BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimaksud dalam Undang-undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga tersebut dimaksudkan sebagai perantara pihak-pihak yang. pembayaran bagi semua sektor perekonomian. 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG JAMINAN KREDIT. dikembalikan oleh yang berutang. Begitu juga halnya dalam dunia perbankan

BAB I PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari manusia tidak terlepas dari manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN KREDIT. pengertian hukum jaminan. Menurut J. Satrio, hukum jaminan itu diartikan peraturan hukum

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana kita ketahui bahwa pembangunan ekonomi sebagai bagian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang ekonomi merupakan bagian dari

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB I PENDAHULUAN. utama sekaligus menentukan maju mundurnya bank yang bersangkutan

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. nilai strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara. Lembaga. Perubahan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERJANJIAN. dua istilah yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu istilah verbintenis dan

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

TANGGUNG JAWAB PENANGGUNG DALAM PERJANJIAN KREDIT NURMAN HIDAYAT / D

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan berkesinambungan dalam rangka mewujudkan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu kegiatan usaha atau bisnis diperlukan sejumlah dana sebagai modal

BAB I PENDAHULUAN. dan perdagangan sehingga mengakibatkan beragamnya jenis perjanjian

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. perjanjian hutang piutang ini dalam Kitab Undang-Undang Hukun Perdata

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. perumahan mengakibatkan persaingan, sehingga membangun rumah. memerlukan banyak dana. Padahal tidak semua orang mempunyai dana yang

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB I PENDAHULUAN. tidaklah semata-mata untuk pangan dan sandang saja, tetapi mencakup kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. namun semua pendapat tersebut mengarah kepada suatu tujuan yaitu

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

sebagaimana tunduk kepada Pasal 1131 KUHPer. Dengan tidak lahirnya jaminan fidusia karena akta fidusia tidak didaftarkan maka jaminan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT PADA UMUMNYA. A. Pengertian Bank, Kredit dan Perjanjian Kredit

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pengamanan pemberian dana atau kredit tersebut.jaminan merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan segala macam kebutuhan. Dalam menghadapi kebutuhan ini, sifat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Peran koperasi

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945, dalam

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tolak ukur dari keberhasilan pembangunan nasional yang bertujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. disanggupi akan dilakukannya, melaksanakan apa yang dijanjikannya tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan perekonomian. Pasal 33 Undang-Undang dasar 1945 menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan/leasing) selaku penyedia dana. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. dengan mengeluarkan produk pemberian kredit untuk keperluan konsumtif.

BAB I PENDAHULUAN. meningkat sesuai dengan usia dan status sosialnya namun seringkali

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhannya sebagaimana tersebut di atas, harus. mempertimbangkan antara penghasilan dan pengeluaran.

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

BAB II PERJANJIAN DAN WANPRESTASI SECARA UMUM

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Nomor 4 Tahun 1996 angka (1). Universitas Indonesia. Perlindungan hukum..., Sendy Putri Maharani, FH UI, 2010.

BAB II LANDASAN TEORI Tinjauan Terhadap Perjanjian Pada Umumnya. hukum perdata adalah sama penyebutannya secara berturut-turut seperti

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan manusia lainnya untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III PENUTUP. piutang macet dilakukan dengan dua cara, yaitu: surat-surat/dokumen penting.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN, DAN JAMINAN KREDIT. 2.1 Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia merupakan negara hukum (rechtstaat) dimana

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur berdasarkan

MANFAAT JAMINAN FIDUSIA DALAM PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT BANK 1 Oleh : Riedel Wawointana 2

BAB I PENDAHULUAN. tidak mungkin untuk dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan bantuan dari manusia

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945,

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERJANJIAN, JAMINAN DAN GADAI. politicon). Manusia dikatakan zoon politicon oleh Aristoteles, sebab

ASPEK HUKUM PERSONAL GUARANTY. Atik Indriyani*) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. warga perseorangan lainnya, kenyataannya para ahli hukum mendefinisikan hukum

