- - Nomor Si fat Lampi Perihal ran : 8-2232/PJ. 07 /8-V 11 /Scljen M PR/08/2016 : Bia~a : 1 (satu) berkas : Lomba Academic Constitutional Drafting 24 Agustus 2016 Kepada Yth. Dekan Fakultas Hukurn Universitas di Diponegoro Semarang Dengan horrnat karni bcritahukan. Hadan Perigkajian MPR akan merigadakan Lomba Academic Constitutional Drafting bag: para mahasiswa Fakultas Hukurn. terutarna Program Studi Hukurn Tata Negara. Untuk itu. karni mengunclang Fakultas Hukurn Universitas Diponegoro untuk mengikuli lomba dimaksucl. Ketentuan lomba dapat dibaca pada kerangka acuan scbagaimana terlampir. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Saudara Riswandi No. Telepon 0811.666.956 dan Kartika Lestari Sianipar No. Telcpon 0811.9699.788, No. Kantor (021) 5789-5414/ 5789-5415, dan e-mail: µuskaji@setjen.mpr.go.id, badan. pengkajia n@setjen. rn pr.go.id ata u bi ro.pengka] ia n@gma i I.corn. kasih. Dcmikian, atas perhatian dan kerjasarna Bapak Dekan, kami mengucapkan terima A.N. SEKRET/\RIS JENDERAL MPR, KEPALA BIRO PENGl<AJIAN Yana Indrawan Ternbusan : 1. Yth. Pirnpinan Badan Pcngkajian MPR. 2. Yl11. Sesjen dan Wasesjen MPH.
-. ',.:.:t. ~ ;.i "' ::::~).,.... f MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INOONESIA KERANGKA ACUAN LOMBA ACADEMIC CONSTITUTIONAL DRAFTING 2016
M/\JELIS PERMUSYAW/\RATAN RAKYAT llel'ublii< INDONF.SI/\ KERANGKA ACUAN LOMBA ACADEMIC CONSTITUTIONAL DRAFTING A. PENDAHULUAN 1. Majelis Permusyawaratan Rakyat masa jabatan 2009-2014 telah menyampaikan rekomendasi kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat masa jabatan 2014-2019 untuk melakukan penataan sistem ketatanegaraan Indonesia melalui perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan tetap berdasarkan pada nilai-nilai Pancasila sebagai sumber segala sumber hukum negara dan Kesepakatan Dasar untuk tidak mengubah Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tetap mempertahankan bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia, mempertegas sistem pemerintahan presidensial serta melakukan perubahan dengan cara adendum. 2. Salah satu muatan yang perlu penataan adalah melakukan reformulasi sistem perencanaan pembangunan nasional dengan model GBHN sebagai haluan penyelenggaraan negara. 3. Dalam rangka melatih mahasiswa untuk mulai memikirkan penataan kehidupan kenegaraan, sekaligus mendapatkan masukan bagi Badan Pengkajian MPR, diadakan Lomba Academic Constitutional Drafting. I I
B. TEMA BAHASAN Terna bahasan dalam Lomba Academic Constitutional Drafting ini adalah Reformulasi Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Model GBHN. Terdapat beberapa alasan mengapa Indonesia memerlukan sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN. Pertama, negara seluas Indonesia memerlukan haluan negara sebagai pemandu arah pelaksanaan pembangunan nasional yang berkesinambungan. Kedua, diperlukan integrasi sistem perencanaan pembangunan nasional dan daerah. Ketiga, diperlukan sistem perencanaan pembangunan yang berbasis kedaulatan rakyat. Dengan dihapuskannya kewenangan MPR untuk menetapkan GBHN, maka sistem perencanaan pembangunan nasional tidak berlandaskan pada Ketetapan MPR tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) tetapi berlandaskan pada Undang-Undang tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Peraturan Presiden tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang disusun berdasarkan Visi dan Misi cal on Presiden dan Wakil Presiden terpil ih. Dengan model sistem perencanaan pembangunan nasional yang demikian memungkinkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RP JPN) dilaksanakan secara tidak konsisten dalam setiap periode pemerintahan mengingat implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RP JMN) didasarkan kepada visi dan misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam pemilihan