1 12 buah Lebar bordes : 210 cm Panjang bordes : 425 cm Lebar tangga : 200 cm Sudut Kemiringan (α) : atg 16 30 28,0720 300 2100 PELAT BORDES a 2000 2000 NAIK ANAK TANGGA 4250 a BALOK TANGGA Gambar 4.1 Denah tangga 4.1.2 Perencanaan pelat anak tangga 4.1.2.1 Data perencanaan pelat beton anak tangga Struktur pelat beton anak tangga direncanakan dengan bantuan tabel perencanaan praktis berdasarkan brosur bondek merk Lysaight Bondek. - Tebal dek baja 0,75 mm - Mutu Beton (f c ) 30 Mpa - Mutu baja U-48 4800 kg/cm 2 - Berat jenis beton 2400 kg/m 3 - Tipe pelat bentang tunggal - Tulangan susut Wiremesh M-5 (diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat beton) Gambar 3.1 Flowchart alur pengerjaan tugas akhir

4.1.2.2 Perencanaan tebal pelat beton anak tangga Pada tabel perencanaan praktis bondek dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 750 kg/m 2 (>725,88 kg/m 2 ), diperoleh tebal pelat sebesar 9 cm. TULANGAN SUSUT N u M M ux uy Maka, + + 1 2. φ. N n φb. M nx φb. M ny 1755,54 540238 + 0,72 < 1 2.0,85.82370,95 0,9.880000 (OK) BALOK WF Gambar 4.2 Pelat anak tangga 4.1.3 Perencanaan pelat bordes 4.1.3.1 Data perencanaan pelat beton bordes Struktur pelat beton bordes direncanakan dengan bantuan tabel perencanaan praktis berdasarkan brosur bondek merk Lysaight Bondek. - Tebal dek baja 0,75 mm - Mutu Beton (f c ) 30 Mpa - Mutu baja U-48 4800 kg/cm 2 - Berat jenis beton 2400 kg/m 3 - Tipe pelat bentang menerus - Tulangan susut Wiremesh M-5 (diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat beton) 4.1.3.2 Perencanaan tebal pelat bordes Pada tabel perencanaan praktis bondek dengan bentang 2,25 m (>2,125 m) dan beban berguna sebesar 400 kg/m 2 (>387 kg/m 2 ), diperoleh tebal pelat sebesar 9 cm. TULANGAN SUSUT Wiremesh M-5 Ø 10-150 60 90 90 4.1.5 Perencanaan balok tumpuan tangga 4.1.5.1 Data perencanaan balok tumpuan tangga Balok tumpuan tangga direncanakan dengan menggunakan profil WF 350.175.7.11. 4.1.5.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok tumpuan tangga - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,9. 1835214,84 1651693,36 kg.cm > M u 1200556 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 4.2 Perencanaan Pelat Lantai Gedung 4.2.1 Perencanaan pelat lantai atap 4.2.1.1 Data perencanaan pelat lantai atap Struktur pelat beton lantai atap direncanakan dengan bantuan tabel perencanaan praktis berdasarkan brosur bondek merk Lysaight Bondek. - Tebal dek baja 0,75 mm - Mutu Beton (f c ) 30 Mpa - Mutu baja U-48 4800 kg/cm 2 - Berat jenis beton 2400 kg/m 3 - Tipe pelat bentang menerus - Tulangan susut Wiremesh M-5 (diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat beton) Gambar 4.3 BALOK WF Pelat bordes - Dipasang tulangan negatif Ø 10 150 4.1.4 Perencanaan balok tangga Balok tangga menggunakan 2 buah balok WF pada sisi kanan dan kiri tangga 4.1.4.1 Data perencanaan balok tangga Balok tangga direncanakan dengan menggunakan profil WF 250.125.6.9. 4.1.4.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya tekan dan lentur pada balok tangga Nu 1755,54 0,025 < 0,2 φ. N 0,85.82370,95 n 4.2.1.2 Perencanaan tebal pelat lantai atap Pada tabel perencanaan praktis bondek dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 200 kg/m 2 (>142 kg/m 2 ), diperoleh tebal pelat sebesar 9 cm. Wiremesh M-5 Gambar 4.4 Ø 10-150 Pelat lantai atap 60 4.2.2 Perencanaan pelat lantai ruangan 90 4.2.2.1 Data perencanaan pelat lantai ruangan perkantoran Struktur pelat beton lantai ruangan perkantoran direncanakan dengan bantuan tabel

