BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. agar berperan secara aktif serta partisipatif.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan proses yang dapat ditandai dengan perubahan perilaku

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN. kritis, kreatif dan mampu bersaing menghadapi tantangan di era globalisasi nantinya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata pelajaran yang membosankan. Tidak heran jika sampai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu masalah pokok dalam pembelajaran pada pendidikan formal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. saja, melainkan membutuhkan waktu yang relatif panjang. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses tersebut diperlukan guru yang memberikan keteladanan, membangun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan oleh orang dewasa (pendidik) kepada orang yang belum dewasa

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Pendidikan dapat menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perhatian dan prioritas yang tinggi oleh pemerintah, pengelola pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam dunia pendidikan. Sebagai bukti adalah pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan diartikan sebagai usaha atau kegiatan untuk mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara

BAB I PENDAHULUAN. memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Nuryani Y Rustama, dkk, Strategi Belajar Mengajar Biologi, (tt.p: Universitas Pendidikan Indonesia, 2003), hlm. 4.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional, pasal 1 ayat (1): Pendidikan adalah usaha sadar dan. akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

Peningkatan Prestasi Belajar PKn Materi Kebebasan Berorganisasi Melalui Metode Mind Mapping Bagi Siswa Kelas V SD Karya Thayyibah Baiya

BAB 1 PENDAHULUAN. Materi dalam pembelajaran IPS mengandung konsep-konsep yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. mengajar. Karena dengan adanya keaktifan saat proses pembelajaran maka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan merupakan mata

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Negara yang baik, yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang ada pada semua

BAB I PENDAHULUAN. perubahan demi mencapai suatu keberhasilan. usaha, kemauan dan tekat yang sungguh-sungguh.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

balik antara guru dan siswa dalam suatu situasi pendidikan. Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan pembelajaran dituntut untuk mampu menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan

A UMS - Copy SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dengan keadaan alam yaitu dengan cara mencari tahu tentang alam secara

BAB I PENDAHULUAN. fokus perhatian dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun 2006 menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku siswa. Perubahan tingkah laku siswa pada saat proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang amat penting dalam suatu negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

dengan memberi tekanan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Guru harus mampu menciptakan kondisi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. dan guru. Proses kegiatan belajar mengajar perlu dibina hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. usaha sistematis yang terorganisasi untuk memajukan belajar, membina

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Hal semacam itulah yang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. Guru memegang peranan penting dalam membentuk watak bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia, supaya anak didik menjadi manusia yang berkualitas, profesional,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar yang optimal. Hasil

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB I PENDAHULUAN. setelah siswa menerima pengalaman belajarnya. Sejumlah pengalaman yang. dapat menyusun dan membina kegiatan-kegiatan peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan usaha sadar dan disengaja oleh guru untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari seluruh rakyat Indonesia, baik dari pemerhati pendidikan, birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan tidak lepas dari kegiatan belajar dan mengajar (KBM). Salah satunya pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas tinggi. Mencapai hasil yang maksimal dalam dunia pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Arah dan tujuan dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Sesuai dengan Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. terciptanya manusia yang cerdas serta mampu bersaing di masa mendatang.

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu mata pelajaran di sekolah dinilai berperan penting

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

I. PENDAHULUAN. Kemajuan suatu bangsa tergantung pada kemajuan sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. baru tentang proses belajar mengajar di sekolah telah muncul dan berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan interaksi pendidik dan siswa. Pendidik melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

Transkripsi:

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu proses yang bertujuan untuk mengarahkan kualitas individu kearah yang lebih positif dan berguna, baik untuk dirinya sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal merupakan suatu keharusan bagi manusia.begitu juga dengan Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang ada mulai jenjang SD- SMP-SMA dan perguruan tinggi selalu ada mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan juga mempunyai misi untuk membentuk warga negara yang cerdas, kreatif, dan partisipatif. (Cholisin, 2000: 23). Hal ini sesuai dengan Lampiran Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah: Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil,dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Penjelasan Permendiknas di atas dapat dijelaskan bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan tidak hanya memfokuskan pada pembentukan warga negara, tetapi melalui pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan diharapkan siswa mampu memahami dan melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia yang memiliki pengetahuan kewarganegaraan agar menghasilkan warga negara yang cerdas, 1

