BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal memiliki posisi penting dalam perekonomian nasional karena pasar modal memberikan gambaran mengenai kondisi perekonomian sebuah negara kepada pihak luar maupun pihak di dalam negara itu sendiri. Pengembangan perekomian nasional suatu negara tidak terlepas dari pengembangan pasar modalnya mata di dunia internasional. Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan, seperti keharusan melakukan pengungkapan bagi perusahaan publik, perlindungan terhadap investor, nilai pemegang saham dalam bentuk tata kelola perusahaan (corporate governance), untuk meningkatkan kualitas dari pasar modal sebuah negara serta menarik para investor, khususnya investor asing. Krisis ekonomi global yang terjadi pada saat ini menyebabkan para investor lebih berhati-hati dalam melakukan investasi pada perusahaanperusahaan yang go public. Salah satu alasan utama turunnya gairah investor dalam melakukan investasi adalah kondisi perekomian yang tidak stabil serta kurangnya kepercayaan pihak investor terhadap kebenaran informasi yang disajikan oleh perusahaan sehingga investor menilai bahwa investasi dalam pasar modal memiliki resiko yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ketika kondisi perekonomian dunia umumnya, dan Indonesia khususnya dalam keadaan stabil. Informasi yang tepat sangat diperlukan sebagai dasar pengambilan keputusan
yang baik bagi investor, kreditor dan pengguna informasi lainnya, oleh karena itu maka informasi yang disajikan harus dapat dipahami, dipercaya, relevan dan transparan. Hal tersebut disebabkan kegiatan investasi merupakan suatu kegiatan yang mengandung risiko dan ketidakpastian. Karena resiko yang melekat ini, maka informasi yang disajikan oleh perusahaan diharapkan dapat mengurangi tingkat resiko dan ketidakpastian yang dihadapi oleh investor. Untuk dapat kembali menarik minat para investor dalam melakukan investasi, perusahaan harus melakukan upaya yang lebih besar daripada sebelumnya, salah satunya adalah dengan meningkatkan kualitas dari informasi yang diungkapkan oleh perusahaan kepada pihak eksternal baik dalam laporan keuangan maupun laporan tahunan perusahaan sehingga investor lebih merasa yakin akan keamanan investasinya. Pengungkapan informasi keuangan memiliki peranan yang sangat penting bagi pengambilan keputusan yang berkualitas. Menurut Imhoff dalam Hertanti (2005:6), menyatakan bahwa tingginya kualitas akuntansi sangat erat hubungannya dengan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan tingkat kelengkapan pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh karakteristik suatu perusahaan. Keputusan yang diambil akan semakin berkualitas apabila pengungkapan informasi keuangan disajikan secara transparan dan memadai sesuai dengan kondisi lingkungan ekonomi yang sedang terjadi. Nilai informasi yang relevan dan andal yang tercermin di dalam disclosure perusahaan menjadi faktor penting di dalam ketidakpastian kondisi pasar. Peraturan mengenai pengungkapan laporan keuangan dikeluarkan oleh pemerintah
melalui keputusan Bapepam No. SE-02/PM/2002 tanggal 27 Desember 2002 Dalam Surat Edaran tersebut total item pengungkapan wajib oleh perusahaan publik industri manufaktur adalah 68 item (dapat dilihat pada Lampiran 2). Keluarnya peraturan tersebut ternyata belum signifikan mempengaruhi tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur. Terbukti tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur masih sekitar 45,50%. Kondisi ini menunjukkan bahwa para emiten belum melakukan keterbukaan informasi kepada para investor. Pengungkapan laporan tahunan yang baik tidak terlepas dari sistem good corporate governance. Good corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) bagi semua stakeholders serta menekankan pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi dengan benar, akurat, dan tepat waktu serta kewajiban perusahaan untuk mengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, dan transparan mengenai semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder (YPPMI & SC, dalam Sulistyanto, 2003). Laporan keuangan juga memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Hal ini sesuai dengan PSAK No. 1 mengenai tujuan laporan keuangan.