perencanaan praktis berdasarkan brosur bondek merk Lysaight Bondek. - Tebal dek baja 0,75 mm - Mutu Beton (f c ) 30 Mpa - Mutu baja U-48 4800 kg/cm 2 - Berat jenis beton 2400 kg/m 3 - Tipe pelat bentang menerus - Tulangan susut Wiremesh M-5 (diletakkan 2 cm di bawah tepi atas pelat beton) 4.2.2.2 Perencanaan tebal pelat lantai perkantoran Pada tabel perencanaan praktis bondek dengan bentang 2 m dan beban berguna sebesar 400 kg/m 2 (>365 kg/m 2 ), diperoleh tebal pelat sebesar 9 cm. Gambar 4.5 Wiremesh M-5 Ø 10-150 60 Pelat lantai perkantoran 90 4.3 Perencanaan Struktur Lift Pada bangunan ini menggunakan lift penumpang dengan data-data sebagai berikut: Tipe lift : Passenger Kapasitas : 15 orang (1000 kg) Lebar pintu (opening width) : 900 mm - Dimensi sangkar (car size) Internal : 1600 x 1500 mm 2 Eksternal : 1660 x 1665 mm 2 - Dimensi hoistway minimum 2 buah sangkar : 4200 x 2130 mm 2 - Dimensi ruang mesin minimum 2 buah sangkar : 4400 x 3850 mm 2 - Beban reaksi ruang mesin R 1 5450 kg R 2 4300 kg Gambar 4.6 6000 BALOK ANAK BALOK PENGGANTUNG LIFT BALOK INDUK BALOK PENUMPU LIFT Denah perencanaan struktur lift 4.3.1 Perencanaan balok penggantung lift 2500 4.3.1.1 Data perencanaan balok penggantung lift Balok penggantung lift direncanakan dengan menggunakan profil WF 300.150.6,5.9. 4.3.1.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok penggantung lift - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,9. 1305000 1174500 kg.cm > M u 1066850 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 4.3.2 Perencanaan balok penumpu lift 4.3.2.1 Data perencanaan balok penumpu lift Balok penumpu lift direncanakan dengan menggunakan profil WF 300.150.6,5.9. 4.3.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok penumpu lift - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,9. 1305000 1174500 kg.cm > M u 934867 kg.cm (Profil memenuhi syarat)

5. PERENCANAAN 4.4 Perencanaan Balok Anak Lantai Ruangan 2000 BALOK INDUK BALOK ANAK - Lendutan yang terjadi f o 5 ( q ).. D + ql L 384 E. I 4 5 (6,528 + 5).600. 384 2000000.14982,97 0,65 cm - Jadi, f o < f ijin 0,57 < 1,67 (OK) tr 4 2000 2000 BALOK ANAK BALOK INDUK 4.4.3 Penghubung geser jenis paku yang diperlukan pada balok anak komposit lantai ruangan - Jadi digunakan 60 buah penghubung geser dengan jarak memanjang 200 mm dan jarak melintang 60 mm 60 2Ø13-200 BALOK INDUK BALOK ANAK PELAT BETON 70 Gambar 4.7 2000 2000 2000 Denah balok anak lantai ruangan 4.4.1 Data perencanaan balok anak lantai ruangan Balok anak lantai ruangan direncanakan dengan menggunakan profil WF 300.150.6,5.9. 4.4.1.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok anak lantai ruangan dalam kondisi sebelum komposit - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,9. 