2 warga negara yang memiliki ketrampilan kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang partisipatif, dan warga negara yang memiliki karakter kewarganegaraan akan menjadi warga negara yang bertanggung jawab sesuai yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Berdasarkan pemaparan di atas, maka jelas bahwa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan membentuk warga negara yang cerdas, partisipatif dan bertanggung jawab. Oleh karena itu, dalam kegiatan pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di sekolah harus melibatkan siswa agar lebih aktif dan partisipatif, tetapi untuk mengimplementasikan misi Pendidikan Kewarganegaraan seperti dijelaskan dalam Permendiknas bukan perkara yang mudah. Agar siswa dapat menjadi lebih aktif dan partisipatif dalam proses pembelajaran, strategi pembelajaran harus dipilih dengan cermat agar dapat digunakan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran sehingga siswa terlibat lebih banyak dalam kegiatan pembelajaran. Dalam rangka mengembangkan pembelajaran, seorang guru mempunyai tugas untuk memilih strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu siswa dalam mencapai kompetensi yang diinginkan. Namun kebanyakan guru yang mengajar tidak menggunakan strategi pembelajaran yang menarik siswa untuk dapat antusias dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Selama ini metode pembelajaran kewarganegaraan yang diterapkan oleh guru masih terpusat pada pendidik (teacher centered) sehingga guru kurang melibatkan siswa secara aktif. Hal ini sesuai dengan pendapat Numan

3 Sumantri (2001: 304) bahwa para guru Pendidikan Kewarganegaraan dalam proses mengajar masih menggunakan cara tradisional yaitu metode ceramah. Metode ceramah dapat menimbulkan perasaan bosan dan pasif pada siswa sehingga dapat menimbulkan sikap apatis dan menganggap remeh pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, tetapi apabila metode mengajar yang menumbuhkan kemampuan berpikir siswa diterapkan, maka hal ini dapat menimbulkan berbagai implikasi pada guru (Muhammad Numan Soemantri,2001: 289). Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa banyak guru yang masih menggunakan metode ceramah dalam memberi materi pelajaran kepada siswa. Metode ceramah menyebabkan siswa kurang terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Banyak faktor yang harus diperhatikan untuk meningkatkan kualitas Pendidikan Kewarganegaraan. Salah satu faktor yang harus ditingkatkan yaitu kemampuan guru untuk memilih strategi pembelajaran yang mampu mengembangkan pengetahuan dan wawasan kewarganegaraan melalui metode pembelajaran. Misalnya, dengan menerapkan metode pembelajaran yang dapat mengembangkan ranah kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Pendidikan harus mampu mengembangkan metode pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi. Profesionalisme seorang pendidik bukanlah hanya mengembangkan ilmu pengetahuan, tetapi lebih kepada kemampuannya melaksanakan pembelajaran yang menarik untuk siswa sehingga lebih aktif mengikuti pembelajaran.

