PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III ANALISA PERENCANAAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

Jl. Banyumas Wonosobo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Desain struktur merupakan salali satu bagian dari proses perencanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB V PENULANGAN STRUKTUR

struktur. Pertimbangan utama adalah fungsi dari struktur itu nantinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB I. penting. efek yang. tekan beton. lebih besar. Diilustrasikan I-1.

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

LAPORAN TUGAS AKHIR (KL-40Z0) Perancangan Dermaga dan Trestle Tipe Deck On Pile di Pelabuhan Garongkong, Propinsi Sulawesi Selatan. Bab 6.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

berupa penuangan ide atau keinginan dari pemilik yang dijadikan suatu pedoman

ANALISA PELAT LANTAI DUA ARAH METODE KOEFISIEN MOMEN TABEL PBI-1971

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA EFISIENSI KONSTRUKSI BETON BERTULANG BERDASARKAN SK SNI T DAN SK SNI TUGAS AKHIR

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan Pada Pelat Lantai

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Isi Laporan

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB V PEMBAHASAN. terjadinya distribusi gaya. Biasanya untuk alasan efisiensi waktu dan efektifitas

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB I PENDAHULUAN. struktur yang fungsinya menahan beban lentur. Beban vertikal yang didukung

MODIFIKASI GEDUNG BANK CENTRAL ASIA CABANG KAYUN SURABAYA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PEMODELAN BALOK T DALAM PENDESAINAN BALOK PADA BANGUNAN BERTINGKAT TUGAS AKHIR R O S A L I N

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

Bab 6 DESAIN PENULANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton berlulang merupakan bahan konstruksi yang paling penting dan merupakan

PERANCANGAN STRUKTUR BANGUNAN RUMAH SUSUN DI SURAKARTA

ANALISA PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR PADA GEDUNG DENGAN VARIASI BENTUK PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG

Perhitungan Struktur Bab IV

OPTIMASI TEKNIK STRUKTUR ATAS JEMBATAN BETON BERTULANG (STUDI KASUS: JEMBATAN DI KABUPATEN PEGUNUNGAN ARFAK)

MODIFIKASI STRUKTUR GEDUNG WISMA SEHATI MANOKWARI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM GANDA

LENTUR PADA BALOK PERSEGI ANALISIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk bangunan strukturalnya, a, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

DAFTAR NOTASI. xxvii. A cp

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB III LANDASAN TEORI

2.5.3 Dasar Teori Perhitungan Tulangan Torsi Balok... II Perhitungan Panjang Penyaluran... II Analisis dan Desain Kolom...

PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SEKOLAH DASAR IT AN NAWI KOTA METRO MENGACU PADA STANDAR NASIONAL INDONESIA

L p. L r. L x L y L n. M c. M p. M g. M pr. M n M nc. M nx M ny M lx M ly M tx. xxi

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG GEDUNG KANTOR SEWA DELAPAN LANTAI DI PONTIANAK ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

STRUKTUR BETON BERTULANG I DESAIN BALOK PERSEGI. Oleh Dr. Ir. Resmi Bestari Muin, MS

BAB VII PENUTUP 7.1 Kesimpulan

LAPORAN PERHITUNGAN STRUKTUR

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN 4 LANTAI (+ BASEMENT) DI WILAYAH SURAKARTA DENGAN DAKTAIL PARSIAL (R=6,4) (dengan mutu f c=25 MPa;f y=350 MPa)

PERANCANGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG BANK MODERN SOLO

DAFTAR NOTASI. = Luas yang dibatasi oleh keliling luar penampang beton, mm² = Luas efektif bidang geser dalam hubungan balokkolom

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

BAB III PEMODELAN DAN ANALISIS STRUKTUR

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

Q p. r-i. tti 01" < < IX. 4 S --1 ,..J -13. r-i. r-i. r-i C<J. r-j

DAFTAR NOTASI BAB I β adalah faktor yang didefinisikan dalam SNI ps f c adalah kuat tekan beton yang diisyaratkan f y

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Balok

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH VARIASI MODEL TERHADAP RESPONS BEBAN DAN LENDUTAN PADA RANGKA KUDA-KUDA BETON KOMPOSIT TULANGAN BAMBU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswandi Imran (2014) konsep dasar perencanaan struktur