586502,15 527851,94 kg.cm > M u 434250 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 4.4.2 Kondisi balok anak lantai ruangan setelah komposit 4.4.2.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok anak lantai ruangan dalam kondisi setelah komposit - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,85. 2628451,25 2234183,35 kg.cm > M u 774450 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 4.4.2.2 Kontrol lendutan jangka panjang pada balok anak lantai ruangan dalam kondisi setelah komposit Gambar 4.8 Penghubung geser pada balok anak lantai ruangan BAB V STRUKTUR ATAP 4.5 Perencanaan Gording 4.5.1 Data perencanaan gording Gording direncanakan dengan menggunakan profil WF 125.60.6.8. 4.5.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada gording - Cek kemampuan penampang M M ux uy + 1 φb. M nx φb. M ny 64973 8969 + 0,656 < 1 (OK) 0,9.185000 0,9.37500 4.6 Perencanaan Penggantung Gording 4.6.1 Data perencanaan penggantung gording

6. ANALISA β β 3954, 44 1063625, 77 + 0,59 < 1 2.0,85.83518,52 0, 9.2102500 (OK) Gambar 5.1 Sketsa rencana penggantung gording (paling atas) - Dipasang penggantung gording dengan ukuran 16 mm (A g 2,011 cm 2 ) 4.7 Perencanaan Profil Balok Kuda-Kuda 4.7.1 Data perencanaan balok kuda-kuda 2000 BALOK KUDA2 WF GORDING WF PENGGANTUNG GORDING Gambar 5.2 40 KOLOM KUDA2 WF 9 00 1540 1540 1540 1540 1540 1540 2750 1540 1540 1000 18000 2000 Rencana struktur kuda-kuda Kuda-kuda direncanakan dengan menggunakan profil WF 350.175.7.11. 4.7.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya tekan dan lentur pada balok kuda-kuda Nu 7010,32 0,062 < 0,2 φ. N 0,85.133657,92 n N u M M ux uy Maka, + + 1 2. φ. N n φb. M nx φb. M ny 7010,32 1246976,97 + 0,68 < 1 2.0,85.133657,92 0,9.2102500 (OK) 4.8 Perencanaan Profil Kolom Kuda-Kuda 4.8.1 Data perencanaan kolom kuda-kuda Kolom kuda-kuda direncanakan dengan menggunakan profil WF 350.175.7.11. 4.8.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya tekan dan lentur pada kuda-kuda Nu 3954, 44 0,056 < 0,2 φ. N 0,85.83518,52 n N u M M ux uy Maka, + + 1 2. φ. N n φb. M nx φb. M ny BAB VI STRUKTUR UTAMA 5.1 Perhitungan eksentrisitas desain (ed) Eksentrisitas desain (ed) harus ditinjau menurut persyaratan pada SNI 03-1736-2002 pasal 5.4 sebagai berikut; untuk 0 < e < 0,3. b: ed 1,5. e + 0,05. b atau ed e - 0,05. b untuk e > 0,3. b: ed 1,33. e + 0,1. b atau ed 1,17. e - 0,1. b Tabel 6.1 Koordinat pusat massa dan pusat kekakuan hasil perhitungan dari ETABS v9.7 Pusat Massa Pusat Kekakuan x y x y Lantai1 15,000 14,550 15,000 14,634 Lantai2 15,000 15,116 15,000 14,768 Lantai3 15,000 15,116 15,000 14,853 Lantai4 15,000 15,116 15,000 14,897 Lantai5 15,000 15,116 15,000 14,922 Lantai6 15,000 15,116 15,000 14,937 Lantai7 15,000 15,116 15,000 14,947 Lantai8 15,000 15,116 15,000 14,954 Lantai9 15,000 15,116 15,000 14,960 Lantai10 15,000 15,147 15,000 14,965 Tabel 6.2 Perhitungan eksentrisitas desain (ed) untuk sumbu x P.M.x P.K.x ex b SNI 1726 edx 0,3.b ps 5.4 1,5e + 0,05b e - 0,05b Lantai1 15,000 15,000 0,000 36,000 10,800 0<e<0,3.b 