4 Pada setiap proses belajar, untuk menjadikan siswa lebih aktif dan partisipatif siswa sudah seharusnya menampakkan motivasinya dalam belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Motivasi belajar merupakan suatu dorongan atau daya penggerak dalam diri seseorang yang memberikan semangat, kemauan dan keinginan untuk belajar guna untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh sebab itu, motivasi belajar untuk siswa sangatlah penting karena sebagai pendorong siswa untuk giat belajar agar memperoleh belajar yang optimal. Dengan kurangnya motivasi belajar yang diberikan siswa dalam pembelajaran, cenderung mengakibatkan tingkat prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan juga tergolong rendah. Berdasarkan informasi dari guru bahwa motivasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan masih rendah. Hal itu terbukti dari bagaimana siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran di kelasnya, contoh saja pada saat proses pembelajaran masih ada siswa yang terlihat jenuh, mengantuk dan tidak memperhatikan saat pembelajaran sedang berlangsung. Beberapa siswa hanya diam, mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan guru tanpa adanya timbal balik. Apabila tidak segera diatasi maka akan menghambat proses pembelajaran dan akan mengganggu ketercapaian prestasi belajar siswa. Hal itu terbukti pada saat diadakan ulangan harian masih banyak siswa kelas VIII yang memperoleh nilai dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

5 Tabel 1. Ulangan Harian kelas VIII Semester Gasal Kelas Ulangan Harian Tidak Tuntas Tuntas A 76% 24% B 80% 20% C 80% 20% D 80% 20% (Sumber: data nilai ulangan harian siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi 2013/2014) Dari tabel tersebut dapat disimpulkan prestasi belajar kelas VIII SMP Negeri 1 Turi belum optimal, karena dari 100 siswa, pada ulangan harian semester Gasal, rata-rata sebanyak 79 siswa memperoleh dibawah KKM. Menurut permendiknas Nomor. 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan. Siswa yang belum memenuhi nilai KKM dikatakan belum tuntas walaupun nilai yang diperoleh siswa mendekati KKM. Salah satu hal yang membuat siswa tidak memenuhi batas KKM yaitu proses pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi siswa itu sendiri. Hal tersebut terjadi, karena guru Pendidikan Kewarganegaraan masih menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan materi kepada siswa. Dengan metode ceramah, siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan guru terlalu mendominasi dengan ceramah dan dapat

6 memicu hal-hal lain selain belajar. Misalnya, para siswa ngobrol sendiri dengan temannya, bercanda dengan temannya serta tidak fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang tentunya sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Hal tersebut dapat terjadi karena masih banyak siswa menganggap pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan kurang menarik untuk dipelajari. Faktor lain yang menyebabkan siswa kurang menyukai Pendidikan Kewarganegaraan juga disebabkan oleh faktor guru yaitu guru dalam menjelaskan materi pelajaran kurang inovatif dan kreatif dalam pemilihan metode pembelajaran, tetapi pada kenyataannya guru dalam menjelaskan materi pelajaran kurang menghubungkan materi pelajaran dengan masalahmasalah yang aktual. Padahal dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal teori yang disampaikan oleh guru maupun yang ada di dalam buku paket atau LKS, tetapi siswa juga harus dapat berfikir kritis, rasional, dan aktif dalam menanggapi masalah-masalah yang terkait dengan kewarganegaraan. Permasalahan tersebut terjadi di SMP Negeri 1 Turi, banyak siswa yang kurang mampu menerima materi Pendidikan Kewarganegaraan dengan maksimal dan dorongan untuk motivasi belajarnya belum maksimal. Hal ini mungkin disebabkan siswa di SMP Negeri 1 Turi memiliki latar belakang, cara belajar, kemampuan dan motivasi belajar yang berbeda-beda antara siswa yang satu dengan yang lainnya sehingga mempengaruhi dalam proses pembelajaran. Hal yang dijumpai dalam kegiatan pembelajaran Pendidikan