PERHITUNGAN STRUKTUR STRUKTUR BANGUNAN 2 LANTAI

Transkripsi:

PERBANDINGAN PERANCANGAN JUMLAH DAN LUASAN TULANGAN BALOK DENGAN CARA ACI DAN MENGGUNAKAN PROGRAM STAAD2004 Achmad Saprudin, Nurul Chayati Alumni Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik UIKA Bogor Perhitungan jumlah dan luasan tulangan balok beton bertulang dapat dilakukan secara ACI dan dengan menggunakan program STAAD2004. Perancangan jumlah dan luasan tulangan balok beton bertulang menggunakan program STAAD2004 lebih mudah dan praktis dibandingkan dengan cara ACI. Diameter tulangan dan jumlah tulangan balok secara otomatis di proses dalam program STAAD2004, sedangkan secara ACI ditentukan terlebih dahulu dimensi tulangannya. Perancangan untuk beton bertulang dengan menggunakan program STAAD2004 tidak ekonomis. Dari Hasil analisis, selisih rata-rata prosentase luasan tulangan total balok secara ACI, dan dengan menggunakan program STAAD2004 adalah untuk tulangan tarik antara 0,00 % sampai dengan 28,33% dan untuk tulangan tekan antara 27,14 % sampai dengan 38,00 %. Kata-kata kunci: Program STAAD2004, beton bertulang, tulangan tarik dan tekan. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Beton bertulang merupakan gabungan dari dua jenis bahan, yaitu beton yang memiliki kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi kekuatan tarik yang rendah, dan batangbatang baja yang ditanam di dalam beton dapat memberikan kekuatan tarik yang diperlukan. Pembangunan konstruksi dengan beton bertulang merupakan jenis konstruksi yang paling banyak digunakan karena mudah dalam mendapatkan material dan pelaksanaannya. Perancangan struktur beton bertulang dapat dilakukan dengan Metode ACI dan menggunakan Program STAAD2004. 1.2 Tujuan Penelitian Pada saat perhitungan jumlah dan luasan tulangan balok beton bertulang pada bangunan kantor lima lantai mengandung beberapa tujuan yang ingin dicapai, yaitu: 1. Menghasilkan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara ACI. 2. Menghasilkan jumlah dan luasan tulangan balok menggunakan program STAAD2004. 3. Mendapatkan hasil perbandingan perancangan dengan cara ACI dan yang menggunakan program STAAD2004 dalam hal ketelitian dan efisiensi. 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Pembebanan Ketentuan-ketentuan mengenai pembebanan dan definisi beban-beban yang bekerja pada struktur adalah sebagai berikut: 1)BEBAN MATI ialah berat dari semua bagian suatu gedung yang bersifat tetap, termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian-penyelesaian, mesin-mesin serta peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu. 2) BEBAN HIDUP ialah semua beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung, dan kedalamnya termasuk beban-beban pada lantai yang berasal dari barang-barang yang dapat berpindah, serta peralatan yang tidak merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung tersebut, termasuk beban akibat air hujan pada atap. 3) BEBAN ANGIN ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung oleh selisih dalam tekanan udara. Berdasarkan PPPURG 1987 pasal 2.1.3 (1) beban angin ditentukan dengan menganggap adanya tekanan angin positif (angin tekan) dan tekanan angin negatif (angin hisap) yang bekerja tegak lurus pada bidang-bidang yang ditinjau. Besarnya tekanan angin positif (angin tekan) dan tekanan angin negatif (angin hisap) dinyatakan dalam Kg/cm 2, ditentukan dengan mengalikan tekanan angin dengan koefisien-koefisien angin yang ditentukan dalam pasal 2.1.3 (3). Untuk desain bangunan gedung kantor yang merupakan gedung tertutup, maka besarnya koefisien angin tekan ditentukan sekitar 0,02-0,4 (untuk < 65 0 ) dan koefisien angin hisap sebesar 0,4. 4)BEBAN GEMPA ialah semua beban statik ekivalen yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang menirukan pengaruh dari gerakan tanah akibat gempa tersebut. Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 35