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

seperti yang dimaksud dalam ketentuan Undang-Undang tentang definisi dari kredit ini sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG GADAI

PENGIKATAN PERJANJIAN DAN AGUNAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I. PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup orang banyak, serta mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. satu perolehan dana yang dapat digunakan masyarakat adalah mengajukan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan manusia secara berkesinambungan. Perkembangan ekonomi akan diikuti oleh kebutuhan akan kredit dan pemberian kredit tersebut dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak dapat dihindari. Bagi kaum pengusaha, mengambil utang (kredit atau pinjaman) sudah merupakan faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bisnis. 1 Dengan demikian berkembangnya kegiatan ekonomi maka akan semakin perlunya sumber-sumber dana untuk membiayai suatu kegiatan usaha. Dalam Pasal 1 butir 11 UU Nomor 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang dan tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. 2 Dalam mengembangkan pelaksanaan kegiatan Pembangunan dengan berdasarkan prinsip ekonomi yaitu dengan pengorbanan sekecil-kecilnya dapat diperoleh keuntungan yang sebesar-besarnya, maka pada umumnya tujuan kredit 1 Tan Kamelo, Jaminan Fidusia Suatu Kebutuhan yang Didambakan, Penerbit Alumni, Bandung, 2004, hal. 2 2 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Prenada Media, Jakarta, 2005, hal. 55 1

2 secara ekonomis adalah untuk mendapatkan keuntungan. 3 Didalam pemberian kredit, bank harus memperhatikan asas-asas perkreditan yang sehat termasuk resiko yang harus dihadapi atas pengembalian kredit. Untuk memperoleh keyakinan sebelum memberikan kredit, bank harus melakukan penilaian yang seksama terhadap watak, kemampuan, modal, agunan dan prospek usaha debitur. Agunan merupakan salah satu unsur jaminan kredit agar bank dapat memperoleh tambahan keyakinan atas kemampuan debitur untuk mengembalikan utangnya. Pada dasarnya pemberian kredit dapat diberikan oleh siapa saja yang memiliki kemampuan, untuk itu melalui perjanjian utang piutang antara Pemberi utang (kreditur) disatu pihak dan Penerima utang (debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut disepakati, maka lahirlah kewajiban pada diri kreditur, yaitu untuk menyerahkan uang yang diperjanjikan kepada debitur, dengan hak untuk menerima kembali uang itu dari debitur pada waktunya, disertai dengan bunga yang disepakati oleh para pihak pada saat perjanjian pemberian kredit tersebut disetujui oleh para pihak. Hak dan kewajiban debitur adalah bertimbal balik dengan hak dan kewajiban kreditur. Selama proses ini tidak menghadapi masalah dalam arti kedua pihak melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan yang diperjanjikan, maka persoalan tidak akan muncul. Biasanya persoalan baru muncul jika debitur lalai mengembalikan uang pinjaman pada saat yang telah diperjanjikan. 4 3 Thomas Suyatno, dkk., Dasar-dasar Perkreditan, Penerbit PT. Gramedia, 1990, hal. 13 4 Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2011, hal. 3

3 Jika terjadi demikian, Pasal 1131 Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) menentukan sebagai berikut Segala kebendaan si berutang baik yang bergerak maupun yang tak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Walau ditegaskan secara demikian, pada prakteknya seorang debitur tidak hanya terikat pada hanya satu macam kewajiban saja. Kondisi yang demikian menyebabkan kreditur merasa tidak aman dan untuk memastikan pengembalian uangnya, maka kreditur tentunya akan meminta kepada debitur untuk mengadakan perjanjian tambahan guna menjamin dilunasinya kewajiban debitur pada waktu yang telah disepakati sebelumnya diatara kreditur dan debitur. Untuk menjamin pelunasan utang dari pihak debitur pada waktunya, seringkali kreditur tidak akan memberi kredit jika tidak ada jaminan, dan perjanjian pemberian jaminan itu sendiri tidak mungkin lahir selain harus didahului dengan adanya suatu perjanjian pokok yang mendasari lahirnya utang piutang atau kewajiban dari pihak debitur kepada kreditur. Sebelum melakukan perjanjian kredit, terlebih dahulu dilakukan perjanjian, dimana perjanjian merupakan persetujuan yang mengikat kedua belah pihak atau menurut undang-undang yang berlaku, disebut juga hukum perikatan, yang didalamnya harus dijalankan atau dipenuhi prestasi oleh pihak yang berutang. 5 Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. 6 Selain perikatan diterbitkan oleh suatu perjanjian, ada juga perikatan yang lahir 5 R. Subekti, Hukum Perjanjian, Penerbit Intermasa, Jakarta, 1985, hal. 1 6 J. Satrio, Hukum Perikatan, Perikatan yang Lahir dari Perjanjian, Buku I, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 17