umum, yang masing-masing dapat memiliki visi dan misi yang berbeda dalam setiap periode pemerintahan. Demikian pula antara sistem perencanaan pembangunan nasional dan sistem perencanaan pembangunan daerah, kemungkinan berpotensi terjadi ketidakselarasan pembangunan mengingat sistem perencanaan pembangunan jangka menengah daerah (RPJMD) tidak terikat untuk mengacu pada sistem perencanaan pembangunan menengah nasional (RPJMN) mengingat visi dan misi Gubernur/Bupati/Walikota yang mungkin dapat berbeda dengan Visi dan Misi Presiden dan Wakil Presiden terpilih, demikian juga dengan Visi dan Misi Gubernur/Bupati/Walikota di daerah- daerah lainnya. Mayoritas pakar /akademisi berpendapat, sistem perencanaan 21
pembangunan nasional harus berbasis kedaulatan rakyat, maka Lembaga Negara yang paling tepat diserahi wewenang untuk menetapkan sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN adalah MPR, karena MPR terdiri atas anggota DPR sebagai perwakilan politik, dan anggota DPD yang merupakan perwakilan daerah. Dengan alasan itulah, bentuk hukum yang tepat bagi sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN adalah Ketetapan MPR. Untuk itu, MPR perlu melakukan perubahan ke-5 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dengan memberi wewenang kepada MPR untuk menetapkan Haluan Negara dalam bentuk Ketetapan MPR. Pertimbangan perlunya sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN dituangkan dalam bentuk hukum Ketetapan MPR karena sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN merupakan peta jalan, strategi, dan arah serta sasaran pembangunan nasional bagi seluruh komponen bangsa untuk mencapai cita-cita dan tujuan nasional sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dengan demikian, sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN perlu diberikan daya ikat dan daya dorong yang lebih kuat agar ditaati oleh seluruh komponen bangsa dalam pelaksanaannya, baik di tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Dengan bentuk hukum Ketetapan MPR, sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN dapat menjadi alat kendali untuk mengukur ketepatan "perencanaan pembangunan jangka menengah" dalam bentuk RPJMN yang diberi bentuk hukum Undang-Undang. Walaupun Presiden dan Wakil Presiden telah dipilih langsung oleh rakyat dan tidak ada lagi mekanisme pertanggungjawaban politik Presiden kepada MPR, namun Ketetapan MPR tentang sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN dapat dijadikan "batu uji" dalam konteks pcngujian konstitusional, mengingat secara teoritik, Ketetapan MPR merupakan aturan dasar bernegara (Staatsgerundgezets), sama seperti Undang-Undang Dasar. Artinya, masyarakat dapat menjadikan Ketetapan MPR tentang sistem perencanaan pembangunan nasional model GBHN untuk menilai apakah dokumen Undang-Undang RPJMN di masa yang akan datang bertentangan 31
dengan GBHN atau tidak. C. PESERTA 1. Peserta Lomba!lcademic Constitusional Drafting adalah mahasiswa hukum dari perguruan linggi/universitas di Indonesia. 2. Peserta merupakan kelompok/tim yang beranggotakan 5 (lima) orang mahasiswa. 3. Universitas/Perguruan Tinggi yang diundang mengikuti lomba hanya dapat mengirimkan 1 (satu) kelompok/tim. 4. Setiap tim dapat didampingi oleh sebanyak-banyaknya 2 (dua) orang dosen pembimbing. D. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN LOMBA 1. Lomba Academic Constitusionoi Drafting akan dilaksanakan di Jakarta (Gedung MPR), pada tanggal 20-22 November 2016 (Jika ada perubahan tanggal akan segera diberitahukan kepada peserta lomba). 2. Biaya transportasi dan akomodasi bagi peserta yang lolos pada Putaran Final menjadi tanggungan Sekretariat Jenderal MPR. 3. Jumlah peserta yang ditanggung oleh Sekretariat Jenderal MPR adalah 5 (lima) orang mahasiswa peserta lomba dan 2 (dua) orang dosen pembimbing. 4. Setiap peserta lomba (mahasiswa dan dosen pembimbing) mendapatkan uang saku yang besarannya akan ditentukan kemudian. E. KETENTUAN PERLOMBAAN 1. Tiap Peserta/Tim mengirimkan naskah Academic Constitusional Drafting, yaitu usul perubahan pasal-pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 beserta alasan dan naskah akademiknya, selambat-lambatnya tanggal 20 Oktober 2016. Naskah Academic Constitusional Drafting dalam bcntuk PDF dikirimkan kc alamat email: a. puskaj i@setjen.mpr.go.id/ badan.pengkajian@setjen.111pr.go.id b. biro.pengkajian@gmail.com -t I
