Burung Kakaktua. Kakatua

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Taman Nasional Komodo memiliki kawasan darat dan perairan laut seluas

Tugas Portofolio Pelestarian Hewan Langka. Burung Jalak Bali

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung tekukur merupakan burung yang banyak ditemukan di kawasan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2015 LUWAK. Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Kementerian Pertanian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PERILAKU HARIAN BURUNG SALMON-CRESTED COCKATOO (Cacatua moluccensis) DI PENANGKARAN ECO GREEN PARK KOTA BATU PROPINSI JAWA TIMUR

Bentuk Interaksi Kakatua Sumba (Cacatua sulphurea citrinocristata) di Habitatnya. Oleh : Oki Hidayat

II.TINJAUAN PUSTAKA. Mamalia lebih dikenal dari pada burung (Whitten et al, 1999). Walaupun

PEMERINTAH KABUPATEN GROBOGAN DESA JATILOR KECAMATAN GODONG PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PELESTARIAN BURUNG HANTU (TYTO ALBA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

LOVEBIRD. Semoga bermanfaat.

I. PENDAHULUAN. terancam sebagai akibat kerusakan dan fragmentasi hutan (Snyder et al., 2000).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Trisik adalah kawasan yang masih menyimpan sisa keanekaragaman

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh adalah spesies atau subspecies dari genus Coturnix yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara tropis memiliki keanekaragaman jenis satwa,

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

BAB I PENDAHULUAN. dan satwa yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Menurut rilis terakhir dari

Momoa. Hans Post Kees Heij Lies van der Mijn. PT Penerbit IPB Press Kampus IPB Taman Kencana Bogor. Cetakan Pertama: November 2012

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Walet Sarang Lumut, Burung Walet Sapi, Burung Walet Gunung dan Burung

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family)

Lutung. (Trachypithecus auratus cristatus)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung serak jawa (Tyto alba javanica) pertama kali dideskripsikan oleh

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Suhardi, SPt.,MP

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

III. METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Habitat 2.2 Komunitas Burung

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

PELESTARIAN BAB. Tujuan Pembelajaran:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taksonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Area. Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) merupakan satu kesatuan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS TERNAK JALAK SUREN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I. PENDAHULUAN. alam bebas yang tidak secara langsung dikontrol atau didomestifikasikan oleh

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu mengimbangi kebutuhan pangan penduduk yang jumlahnya terus. dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan.

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kukang adalah salah satu spesies primata dari genus Nycticebus yang

MENGENAL BEBERAPA PRIMATA DI PROPINSI NANGROE ACEH DARUSSALAM. Edy Hendras Wahyono

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Tabel 1. Perbedaan Burung Puyuh Jantan dan Betina Dewasa Kelamin. Morfologi Jantan Betina Kepala (Muka) Berwarna coklat gelap dan rahang bawah gelap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. lebih murah dibandingkan dengan daging ternak lain seperti sapi dan domba.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Permasalahan

BAB I. Pendahuluan. Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 17.1 TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA Biologi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) Monyet ekor panjang merupakan mamalia dengan klasifikasi sebagai berikut

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 13 Agustus 2016 s/d 17 Agustus 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan di Indonesia dan 24 spesies diantaranya endemik di Indonesia (Unggar,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beruang madu (H. malayanus) merupakan jenis beruang terkecil yang tersebar di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang ada di Kepulauan Mentawai, Sumatra Barat. Distribusi yang

BAB I. PENDAHULUAN. beragam dari gunung hingga pantai, hutan sampai sabana, dan lainnya,

KEANEKARAGAMAN HAYATI. Keanekaragaman Jenis Keanekaragaman Genetis Keanekaragaman ekosistem

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagai negara megadiversity (Auhara, 2013). Diperkirakan sebanyak jenis

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 18 Maret 2016 s/d 23 Maret 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 18 Maret 2016

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

Flona. 114 intisari-online.com

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kuda Pony dengan tinggi pundak kurang dari 140 cm. dianggap sebagai keturunan kuda-kuda Mongol (Przewalski) dan kuda Arab.

Selama menjelajah Nusantara, ia telah menempuh jarak lebih dari km dan berhasil mengumpulkan spesimen fauna meliputi 8.

I. PENDAHULUAN. Macaca endemik Sulawesi yang dapat dijumpai di Sulawesi Utara, antara lain di

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

6 Hewan dan tumbuhan langka di dunia dan keterangannya diantaranya sbb:

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 09 Juli 2016 s/d 13 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 09 Juli 2016

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ilmiah siamang berdasarkan bentuk morfologinya yaitu: (Napier and

Badak Jawa Badak jawa

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah survei rumah tangga tentang hobi memelihara burung pada tahun 2006 yang

TINJAUAN PUSTAKA. (1) secara ilmiah nama spesies dan sub-spesies yang dikenali yang disahkan

II. TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

PERILAKU PENGASUHAN ANAK BURUNG BAYAN (Eclectus roratus) OLEH INDUKNYA DI PENANGKARAN. Wahyu Prihatini Program Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HEWAN YANG HIDUP DI AIR. 1. Hiu Kepala Martil

