BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak

dokumen-dokumen yang mirip
Bab I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa yang menjadi salah

BAB I PENDAHULUAN. diberlakukan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan tanah. Tanah mempunyai kedudukan dan fungsi yang amat penting

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menentukan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah sangat penting bagi kehidupan manusia, dikarenakan tanah adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Berbicara masalah hidup manusia, berarti juga berbicara masalah tanah

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang penting untuk. kelangsungan hidup umat manusia, hubungan manusia dengan tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan tanah dewasa ini semakin meningkat sejalan dengan

JURNAL. Diajukan oleh: PRISKA LARAS DAMASWARI ZEBUA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. peruntukan, penggunaan dan pemeliharaan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Tanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan penunjang kesejahteraan dan kemakmuran diseluruh

milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tanah memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Tanah

BAB I PENDAHULUAN menyebutkan bahwa tujuan bernegara adalah melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan UUPA adalah untuk memberikan

Bab I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah mempunyai hubungan yang sangat erat dengan manusia karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu faktor penting yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. terakhirnya. Selain mempunyai arti penting bagi manusia, tanah juga mempunyai kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber kesejahteraan rakyat dan tempat manusia melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. hukum adat. Setelah Indonesia merdeka Indonesia merupakan negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di Indonesia fungsi tanah semakin meningkat karena meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. Konstitusional Undang-Undang Dasar Pasal 33 ayat (3) Undang-

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

TINJAUAN PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH SECARA SISTEMATIK DI KABUPATEN BANTUL. (Studi Kasus Desa Patalan Kecamatan Jetis dan

BAB I PENDAHULUAN. ini dikarenakan bahwa Negara Indonesia merupakan negara agraris, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. peruntukkan dan dipergunakan sebesar-besar kemakmuran rakyat, baik secara

Jurnal Cepalo Volume 1, Nomor 1, Desember 2017 LEGALISASI ASET PEMERINTAH DAERAH MELALUI PENDAFTARAN TANAH DI KABUPATEN PRINGSEWU. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Salah satu tujuan pembentukan Undang Undang No 5 Tahun 1960

PENDAFTARAN TANAH PERTAMA KALI SECARA SPORADIK MELALUI PENGAKUAN HAK. Oleh Bambang Eko Muljono Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. karena tanah merupakan sumber kesejahteraan, kemakmuran, dan

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal juga sebagai sumber penghidupan manusia.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan sesuatu yang mempunyai peran penting bagi umat

BAB I PENDAHULUAN. Ketentuan Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 menentukan bahwa: Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 merupakan peraturan dasar bagi pembentukan

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang kehidupan masyarakatnya

BAB I PENDAHULUAN. berlindung dan melanjutkan kehidupannya. Sejalan dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Di era globalisasi seperti sekarang ini, tanah merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan tanah dapat dikatakan hampir semua kegiatan hidup manusia

II. TINJAUAN PUSTAKA. menurut ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Peraturan

BAB I PENDAHULUAN. tempat tinggal yang turun temurun untuk melanjutkan kelangsungan generasi. sangat erat antara manusia dengan tanah.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

PENYIMPANGAN DALAM PENERBITAN SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH. Urip Santoso Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peranan tanah dalam rangka pembangunan bagi pemenuhan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. diamanatkan dalam Pembukuan Undang-Undang Dasar 1945 antara lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Dalam pembangunan peran tanah bagi pemenuhan berbagai keperluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan permukaan bumi yang memiliki dua dimensi dengan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB III PENUTUP. Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dikenal sebagai Negara Agraris, bahwa tanah-tanah di

PENDAFTARAN TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

PELAKSANAAN PENERTIBAN DAN PENDAYAGUNAAN TANAH HAK GUNA BANGUNAN YANG DITERLANTARKAN DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Agraria berasal dari bahasa latin ager yang berarti tanah dan agrarius

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

KEPASTIAN HUKUM SERTIPIKAT HAK ATAS TANAH BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 24 TAHUN 1997

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peningkatan pembangunan nasional yang berkelanjutan

