BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional mempunyai fungsi

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan pembaharuan sistem pendidikan. kurikulum yakni dari CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), KBK (Kurikulum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan itu sendiri merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan sengaja dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini peran dan fungsi pendidikan sekolah semakin penting dan

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendidikan nasional yang ingin dicapai telah ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Djamarah dan Zain (2006:76), menyatakan Sebagai salah satu sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesusastraan merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sosial. Pendidikan adalah usaha terencana untuk mewujudkan suasana belajar

realita dan fiksi. Kita hidup dalam keduanya. Sastra memberikan kesempatan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog (Sudjiman,

BAB I PENDAHULUAN. SD sampai dengan SMP. SD merupakan awal proses peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi sesuai Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya pendidikan adalah salah satu faktor yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sendiri dari hasil pengalaman belajarnya.

BAB I PENDAHULUAN. berfikir lebih jauh mengenai pengetahuan yang dimilikinya. Dengan ilmu,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada masa sekarang ini memerlukan adanya. pembaruan dibidang strategi pembelajaran dan peningkatan relevansi

BAB I PENDAHULUAN. sehingga pembelajaran dapat berlangsung dengan mengoptimalkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang pesat.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Keterampilan berbicara sangat diperlukan untuk berkomunikasi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN APRESIASI CERITA PENDEK SISWA KELAS IX SMP NEGERI 2 TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian RESTU NURPUSPA, 2015

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Posisi strategis ini dapat tercapai apabila pendidikan. yang dilaksanakan mempunyai kualitas.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan berbagai pihak yang terkait secara bersama-sama dan bersinergi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi. Bahasa Indonesia merupakan salah satu pelajaran yang diajarkan di

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA MENGGUNAKAN METODE KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS III SDN 05 KARANGREJO TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. sulit menuangkan pikiran secara teratur dan baik). Selain itu siswa juga

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan diantaranya adalah di bidang pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar utama dalam menentukan

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan hampir pada semua aspek kehidupan manusia. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pendidikan menurut Abu Bakar (2012),

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. Masalah besar dalam bidang pendidikan di Indonesia yang banyak. diperbincangkan, diantaranya adalah rendahnya mutu pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi komunikasi dewasa ini, menuntut individu untuk memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kognitifnya. Costa (1988) mengkategorikan proses pembelajaran menjadi tiga

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa untuk menghadapi tantangan hidup dimasa mendatang.

BAB 1 PENDAHULUAN. mencakup empat jenis yaitu keterampilan menyimak (listening skill),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan selalu muncul bersamaan dengan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar bagi siswa. Dalam pembelanjaran,

I. PENDAHULUAN. Rendahnya mutu pendidikan merupakan salah satu masalah yang terus

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk Kompetensi Dasar 15.1 yaitu Menjelaskan alur cerita, pelaku, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan akan menunjang kehidupan yang lebih baik di masa depan. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. dikemukakan oleh Slameto (2010:74) bahwa efektifitas dipengaruhi 2 (dua) faktor,

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. konsep ilmu sosial. Penanaman nilai sosial pada konsep IPS diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. membangkitkan imajinasi berpikir siswa dalam berkarya. Pelajaran menggambar

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki kemampuan dan kualitas. Salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan dan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

BAB I PENDAHULUAN. (Perserikatan Bangsa-Bangsa). (Yusuf dan Anwar, 1997) dalam menjawab tantangan zaman di era globalisasi. Pembelajaran bahasa Arab

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PERBANDINGAN DAN SKALA MELALUI PEMBELAJARAN MATEMATIKA REALISTIK. Sri Suwarni

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat Indonesia yang maju, modern, dan sejajar dengan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. pesat telah membawa perubahan besar terhadap pendidikan. Dewasa ini perlu

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama merupakan satu jenis karya sastra yang berbentuk fiksi maupun realita yang diangkat menjadi cerita yang ceritanya didominasi oleh dialog, maupun monolog. Drama juga merupakan potret kehidupan yang diungkapkan pengarang lewat sebuah teks. Naskah drama yang disusun atau dibuat bertujuan untuk dinyataka lewat pementasan. Naskah drama yang dibuat haruslah sesuai dan memenuhi pilar-pilar utama dari sebuah karya drama, dan pilar itulah yang disebuat dengan unsur-unsur utama drama. Drama merupakan karya sastra yang menggambarkan kehidupan dengan mengemukakan tikaian dan emosi lewat lakuan dan dialog ; lazimnya dibuat untuk pementasan di panggung. Pentingnya drama sebagai bahan pendidikan di Indonesia dapat memberi pelajaran bagi siswa untuk memahami arti kebaikan kehidupan. Drama di harapkan mampu mengubah cara berpikir dan paradigma siswa agar berkarakter baik saat bersosialisasi dengan keluarga, teman dan orang lain. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain, yaitu : (1). faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar diri siswa) seperti : faktor keluarga, lingkungan, sekolah. (2). Faktor internal (faktor yang berasal dari dalam diri siswa), seperti : minat, bakat, motivasi. Perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini membuat pembelajaran di 1