BAB I PENDAHULUAN. Kukang di Indonesia terdiri dari tiga spesies yaitu Nycticebus coucang

Bibit induk (parent stock) itik Alabio muda

TINJAUAN PUSTAKA. puyuh memiliki karakter yang unik sehingga menyebabkan dapat diadu satu

TINJAUAN PUSTAKA. Langkat. Pulau Sembilan ini memiliki luas ± 15,65 km 2 atau ± 9,67% dari total

Prosiding Seminar Nasional Biotik 2017 ISBN:

Mengembalikan Teluk Penyu sebagai Icon Wisata Cilacap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi dan Morfologi Orangutan. tetapi kedua spesies ini dapat dibedakan berdasarkan warna bulunnya

BAB I PENDAHULUAN. yang berukuran kecil misalnya burung berencet kalimantan (Ptilochia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Menurut Napier dan Napier (1985) monyet ekor panjang dapat. Superfamili : Cercopithecoidea

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungannya (Alikodra, 2002). Tingkah laku hewan adalah ekspresi hewan yang

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENJUALAN HEWAN YANG DILINDUNGI MELALUI MEDIA INTERNET DIHUBUNGKAN DENGAN

PRAKIRAAN HARIAN TINGGI GELOMBANG 5 HARI KE DEPAN 25 Juli 2016 s/d 29 Juli 2016 BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA. Jakarta, 25 Juli 2016

Transkripsi:

Burung Kakaktua Kakatua Kakak tua putih Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae G.R. Gray, 1840 Subfamily Microglossinae Calyptorhynchinae Cacatuinae Nymphicinae Kakatua (suku Cacatuidae) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah dengan lengkingan suara yang cukup nyaring.spesies ini termasuk salah satu burung dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acaraacara hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya. Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih. Jenis-jenis Kakatua

Jenis Kakatua-kecil Jambul-kuning (bahasa Inggris: Yellow-crested Cockatoo) biasanya hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini. Habitat Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m (Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores), 950+ m (Sumba) dan 500+ m (Timor). sedangkan untuk jenis Kakatua Maluku (bahasa Inggris: Salmon-crested Cockatoo) biasanya hidup sendiri, berpasangan dan kelompok kecil; dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tapi kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di kanopi dan lapisan tengah kanopi dan memiliki sebaran lokal di daerah Seram, Ambon, Haruku dan Saparua. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi, hutan yang rusak dan hidup diatas permukaan laut sampai ketinggian 1000 m. Kakatua-kecil Jambulkuning

Status konservasi Kritis Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Genus: Cacatua Spesies: C. sulphurea Nama binomial Cacatua sulphurea (Gmelin, 1788) Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35cm, dari marga cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil Jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan. Daerah sebaran Kakatua-kecil Jambul-kuning adalah di kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, Timor Barat dan Timor Timur, dimana terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan burung Kakatua-kecil Jambul-kuning terdiri dari biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, Kakatua-kecil Jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.

Kakatua Maluku Status konservasi Rentan Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Genus: Cacatua Spesies: C. moluccensis

Nama binomial Cacatua moluccensis Gmelin, 1788 Kakatua Maluku atau dalam nama ilmiahnya Cacatua moluccensis adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 52cm, dari genus Cacatua. Burung ini mempunyai bulu putih bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna jingga kekuningan. Burung betina serupa, dan biasanya berukuran lebih besar dari burung jantan. Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua Maluku adalah di Maluku Selatan. Spesies ini hanya terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Ambon, Pulau Haruku dan Saparua. Sejumlah populasi kakatua Maluku dilindungi di Taman Nasional Manusela, yang merupakan salah satu tempat terakhir untuk menemukan burung ini di habitat liar. Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang dan aneka buah-buahan. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua Maluku dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I dan II sejak tahun 1989.

Kakatua Raja Status konservasi Risiko rendah Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Genus: Probosciger Spesies: Kuhl, 1820 P. aterrimus Nama binomial Probosciger aterrimus (Gmelin, 1788)

Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan. Kakatua Raja adalah satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah sebaran burung ini adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat, dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi. Walaupun spesies ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, Kakatua Raja masih sering ditemukan di habitatnya. Kakatua Raja dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I. Kakatua Goffin

Status konservasi Hampir terancam Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Upafamili: Cacatuinae Genus: Cacatua Upagenus: Licmetis Spesies: C. goffiniana Nama binomial Cacatua goffiniana (Finsch, 1863) Kakatua Tanimbar, Cacatua goffiniana, atau Kakatua Goffin, adalah spesies kakatua asli dan endemik dari hutan kepulauan Laut Banda di Indonesia. Berat burung ini rata-rata sekitar 350 gram dan panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala hingga ekor. Kakatua Goffin adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat penemuan pertama, hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu wajah merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa. Seperti seluruh anggota Cacatuidae, Kakatua Goffin memiliki jambul, yang berarti hewan ini memiliki sekumpulan bulu pada kepalanya yang dapat mengambang atau menguncup. Tubuhnya terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon atau merah jambu diantara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal) dari