Selain itu, pengungkapan yang memadai dari perusahaan-perusahaan juga membantu untuk memastikan efisiensi dari pasar modal. Bursa Efek Indonesia tentunya berusaha untuk menciptakan perdagangan efek yang adil, efisien serta transparan sehingga baik pihak emiten maupun pihak investor merasakan keuntungan yang sama. Bursa efek juga menyadari bahwa pertumbuhan dan sukses terus-menerus yang mereka capai, tergantung pada penawaran pasar berkualitas tinggi dengan perlindungan investor yang efektif. Badan regulator pemerintah yang berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kredibilitas pasar nasionalnya juga mempengaruhi praktik pengungkapan di Indonesia. Akibatnya, pengawasan oleh badan regulator dan bursa efek semakin meningkat dan ketentuan pengungkapan menjadi lebih ketat. Penggunaan standar akuntansi juga akan mempengaruhi pengungkapan laporan tahunan. Di Indonesia, perusahaan yang go public diwajibkan untuk mengikuti standar akuntansi keuangan yang berlaku di Indonesia, yaitu PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) serta Peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) di dalam menyajikan laporan keuangan maupun laporan tahunannya. Meskipun begitu, kebanyakan perusahaan dalam pengungkapan laporan tahunannya masih belum mengungkapkan secara penuh (full disclosure) informasi yang berkaitan dengan perusahaan. Kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan dalam bentuk pengungkapan wajib (mandatory disclosure), sedangkan dalam bentuk pengungkapan sukarela (voluntary disclosure),
kebanyakan perusahaan hanya mengungkapkan sedikit dari apa yang seharusnya diketahui oleh para stakeholders. Tingkat pengungkapan laporan tahunan adalah ukuran besarnya proporsi pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan. Tingkat pengungkapan diukur dengan disclosure index yang dihitung dari banyaknya jumlah pengungkapan yang dilakukan oleh sebuah perusahaan dibagi dengan jumlah maksimal yang dapat diungkapkan dalam laporan tahunan sebuah perusahaan. Kriteria pengungkapan diambil dari kriteria yang ditetapkan oleh Bapepam dalam menilai laporan tahunan perusahaan yang ikut serta dalam pemilihan annual report award. Jenis sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terdiri berbagai macam perusahaan, di antaranya perusahaan manufaktur, jasa, perbankan, dagang, properti, perkebunan, pertambangan, dan lain sebagainya. Penulis mengambil sektor perusahaan manufaktur sebagai indikator dalam penelitian ini. Penelitian-penelitian terdahulu dilakukan oleh Ivanna (2005) meneliti tentang tingkat pengungkapan laporan tahunan pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonsia. Penelitiannya menggunakan random sampling method yaitu pengambilan sampel secara acak. Berdasarkan teknik pengambilan sampel, maka yang menjadi sampel dalam penelitan ini adalah sebanyak 125 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007. ariabel independennya meliputi sektor perbankan, industry, dagang, property, jasa, ukuran perusahaan, profitabilitas (dalam hal ini peneliti menggunakan return on
assets), dan debt to equity ratio. Logistic regression model digunakan dalam penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perusahaan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Sedangkan faktor ukuran perusahaan, profitabilitas, dan debt to equity ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan. Noviani (2006) meneliti pengaruh solvabilitas, likuiditas, ukuran perusahaan terhadap tingkat pengungkapan laporan tahunan pada 41 perusahaan manufaktur di bursa Efek Jakarta tahun 2002-2004. Penelitian ini berkesimpulan bahwa berdasarkan analisis regresi, variabel devenden likuiditas, solvabilitas, dan ukuran perusahaan berpengaruh terhadap tingkat pengungkapan. Berdasarkan analisis t-test variabel current ratio dan debt to total assets tidak signifikan secara statistik dan secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel Tingkat Pengungkapan. Irawan (2006) meneliti pengaruh leverage, likuiditas, profitabilitas, porsi saham publik, ukuran perusahaan, umur perusahaan, status perusahaan, operating profit marjin, net profit margin, dan return on equity terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ periode 2001-2004. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, hanya variabel ukuran perusahaan, umur perusahaan, porsi saham publik dan status perusahaan yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kelengkapan pengungkapan laporan keuangan. Almilia (2007) meneliti mengenai pengaruh karakteristik perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Jakarta. Almilia menggunakan analisis deskriptif untuk melihat pengaruh dari ukuran perusahaan, rasio leverage, rasio likuiditas, net profit margin, dan status perusahaan terhadap kelengkapan laporan tahunan perusahaan manufaktur yang ada di Bursa Efek Jakarta pada tahun 2001. Hasil penelitiannya menemukan bahwa ukuran perusahaan, rasio likuiditas, dan status perusahaan berpengaruh terhadap kelengkapan pengungkapan laporan tahunan. Dengan demikian dapat disimpulkan terjadinya keberagaan hasil penelitian, sehingga penulis ingin menguji generalisasi hasil penelitian ini dengan hasil penelitian sebelumnya. Penelitian ini berbentuk replikasi dari penelitian yang dilakukan oleh Ivana (2005) dengan memperhatikan sektor perusahaan, ukuran perusahaan, profitabilitas perusahaan, dan debt to equity ratio sebagai variabel yang akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan keuangan suatu perusahaan. Berdasarkan uraian di atas dan mengingat pentingnya pengungkapan laporan keuangan di dalam pengambilan keputusan investasi, maka penulis tertarik untuk meneliti mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Penulis ingin mengetahui apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti ukuran perusahaan, ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit margin. Oleh karena itu, maka penulis akan menuangkannya di dalam sebuah karya tulis ilmiah yang berbentuk skripsi dengan judul: Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Pengungkapan Laporan
Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2010. B. Perumusan Masalah Almilia (2007), menyatakan bahwa karakteristik-karakteristik perusahaan akan mempengaruhi kelengkapan pengungkapan laporan tahunan perusahaan. Berdasarkan hal tersebut, maka penulis merasa perlu untuk meneliti kembali kebenaran pernyataan tersebut dengan merumuskan pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh antara ukuran perusahaan terhadap tingkat 2. Apakah terdapat pengaruh antara return on equity terhadap tingkat 3. Apakah terdapat pengaruh antara debt to equity ratio terhadap tingkat 4. Apakah terdapat pengaruh antara return on asset terhadap tingkat 5. Apakah terdapat pengaruh antara net profit margin terhadap tingkat C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji ulang pengaruh dari ukuran perusahaan, return on equity, debt to equity ratio, return on assets, dan net profit
margin, terhadap tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan tentang tingkat pengungkapan laporan keuangan di Indonesia. 2. Bagi investor, untuk memberikan masukan mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam mempertimbangkan keputusan investasinya. 3. Bagi perusahaan, untuk memberikan masukan mengenai tingkat pengungkapan laporan keuangan perusahaan di Indonesia dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. 4. Bagi akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan referensi untuk mengembangkan penelitian yang lebih luas dan lebih mendalam mengenai masalah pengungkapan laporan keuangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA