BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pengajaran dimana para siswa bekerja

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menuju ke arah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2001: 37) belajar

II. KAJIAN PUSTAKA. dari diri siswa hasil belajar merupakan puncak proses belajar.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

KAJIAN PUSTAKA. makna tersebut dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri atau bersama orang

jadikan sebagai indikator aktivitas belajar siswa adalah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PBL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN TATANIAGA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengacu pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

II. TINJAUAN PUSTAKA. TTW merupakan model pembelajaran kooperatif dimana perencanaan dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran model koooperatif tipe STAD merupakan salah satu

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Oleh Saryana PENDAHULUAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bertanya, mengajukan pendapat, dan menimbulkan diskusi dengan guru.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. belajar. Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

BAB.II. KAJIAN PUSTAKA. seseorang, sehinga menyebabkan munculnya perubahan prilaku (Wina Sanjaya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR FISIKA SISWA

II. TINJAUAN PUSTAKA. satunya adalah metode diskusi. Hasibuan dan Moedjiono (2004:20) mengatakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemempuan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum menurut Gagne dan Briggs (2009:3) yang disebut konstruktivisme

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

IMPLEMENTASI METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE (TPS) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN TEKNIK KOMPUTER DAN JARINGAN

KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas mengikuti proses pembelajaran meliputi mendengarkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADPEMBELAJARAN PKn MELALUI MODEL EVERYONE IS TEACHER HERE DI SDN 08 KINALI PASAMAN BARAT

Kata Kunci: Aktivitas, Hasil Belajar Matematika, dan kooperatif tipe Teams Games Tournament

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Biologi berasal dari bahasa yunani, yaitu dari kata bios yang berarti

Ratih Rahmawati Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan pemanfaatan kelompok kecil dua hingga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN KOMBINASI MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW

e-issn Vol. 5, No. 2 (2016) p-issn

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE LISTENING TEAM PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 5 PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pesan (Sadiman, 2002: 6). Secara umum alat peraga pembelajaran dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. adalah berbuat, berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan. dapat menunjang hasil belajar (Sadirman, 1994: 99).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari kehidupan manusia, bahkan sejak manusia lahir sampai akhir hayat.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat membawa hasil atau berdaya guna. Efektif juga dapat diartikan dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. salah satunya adalah teknik Numbered Head Together (NHT). Menurut

ISSN Jurnal Exacta, Vol. X No. 1 Juni 2012

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching And Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 3 SENTOLO.

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

PENERAPAN STRATEGI BOWLING KAMPUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP KARTIKA 1-7 PADANG

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Singgih Bayu Pamungkas Program Studi Pendidikan Sosiologi Antropologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang sering

Rahayu Dwi Mastuti Widayati Guru IPS SMP Negeri 2 Merbau Mataram ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS IV PADA TEMA INDAHNYA NEGERIKU MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFC DI SDN 07 SUNGAI AUR PASAMAN BARAT ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD 6

BAB III METODE PENELITIAN. sebanyak 21 siswa yang terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI STRATEGI PLANTED QUESTIONS PADA SISWA KELAS V SD N NGAGLIK, SAMBI, BOYOLALI TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN METODE TANDUR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 12 PADANG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Noflion 1, Pebriyenni 1, Hendra Hidayat 1. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

(produk, proses dan sikap ilmiah). Pembelajaran IPA berawal dari rasa ingin tahu,

II. KAJIAN PUSTAKA. juga diharapkan ada perubahan sikap. Belajar sebagai karakteristik yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Banjar Margo Kabupaten Tulang Bawang. Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran di mana

PENERAPAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V SEMESTER I SDN 4 BESUKI SITUBONDO

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKn MELALUI STRATEGI ACTIVE DEBATE PADA SISWA KELAS V SDN 08 KINALI KABUPATEN PASAMAN BARAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Majid (2007:176) LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang

Muhammad Abdul Kadir Jaelani, Syifa ul Gummah, Samsun Hidayat. Pendidikan Fisika ABSTRAK

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif adalah TSTS, di dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting bagi siswa, karena

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar tidak selamanya hanya bersentuhan dengan hal-hal yang konkrit, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2009:6). Menurut Gagne (dalam Sadiman, 2006:6) menyatakan bahwa media

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran yaitu terlaksana tidaknya suatu perencanaan

BAB II KERANGKA TEORITIS. Perubahan tersebut mencakup aspek tingkah laku, keterampilan dan