2 dalam kelas haruslah dapat mengikuti perkembangan-perkembangan. Strategi pembelajaran diharapkan dapat membuat siswa lebih antusias dan kreatif khususnya dalam mengembangkan ide-ide berfikirnya. Penerapan strategi pembelajaran yang menarik dan inovatif merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk membuat situasi pembelajaran di kelas lebih variatif. Kecenderungan yang terjadi khususnya dalam bidang studi bahasa Indonesia, guru masih lebih sering menggunakan pendekatan pembelajaran yang berorientasi kepada siswa (student centered). Kesulitan dan hambatan siswa dalam belajar secara maksimal antara lain, (1) tingkatan sosial siswa, (2) Keadaan lingkungan siswa dan (3) keadaan sekolah di mana siswa belajar. Hal ini akan memengaruhi proses belajar siswa di kelas serta hasil belajar siswa itu sendiri. Sejalan dengan hal di atas, Shoimin (2014:19) mengatakan bahwa perkembangan IPTEK yang semakin maju menuntut adanya kemampuan guru memanfaatkannya untuk mengajar. Meskipun saat ini, masih banyak guru yang masih menggunakan strategi mengajar yang mengacu pada zaman dahulu. Akibatnya, guru menjadi malas untuk berinovasi. Padahal, dalam pembelajaran inovasi sangat diperlukan. Jika sistem pembelajaran dari tahun ke tahun tidak mengalami perubahan dan kemajuan, maka pendidikan akan tertinggal jauh dari kemajuan zaman. Peran penting standar proses pendidikan diperlukan dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Dalam hal implementasi standar proses pendidikan, maka salah satu komponen yang mempunyai peranan penting adalah guru, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru sebagai ujung tombaknya. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas pendidikan seharusnya dimulai dari pembenahan kemampuan guru. Salah satu

3 kemampuan yang harus dimiliki guru adalah bagaimana merancang suatu strategi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan atau komponen yang akan dicapai, karena tidak semua tujuan bisa dicapai oleh hanya satu strategi tertentu. Kesulitan belajar bahasa termasuk kesulitan membaca, dan kesulitan menulis. Melihat terdapat kesenjangan dengan kenyataan yang sering terjadi dalam pembelajaran bahasa Indonesia di dalam kelas maka peneliti ingin melakukan suatu penelitian. Strategi yang sering digunakan oleh guru dalam mengajarkan bahasa Indonesia adalah dengan menggunakan strategi Ekspositori. Guru cenderung lebih sering memberikan penjelasan teoretis. Guru pada umumnya menjadi pusat informasi atau dapat dikatakan pembelajaran yang terjadi berorientasi sepenuhnya kepada guru (teacher oriented). Hasil belajar bahasa Indonesia pada ujian nasional tahun pelajaran 2014/2015 tingkat SMP menunjukkan mengalami penurunan. Meskipun pada keseluruhan rata-rata hasil ujian nasional pada pelajaran yang diujikan mengalami kenaikan. Hal ini disampaikan oleh Menteri Pendidikan dan Kenudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan melalui media antaranews.com pada konferensi pers Jumat, 15 Mei 2015, pukul 17:01 WIB. Sejalan dengan hal di atas, pada kesempatan yang berbeda Anies Baswedan melalui media kemendiknas.go.id menyatakan bahwa data hasil UN SMP/sederajat yang melaksanakan UN tahun 2015, hanya 12 persen yang memiliki nilai UN dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) tinggi. Sebanyak 50 persen dari total tersebut meraih nilai UN tinggi tetapi nilai IIUN rendah salah satunya pelajaran Bahasa Indonesia di Indonesia. Tujuh belas persennya meraih