2. Peserta yang mengirimkan naskah Academic Constitusional Drafting, setelah tanggal yang ditentukan dinyatakan gugur oleh Panitia. 3. Perlombaan dibagi dalam 2 (dua) babak, yaitu: Babak Penyisihan: merupakan seleksi terhadap naskah Academic Constitusional Drafting yang masuk ke Panitia, Dewan Juri akan menyeleksi dan menentukan 5 (lima) naskah Academic Constitusional Drafting terbaik untuk dilombakan pada babak final. Babak Final: merupakan babak yang pesertanya adalah Kelompok/Tim yang dinyatakan masuk dalam 5 (lima) terbaik. Pada babak ini masing-masing l<elompok akan memaparkan naskah Academic Constitusional Drafting di hadapan Dewan Juri. 4. Pada babak final masing-masing Kelompok/Tim diberikan alokasi waktu sebanyak 1 jam (60 menit), 15 menit untuk memaparkan naskah Academic Constitusional Drafting, dan 45 menit untuk sesi tanya jawab. 5. Dewan Juri terdiri dari Pimpinan/Anggota Badan Pengkajian dan Pakar Hukum Tata Negara yang akan ditentukan kemudian. 6. Dewan Juri akan menentukan pcringkat terbaik dari masing-masing Peserta. 7. Keputusan Dewan Juri tidak dapat diganggu gugat. F. KRITERIA PENILAIAN 1. Penilaian Sidang No. Penilaian Sidang Bo bot Skor -- Cara Penyampaian Presentasi Berkas: 1 - Sistematika Penyajian Materi. 35% - Sikap. - Tata Bahasa. Skor Terbobot Kebenaran dan Ketepatan Jawaban: 2 - Pemahaman terhadap 35% materi. - Diksi, teori, dan doktrin 51
yang digunakan. - - 3 Sinkronisasi Presentasi dengan Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. - 15% 4 Pemanfaatan Waktu 15% Skor Final Presentasi Berkas = Total Skor Terbobot x 40% 2. Penilaian Berkas. Penilaian Berkas Bo bot Skor Skor Terbobot 1. Penilaian Naskah Akademik a. Teori dan Fakta Empiris - Ketepatan penggunaan teori 35% dalam naskah akademik - Ketepatan analisis fakta empiris b. Materi - Kejelasan konsep dan desain ketatanegaraan yang 40% dibangun - Met ode yang digunakan dalam pembuatan naskah akademik - lmplikasi '-- - c. Bahasa dan Sistematika Penulisan 25% Bahasa yang digunakan dan sistematika penulisan naskah akademik (alur/peralihan bab) Total Skor Terbobot Naskah Akademik x 50 % 61
2. Penilaian Rancangan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia 1945 l -,--,-----1 a. Sistematika Penulisan - Sistematika penormaan yang logis (alur/peralihan bab) b. Bahasa Hukum danpenormaan - Diksi, Bahasa, tanda baca dan ejaan yang digunakan 20% - Komponen bahasa hukum 50% yang digunakan - -- - Kesesuaian antara konsep dan desain dengan norma yang dibangun f---f---- c. Orisinalitas - Keaslian dan kreativitas ide 30% dari Rancangan Undang- Undang Dasar 1945 - ~---1-------< Skor Berkas = Total SkorTerbobot Rancangan UUD NRI Tahun 1945 x 50 % (Skor Naskah Akademik + Skor Rancangan UUD NRI Jumlah 1945) X 60 /o G. JUARA DAN HADIAH 1. Dewan Juri akan menentukan peringkat Juara I, 11, dan Ill. 2. Tim yang memperoleh peringkat juara berhak mendapatkan Trophy Pimpinan MPR dan uang pembinaan, masing-masing: a. Juara I Rp 25.000.000,- b. Juara II Rp 20.000.000, - c. Juara Ill Rp 15.000.000,- d. Juara IV Rp 10.000.000,- e. Juara V Rp 5.000.000, - 71
H. PENUTUP Demikian kerangka acuan ini dibuat sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan Lomba academic Constitusionai Draftjng. Jakarta, Agustus 2016 Badan Pengkajian MPR 81