1,800-1,800 Lantai2 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai3 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai4 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai5 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai6 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai7 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai8 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai9 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Lantai10 15,000 15,000 0,000 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,500-1,500 Tabel 6.3 Perhitungan eksentrisitas desain (ed) untuk sumbu y P.M.y P.K.y ey b SNI 1726 edy 0,3.b ps 5.4 1,5e + 0,05b e - 0,05b Lantai1 14,550 14,634 0,084 36,000 10,800 0<e<0,3.b 1,926-1,716 Lantai2 15,116 14,768 0,348 30,000 9,000 0<e<0,3.b 2,022-1,152 Lantai3 15,116 14,853 0,263 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,895-1,237 Lantai4 15,116 14,897 0,219 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,829-1,281 Lantai5 15,116 14,922 0,194 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,791-1,306

Lantai6 15,116 14,937 0,179 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,769-1,321 Lantai7 15,116 14,947 0,169 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,754-1,331 Lantai8 15,116 14,954 0,162 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,743-1,338 Lantai9 15,116 14,960 0,156 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,734-1,344 Lantai10 15,147 14,965 0,182 30,000 9,000 0<e<0,3.b 1,773-1,318 Tabel 6.4 Panjang eksentrisitas desain edx edy Lantai1 1,800 1,926 Lantai2 1,500 2,022 Lantai3 1,500 1,895 Lantai4 1,500 1,829 Lantai5 1,500 1,791 Lantai6 1,500 1,769 Lantai7 1,500 1,754 Lantai8 1,500 1,743 Lantai9 1,500 1,734 Lantai10 1,500 1,773 5.2 Pembebanan Gempa Dinamis Tabel 6.5 Nilai waktu gempa alami dan partisipasi masa hasil dari ETABS v9.7. T Mode (detik) UX UY SumUX SumUY 1 1,666 79,021 0,000 79,021 0,000 Sumbu x 2 1,662 0,000 79,178 79,021 79,178 Sumbu y 3 1,484 0,234 0,000 79,255 79,178 4 0,523 9,952 0,000 89,206 79,178 5 0,521 0,000 10,004 89,206 89,182 6 0,467 0,033 0,000 89,239 89,182 7 0,288 4,116 0,000 93,355 89,182 8 0,287 0,000 4,152 93,355 93,335 9 0,258 0,016 0,000 93,371 93,335 10 Sesuai SNI 03-1726- 0,187 2,397 0,000 95,768 93,335 2002 pasal 7.2.1 Pada tabel dapat dilihat nilai : T x 1,666 detik T y 1,662 detik Sehingga untuk didapatkan nilai C 1 Untuk arah x C 1x 0,33 T 0,33 1,666 0,1981 x Untuk arah y C 1y 0,33 T 0,33 1,662 0,1986 y Gaya geser dasar nominal statik ekuivalen untuk arah x C1 V 1x. x I. Wt R 0,1981.1.5585080,08 6,0 184400,73 kg Gaya geser dasar nominal statik ekuivalen untuk arah y V 1y C I. Wt R 1 y. 0,1986.1.5510477,54 6,0 184866,15 kg 5.3 Beban Gempa Dinamis Didapatkan output untuk nilai gaya geser dasar dinamis (base shear) dari software ETABS v9.7 sebagai berikut, V x 62505,76 kg V y 62482,86 kg Persyaratan gaya geser dinamis sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 adalah; V 0,8. V 1 Arah x V x 0,8. V 1x 62505,76 kg 0,8. 184400,73 kg 62505,76 kg < 147520,58 kg (Tidak Memenuhi) Arah y V y 0,8. V 1y 62482,86 kg 0,8. 