4 dari undang-undang. Perikatan yang lahir dari perjanjian yaitu kesepakatan yang dikehendaki oleh dua orang atau lebih dalam membuat suatu perjanjian, di luar kemauan para pihak yang bersangkutan. Menurut Pasal 1320 KUH Perdata bahwa syarat-syarat perjanjian adalah : 1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya 2. Cakap untuk membuat suatu perikatan 3. Suatu hal tertentu 4. Suatu hal yang halal. 7 Dalam perkembangan pembangunan ekonomi pada saat ini banyak kita temui kreditur meminjamkan uangnya atau hartanya pada nasabah, dalam hal ini debitur meminjam uang kepada bank TPN yang mana debitur harus membayar kreditnya, tetapi debitur tidak sanggup untuk melunasi Utangnya, apabila debitur cidera janji atau wanprestasi sedangkan transaksi kredit tidak diikat secara asesor dengan perjanjian jaminan barang tertentu yang telah diketahui dengan pasti barang tersebut milik debitur, maka disarankan akan kreditur didalam mengajukan gugatan perdata ke Pengadilan Negeri langsung meminta sita jaminan atas harta kekayaan debitur yang tidak diperjanjikan tersebut. Dalam menganalisis jaminan yang tidak diperjanjian baik yang terdapat dalam putusan-putusan pengadilan maupun perjanjian utang yang tidak diperjanjikan yang terjadi dan peraturan perundang-undangan yang mengatur jaminan yang tidak diperjanjian, diperlukan pendekatan sistem atau (approach system). 7 Mariam Darus Badrulzaman, dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal. 73

5 Apabila debitur wanprestasi sedangkan transaksi kredit tidak diikat secara asesor dengan perjanjian jaminan barang tertentu, sehingga jaminan pemulihannya tunduk kepada ketentuan Pasal 1131. Maka disini timbul permasalahan yang dihadapi oleh kreditur dimana kreditur tidak melakukan jaminan utang apabila debitur wanprestasi sehingga kreditur sulit untuk mengambil jaminan utang debitur karena dalam melakukan kredit tidak ada jaminan diberikan oleh debitur. Berdasarkan uraian di atas maka penulis mengambil judul HAK ATAS JAMINAN KREDITUR KONKUREN TERHADAP BENDA-BENDA MILIK DEBITUR DALAM PENYELESAIAN UTANG PIUTANG. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan untuk dikaji dan dibahas yaitu : 1. Bagaimana pelaksanaan Pasal 1131 KUHPerdata atas jaminan benda milik debitur? 2. Apakah hambatan dalam melaksanakan sita terhadap benda milik debitur? C. Tujuan Penulisan Adapun tujuan dalam penulisan ini adalah : 1. Untuk mengetahui tinjauan umum tentang Jaminan Kredit. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan Pasal 1131 KUHPerdata atas jaminan benda milik debitur.