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

BAB III PRAKTEK PENDAFTARAN TANAH PEMELIHARAAN DATA DENGAN MENGGUNAKAN SURAT KUASA JUAL

BAB I PENDAHULUAN. Manusia hidup serta melakukan aktivitas di atas tanah sehingga setiap saat

mudah dapat membuktikan hak atas tanah yang dimiliki atau dikuasainya,

BAB I PENDAHULUAN. dan air dan ruang angkasa, serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. memberikan jaminan kepastian hukum kepada subyek hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan salah satu kekayaan alam yang ada dibumi yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam suatu kehidupan. masyarakat, terlebihi masyarakat Indonesia yang tata kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian sangat memerlukan tanah pertanian. Dalam perkembangan

Disusun oleh: ADE KURNIADY NOOR NPM : Program Kekhususan : Hukum Pertanahan Dan Lingkungan Hidup

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

BAB I PENDAHULUAN. besar. Oleh karena itu untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya. bagi kemakmuran dan kesejahteraan, bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya tanah bagi manusia, menyebabkan tanah mempunyai nilai tinggi, dimana

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia, tempat manusia

PENDAFTARAN TANAH RH

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. Tanah mempunyai peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Selaras dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menguasai dari Negara maka menjadi kewajiban bagi pemerintah. menurut Undang-Undang Pokok Agraria yang individualistic komunalistik

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan dipergunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebagai

JURNAL SKRIPSI. Disusun oleh: CLAUDIA TIARA YULINDA. Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan hidup UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA

*35279 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 24 TAHUN 1997 (24/1997) TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN NGAWI DALAM RANGKA TERTIB ADMINISTRASI PERTANAHAN

PENDAFTARAN HAK MILIK ATAS TANAH ADAT (KONVERSI) DALAM MEWUJUDKAN KEPASTIAN HUKUM MELALUI PROGRAM LARASITA DI KECAMATAN DEPOK KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran seluruh rakyat Indonesia. Secara konstitusional Undang-undang Dasar 1945 dalam Pasal 33 ayat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL KEPASTIAN HUKUM TERHADAP PELAKSANAAN KEGIATAN REDISTRIBUSI TANAH PERTANIAN YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB I PENDAHULUAN. orang dengan hak-hak yang disediakan oleh Undang-Undang Pokok Agraria,

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara bercorak agraris. Bagi masyarakat Indonesia tanah merupakan sumber penghidupan dan dalam kesehariannya masyarakat Indonesia sangat bergantung pada tanah sehingga peruntukannya harus digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 amandemen ke-4 yang merupakan dasar konstitusi Negara Kesatuan Republik Indonesia mengamanatkan bahwa: Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Pentingnya arti tanah bagi kehidupan manusia ialah karena kehidupan manusia sama sekali tidak bisa dipisahkan dari tanah. Manusia hidup di atas tanah dan memperoleh bahan pangan dengan cara mendayagunakan tanah. 1 Sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian sebagai petani untuk memenuhi kehidupannya. Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang pertanian, utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain-lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari 1 Kertasapoetra, dkk., 1984, Hukum Tanah Jaminan UUPA bagi Keberhasilan Pendayagunaan Tanah, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 1. 1

tanaman tersebut untuk digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain. 2 Tanah yang dikelola oleh petani adalah tanah pertanian. Tanah pertanian penting untuk didaftarkan untuk menjamin kepastian hukum. Kepastian hukum yang dimaksud adalah kepastian hukum atas subyek, obyek dan hak atas tanah yang melekat pada tanah pertanian. Salah satu tujuan pokok dibentuknya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA) adalah meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian hukum mengenai hakhak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. 3 Dalam Pasal 19 UUPA ditentukan bahwa: (1) Untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah. (2) Pendaftaran tersebut dalam ayat 1 Pasal ini meliputi : a. pengukuran, perpetaan dan pembukuan tanah; b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut; c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. (3) Pendaftaran Tanah diselenggarakan dengan mengingat keadaan Negara dan masyarakat, keperluan lalu-lintas sosial ekonomis serta kemungkinan penyelenggaraannya, menurut pertimbangan Menteri Agraria. (4) Dalam Peraturan Pemerintah diatur biaya-biaya yang bersangkutan dengan pendaftaran termaksud dalam ayat 1 di atas, dengan ketentuan bahwa rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya-biaya tersebut. Dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA tersebut ditentukan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh Pemerintah diadakan Pendaftaran Tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan 2 http://id.m.wikipedia.org/wiki/petani, 29 Oktober 2014. 3 Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Djambatan, Jakarta, hlm. 29. 2

