BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Derrich dalam Sardiman (2011), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi 3) Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato 4) Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin 5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram 4
6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menghadapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan 8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa i, 2009:85). Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik, 2004:155). Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. 5
2.1.3 Hakikat Pembelajaran Matematika Pada hakikatnya, matematika mempunyai kemampuan yang efektif untuk menjembatani antara manusia dan alam, antara dunia fisik dan non fisik. Ciri utama matematika adalah metode dalam penalaran (reasoning). Menalar secara induksi dan analogi membutuhkan pengamatan dan percobaan untuk memperoleh fakta yang dapat matematika sebagai dasar argumentasi. Matematika sangat berkaitan erat dengan logika. Sebagai metode berpikir logis, Bertrand Russel dalam Rachman (2008:192), menyatakan bahwa matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika. Cara dan pendekatan dalam pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap matematika dan siswa dalam pembelajaran. Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012:5), menyebutkan empat macam pandangan tentang postisi dan peran matematika, yaitu: 1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir 2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan 3) Matematika sebagai suatu alat 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi Jadi, pada dasarnya pembelajaran matematika selalu berkaitan dengan pengaplikasian ilmu tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.4 Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia yang tidak memberikan suatu produk jadi kepada manusia, tetapi harus melakukan aktivitas 6
atau proses terlebih dahulu. Seperti kata Freudenthal dalam Wijaya (2012:20), bahwa matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengkonstruksi konsep matematika. Pernyataan yang dikemukakan Freudhental dalam Wijaya (2012:20), bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia melandasi adanya pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) terdiri dari dua proses matematisasi yaitu matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Menurut Supinah (2008:15), dalam matematisasi horisontal siswa mulai dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara yang berbeda dengan orang lain. Dalam matematisasi vertikal, siswa juga mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung. Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) menurut Suharta (2005:5), adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Aktivitas Guru 1) Guru memberikan siswa masalah kontekstual 2) Guru merespon secara postitif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif Aktivitas Siswa 1) Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal 2) Siswa memikirkan strategi yang paling efektif 3) Siswa secara sendiri-sendiri atau 7
3) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka 4) Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya 5) Guru mengenalkan istilah konsep 6) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. berkelompok menyelesaikan masalah tersebut 4) Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan 5) Siswa merumuskan bentuk matematika formal 6) Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) tahap-tahap yang harus dilakukan antara lain: 1) Pra kegiatan, meliputi: a. Pengkondisian kelas b. Guru menyiapkan media/alat peraga. 2) Kegiatan awal, meliputi: a. Salam b. Do a c. Presensi siswa d. Guru melakukan apresepsi e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran f. Guru memberikan motivasi kepada siswa. 3) Kegiatan inti, meliputi: a. Guru mengadakan pre tes b. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media berupa benda nyata 8
c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok d. Masing-masing kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru e. Guru membimbing jalannya diskusi kelompok f. Setelah selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok yang lain memberikan respon g. Guru memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi h. Guru memberikan penghargaan i. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terhadap materi yang kurang dipahami 4) Kegiatan Akhir, meliputi: a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi b. Siswa mengerjakan evaluasi c. Siswa diberi tugas rumah. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut: 1) Parni (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Pandanmulyo 01 Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang. Menyatakan bahwa hasil penelitianya menunjukkan terjadinya peningkatan, (1) Hasil penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I nilai rata-rata 3,65 dan pada siklus II nilai rata-rata 3,85. (2) Hasil aktivitas siswa pada siklus I nilai rata-rata 40,73 dan pada siklus II nilai rata-rata 77,77. (3) Hasil belajar 9
siswa pada tes awal nilai rata-rata 54,81, siklus I nilai rata-rata 60,36 dan siklus II nilai rata-rata 68,31. 2) Abin (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 14 Kendari Pada Pokok Bahasan Pengenalan Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 14 Kendari pada pokok bahasan pengenalan pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). 10
2.3 Kerangka Berfikir Adapun alur berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal 1) Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Matematika 2) Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah rendah. Nilai yang mencapai KKM (nilai 60) hanya 47,61 %. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru memberikan siswa masalah kontekstual 2) Guru merespon secara postitif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif 3) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka 4) Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya 5) Guru mengenalkan istilah konsep 6) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. Kondisi Akhir 1) Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dengan menerapkan Pendekatan RME meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik (75%) 2) 75% siswa kelas IV SDN Semampir 01 mengalami ketuntasan belajar individual sebesar 60 pada pelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Bagan 2.1 Kerangka Berfikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian pada kajian teori, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), maka hasil belajar Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah pada siswa kelas IV SDN Semampir 01 akan meningkat. 11