ISSN 2302-4240 5) BEBAN KHUSUS ialah semua beban yang bekerja pada gedung atau bagian gedung yang terjadi akibat selisih suhu, pengangkatan dan pemasangan, penurunan pondasi, susut, gaya-gaya tambahan yang berasal dari beban hidup, seperti gaya rem yang berasal dari keran, gaya sentrifugal dan gaya dinamis yang berasal dari mesin-mesin, serta pengaruhpengaruh khusus lainnya. Tabel 1 Faktor reduksi kekuatan No. Uraian Faktor Reduksi (Φ) 1 2. 3. 4. 5. Lentur tanpa beban aksial Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur: a. Komponen struktur dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat. b. Komponen struktur d t l Gambar 1 Daerah gempa di Indonesia 0,80 0,80 0,70 0,65 0,60 0,70 Struktur yang direncanakan kekuatannya harus lebih besar dari kekuatan yang diperlukan dalam menahan gaya-gaya yang bekerja, atau Kuat rencana > Kuat perlu Agar struktur dan komponen struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap macam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi ketentuan dari faktor beban yang termuat dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.2, yaitu: 2.2 Persyaratan Kekuatan 1) Kuat Perlu Kuat perlu terbagi dalam 5 kombinasi pembebanan, yaitu : a) Kuat perlu (U) yang menahan beban mati (D) dan beban hidup (L), paling tidak harus sama dengan: U = 1,2 D + 1,6 L b) Kuat perlu (U) yang menahan beban mati (D), beban hidup (L) dan beban angin (W), yaitu: U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) 2) Kuat Rencana Dalam menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka kuat minimum harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan yang ditentukan dalam SK SNI T 15 1991 03 pasal 3.2.3 (2). Faktor reduksi dimaksud tercantum dalam tabel 1. 2.3 Asumsi perancangan Perancangan pada komponen struktur beton ini dilakukan dengan metode perancangan beban ultimit (Ultimate Strength Design Method, USD Method) yang didasarkan atas asumsi-asumsi sebagai berikut: 1) Bidang penampang rata sebelum terjadi lenturan, tetap rata setelah terjadi lenturan dan tetap tegak lurus terhadap sumbu dari komponen struktur yang ditinjau (Prinsip Bernoulli). 2) Tegangan sebanding dengan regangan hanya sampai pada beban sedang, dimana tegangan tekan beton tidak melampaui ½ f c`. Untuk beban sampai beban ultimit, maka tegangan yang timbul tidak sebanding lagi dengan regangannya sehingga distribusi tegangan tekan tidak linier lagi. 3) Beton dianggap tidak mampu menahan tegangan 36 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 tarik, sehingga seluruh tegangan tarik yang terjadi ditahan oleh tulangan baja tarik. 4) Regangan beton tekan maksimum pada serat tepi tekan terluar ( b`) sebesar 0,003. 5) Balok tegangan tekan penampang beton berupa garis lengkung yang dimulai dari garis netral dan berakhir pada serat tepi tekan terluar. Namun, menurut SK SNI T 15-1991-03 pasal 3.3.2 (7) distribusi tegangan lengkung dianggap persegi dan diambil nilai-nilai terkecil dari nilainilai berikut: - 1/12 panjang bentang balok - 6 h f ( enam kali tebal plat ) - ½ jarak dari pusat ke pusat antar balok d) Untuk balok yang khusus dibentuk sebagai balok T dengan maksud untuk mendapatkan tambahan luas daerah tekan, ketebalan flens tidak boleh lebih panjang ekivalen besar dari setengah lebar balok ( 1 / b w ) 2.4 Analisis Perancangan Struktur 1) Balok Komponen lantai atau atap bangunan gedung struktur beton bertulang dapat berupa plat dengan seluruh beban yang didukung langsung dilimpahkan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi bangunan. Namun, bentangan struktur plat demikian tidak dapat panjang karena pada ketebalan tertentu (termasuk berat sendiri) menghasilkan struktur yang tidak hemat dan praktis. a) Balok T dan L Sebuah balok di desain sebagai balok T dan L apabila balok beton di cor monolit dengan plat yang didukung oleh balok tersebut. Pada SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.10 dicantumkan ketentuan untuk menentukan besar lebar efektif balok T, yakni sebagai berikut: b) Lebar efektif flens yang diperhitungkan tidak lebih besar dari dan diambil nilai-nilai terkecil dari nilai-nilai berikut: - ¼ panjang bentang balok - b w + 16 h f - ½ jarak dari pusat ke pusat antar balok c) Untuk balok yang hanya mempunyai flens pada satu sisi (balok L), lebar efektif flens yang diperhitungkan tidak lebih besar dari Untuk beban segitiga : Untuk beban trapesium : q ek = 1/3. q. l x q qek l x ek = ½. q. l x 1 1 3 l 2 y q 2 dan lebar flens total tidak boleh lebih dari empat kali lebar balok (4 b w ). b bw b1 b1 bw b2 b Gambar 2. Lebar efektif dari balok T dan balok L 2) Pembebanan Balok selain memikul berat sendiri juga memikul berat dari plat. Beban plat diatasnya didistribusikan kepada balok-balok yang mendukung plat tersebut. Distribusi beban plat tersebut berupa beban merata trapesium yang disalurkan pada balok yang lebih panjang dan beban merata segitiga yang disalurkan kepada balok yang lebih pendek yang dirubah menjadi beban merata persegipanjang yang disebut dengan beban ekivalen (q ek ). Rumus beban ekivalen diberikan sebagai berikut di bawah ini : hf 2 lx STAAD (Structural Analysis And Design) adalah salah satu program analisis struktur yang saat ini telah banyak digunakan didunia. STAAD menggunakan teknologi yang paling modern. Program STAAD dikembangkan oleh tim dengan pengalaman lebih dari 20 tahun Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 37