Peraturan Pemerintah. Kepastian hukum yang dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) UUPA adalah kepastian hukum yang meliputi kepastian subyek yaitu pemegang hak atas, kepastian obyek yaitu mengenai letak, batas dan luas bidang tanah, serta kepastian mengenai status hak atas tanah. Pada tanggal 24 Maret 1961 pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah. Selama 36 tahun berlaku Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 belum memberikan hasil yang diharapkan dalam mendukung tercapainya pembangunan nasional sehingga pemerintah beranggapan perlu diadakan penyempurnaan terhadap Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961. Hal tersebut mendasari dikeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan berlaku mulai tanggal 8 Oktober 1997. Dalam Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan bahwa: Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang membebaninya. Maksud dari Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah bahwa Pendaftaran Tanah dilakukan oleh Pemerintah untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum bagi rakyat Indonesia yang meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, pembukuan, penyajian dan pemeliharaan data fisik dan data yuridis serta 3

dikeluarkannya sertipikat sebagai tanda bukti hak yang kuat bagi pemegang hak atas tanah dan pemegang hak atas satuan rumah susun. Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah dalam masyarakat modern merupakan tugas Negara yang dilaksanakan oleh Pemerintah bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan. Sebagian kegiatannya yang berupa pengumpulan data fisik tanah yang haknya didaftar, dapat ditugaskan kepada swasta. Tetapi untuk memperoleh kekuatan hukum, hasilnya memerlukan pengesahan Pejabat Pendaftaran yang berwenang, karena akan digunakan sebagai data bukti. 4 Dalam Pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan secara tegas bahwa instansi Pemerintah yang menyelenggarakan Pendaftaran Tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN). Dalam Pasal 6 ayat (1) ditegaskan bahwa dalam rangka penyelenggaraan Pendaftaran Tanah tersebut, tugas pelaksanaannya dilakukan oleh Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota. 5 Dalam Pasal 6 ayat (2) ditentukan bahwa dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah, Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan Pejabat lain yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatankegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan peraturan perundang-undangan yang bersangkutan. Kegiatan-kegiatan tertentu yang dimaksud adalah pembuatan 4 Ibid. hlm. 72. 5 Urip Santoso, 2010, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 23. 4

akta oleh PPAT atau PPAT sementara (Camat), pembuatan risalah lelang oleh pejabat lelang, Pendaftaran Tanah secara sistematis oleh Panitia Ajudikasi. Dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan bahwa: 1. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan; 2. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; 3. untuk terselenggaranya Tertib Administrasi Pertanahan. Tujuan Pendaftaran Tanah dalam Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah merupakan penjabaran dari Pasal 19 UUPA. Tujuan utama dari Pendaftaran Tanah adalah untuk menjamin kepastian hukum. Kepastian hukum yang dimaksud adalah kepastian hukum atas subyek, obyek dan hak atas tanah. Dengan dilaksanakannya Pendaftaran Tanah dapat tercipta suatu pusat informasi mengenai bidang-bidang tanah sehingga pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah dapat dengan mudah memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah didaftar. Tujuan lainnya adalah untuk mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan yang merupakan salah satu dari Catur Tertib Pertanahan. Sertipikat hak atas tanah sebagai hasil akhir proses Pendaftaran Tanah berisi data fisik (keterangan tentang letak, batas, luas bidang tanah, serta bagian bangunan atau bangunan yang ada di atasnya bila dianggap perlu) dan 5

data yuridis (keterangan tentang status tanah dan bangunan yang didaftar, pemegang hak atas tanah, dan hak-hak pihak lain, serta beban-beban lain yang berada di atasnya). Dengan memiliki sertipikat, maka kepastian hukum berkenaan dengan jenis hak atas tanah, subyek hak, dan obyek haknya menjadi nyata. 6 Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah menentukan bahwa: Pelaksanaan Pendaftaran Tanah meliputi kegiatan untuk pertama kali dan pemeliharaan data Pendaftaran Tanah. Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali dilaksanakan melalui pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik atau data yuridis obyek pendaftaran tanah yang telah terdaftar. Pengertian Pendaftaran Tanah untuk pertama kali sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1 angka 9 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah adalah: Kegiatan Pendaftaran Tanah yang dilakukan terhadap obyek Pendaftaran Tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 atau Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997. Dalam Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah ditentukan bahwa: Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali meliputi: a. Pengumpulan dan pengolahan data fisik; b. Pembuktian hak dan pembukuannya; c. Penerbitan sertipikat; 6 Maria S.W.Sumardjono, 2007, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, Kompas, Jakarta, hlm. 206. 6