6 3. Untuk mengetahui hambatan apa saja dalam melaksanakan sita terhadap benda milik debitur. D. Hipotesa Dalam sistem berfikir yang teratur, maka hipotesa sangat perlu dalam melakukan penyelidikan suatu penulisan skripsi jika ingin mendapatkan suatu kebenaran yang hakiki. Hipotesa pada dasarnya adalah dugaan penelitian tentang hasil yang akan dicapai. Tujuan ini dapat diterima apabila ada cukup data untuk membuktikannya. Adapun alasan hipotesa yang diberikan dalam rumusan masalah adalah : 1. Pelaksanaan Pasal 1131 KUHPerdata atas jaminan benda debitur yang terjadi tidak diperjanjikan dengan mengajukan gugatan perdata melalui pengadilan untuk memenuhi kewajibannya sebagaimana yang ditetapkan. 2. Hambatan dalam melaksanakan sita jaminan benda milik debitur adalah adanya kesulitan dalam memastikan benda-benda tak bergerak yang tidak diperjanjikan dan timbulnya perlawanan. E. Tujuan dan Manfaat Penulisan Adapun alasan Penulisan ini adalah : 1. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Medan Area. 2. Sebagai penambah pengetahuan penulis sendiri dibidang ilmu hukum keperdataan tentang hak atas jaminan kreditur konkuren terhadap benda benda

7 milik debitur dalam penyelesaian utang piutang. 3. Sebagai informasi bagi masyarakat dimana debitur melakukan perbuatan wanprestasi dan perbuatan yang melawan hukum agar ditindak secara tegas dan dikenakan sanksi hukum. F. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian ini meliputi sifat dan pendekatan penelitian, lokasi penelitian, bahan penelitian, alat pengumpulan data dan analisis data. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Untuk mengetahui data yang dipergunakan dalam penulisan ini maka penulis menggunakan 2 (dua) metode: 1. Penelitian kepustakaan (library research) yaitu dengan melakukan penelitian terhadap berbagai sumber bacaan yaitu buku-buku, majalah hukum, pendapat para sarjana dan juga bahan-bahan kuliah. 2. Penelitian lapangan (field research) yaitu data pendukung yang diperoleh melalui penelitian lapangan yaitu wawancara dengan pegawai KPKNL Medan membahas kasus yang berkaitan dengan pembahasan judul Jaminan Kreditur Konkruen dalam Penyelesaian Utang Piurant dari Putusan No. 235/Pdt.G.2013/PN Mdn. G. Sistematika Penulisan Untuk memudahkan penyusunan dan pembahasan skripsi, penulis membuat suatu sistematika penulisan secara teratur yang terdiri dari beberapa

8 bagian yang mempunyai hubungan yang erat antara yang satu dengan yang lainnya. Sistematika Penulisan atau gambaran isi tersebut dibagi dalam beberapa bab, dan diantara bab-bab itu terdiri pula atas beberapa sub bab. Adapun susunannya sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Didalam bab ini ditiraikan mengenai pendahuluan pengantar yang mengantarkan kita menuju uraian-uraian selanjutnya. Pendahuluan ini membahas tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, hipotesa, alasan penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. BAB II ASAS-ASAS YANG BERLAKU BAGI HAK JAMINAN BAIK YANG TIMBUL DARI GADAI, FIDUSIA, HAK TANGGUNGAN MAUPUN HIPOTIK Didalam bab ini diuraikan mengenai pengertian Jaminan, Jenis Jaminan, Sumber Hukum Jaminan, Syarat dan Manfaat Jaminan, Fungsi Jaminan serta Pengertian Utang dan Penyelesaian Utang Konkuren BAB III PELAKSANAAN PASAL 1131 KUHPerdata ATAS JAMINAN BENDA MILIK DEBITUR Bab ini merupakan bab kelanjutan dari bab sebelumnya. Dalam bab ini akan diuraikan tentang: Gugatan, Pengertian Sita Jaminan, Objek Sita Jaminan, Tata Cara Pelaksanaan Sita Jaminan, Sita Jaminan atas Barang tidak Bergerak.

9 BAB IV HAMBATAN SITA TERHADAP BENDA MILIK DEBITUR Dalam bab ini akan diuraikan tentang Adanya pelawanan dan sulitnya memastikan barang tidak bergerak adalah milik debitur. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berisikan dari rangkuman yang merupakan kesimpulan dari seluruh pembahasan yang dilakukan. Juga saran-saran yang merupakan sumbangsih pemikiran penulis.