184866,15 kg 62482,86 kg < 147892,92 kg (Tidak Memenuhi) Untuk memenuhi persyaratan SNI 03-1726- 2002 Pasal 7.1.3, maka menurut SNI 03-1726-2002 pasal 7.2.3 gaya geser tingkat nominal akibat pengaruh gempa rencana harus dikalikan nilainya dengan suatu faktor skala sebagai berikut; 0,8. V 1 V1 Untuk arah x 0,8. V x 147520,58 V1 x 62505,76 2,3602 Untuk arah y 0,8. Vy 147892,92 V 62482,86 2,3670 1y Dilakukan running program ulang sehingga didapatkan output sebagai berikut; V x 147526,09 kg V y 147896,92 kg Persyaratan gaya geser dinamis sesuai SNI 03-1726-2002 Pasal 7.1.3 adalah; V 0,8. V 1 Arah x V x 0,8. V 1x 147526,09 kg 0,8. 184400,73 kg 147526,09 kg > 147520,58 kg (Memenuhi) Arah y V y 0,8. V 1y 147896,92 kg 0,8. 184866,15 kg 147896,92 kg > 147892,92 kg (Memenuhi)

7. KONTROL 5.4 Kontrol Waktu Getar Alami Fundamental T < ζ. n Dimana ζ 0,18 (Tabel 8 SNI 03-1726-2002 untuk zona gempa 3) n jumlah tingkat 10 - Kontrol T arah x, T x 1,666 detik < 0,18. 10 1,8 detik (OK) - Kontrol T arah y, T y 1,662 detik < 0,18. 10 1,8 detik (OK) 5.5 Kontrol Batasan Simpangan (drift) SNI 03-1726-2002 pasal 8.1.2 5.5.1 Kinerja Batas Layan Tabel 6.6 Simpangan antar lantai dari ETABS v9.7 (dalam mm). Arah x Arah y Lantai 10 83,56 82,62 Lantai 9 80,85 79,92 Lantai 8 76,47 75,58 Lantai 7 70,33 69,48 Lantai 6 62,52 61,75 Lantai 5 53,20 52,49 Lantai 4 42,47 41,84 Lantai 3 30,56 30,01 Lantai 2 18,00 17,56 Lantai 1 6,33 6,09 Tabel 6.7 Analisa nilai s arah x s s syarat s hi keterangan (mm) (mm) (mm) Lantai 10 4 83,56 2,71 20 OK Lantai 9 4 80,85 4,38 20 OK Lantai 8 4 76,47 6,14 20 OK Lantai 7 4 70,33 7,80 20 OK Lantai 6 4 62,52 9,33 20 OK Lantai 5 4 53,20 10,73 20 OK Lantai 4 4 42,47 11,91 20 OK Lantai 3 4 30,56 12,55 20 OK Lantai 2 4 18,00 11,67 20 OK Lantai 1 4 6,33 6,33 20 OK Tabel 6.8 Analisa nilai s arah y s s syarat s hi keterangan (mm) (mm) (mm) Lantai 10 4 82,62 2,70 20 OK Lantai 9 4 79,92 4,35 20 OK Lantai 8 4 75,58 6,09 20 OK Lantai 7 4 69,48 7,73 20 OK Lantai 6 4 61,75 9,26 20 OK Lantai 5 4 52,4910,65 20 OK Lantai 4 4 41,8411,83 20 OK Lantai 3 4 30,0112,46 20 OK Lantai 2 4 17,5611,47 20 OK Lantai 1 4 6,09 6,09 20 OK 5.5.2 Kinerja Batas Ultimate Tabel 6.9 Analisa nilai m arah x hi s m Batas m Keterangan (mm) (mm) (mm) Lantai 10 4 2,7111,40 80 OK Lantai 9 4 4,3818,39 80 OK Lantai 8 4 6,1425,81 80 OK Lantai 7 4 7,8032,76 80 OK Lantai 6 4 9,3339,18 80 OK Lantai 5 4 10,7345,06 80 OK Lantai 4 4 11,9150,03 80 OK Lantai 3 4 12,5552,73 80 OK Lantai 2 4 11,6749,02 80 OK Lantai 1 4 6,3326,59 80 OK Tabel 6.10 Analisa nilai m arah y hi s m Batas m Keterangan (mm) (mm) (mm) Lantai 10 4 2,7011,33 80 OK Lantai 9 4 4,3518,25 80 OK Lantai 8 4 6,0925,59 80 OK Lantai 7 4 7,7332,49 80 OK Lantai 6 4 9,2638,88 80 OK Lantai 5 4 10,6544,73 80 OK Lantai 4 4 11,8349,69 80 OK Lantai 3 4 12,4652,31 80 OK Lantai 2 4 11,4748,18 80 OK Lantai 1 4 6,0925,56 80 OK BAB VII STRUKTUR UTAMA 7.1 Kontrol Struktur Balok Induk Melintang Bagian Interior 7.1.1 Data perencanaan balok induk melintang bagian interior Balok induk melintang bagian interior direncanakan dengan menggunakan profil WF 400.200.7.11.