d. Penyajian data fisik dan data yuridis; e. Penyimpanan daftar umum dan dokumen. Pelaksanaan Pendaftran Tanah untuk pertama kali dapat dilaksanakan melalui Pendaftaran Tanah secara sistematik dan Pendaftaran Tanah secara sporadik. Pasal 1 angka 10 menentukan pengertian Pendaftaran Tanah secara sistematik yaitu: Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang dilakukan secara serentak yang meliputi semua obyek Pendaftaran Tanah yang belum didaftar dalam wilayah atau bagian wilayah suatu Desa/kelurahan. Kegiatan Pendaftaran Tanah secara sistematik dilakukan atas dasar inisiatif dari pemerintah dengan adanya suatu rencana kerja yaang ditetapkan oleh Menteri Negara Agraria. Pasal 1 angka 11 menentukan pengertian Pendaftaran Tanah secara sporadik yaitu: Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali mengenai satu atau beberapa obyek Pendaftaran Tanah dalam wilayah atau bagian wilayah suatu Desa/kelurahan secara individual atau massal. Kegiatan Pendaftaran Tanah secara sporadik dilakukan atas dasar inisiatif dari pemegang hak atas tanah yang mempunyai kepentingan untuk mendaftarkan tanahnya. Pasal 1 angka 12 menentukan pengertian Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah yaitu: Kegiatan Pendaftaran Tanah untuk menyesuaikan data fisik dan data yuridis dalam peta pendaftaran, daftar tanah, daftar nama, surat ukur, buku tanah, dan sertipikat dengan perubahan-perubahan yang terjadi kemudian. 7

Pemeliharaan data Pendaftaran Tanah dilakukan apabila terdapat perubahan data fisik dan data yuridis. Kabupaten Sleman sebagai salah satu kabupaten di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pernah dijuluki sebagai lumbung padi Daerah Istimewa Yogyakarta. Beberapa tahun belakangan ini sering terjadi alih fungsi tanah pertanian yaitu mengubah tanah pertanian menjadi tanah non pertanian karena pemilik tanah pertanian mengganggap tanah non pertanian lebih menguntungkan sehingga tanah pertanian semakin berkurang dan apabila terus berkurang maka produksi pangan juga akan berkurang. Tanah pertanian umumnya dimiliki oleh petani dan banyak tanah pertanian tersebut belum bersertipikat. Oleh karena itu, Kementerian Pertanian dan Koperasi bekerja sama dengan Badan Pertanahan Nasional mengeluarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 Dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. Program sertipikasi tanah petani tersebut merupakan program lintas sektor dan disubsidi langsung oleh Pemerintah sehingga diharapkan pemilik tanah pertanian dapat mendaftarkan hak milik atas tanahnya yang belum didaftar, dengan mudah dan dengan biaya yang ringan. Program Sertipikasi Tanah Petani diharapkan dapat memberikan kepastian hukum bagi pemilik tanah pertanian dan memberdayakan petani karena petani dapat menggunakan sertipikat sebagai 8

modal untuk meningkatkan produksi dan kesuburan dari tanah pertanian yang mereka miliki sehingga produksi pangan di Indonesia meningkat. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman? 2. Apakah petani yang mengikuti Program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian telah memperoleh kepastian hukum? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman dan apakah petani yang mengikuti Program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan 9

Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian telah memperoleh kepastian hukum. D. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini memberikan manfaat teoritis dan manfaat praktis. 1. Manfaat teoritis yaitu bahwa hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran untuk perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang Hukum Pertanahan mengenai pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2. Manfaat praktis a. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi pemerintah khususnya Pejabat Kantor Pertanahan di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dalam rangka melaksanakan Program Sertipikasi Tanah Petani berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004. b. Diharapkan dapat memberikan masukan bagi petani pemilik tanah mengenai Program Sertipikasi Tanah Petani berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004. 10