ISSN 2302-4240 yang diadakan di USA, Kanada, dan Eropa dalam merumuskan metode ini. Program STAAD Pro 2004 merupakan generasi terbaru versi STAAD sebelumnya dan telah teruji sebagai perangkat lunak rancang bangun struktur terbaik di dunia. Dari penelitian dan pengembangan yang dilakukan oleh Research Engineers, Intl., program ini dapat melakukan desain struktur sesuai dengan kode yang berlaku di 30 negara. Bahkan sampai saat ini program ini sudah memiliki lebih dari 150.000 cabang instalasi, 15.000 klien, dan sertifikasi NRC/NUPIC, STAAD. 3.. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Berikut disampaikan bagan alir perencanaan dengan metode ACI: Mulai Pengumpulan data: Perhitungan beban pada gedung: 1. Beban mati tiap lantai 2. Beban hidup tiap lantai Kombinasi pembebanan: 1. Beban mati, beban hidup, beban gempa 2. Kombinasi 1 : 1,2 beban mati + 1,6 beban hidup 3. Kombinasi 2 : 0,9 beban mati + 0,9 beban gempa 4. Kombinasi 3 : 0,9 beban mati 0,9 beban gempa 5. Kombinasi 4 : 1,05 beban mati + 1,05 beban hidup + 1,05 beban gempa 6. Kombinasi 5 : 1,05 beban mati + 1,05 beban hidup - 1,05 beban gempa Tentukan momen-momen yang dihasilkan program STAAD2004 Hitung tulangan Cek kapasitas penampang: 1. ρmin < ρakt < ρmax Selesai Gambar 3. Diagram alir metodologi penelitian dengan Metode ACI 3.2 Bagan alir perancangan dengan menggunakan Program STAAD2004 38 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Mulai Geometri model struktur: Satuan Portal, rangka, dsb. (2D/3D) Data: Jenis dan kekuatan bahan (fc, fy, Bj beton,) Dimensi penampang (b, h) Macam beban (mati, hidup, gempa) Kombinasi beban (tetap, sementara) Perencanaan awal elemen struktur: Menempatkan jenis dan kekuatan material Menempatkan jenis dimensi penampang Menempatkan beban yang bekerja Analisis mekanika teknik: Design struktur dan penampang: Satuan Perencanaan penulangan Memeriksa dan menyimpan output data Modifikasi Selesai R Mn fc b b 4 ac 6. 1 2a Gambar 4. Diagram alir Perancangan dengan Mengunakan STAAD2004 4.. TATA KERJA PERANCANGAN 4.1 Perancangan balok beton bertulang menggunakan Metode ACI Rumus-rumus yang digunakan adalah sebagai berikut, yaitu: Mu 1. M n 2. n bhd ' 2 3. a 0,59 fy fy 4. b fy 5. c R n 2 Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 39

