PERTUMBUHAN DAN INSIDENSI HAMA PENYAKIT BEBERAPA VARIETAS JERUK DARI BIBIT BEBAS CVPD (Growth and Incidence of Pest and disease on Several Citrus Varieties) Al-KS. Prajitno dan Arlyna B. Pustika BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN YOGYAKARTA ABSTRAK Jeruk merupakan tanaman buah bernilai ekonomi tinggi yang mulai dibudidayakan sejak 6 tahun yang lalu oleh seorang petani di Desa Garongan Kecamatan Panjatan, kemudian sejak 2 tahun terakhir mulai banyak dibudidayakan oleh beberapa petani di kawasan pantai Kabupaten Kulonprogo D.I. Yogyakarta, terutama di Kecamatan Panjatan dan Galur dengan luas pengembangan kurang lebih 30 hektar. Selama 2 tahun terakhir ini pula BPTP Yogyakarta melakukan pengkajian tanaman jeruk di daerah tersebut dengan mengintroduksikan dua varietas keprok (Citrus nobilis), yaitu keprok Madura dan keprok Tejakula. Tulisan ini menginformasikan keragaan tanaman jeruk hasil kajian BPTP Yogyakarta, meliputi pula insidensi hama penyakitnya. Sampai dengan tanaman berumur 10 bulan setelah tanam, rerata pertambahan tinggi tanaman jeruk keprok Tejakula keprok Madura dan Siam berturut-turut adalah 9,34 cm; 30,41 cm dan 24,9 cm. Adapun rerata lebar kanopi keprok Tejakula, Madura dan Siam adalah 79,6 cm; 74,1 cm dan 52,8 cm. Hama yang dominan adalah penggerek daun. Hama lain yang ditemukan adalah Papilio memnon, Toxoptera, dan Diaphorina citri yang hanya ditemukan pada keprok Tejakula. Penyakit yang dominan adalah greasy spot pada keprok Madura dan Siam, sedangkan pada keprok Tejakula adalah gejala vein banding. Kata kunci : Citrus Sp, varietas, bibit bebas CVPD, pertumbuhan, insidensi hama dan penyakit. ABSTRACT Citrus cultivation had been initiated by a farmer in Garongan Village, Panjatan District, Kulonprogo Regency since 6 years ago. Within these 2 years, the citrus orchard has been developed up to 30 ha by several farmers in Panjatan and Galur District. This paper informs the penology and the pest and disease incidence of 10 months age (after planting) of citrus tree at Yogyakarta BPTP assessment location. Average of trees height development was 9,34 cm, 30,41 cm and 24,9 cm, while average of canopy for Tejakula keprok, Madura keprok, and Siam was 79,6 cm; 74,1 cm and 52,8 cm, respectively. The dominant pest was leaf miner, whilst Papilio memnon and Toxoptera were found as minor pest. Diaphorina citri was found only on Tejakula keprok. Greasy spot were found as dominant disease on Madura keprok and Siam, meanwhile vein-banding symptom was found many on Tejakula keprok. Keywords : Citrus Sp, variety, CVPD free seed, growth, pest and diseases incidence. 400
PENDAHULUAN Jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting di Indonesia setelah pisang dan mangga. Di Indonesia, beberapa jenis jeruk yang umum dibudidayakan dapat digolongkan pada beberapa kelompok, seperti jeruk Keprok, jeruk Besar, jeruk Nipis dan jeruk Lemon (Dirjenhorti, 2002). Pada tahun 1997 luas panen jeruk di Indonesia sekitar 24.563 ha dengan produksi 696.422 ton, dan pada akhir tahun 2002, luas panen jeruk telah mencapai 47.824 ha dengan total produksi 968.132 ton. Artinya, dalam waktu lima tahun telah terjadi peningkatan luas panen jeruk 94% dan total produksi bertambah 40% (Lolitjeruk, 2003). Dalam upaya memanfaatkan lahan marginal, maka propinsi DI. Yogyakarta memproyeksikan untuk menjadikan lahan pesisir seluas ± 3.300 ha sebagai lahan pertanian yang dapat menyumbangkan penghasilan untuk kesejahteraan petani (BAPPEDA DIY, 2001). Pengelolaan sistem usaha tani di lahan pesisir menggunakan sistem agroinput yang tinggi, sehingga perlu dipilih komoditas yang mempunyai nilai ekonomi tinggi. Kawasan pantai Kabupaten Kulonprogo D.I. Yogyakarta mempunyai potensi sumberdaya lahan dan air yang cukup baik untuk dikembangkannya tanaman jeruk. Sebenarnya tanaman jeruk Siam sudah mulai dibudidayakan oleh seorang petani di Desa Garongan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulonprogo sejak 6 tahun yang lalu, dan sudah 4 tahun ini tanamannya memberikan