E. Keaslian Penelitian 1. a. Judul : Pelaksanaan Pendaftaran Hak Milik Atas Tanah Karena Pewarisan Melalui Land Management And Policy Development Program Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan Di Kabupaten Kulon Progo. b. Identitas 1) Nama : Eriska Virbi Arsari 2) NPM : 030508334 3) Program Kekhususan: Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup c. Rumusan Masalah : Apakah pelaksanaan pendaftaran hak milik atas tanah karena pewarisan melalui Land Management And Policy Development Program telah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Kulon Progo? d. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui dan mengkaji tentang pelaksanaan pendaftaran hak milik atas tanah karena pewarisan melalui Land Management And Policy Development Program telah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Kulon Progo. 11

e. Hasil Penelitian : Pelaksanaan pendaftaran hak milik atas tanah kerena pewarisan di Desa Karangsari, Desa Sidomulyo, Desa Bendungan dan Desa Triharjo melalui Land Management And Policy Development Program pada tahun anggaran 2008 telah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Kulon Progo karena mencapai target Pendaftaran Tanah dikeempat Desa tersebut yaitu 9.728 bidang tanah dapat disertipikatkan dan dicatat di Kantor Pertanahan Kabupaten Kulon Progo sehingga masyarakat yang mengikuti program ini yang pada awalnya belum memiliki sertipikat (berupa Letter C) akhirnya memiliki sertipikat sebagai surat tanda bukti hak. Penelitian di atas berkaitan dengan pelaksanaan pendaftaran Hak Milik atas tanah karena pewarisan melalui Land Management And Policy Development Program dalam rangka mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Kulon Progo. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani untuk mewujudkan kepastian hukum di Kabupaten Sleman. 12

2. a. Judul : Pendaftaran Pertama Kali Untuk Konversi Tanah Hak Milik Karena Pewarisan Melalui Kegiatan Layanan Rakyat Untuk Sertipikasi Tanah (Larasita) Dalam Rangka Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juncto Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 Di Kabupaten Boyolali b. Identitas 1) Nama : Astrid Adelia 2) NPM : 070509612 3) Program Kekhususan: Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup c. Rumusan Masalah : Apakah pendaftaran pertama kali untuk konversi tanah hak milik dengan alat bukti penguasaan berupa girik yang diperoleh karena pewarisan melalui kegiatan Larasita telah mewujudkan tertib administrasi pertanahan di Kabupaten Boyolali? d. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui, menganalisis, dan mengkaji apakah pendaftaran pertama kali untuk konversi tanah hak milik dengan alat bukti penguasaan berupa girik yang diperoleh 13

karena pewarisan melalui kegiatan Larasita telah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kabupaten Boyolali. e. Hasil Penelitian : Pelaksanaan pendaftaran pertama kali untuk konversi tanah hak milik dengan alat bukti berupa girik yang diperoleh karena pewarisan melalui kegiatan Larasita tahun 2010-2011 di Kabupaten Boyolali berjalan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juncto Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 melalui prosedur pelayanan yang mudah dan tidak berbelit-belit, efisien dari segi waktu, dan hemat dari segi biaya. Oleh karena itu pelaksanaan pendaftaran pertama kali untuk konversi tanah hak milik dengan alat bukti berupa girik yang diperoleh karena pewarisan melalui kegiatan Larasita pada tahun 2010-2011 di Kabupaten Boyolali telah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan karena telah menghasilkan 30 bidang tanah yang telah disertipikatkan dan dicatat di Kantor Pertanahan Kabupaten Boyolali 14

dalam waktu empat bulan. Dalam pelaksanaannya masih timbul beberapa masalah seperti peralatan komunikasi yang belum sempurna, tenaga atau petugas pelaksana Larasita di lapangan yang kurang dan anggaran yang terbatas. Penelitian di atas berkaitan dengan pendaftaran pertama kali untuk konversi tanah hak milik karena pewarisan melalui kegiatan layanan rakyat untuk sertipikasi tanah (Larasita) dalam rangka mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 juncto Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 18 Tahun 2009 di Kabupaten Boyolali. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani untuk mewujudkan kepastian hukum di Kabupaten Sleman. 3. a. Judul : Pensertipikatan Tanah (Hak Milik) Secara Masal Sebagai Salah Satu Upaya Dalam Mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan Di Kota Sorong Papua Barat b. Identitas 1) Nama : Yulia Eka Wulandari Yempormase 2) NPM : 040508834 3) Program Kekhususan : Hukum Pertanahan dan Lingkungan Hidup 15