4 UN rendah dan IIUN rendah. Mendikbud menyampaikan bahwa, saat ini sekolah yang IIUN rendah menjadi fokus Kemendikbud untuk perbaikan ke depan yang lebih baik. Mendikbud juga menambahkan untuk mengubah dari nilai rendah ke nilai tinggi harus kerja keras tetapi untuk mengubah integritas rendah ke integritas tinggi cukup berhenti contek-menyontek. Untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya disekolah tentang penyebab rendahnya hasil belajar siswa, maka penulis melakukan observasi ke SMP Parulian 2 Medan untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia relatif dibawah Kriteria Kelulusan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan yaitu 65. Kecenderungan yang terjadi sering sekali guru bahasa Indonesia mengajarkan semua materi pelajaran bahasa Indonesia dengan strategi yang sama yaitu Ekspositori. Kenyataan yang terjadi, banyak sekali materi bahasa Indonesia yang tidak dapat tersampaikan secara optimal dengan strategi ekspositori, salah satunya materi unsur-unsur intrinsik drama. Hal ini membuat siswa tidak dapat menyerap materi yang diajarkan dengan baik dan tidak dapat menerapkan materi tersebut secara nyata, sehingga menimbulkan masalah yang signifikan terhadap kompetensi hasil belajar siswa dan nilai siswa setelah melaksanakan tes. Permasalahan dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat diselesaikan dengan beberapa alternatif pemecahan, seperti melakukan inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi siswa diantaranya : (1) pembelajaran kontekstual (contextual teaching learning), (2) pembelajaran yang menyenangkan

5 (quantum teaching), (3) penataan lingkungan belajar (pengelolaan), (4) pembelajaran dengan memanfaatkan multi kecerdasan dan (5) pendekatan pembelajaran kooperatif. Maka dari beberapa inovasi pembelajaran yang dapat dilakukan, peneliti ingin menerapkan pendekatan pembelajaran kooperatif. Strategi pembelajaran kooperatif dikatakan juga sebagai strategi pembelajaran kelompok. Strategi pembelajaran kooperatif yang ingin diterapkan peneliti dalam pembelajaran bahasa Indonesia ini adalah metode Jigsaw. Secara konseptualnya, pembelajaran menggunakan strategi ini mewajibkan siswa untuk belajar dalam kelompok, dimana setiap anggota kelompok akan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama pula. Strategi pembelajaran kooperatif banyak dipengaruhi oleh psikologi belajar kognitif holistik yang menekankan bahwa belajar pada dasarnya adalah proses berpikir. Titik berat dari pembelajaran ini adalah keaktifan siswa untuk memecahkan masalah baik secara personal maupun kelompok, dalam hal ini pokok bahasan menentukan unsur intrinsik drama yang disajikan guru. Strategi pembelajaran kooperatif metode pada dasarnya banyak diterapkan dalam pembelajaran sains, misalnya Matematika, Biologi dan Fisika. Oleh karena itu, penulis ingin menguji penerapannya juga dalam pembelajaran sosial khususnya bahasa Indonesia. Penekanan metode Jigsaw bertitik pada pokok-pokok bahasan yang mempunyai subtopik. Dalam pembelajaran bahasa juga terdapat pokok-pokok bahasan yang memiliki subtopik, sebagai contoh pada pokok bahasan Kalimat. Pokok bahasan ini mempunyai subpokok bahasan yaitu kalimat tunggal yaitu berupa kalimat majemuk setara (koordinatif), tidak setara

6 (subordinatif), ataupun campuran (koordinatif-subordinatif). Maka diharapkan dengan metode Jigsaw dapat memacu keaktifan siswa, bukan lagi pengajar yang monoton menjelaskan materi tersebut melainkan siswa yang akan lebih banyak bekerja menyelesaikan pokok bahasan tersebut dengan aktif dalam kelompoknya. Kemampuan guru dalam mengenal dan memahami karakteristik siswa juga mempengaruhi hasil belajar siswa. Dick & Carey (2001:56) menyatakan bahwa seorang guru hendaknya mampu untuk mengenal dan mengetahui karakteristik siswa, sebab pemahaman yang baik terhadap karakteristik siswa akan sangat mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Hal lain yang juga mempengaruhi pemerolehan hasil belajar siswa adalah situasi atau kondisi belajar siswa. Peneliti ingin membuktikan apakah ada pengaruh situasi atau kondisi siswa terhadap motivasi belajarnya. Serta sejalan dengan hal tersebut akan dibuktikan motivasi belajar yang seperti apa yang dominan dan mendukung kesiapan siswa dan keterampilannya dalam belajar bahasa Indonesia materi unsur intrinsik drama. Purwanto (2014:73) mengatakan motivasi belajar bertujuan untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu khususnya aktivitas belajar sehingga memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Motivasi bagi seorang guru, bertujuan untuk menggerakkan atau memacu para siswanya agar timbul keinginan dan kemauannya untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan di dalam kurikulum di sekolah. Sebagai contoh,