7.1.1.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok induk melintang bagian interior dalam kondisi sebelum komposit - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,9. 2722500 2450250 kg.cm > M u 508591,733 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 7.1.2 Kondisi balok induk melintang bagian interior setelah komposit 7.1.2.1 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok induk melintang bagian interior dalam kondisi setelah komposit (momen positif) - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,85. 4576437,5 3889971,88 kg.cm > M u 792020,41 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 7.1.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya lentur pada balok induk melintang bagian interior dalam kondisi setelah komposit (momen negatif) - Cek kemampuan penampang φ b. M n M u φ b. M n 0,85. 3633636,80 3088591,28 kg.cm>m u 1180928,80 kg.cm (Profil memenuhi syarat) 7.1.3 Penghubung geser jenis paku yang diperlukan pada balok induk melintang bagian interior komposit 7.1.3.1 Jumlah dan jarak antar penghubung geser yang diperlukan untuk balok induk melintang bagian interior - Digunakan 60 buah penghubung geser dengan jarak memanjang 200 mm dan jarak melintang 100 mm Gambar 7.1 100 70 2Ø16-200 Penghubung geser pada balok induk melintang bagian interior 7.1.4 Syarat SRPMT untuk pengekang lateral pada balok induk melintang bagian interior Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 15.8.4, panjang daerah yang tak terkekang secara lateral tidak boleh melampaui 25250. r y / f y. 25250. r y / f y 25250. 44,8 / 250 4524,4 mm Karena balok induk melintang bagian interior adalah balok komposit maka jarak antar penghubung geser sebesar 200 mm dianggap sebagai jarak pengekang lateral. 4524,4 mm > 200 mm (OK) 7.2 Kontrol Struktur Kolom 7.2.1 Data perencanaan struktur kolom Struktur kolom direncanakan dengan menggunakan profil king cross 600.200.11.17. 7.2.2 Kontrol penampang profil terhadap gaya tekan dan lentur pada kolom Nu 263730,61 0,51 > 0,2 φ. N 0,85.605405,41 n N 8 u M M ux uy Maka, + + 1 φ. Nn 9 φb. M nx φb. M ny 263730, 61 + 0,85.605405, 41 8 1753388,132 756389, 976 9 + 0,9.8050750 0,9.8229850 0,818 < 1 (OK) 7.3 Syarat SRPMT untuk struktur kolom dan balok 7.3.1 Perbandingan momen kolom terhadap momen balok