c. Rumusan Masalah : Apakah Pensertipikatan Tanah (Hak milik) secara massal sebagai salah satu upaya dalam mewujudukan Tertib Administrasi Pertanahan di Kota Sorong Papua Barat? d. Tujuan Penelitian : Mengetahui dan menganalisis apakah pensertipikatan tanah (hak milik) secara massal dapat mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kota Sorong pada khususnya. e. Hasil Penelitian : Pensertipikatan tanah (Hak Milik) secara massal sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kota Sorong, sudah mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan. Hal ini terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat yang sudah mulai tumbuh, akan pentingnya Pendaftaran Tanah dan memiliki sertipikat sebagai tanda bukti hak yang kuat. Oleh karena itu dengan adanya pelaksanaan pensertipikatan tanah secara massal masyarakat telah menerima sertipikat hak milik atas tanah, sehingga 16

dapat mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan. Penelitian di atas berkaitan dengan pensertipikatan tanah (Hak Milik) secara masal sebagai salah satu upaya dalam mewujudkan Tertib Administrasi Pertanahan di Kota Sorong Papua Barat. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah mengenai pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani untuk mewujudkan kepastian hukum di Kabupaten Sleman. F. Batasan Konsep 1. Hak Milik adalah hak turun-menurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. (Pasal 20 ayat 1 UUPA) 2. Pendaftaran Tanah Untuk Pertama Kali adalah kegiatan Pendaftaran Tanah yang dilakukan terhadap obyek Pendaftaran Tanah yang belum didaftar berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah atau Peraturan Pemerintah ini. (Pasal 1 angka 1 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) 3. Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani adalah kegiatan yang meliputi pengukuran, pemetaan, pemberian hak, pendaftaran dan penerbitan sertipikat tanah untuk memberikan kepastian hukum kepemilikan tanahnya yang dapat digunakan untuk mengembangkan modal usaha. (Pasal 1 butir 1 Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 Dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang 17

Pelaksanaan Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian) 4. Sertipikat tanah merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan. (Pasal 32 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) 5. Kepastian Hukum dalam Pendaftaran Tanah meliputi kepastian subyek, obyek dan hak atas tanah. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Hukum Jenis penelitian hukum yang digunakan adalah jenis penelitian hukum empiris. Jenis penelitian hukum empiris adalah penelitian yang dilakukan/berfokus pada perilaku masyarakat hukum/fakta sosial mengenai Pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 Dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 Untuk Mewujudkan Kepastian Hukum Di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 18

2. Sumber Data a. Data primer Sumber data primer dalam penelitian ini berupa keterangan yang diperoleh secara langsung mengenai Sertipikasi Tanah Petani di lokasi penelitian melalui kuesioner yang diberikan kepada responden dan wawancara dengan narasumber. b. Data sekunder 1) Bahan hukum primer yaitu bahan-bahan yang berupa peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan obyek penelitian yang terdiri dari: a) Pasal 33 ayat (3) Undang Undang Dasar Republik Indonesia 1945; b) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA); c) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; d) Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; e) Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan 19

Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian. 2) Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang berupa fakta hukum, asas-asas hukum, buku-buku, hasil penelitian maupun pendapat hukum yang diperoleh dari para nara sumber, jurnal, hasil penelitian, dokumen, surat kabar, internet, dan majalah ilmiah. 3. Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi lapangan dan studi kepustakaan. a. Studi lapangan dilakukan melalui kuesioner dan wawancara: 1) Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diajukan kepada responden berdasarkan kuesioner yang telah disusun sebelumnya tentang Pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 Dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 Untuk Mewujudkan Kepastian Hukum Di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. 2) Wawancara adalah mengajukan pertanyaan kepada nara sumber tentang Pelaksanaan Program Sertipikasi Tanah Petani Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/Hk.060/9/2004 Dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 Untuk Mewujudkan Kepastian 20