hasil panen yang cukup baik, bahkan pada saat panenan ketiga produksi buah mencapai rata-rata 85 kg per pohon. Keberhasilannya tersebut menginisiasi petani lain untuk mengembangkan jeruk 2 tahun terakhir ini, sehingga luasan pengembangan jeruk sekarang mencapai 30 hektar. Jeruk yang dikembangkan oleh petani adalah Siam, oleh karena itu sejak 2 tahun terakhir ini pula BPTP Yogyakarta melakukan pengkajian dan introduksi varietas jeruk selain Siam, yaitu keprok Madura dan keprok Tejakula di wilayah tersebut. Kegiatan pengkajian ini dilakukan dalam rangka mendukung Pemerintah Daerah Kabupaten Kulonprogo. Dalam pengkajian ini, ingin diketahui adaptivitas tanaman keprok Madura dan Tejakula di daerah pengembangan jeruk di kawasan pantai kecamatan Panjatan kabupaten Kulonprogo, meliputi keragaan tanaman dan insidensi hama penyakitnya. 401
BAHAN DAN METODE Metode pengkajian mengacu pada on farm research pada ketinggian 0-5 m dpl, bertopografi datar, di kawasan pantai, desa Pleret, Kecamatan Panjatan, Kabupaten Kulonprogo, D.I. Yogyakarta. Penanaman sebanyak 450 bibit keprok Madura dan 50 bibit keprok Tejakula asal Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika Malang, serta bibit Siam dilakukan pada bulan Juli 2006 secara gotong-royong partisipatif melibatkan empat petani. Bibit yang ditanam berumur 8 bulan (dihitung sejak saat okulasi) dengan batang bawah JC. Penanaman dilakukan di tanah bertekstur pasir dengan jarak tanam 4 m x 4 m dan ukuran lubang tanam 60 cm x 60 cm x 60 cm. Pupuk yang diaplikasikan adalah pupuk organik 20kg/pohon, urea 100 g/pohon, ZA 200 g/pohon, TSP 25 g/pohon dan KCl 100 g/pohon. HASIL DAN PEMBAHASAN Pertambahan tinggi tanaman Siam hingga umur 3 bulan adalah paling cepat dibandingkan dengan keprok Tejakula dan Siam. Satu bulan setelah tanam, rerata pertambahan tinggi tanaman keprok Tejakula, keprok Madura dan Siam berturut-turut adalah 3,4 cm; 4,8 cm; dan 8,1 cm (P>0.1); sedangkan saat tanaman berumur 1 sampai dengan 3 bulan setelah tanam adalah 3,4 cm; 5,8 cm; 7,7 cm (P>0.1). Sedangkan pada umur 3 sampai dengan 10 bulan, rerata pertambahan tinggi keprok Madura (19,8 cm) adalah paling cepat dibandingkan keprok Tejakula dan Siam, yaitu 2,6 cm dan 9,1 cm (P<0.1) (Gambar 1). Pertambahan Tinggi Tanaman (cm) 25.0 20.0 15.0 10.0 5.0 0.0 0-1 1-3 3-10 Umur (Bulan Setelah Tanam) Keprok Tejakula Keprok Madura Siam Gambar 1. Pertambahan Tinggi Tanaman Keprok Tejakula, Keprok Madura dan Siam. (Plant Height Increasing of Tejakula Keprok, Madura Keprok and Siam) 402
Tinggi bibit keprok Tejakula adalah paling tinggi dibandingkan keprok Madura dan Siam, sehingga walaupun rerata pertambahan tinggi keprok Tejakula adalah paling lambat dibandingkan varietas lain, namun sampai dengan 10 bulan setelah tanam tinggi tanaman keprok Tejakula tetap paling tinggi. Sedangkan tinggi tanaman keprok Madura yang pada bulan 0, 1, dan 3 setelah tanam adalah paling rendah, namun pada 10 bulan setelah tanam menjadi lebih tinggi dibandingkan Siam. 130.0 120.0 110.0 Tinggi Tanaman (cm) 100.0 90.0 80.0 70.0 60.0 0 1 3 10 Umur (Bulan Setelah Tanam) Keprok Tejakula Keprok Madura Siam Gambar 2. Tinggi Tanaman Keprok Tejakula, Keprok Madura dan Siam. (Plant Height of Tejakula Keprok, Madura Keprok and Siam) Adapun rerata lebar kanopi keprok Tejakula, keprok Madura dan Siam adalah 79,6 cm; 74,1 cm dan 52,8 cm pada 10 bulan setelah tanam. Berarti perbandingan tinggi tanaman dan lebar kanopi pada tiap varietas adalah hampir sama. Keprok Tejakula yang paling tinggi juga mempunyai kanopi paling lebar, sedangkan Siam yang tinggi tanamannya paling pendek juga mempunyai kanopi paling sempit (Gambar 3). 403