BAB III METODE PENELITIAN

I. TINJAUAN PUSTAKA. tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sendiri oleh siswa atau bersama orang lain. Sehingga proses belajar senantiasa merupakan perubahan tingkah laku dan

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Aktivitas Belajar Siswa Menurut Sardiman (2011), pada prinsipnya belajar adalah berbuat. Berbuat untuk mengubah tingkah laku, jadi melakukan kegiatan. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi belajar mengajar. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Derrich dalam Sardiman (2011), membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya: membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain 2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, dan memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, interupsi 3) Listening activities, sebagai contoh: mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato 4) Writing activities, seperti misalnya: menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin 5) Drawing activities, misalnya: menggambar, membuat grafik, peta, diagram 4

6) Motor activities, yang termasuk di dalamnya antara lain: melakukan percobaan, membuat konstruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, beternak 7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menghadapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, melihat hubungan, mengambil keputusan 8) Emotional activities, seperti misalnya: menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, bergairah, berani, tenang, dan gugup. Jadi dapat disimpulkan bahwa aktivitas belajar adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga menimbulkan perubahan perilaku belajar pada diri siswa, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. 2.1.2 Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh peserta didik (Rifa i, 2009:85). Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap dan keterampilan (Hamalik, 2004:155). Berdasarkan beberapa pernyataan diatas, maka dapat disimpukan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. 5

2.1.3 Hakikat Pembelajaran Matematika Pada hakikatnya, matematika mempunyai kemampuan yang efektif untuk menjembatani antara manusia dan alam, antara dunia fisik dan non fisik. Ciri utama matematika adalah metode dalam penalaran (reasoning). Menalar secara induksi dan analogi membutuhkan pengamatan dan percobaan untuk memperoleh fakta yang dapat matematika sebagai dasar argumentasi. Matematika sangat berkaitan erat dengan logika. Sebagai metode berpikir logis, Bertrand Russel dalam Rachman (2008:192), menyatakan bahwa matematika adalah masa kedewasaan logika, sedangkan logika adalah masa kecil matematika. Cara dan pendekatan dalam pembelajaran matematika sangat dipengaruhi oleh pandangan guru terhadap matematika dan siswa dalam pembelajaran. Adams dan Hamm dalam Wijaya (2012:5), menyebutkan empat macam pandangan tentang postisi dan peran matematika, yaitu: 1) Matematika sebagai suatu cara untuk berpikir 2) Matematika sebagai suatu pemahaman tentang pola dan hubungan 3) Matematika sebagai suatu alat 4) Matematika sebagai bahasa atau alat untuk berkomunikasi Jadi, pada dasarnya pembelajaran matematika selalu berkaitan dengan pengaplikasian ilmu tersebut untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. 2.1.4 Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) Matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia yang tidak memberikan suatu produk jadi kepada manusia, tetapi harus melakukan aktivitas 6

atau proses terlebih dahulu. Seperti kata Freudenthal dalam Wijaya (2012:20), bahwa matematika sebaiknya tidak diberikan kepada siswa sebagai suatu produk jadi yang siap pakai, melainkan sebagai sebagai suatu bentuk kegiatan dalam mengkonstruksi konsep matematika. Pernyataan yang dikemukakan Freudhental dalam Wijaya (2012:20), bahwa matematika merupakan suatu bentuk aktivitas manusia melandasi adanya pengembangan Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics Education). Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) terdiri dari dua proses matematisasi yaitu matematisasi horisontal dan matematisasi vertikal. Menurut Supinah (2008:15), dalam matematisasi horisontal siswa mulai dari soal-soal kontekstual, mencoba menguraikan dengan bahasa dan simbol yang dibuat sendiri, kemudian menyelesaikan soal tersebut. Dalam proses ini, setiap orang dapat menggunakan cara yang berbeda dengan orang lain. Dalam matematisasi vertikal, siswa juga mulai dari soal-soal kontekstual, tetapi dalam jangka panjang siswa dapat menyusun prosedur tertentu yang dapat digunakan untuk menyelesaikan soal-soal sejenis secara langsung. Langkah-langkah pembelajaran dengan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) menurut Suharta (2005:5), adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Langkah-langkah Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) Aktivitas Guru 1) Guru memberikan siswa masalah kontekstual 2) Guru merespon secara postitif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif Aktivitas Siswa 1) Siswa secara mandiri atau kelompok kecil mengerjakan masalah dengan strategi-strategi informal 2) Siswa memikirkan strategi yang paling efektif 3) Siswa secara sendiri-sendiri atau 7

3) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka 4) Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya 5) Guru mengenalkan istilah konsep 6) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. berkelompok menyelesaikan masalah tersebut 4) Beberapa siswa mengerjakan di papan tulis, melalui diskusi kelas, jawaban siswa dikonfrontasikan 5) Siswa merumuskan bentuk matematika formal 6) Siswa mengerjakan tugas rumah dan menyerahkannya kepada guru. Dalam melaksanakan pembelajaran matematika dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) tahap-tahap yang harus dilakukan antara lain: 1) Pra kegiatan, meliputi: a. Pengkondisian kelas b. Guru menyiapkan media/alat peraga. 2) Kegiatan awal, meliputi: a. Salam b. Do a c. Presensi siswa d. Guru melakukan apresepsi e. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran f. Guru memberikan motivasi kepada siswa. 3) Kegiatan inti, meliputi: a. Guru mengadakan pre tes b. Guru menjelaskan materi dengan menggunakan media berupa benda nyata 8

c. Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok d. Masing-masing kelompok mengerjakan LKS yang diberikan oleh guru e. Guru membimbing jalannya diskusi kelompok f. Setelah selesai, perwakilan kelompok mempresentasikan hasil diskusinya dan kelompok yang lain memberikan respon g. Guru memberikan tanggapan terhadap hasil diskusi h. Guru memberikan penghargaan i. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan terhadap materi yang kurang dipahami 4) Kegiatan Akhir, meliputi: a. Siswa bersama guru menyimpulkan materi b. Siswa mengerjakan evaluasi c. Siswa diberi tugas rumah. 2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan Beberapa penelitian yang relevan sebagai berikut: 1) Parni (2010), dalam penelitiannya yang berjudul Penerapan Model Realistic Mathematics Education (RME) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV SDN Pandanmulyo 01 Kecamatan Tajinan Kabupaten Malang. Menyatakan bahwa hasil penelitianya menunjukkan terjadinya peningkatan, (1) Hasil penerapan model Realistic Mathematics Education (RME) pada siklus I nilai rata-rata 3,65 dan pada siklus II nilai rata-rata 3,85. (2) Hasil aktivitas siswa pada siklus I nilai rata-rata 40,73 dan pada siklus II nilai rata-rata 77,77. (3) Hasil belajar 9

siswa pada tes awal nilai rata-rata 54,81, siklus I nilai rata-rata 60,36 dan siklus II nilai rata-rata 68,31. 2) Abin (2007), dalam penelitiannya yang berjudul Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas III SD Negeri 14 Kendari Pada Pokok Bahasan Pengenalan Pecahan Melalui Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME), yang menyimpulkan bahwa prestasi belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 14 Kendari pada pokok bahasan pengenalan pecahan dapat ditingkatkan melalui pendekatan Realistic Mathematics Education (RME). 10

2.3 Kerangka Berfikir Adapun alur berpikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi Awal 1) Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran Matematika 2) Hasil belajar siswa pada pelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah rendah. Nilai yang mencapai KKM (nilai 60) hanya 47,61 %. Pelaksanaan Tindakan 1) Guru memberikan siswa masalah kontekstual 2) Guru merespon secara postitif jawaban siswa. Siswa diberi kesempatan untuk memikirkan strategi siswa yang paling efektif 3) Guru mengarahkan siswa pada beberapa masalah kontekstual dan selanjutnya mengerjakan masalah dengan menggunakan pengalaman mereka 4) Guru mendekati siswa sambil memberikan bantuan seperlunya 5) Guru mengenalkan istilah konsep 6) Guru memberikan tugas di rumah, yaitu mengerjakan soal atau membuat masalah cerita serta jawabannya sesuai dengan matematika formal. Kondisi Akhir 1) Aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah dengan menerapkan Pendekatan RME meningkat dengan kriteria sekurang-kurangnya baik (75%) 2) 75% siswa kelas IV SDN Semampir 01 mengalami ketuntasan belajar individual sebesar 60 pada pelajaran Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. Bagan 2.1 Kerangka Berfikir 2.4 Hipotesis Tindakan Berdasarkan uraian pada kajian teori, kajian hasil-hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME), maka hasil belajar Matematika pokok bahasan menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah pada siswa kelas IV SDN Semampir 01 akan meningkat. 11