7 seorang guru memberikan pujian kepada seorang siswa yang maju ke depan kelas dan dapat mengerjakan hitungan matematika di papan tulis. Dengan pujian itu, dalam diri anak tersebut timbul rasa percaya pada dirinya sendiri; di samping itu timbul keberaniannya sehingga ia tidak takut maju jika disuruh ke depan kelas. Sesuai dengan teori tersebut, peneliti ingin mengetahui adanya keterkaitan antara bidang pelajaran yang ingin diteliti dengan motivasi belajar yang dimiliki siswa. Sering terjadi dalam pembelajaran di kelas, siswa merasa kurang termotivasi dengan mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya materi-materi yang menuntut keaktifan siswa seperti menentukan unsur intrinsik drama. Hal tersebut membuat peneliti ingin mengkaji dan melihat pengaruh motivasi belajar terhadap hasil belajar bahasa Indonesia siswa di kelas. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan bahwa strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw juga dapat diterapkan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia materi unsur intrinsik Drama, tidak hanya pembelajaran sains seperti biologi, fisika, kimia, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk mengetahui apakah strategi pembelajaran kooperatif efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia dibanding dengan menggunakan strategi pembelajaran ekspositori. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pemaparan pada latar belakang masalah, maka peneliti mengidentifikasi masalah yang terkait dengan pembelajaran bahasa Indonesia yang dirinci sebagai berikut ini : (1) keefektifan strategi pembelajaran Ekspositori

8 dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (2) keefektifan strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (3) perbedaan hasil belajar siswa yang menggunakan strategi pembelajaran ekspositori dan strategi pembelajaran Kooperatif metode Jigsaw dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (4) pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (5)strategi pembelajaran yang lebih tepat diterapkan dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (6) motivasi belajar yang dominan pada siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia (7) keterkaitan strategi pembelajaran dengan motivasi belajar dalam memengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia siswa pada materi unsur intrinsik drama (8) strategi pembelajaran yang lebih dapat menarik minat dan kreativitas siswa dalam pembelajaran unsur intrinsik drama bahasa Indonesia C. Pembatasan Masalah Suatu penelitian hendaklah ada pembatasan masalah untuk menghindari pembahasan yang terlalu luas atau bahkan menyimpang dari masalah yang ada. Oleh karena itu, peneliti membatasi masalah dalam penelitian ini yaitu yang difokuskan pada perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan ekspositori, serta bagaimana pengaruh motivasi belajar siswa yang diajar dengan strategi pembelajaran

9 kooperatif metode Jigsaw dan ekspositori dalam kemampuan menentukan unsur intrinsik drama. D. Rumusan Masalah Peneliti juga merumuskan masalah penelitian agar lebih jelas pertanyaanpertanyaan yang akan menjadi fokus penelitian ini. Maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah kemampuan menentukan unsur intrinsik drama yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw lebih tinggi daripada yang diajar dengan menggunakan strategi ekspositori? 2. Apakah ada perbedaan kemampuan menentukan unsur intrinsik drama antara kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah? 3. Apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw dan ekspositori dengan motivasi belajar siswa terhadap kemampuan menentukan unsur intrinsik drama siswa? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas maka penulis menetapkan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut ini : 1. Untuk mengetahui kemampuan dalam menentukan unsur intrinsik drama siswa yang diajar dengan menggunakan strategi pembelajaran kooperatif metode Jigsaw lebih tinggi daripada yang diajar dengan strategi pembelajaran Ekspositori.

10 2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pemahaman mata pelajaran bahasa Indonesia dalam menentukan unsur intrinsik drama antara kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi dan dan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah. 3. Untuk mengetahui apakah terdapat interaksi antara strategi pembelajaran dengan motivasi belajar dalam mempengaruhi hasil belajar bahasa Indonesia materi unsur intrinsik drama siswa. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis sebagai berikut: 1. Sebagai pengetahuan bagi guru maupun calon guru khususnya pengajar bahasa Indonesia bahwa untuk mengajar bahasa, strategi pembelajaran yang dapat digunakan dapat bervariasi. 2. Sebagai bahan pertimbangan bagi guru maupun calon guru bahasa Indonesia dalam memilih strategi pembelajaran yang lebih efektif untuk diterapkan pada suatu pokok bahasan yang akan diajarkan. 3. Sebagai bahan referensi bagi guru maupun calon guru khususnya yang mengajar bahasa Indonesia dan pengembangan wawasan tentang strategi pembelajaran dan memperhatikan motivasi belajar dominan siswa, sehingga pembelajaran dapat diorganisasikan dengan baik. Secara teoretis, penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut ini:

11 1. Untuk menambah informasi dan pengetahuan baru dalam pembelajaran dan pendidikan. 2. Untuk memerikan teori-teori tentang strategi pembelajaran dan motivasi belajar yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pendidikan.