Hubungan balok ke kolom harus memenuhi syarat di bawah ini; - Sumbu x M pcx M > 1 pbx (7923970, 77 + 7923970, 77) (2722500 + 2722500) (ok) - Sumbu y M pcy M > 1 pby (8100730,82 + 8100730,82) (2722500 + 2722500) (ok) 2,91 > 1 2,98 > 1 7.3.2 Batasan-batasan terhadap balok dan kolom - Rasio Lebar terhadap Tebal: Balok-balok harus memenuhi persyaratan λ p pada SNI- 03-1729-2002 Tabel 7.5-1. b λ 2. t f 199 2.11 9,05 λ p 170 f y λ < λ p (ok) 170 250 10,75 - Apabila perbandingan pada persamaan M pc lebih kecil atau sama dengan 1,25, M pb kolom-kolom harus memenuhi persyaratan λ p pada SNI-03-1729-2002 Tabel 15.7-1. Bila hal-hal tersebut tidak dipenuhi maka kolom-kolom harus memenuhi persyaratan λ p pada SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1. Sumbu x M pcx 2,91 > 1,25, maka kolom M pbx harus memenuhi persyaratan λ p pada SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1. Bagian sayap b λ 200 2. t f 2.17 5,88 λ p 170 f y λ < λ p (ok) 170 250 10,752 Bagian badan h λ 522 t 11 47,45 w Nu φ. N b f 263730, 61 0,9.2500.268,8 0,44 > 0,125 Maka, λ p 550 Nu. 2,33 f φb. N y 665 f y f 550 263730,61 λ p. 2,33 250 0,9.2500.268,8 65,89 λ p 665 665 f y 250 42,06 (Memenuhi) λ < λ p (ok) Sumbu y M M pcy pby 3,05 > 1,25, maka kolom harus memenuhi persyaratan λ p pada SNI-03-1729-2002 Tabel 7.5-1. Bagian sayap b λ 2. t f λ p 170 f y λ < λ p (ok) 200 2.17 5,88 170 250 10,752 Bagian badan h λ 533 t 11 48,45 Nu φ. N b f w 263730, 61 0,9.2500.268,8 0,44 > 0,125 Maka, λ p 550 Nu. 2,33 f φb. N y 665 f y f 550 263730,61 λ p. 2,33 250 0,9.2500.268,8 65,89 λ p 665 665 f y 250 42,06 (memenuhi) λ < λ p (ok)

8. PERENCANAAN BAB VIII SAMBUNGAN PELAT t 1 CM WF 350x175x7x11 WF 350x175x7x11 PELAT t 1 CM KC 600x300x12x20 PELAT t 1 CM Gambar 8.1 Perencanaan sambungan baut antar kudakuda Gambar 8.3 Perencanaan sambungan kolom kuda-kuda dengan kolom utama KC 600.200.11.17 WF 350x175x7x11 PELAT t 1 CM L 80.80.8 Gambar 8.2 Perencanaan sambungan balok kuda-kuda dengan kolom kuda-kuda Gambar 8.4 WF 350.350.12.19 Perencanaan sambungan balok induk dengan kolom eksterior KC 600.200.11.17 KC 600.200.11.17 L 80.80.8 L 80.80.8 WF 350.350.12.19 WF 350.350.12.19 Gambar 8.5 Perencanaan sambungan balok induk dengan kolom interior

9. PERENCANAAN B BAUT Ø 1" KC 600.200.11.17 B BAB IX STRUKTUR PONDASI 2 PELAT t10 mm BAUT Ø 1" KC 600.200.11.17 PELAT t10 mm A POT. A A A KC 600.200.11.17 PELAT t10 mm BAUT Ø 1" 600 D16 100 D22 100 D16 100 800 1200 800 2800 1 1 2 D22 100 1200 1200 3600 600 400 SF D16 100 D22 100 900 900 K3 SF D16 100 D22 100 500 400 800 800 500 Ø 40 CM Ø 40 CM Gambar 8.6 POT. B B Detail sambungan antar kolom 14000 14000 KC 600.200.11.17 600 1200 1200 600 3600 800 1200 800 2800 PELAT PENGAKU t 1,5 cm ANGKUR 1 x 36 x 4 x 7 PLAT LANDAS t 4,5 cm 100 100 45 POT 1 1 skala 1 : 100 DETAIL PONDASI P1 skala 1 : 100 Gambar 9.1 Pondasi P1 POT 2 2 skala 1 : 100 2 600 KC 600.200.11.17 PLAT LANDAS t 4,5 cm 900 800 690 D16 100 D22 100 D16 100 D22 100 900 2100 1 1 600 900 600 2100 600 PEDESTAL BETON 2 ANGKUR 1 x 36 x 4 x 7 690 800 900 SF D16 100 D22 100 700 SF 700 D16 100 D22 100 500 800 400 500 800 Gambar 8.7 Detail sambungan kolom dengan plat landas Ø 30 CM 13000 Ø 30 CM 13000 600 900 600 2100 POT 1 1 skala 1 : 100 600 900 600 2100 POT 2 2 skala 1 : 100 DETAIL PONDASI P1 skala 1 : 100 Gambar 9.2 Pondasi P2

10. KESIMPULAN Gambar 9.3 Gambar 9.4 Penulangan kolom pendek 0,9 x 0,9 m Penulangan kolom pendek 0,7 x 0,7 m Gambar 9.5 Penulangan sloof BAB X DAN SARAN 10.1 Kesimpulan Dari hasil perhitungan dan analisis yang telah dilakukan pada struktur gedung, didapatkan hasil sebagai berikut : Tebal Pelat : Tebal pelat atap : 9 cm Tebal pelat lantai : 9 cm Struktur Atap a. Gording : WF 125.60.6.8 b. Balok Kuda-kuda : WF 350.175.7.11 c. Kolom Kuda-kuda : WF 350.175.7.11 Balok Anak a. Untuk lantai atap : WF 300.150.6,5.9 b. Untuk lantai ruangan : WF 300.150.6,5.9 Balok Induk Eksterior : a. Untuk Lantai Atap : b. Untuk lantai Ruangan : Balok Induk Interior : a. Untuk Lantai Atap : b. Untuk lantai Ruangan : Kolom : King cross 600.200.11.17 Balok Kanopi : WF 350.175.7.11 Kolom Kanopi : King cross 400.200.8.13 Poer Pondasi : a. Arah x : - Tulangan Tarik : D22 100 mm - Tulangan Tekan : D16 100 mm b. Arah y : - Tulangan Tarik : D22 100 mm - Tulangan Tekan : D16 100 mm 10.2 Saran Perlu dilakukan studi yang lebih mendalam untuk menghasilkan perencanaan struktur dengan mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi, dan estetika. Sehingga diharapkan perencanaan dapat dilaksanakan mendekati kondisi sesungguhnya di lapangan dan hasil yang diperoleh sesuai dengan tujuan perencanaan yaitu kuat, ekonomi, dan tepat waktu dalam pelaksanaannya.

DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 1726 2002. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum Badan Standardisasi Nasional. 2002. SNI 03 1729 2002.Tata Cara Perencaaan Struktur Baja Untuk Bangunan Gedung. Bandung : Departemen Pekerjaan Umum Badan Standartisasi Nasional. 2002. SNI 03 2847 2002, Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung. Bandung: Departemen Pekerjaan Umum Davis, E. H. dan Poulos, H. G. 1980. Pile Foundation Analysis and Design. Kanada : Rainbow-Bridge Book. Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1981. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983. Bandung: Yayasan Penyelidikan Masalah Bangunan Fisher, James M. and Kloiber, Lawrence A. 2006. Base Plate and Anchor Rod Design. Amerika : American Institute of Steel Construction, Inc G. Salmon, Charles & E. Johnson, Jhon. 1991. Struktur Baja Desain dan Prilaku Jilid 2 Edisi Kedua. Jakarta : Erlangga Moody, W. T. 1978. Moments and Reactions for Rectangular Plates. Washington : U.S. Government Printing Office Setiawan, Agus. 2008. Perencanaan Struktur Baja dengan Metode LRFD. Jakarta : Erlangga