100 80 60 40 20 0 Keprok Tejakula Keprok Madura Siam Gambar 3. Lebar Kanopi Tanaman Keprok Tejakula, Keprok Madura dan Siam. (Canopy Covering of Tejakula Keprok, Madura Keprok and Siam) Jumlah tunas pada satu pohon keprok Tejakula, keprok Madura dan Siam adalah berturut-turut 3,4; 0,1; dan 0;1 pada 10 bulan setelah tanam. Dari Gambar 4 dapat dilihat bahwa pada keprok Madura dan Siam, tunas yang tumbuh adalah jauh sangat lebih sediit dibandingkan keprok Tejakula. 4 3.5 3 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Keprok Tejakula Keprok Madura Siam Gambar 4. Jumlah Tunas pada Tanaman Keprok Tejakula, Keprok Madura dan Siam. (Number of Shoot of Tejakula Keprok, Madura Keprok and Siam) Dari ketiga varietas jeruk tersebut, hanya keprok Madura yang beberapa tanamannya telah berbuah. Dari 450 pohon, terdapat 8 pohon berbuah dengan rerata diameter buah 4cm dan rerata jumlah buah adalah 6 buah/pohon.. 404
Hama yang dominan adalah pengorok daun (leaf miner), sedangkan hama lain yang tidak dominan adalah Papilio memnon, Toxoptera, dan Diaphorina citri yang hanya ditemukan pada keprok Tejakula. Penyakit dominan adalah greasy spot pada keprok Madura dan Siam, sedangkan pada keprok Tejakula gejala vein banding (Gambar 4). 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Leaf miner a. Jumlah Tanaman Terserang P. memnon Toxoptera D. citri Greasy spot Vein banding Tejakula Madura Siam Kapang jelaga Gambar 5a. Jumlah Tanaman Terserang Hama dan Bergejala Penyakit Sepuluh Bulan Setelah Tanam. (Number of Plant Attacked by Insect and Disease 10 Months After Planting) 8 7 6 5 4 3 2 1 0 b. Populasi/Koloni Hama per Pohon Tejakula Madura Siam Leaf miner P. memnon Toxoptera D. citri Gambar 5b. Populasi/Koloni Hama per Pohon. (Insect Population/Colony/Plant) 405
50.00% 40.00% 30.00% c. Intensitas Penyakit Tejakula Madura Siam 20.00% 10.00% 0.00% Greasy spot Vein banding Kapang jelaga Gambar 5c. Intensitas Penyakit Sepuluh Bulan Setelah Tanam. (Disease Intensity 10 Months After Planting) Gejala vein banding yang ditemukan pada keprok Tejakula merupakn gejala yang menyerupai gejala CVPD dan atau kekurangan unsur Zn (Zinc) (Zekri dan Obreza, 2003). Belum dapat dipastikan apakah gejala tersebut memang CVPD atau gejala yang diakibatkan kekurangan unsur zinc. Sebaiknya memang segera dilakukan deteksi CVPD menggunakan PCR (Nakashima et al., 1998) agar segera dapat ditentukan langkah pengendalian penyakit secepatnya. Keberadaan D. citri pada keprok Tejakula kemungkinan disebabkan oleh dekatnya jarak penanaman keprok Tejakula dengan kebun berumur 4 tahun yang ada D. citri-nya. D. citri ditemukan bukan hanya fase imagonya saja, tetapi juga ditemukan koloni nimfa dan telurnya. Juga kemungkinan lainnya D. citri hanya ditemukan pada keprok Tejakula adalah adanya beberapa tunas pada keprok Tejakula, membuat D. citri datang untuk meletakkan telur (Halbert and Manjunath, 2001). KESIMPULAN 1. Pertambahan tinggi tanaman jeruk Siam umur 0 sampai dengan 3 bulan setelah tanam adalah paling cepat, namun umur 3 sampai dengan 10 bulan kemudian keprok Madura adalah paling cepat bertambah tinggi dibandingkan keprok Tejakula dan Siam. 406
2. Hama yang dominan adalah pengorok daun (leaf miner), sedangkan hama lain yang tidak dominan adalah Papilio memnon, Toxoptera, Diaphorina citri hanya ditemukan pada keprok Tejakula. Penyakit yang dominan adalah greasy spot pada keprok Madura dan Siam, sedangkan pada keprok Tejakula adalah gejala vein banding. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA DIY, 2001. Peraturan Daerah Propinsi DI. Yogyakarta No.2 Th 2001 tentang Pola Dasar Pembangunan Daerah Propinsi DI. Yogyakarta Tahun 2001-2005. Pemerintah Propinsi DI. Yogyakarta. Dirjen Bina Produksi Hortikultura Departemen Pertanian, 2002. Panduan Teknis Pengembangan Kelompok Usaha Agribisnis Terpadu. Halbert, S.E. and K.L. Manjunath. 2001. Asian Citrus Psyllids and Greening Disease of Citrus. Florida Entomologist. 87: 330-353. Lolitjeruk, 2003. Pengelolaan Terpadu Kebun Jeruk Sehat, Strategi Pengendalian Penyakit CVPD. Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Nakashima, K., Y. Ohitsu and M. Prommintara. 1998. Detection of Citrus Organism in Citrus Plants and Psylla Diaphorina citri in Thailand. Annals of the Phytopathological Society of Japan. 64: 153-159 (1998). Zekri, M. and TA. Obreza. 2003. Plant nutrients for citrus trees. University of Florida. IFAS Extension. 407