ISSN 2302-4240 7. 2 b b2 4ac 2a 8. ρ = nilai minimum dari ρ 1 dan ρ 2 9. 1,4 min fy 10. b 0,85 fc fy 600 600 fy 11. ρ max = 0,75 ρ b + 0,5 ρ 12. ρ pakai = jika ρ < ρ min maka digunakan ρ min dan jika ρ > ρ max digunakan ρ max atau ρ 13. As = ρ pakai x b x (h-d ) 14. 2 As dia tul = (1/4)πD 15. n As b a lo k As d ia tu l 16. As = ½ x As 17. aktual As d ia tu l n bhd ' 18. d = h - d 19. d = h - p Ø tul seng - ½ Ø tul ut 20. As tot = As tul x n As 21. a d ia tu l n As ' d ia tu l n fy 0,8 5 f 'cb a 22. Mn akt As tul n As' tul n fyh d ' 2 As' tul n h d ' fy 4.2 Perancangan balok beton bertulang menggunakan Program STAAD2004 Perancangan balok portal arah X Gambar 5. Perancangan balok portal Arah X 40 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Tabel 2 Contoh perhitungan penampang Arah X Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 41

ISSN 2302-4240 Perancangan balok portal arah Y Gambar 6. Perancangan balok portal arah Y Tabel 3 Contoh perhitungan penampang Arah Y 42 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Gambar 7. Beban mati arah X Gambar 8. Beban hidup arah X Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 43

ISSN 2302-4240 GambAr 9. Beban gempa arah X Gambar 10. Kombinasi arah X Gambar 11. Beban mati arah Y 44 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Gambar 12. Beban hidup Arah Y Gambar 13. Beban gempa arah Y Gambar 14. Kombinasi arah Y Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 45

ISSN 2302-4240 Gambar 15. Program dan perhitungan Gambar 16 Portal arah X dengan distribusi beban horizontal Gambar 17. Program dan perhitungan Gambar 18. Portal arah X dengan beban hidup 46 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Gambar 19. Program dan perhitungan Gambar 20. Portal arah X dengan beban mati Gambar 21. Program dan perhitungan Gambar 22. Portal arah Y dengan beban mati Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 47

ISSN 2302-4240 Gambar 23. Program dan perhitungan Gambar 24. Portal arah X dengan beban hidup 5. KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan Perancangan jumlah dan luasan tulangan balok beton bertulang menggunakan program STAAD2004 lebih cepat untuk mengetahui besarnya diameter (Ø), jumlah (n), dan luasan tulangan dibandingkan Metode ACI. Hasil DAFTAR PUSTAKA Firdaus Alkaff. M, STAAD 2004 Untuk Orang Awam, Maxikom, Pelembang, 2005. KH. Ir. V. Sunggono, Buku Teknik Sipil, Nova, Bandung, 1995. yang diperoleh dari selisih rata-rata prosentase luasan tulangan total Metode ACI terhadap STAAD 2004 untuk tulangan tarik adalah antara 0,00 % sampai dengan 28,33 %, dan untuk tulangan tekan antara 27,14 % sampai dengan 38 %. Kusuma Gideon, Desain Struktur Rangka Beton Bertulang di Daerah Rawan Gempa, Erlangga, Jakarta, 1993. Pedoman Perencanaan Pembebanan Untuk Rumah dan Gedung (PPPURG), Departemen Pekerjaan Umum, 1987. Kusuma Gideon, Dasar-Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta, 1993. 48 hal 35-49 aspal beton baja hidro

Achmad Saprudin, Nurul Chayati, Perbandingan perancangan jumlah dan luasan tulangan balok dengan cara aci dan menggunakan program STAAD2004 Pedoman Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Bertulang Untuk Bangunan Gedung (SK SNI T 15 1991 03), Departemen Pekerjaan Umum, 1991. Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung (PPTGIUG), Departemen Pekerjaan Umum, 1983. Romadhon Eri Setia, Ir., MT., Diktat Struktur Beton, Universitas Ibn Khaldun Jurusan Teknik Sipil, Bogor. Romadhon Eri Setia, Ir., MT., Diktat Perancangan Bangunan Bertingkat, Universitas Ibn Khaldun Jurusan Teknik Sipil, Bogor. Thambah Sembiring Gurki. J, Beton Bertulang Edisi Revisi, Rekayasa Sains, Bandung, 2002. Jurnal Rekayasa Sipil ASTONJADRO 49