bulu jambul dan bulu leher juga berwarna salmon, namun pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian terdapat di permukaan (distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara matanya berwarna antara coklat hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan Corella kecil karena penampilannya yang serupa. Terkait dengan habitan yang hilang, (Di Tanimbar, kebanyakan hutan telah gundul) ruang terbatas dan perburuan liar, Kakatua Goffin dievaluasi Beresiko Rendah dalam IUCN Red List untuk Spesies Terancam. Spesies ini didaftarkan pada Appendix I CITES. Tahun 1970-an, penebang kayu Jepang merusak pulau. Burung-burung ditangkap untuk ajang binatang peliharaan. Meskipun banyak yang stres karena dikandangkan, mungkin hal ini menjadi hal penting di belakang bencana ekologi ini, karena banyak Kakatua Goffin bereproduksi dalam program penangkaran. Demikian, sekarang terdapat banyak Kakatua Goffin di penangkaran daripada di alam liar. Kakatua Putih

Status konservasi Rentan Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Genus: Cacatua Spesies: C. alba Nama binomial Cacatua alba Müller, 1776 Kakatua putih atau dalam nama ilmiahnya Cacatua alba adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 46cm, dari genus Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna putih yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.

Endemik Indonesia, daerah sebaran kakatua putih adalah di kepulauan Maluku Utara. Spesies ini hanya ditemukan di hutan primer dan sekunder pulau Halmahera, Ternate, Tidore, Kasiruta, Mandiole dan Bacan. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah persebaran burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua putih dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix II. Kakatua putih belum termasuk jenis satwa yang dilindungi, namun bukan berarti bebas ditangkap begitu saja. Pada tahun 2001 hingga kini, tidak ada kuota tangkap untuk kakatua putih. Artinya tidak boleh ada penangkapan kakatua putih di alam (Maluku Utara) untuk tujuan komersil. Namun ternyata kuota tangkap nol ini tidak ada artinya karena pada tahun 2002 rata-rata setiap tahunnya ada sekitar 500 ekor kakatua putih yang ditangkap dari alam untuk diperdagangkan. Sementara itu pemantauan ProFauna Indonesia di sejumlah pasar burung di Jawa pada tahun 2006, rata-rata dalam setahun ada sekitar 100 ekor kakatua putih yang diperdagangkan. Di pasar burung, kakatua putih ditawarkan seharga rata-rata Rp 500.000 per ekor. Pemberian kuota tangkap nol terhadap kakatua putih dinilai tidak efektif, karena di lapangan penangkapannya untuk tujuan komersil masih berlangsung secara intensif. Status kuota tangkap nol terkesan lemah, sehingga KSDA di daerah masih berani mengeluarkan surat ijin angkut untuk kakatua putih ini. Penangkapan kakatua putih secara terus menerus di Maluku Utara menyebabkan burung ini telah menghilang dari beberapa desa di Pulau Halmahera. ProFauna melakukan banyak wawancara informal dengan penduduk desa soal keberadaan kakatua putih di alam. Banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa faktor utama hilangnya kakatua putih dalam 12 tahun terakhir ini adalah faktor penangkapan di alam secara besar-besaran. Melihat laju penangkapan dan perdagangan serta telah hilangnya kakatua putih di beberapa wilayah di Halmahera, maka sudah saatnya burung ini ditetapkan sebagai jenis satwa yang dilindungi. Apalagi burung ini juga termasuk satwa endemik Maluku Utara. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 (pasal 5), suatu jenis satwa wajib ditetapkan dalam golongan dilindungi apabila telah mempunyai kriteria; 1.

Mempuyai populasi kecil 2. Adanya penurunan yang tajam pada jumlah individu di alam. 3. Daerah penyebaran yang terbatas (endemik). Dengan demikian kakatua putih sebetulnya telah memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam daftar jenis satwa yang dilindungi karena dia memiliki penyebaran yang terbatas. Kakatua Jambuljingga

Status konservasi Kritis Klasifikasi ilmiah Kerajaan: Animalia Filum: Chordata Kelas: Aves Ordo: Psittaciformes Famili: Cacatuidae Genus: Cacatua Spesies: C. sulphurea Upaspesies: C. s. citrinocristata Nama trinomial Cacatua sulphurea citrinocristata (Fraser, 1844) Kakatua jambul-jingga atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea citrinocristata adalah burung berukuran sedang dari salah satu genus burung paruh bengkok, Cacatua. Kakatua jambul-jingga merupakan subspesies terkecil dari empat subspesies burung Kakatua-kecil Jambul-kuning. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna jingga yang dapat ditegakkan dengan paruh abu-abu gelap, kuping bercak jingga, mata coklat-tua

kehitaman dan kaki berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekor bagian bawah berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan. Burung endemik Indonesia ini hanya ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder Pulau Sumba yang terletak di Kepulauan Sunda Kecil. Pakan burung kakatua jambul-jingga ini sama seperti jenis burung kakatua lainnya, terdiri dari biji-bijian, kacang, tanaman dan aneka buah-buahan. Burung ini bersarang di dalam lubang pohon. Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, populasi yang terus menyusut serta persebaran burung ini sangat terbatas, kakatua jambul-jingga dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I sejak 12 Januari 2005.