Hukum Di Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun sebelumnya. b. Studi kepustakaan, yaitu dengan mempelajari bahan hukum primer dan sekunder. 4. Lokasi Penelitian Penelitan dilakukan di Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman terdiri dari 17 kecamatan dan 86 kelurahan. Dari 17 kecamatan diambil dua kecamatan secara purposive sampling karena berdasarkan informasi dari Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman banyak bidang tanah yang disertipikatkan melalui Program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 yaitu Kecamatan Turi dan Kecamatan Pakem. Dari empat kelurahan yang ada di Kecamatan Turi diambil dua kelurahan yaitu Kelurahan Wonokerto dan Kelurahan Girikerto karena pada tahun 2013 dilaksanakan Program Sertipikasi Tanah Petani. Dari lima kelurahan yang ada di Kecamatan Pakem diambil satu kelurahan yaitu Kelurahan Purwobinangun karena pada tahun 2013 dilaksanakan Program Sertipikasi Tanah Petani. 5. Populasi dan Sampel a. Populasi adalah keseluruhan dari obyek yang menjadi pengamatan. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah petani yang mengikuti Program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman. Populasi berjumlah 129 orang yaitu 41 orang 21

dari Desa Wonokerto, 46 orang dari Desa Girikerto (Kecamatan Turi) dan 42 orang dari Desa Purwobinangun (Kecamatan Pakem). b. Sampel adalah sebagian atau contoh dari populasi. Metode penentuan sampel yang digunakan adalah dengan cara random atau acak yaitu petani yang mengikuti program Sertipikasi Tanah Petani pada tahun 2013 di Kabupaten Sleman. Sampel diambil 20% dari populasi. 6. Responden dan Narasumber a. Responden Responden dalam penelitian ini berjumlah 25 orang yaitu sembilan responden dari Kelurahan Purwobinangun Kecamatan Pakem, delapan responden dari Kelurahan Girikerto Kecamatan Turi dan delapan responden dari Kelurahan Wonokerto Kecamatan Turi. b. Narasumber dalam penelitian ini adalah: 1) Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Sleman; c.q. Subsi Pemberdayaan Masyarakat. 2) Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman; c.q. Staf Badan Pusat Statistik Kabupaten Sleman. 3) Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Sleman; c.q. Seksi Perlindungan Tanaman Bidang Tanaman Pangan. 4) Ketua Kelompok Tani Mekarsari (Desa Purwobinangun Kecamatan Pakem), Ketua Kelompok Tani Sri Manunggal 22

(Desa Girikerto Kecamatan Turi) dan Ketua Kelompok Tani Sumber Mulyo (Desa Wonokerto Kecamatan Turi); 5) Camat dari Kecamatan Turi dan Pakem; 6) Lurah dari Kelurahan Wonokerto, Kelurahan Girikerto dan Kelurahan Purwobinangun. 7. Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis secara kualitatif yaitu analisis yang dilakukan dengan memahami dan merangkai data-data yang telah dikumpulkan secara sistematik sehingga diperoleh suatu gambaran mengenai masalah atau keadaan yang di teliti 7. Berdasarkan analisis tersebut ditarik kesimpulan dengan menggunakan metode berpikir induktif yaitu cara berpikir yang berangkat dari pengetahuan yang sifatnya khusus, dan bertitik tolak pada pengetahuan yang khusus ditarik/dinilai ke suatu yang sifatnya umum 8. 7 Djarwanto P.S, 1990, Pokok-Pokok Metode Riset dan Bimbingan Teknis Penulisan Skripsi, Liberty, Yogyakarta, hlm. 19. 8 Sustrisno Hadi, 1987, Metodelogi Research, Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, hlm. 36. 23

H. SISTEMATIKA PENULISAN HUKUM BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum/skripsi. BAB II PEMBAHASAN Bab ini berisi Tinjauan tentang Hak Milik atas tanah, Pendaftaran Tanah, Program Sertipikasi Tanah Petani berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian dan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 515/Kpts/HK.060/9/2004 dan Nomor 2/SKB/BPN/2004 tentang Pelaksanaan Program Pensertipikatan Tanah Dalam Rangka Pemberdayaan Petani Untuk Mendukung Pembangunan Pertanian, hasil penelitian dan analisis. BAB III PENUTUP Bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran. 24