7 Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Turi antara lain pendidik belum mengoptimalkan metode pembelajaran yang benar-benar cocok dalam menyampaikan materi. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran yang monoton cepat atau lambat siswa pasti akan merasakan bosan sehingga akan mempengaruhi motivasi belajar siswa Metode pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 1 Turi belum pernah yang menggunakan metode pembelajaran active learrning tipe quiz team. Metode pembelajaran active learning tipe quiz team yaitu teknik tim yang dapat meningkatkan tanggung jawab siswa atas apa yang mereka pelajari dengan cara menyenangkan dan tidak mengancam atau tidak membuat mereka takut (Melvin L. Silberman, 2009: 163). Quiz team merupakan salah satu metode pembelajaran active learning yang berfungsi untuk menghidupkan suasana belajar, mengaktifkan siswa untuk bertanya maupun menjawab dan meningkatkan kemampuan tanggung jawab siswa terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara menyenangkan dan tidak membosankan. Selain itu, dengan menggunakan metode active learning tipe quiz team terdapat beberapa kelebihan yang menjadi bahan pertimbangan antara lain: berpusat pada peserta didik, penekanan pada penemuan pengetahuan bukan menerima pengetahuan, siswa bersama-sama dengan timnya mempelajari materi dalam lembar kerja, mendiskusikan materi, saling meberikan arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban, memberdayakan semua potensi yang dimiliki oleh siswa. Siswa tidak hanya sekedar mendengar informasi dari guru, akan tetapi juga melihat apa yang dijelaskan oleh kelompok lain dan

8 siswa mendapat kesempatan untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain untuk memecahkan masalah. Dengan diterapkan metode pembelajaran ini siswa akan mudah memahami, mengingat dan menguasai mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan secara menyeluruh. Hal inilah yang tidak didapatkan dalam metode pembelajaran yang biasa diterapkan oleh guru yaitu metode ceramah. Salah satu alasan mengapa peneliti memilih metode pembelajaran ini karena metode ini dirasa belum banyak yang merapkannya, khususnya di SMP Negeri 1 Turi guru masih senang menggunakan metode konvensional yaitu ceramah. Selain itu, alasan lain metode pembelajaran active learning dapat meningkatkan kemampuan berfikir siswa dan dapat memecahkan masalah sendiri. Gambaran di atas, diharapkan dengan diuji cobakan metode pembelajaran active learning tipe quiz team dapat meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi. B. Indentifikasi Masalah Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan dalam latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang muncul diantaranya sebagai berikut : 1. Prestasi belajar siswa di SMP N 1 Turi dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dicapai belum maksimal, dan belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu 75.

9 2. Rendahnya motivasi belajar pada proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 3. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraann cenderung menggunakan metode ceramah. 4. Metode pembelajaran yang digunakan oleh guru di SMP N 1 Turi masih belum variatif. 5. Metode pembelajaran active learning tipe quiz team belum pernah diterapkan di SMP Negeri 1 Turi. C. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya permasalahan dan terbatasnya kemampuan peneliti, maka dalam penelitian ini permasalahan yang ada dibatasi pada : 1. Pengaruh penerapan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap motivasi belajar siswa di SMP Negeri 1 Turi 2. Pengaruh penerapan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap prestasi belajar dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan di SMP Negeri 1 Turi. D. Rumusan Masalah Berkaitan dengan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Adakah pengaruh positif penerapan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi? 2. Adakah pengaruh positif penerapan metode pembelajaran active learning

10 tipe quiz team terhadap prestasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan di atas, penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap motivasi belajar siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi. 2. Mengetahui pengaruh penerapan metode pembelajaran active learning tipe quiz team terhadap prestasi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Turi. F. Manfaat penelitian Hasil penelitian terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Turi dengan menggunakan metode pembelajaran active learning tipe quiz team diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain : 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang metode pembelajaran aktif untuk mengatasi rendahnya motivasi dan prestasi belajar dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. 2. Manfaat praktis a. Bagi Peneliti

11 Penelitian ini adalah bagian dari pengabdian yang dapat dijadikan refleksi untuk terus mencari dan mengembangkan inovasi dalam pembelajaran menuju hasil yang lebih baik. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan serta memberikan gambaran kepada guru Pendidikan Kewarganegaraan untuk merancang metode pembelajaran aktif yang lainnya. c. Bagi siswa Penelitian ini dapat menjawab permasalahan yang dihadapi oleh siswa yaitu belum maksismalnya prestasi belajar dan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.