PENGANTAR PENDIDIKAN AGAMA HINDU I KETUT SUDARSANA 1. Pengertian Pendidikan Sanjana (2006:2) menyatakan bahwa adalah usaha sadar terencana untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran yang efektif, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk meningkatkan spiritualitas keagamaan agar semakin baik, kecerdasan yang selalu meningkat, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa Negara. Sahertian (2000: 1) menyatakan bahwa adalah usaha sadar yang dengan sengaja dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya dalam UU RI. No 20 tahun 2003 tentang sistem nasional disebutkan bahwa adalah usaha sadar terancam untuk mewujudkan suasana belajar proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif menggembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,kecerdasan,ahlak mulia, serta keterampilan yamg diperlukan dirinya, masyarakat bangsa negara. Purwanto (1998:10) menyebutkan bahwa ialah usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-anak untuk BIODATA PENULIS I Ketut Sudarsana lahir di Desa Ulakan Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem Provinsi Bali pada tanggal 4 September 1982. Ia adalah anak bungsu dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan I Ketut Derani (Alm.) Ni Ketut Merta. Menikah dengan Adi Purnama Sari, S.Pd.H. dikaruniai tiga orang anak; Saraswati Cetta Sudarsana (4 tahun), Kamaya Narendra Sudarsana Ganaya Rajendra Sudarsana (3 tahun). Pengalaman kerja dimulai pada tanggal 1 Januari 2005 sampai sekarang sebagai dosen tetap IHDN Denpasar. Email : iketutsudarsana@ihdn.ac.id memimpin perkembangan
rohani jasmaninya kearah pertumbuhan senantiasa diarahkan untuk kedewasaan, atau lebih perkembangan seorang anak mewujudkan Tujuan jelasnya lagi adalah pemimpin yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa kepada anakanak, dalam pertumbuhannya (jasmani rohani) agar berguna bagi diri sendiri bagi masyarakat. Hamalik (2004:3) memberikan agar nantinya dapat tumbuh menjadi dewasa baik dalam jasmani maupun rohaninya. Dengan demikian orangorang yang dikatakan dewasa dalam hal ini dapat dilihat dari perkembangan jasmani rohaninya yang seimbang serta dapat mengambil suatu Pendidikan Nasional, pada akhirnya untuk mewujudkan tujuan nasional negara RI sebagaimana tercantum pada alinea IV Pembukaan UUD 1945 yaitu : 1) Mencerdaskan kehidupan bangsa, 2) Memajukan kesejahteraan pengertian terhadap kesimpulan terhadap umum, sebagai suatu proses dalam rangka mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan masalahnya sendiri, serta dapat bertanggung jawab terhadap beban hidup yang di hadapi sebagai makhluk sosial dalam masyarakat. 3) Melindungi segenap bangsa Indonesia seluruh tumpah darah Indonesia, 4) Ikut melaksanakan lingkunganya,dengan 2. Pendidikan Agama Hindu ketertiban dunia demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara dekat dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa adalah usaha sadar yang dilakukan oleh orang yang memiliki tanggung jawab atas adalah salah satu mata pelajaran yang wajib diterapkan di seluruh jenjang jenis lembaga formal, baik negeri maupun swasta, dari Taman Kanakkanak hingga Perguruan Tinggi. Sama seperti halnya dengan mata-mata pelajaran yang lain. Pendidikan Agama berdasarkan perdamaian abadi keadilan sosial. Terkait dengan tujuan nasional di atas, pada Bab II Pasal 3 Ung-Ung Nomor 20 tahun 2003 dijelaskan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi siswa agar menjadi manusia yang beriman bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga negara yang demokratis bertanggungjawab (Lasmawan, 2006 : 14 ) dalam mata pelajaran akhlak mulia kewarganegaraan. Kelompok mata pelajaran ini kepribadian ini dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran wawasan peserta didik akan status, hak kewajibannya pembangunan fisik mental spiritual. Sejalan dengan hal tersebut, Departemen Pendidikan Nasional dalam rumusan standar kompetensi mata pelajaran Agama Hindu untuk kurikulum 2004 Kompetensi lulusan suatu dalam kehidupan memberikan pengertian jenjang sesuai bermasyarakat, berbangsa mengenai Pendidikan Agama dengan tujuan bernegara serta Hindu sebagai upaya sadar nasional mencakup kehidupan beragama terencana guna komponen pengetahuan, kepercayaan terhadap Tuhan menyiapkan peserta didik keterampilan, kecakapan, Yang Maha Esa. mengenal, memahami, kemandirian, kreativitas, Terkait dengan eksistensi menghayati, hingga kesehatan, akhlak, ketakwaan Agama Hindu mengimani, bertakwa kewarganegaraan. dalam kerangka kurikulum berakhlak mulia dalam Semua komponen pada tujuan nasional harus tercermin pada tingkat satuan sebagaimana terurai di atas, parisada Hindu Dharma mengamalkan ajaran agama Hindu dari sumber utamanya yaitu kitab suci Sruti, Smerti, kurikulum, sistem Indonesia pusat (1993:6) Sila, Acara Atmanastuti. pembelajaran sistem menjelaskan bahwa Pendidikan agama itu sendiri penilaian. memiliki ruang lingkup untuk Menurut peraturan pemerintah pada dasarnya adalah mewujudkan keserasian, No. 19/ 2005 yang kemudian merupakan penunjang dalam keselarasan, yang dituangkan lebih lanjut mencapai cita-cita kesinambungan hubungan pada kurikulum tingkat satuan pembangunan tujuan dengan Tuhan, diri sendiri,, nasional melalui sesama manusia makhluk agama Hindu termasuk ke
lain, maupun dengan lingkungan (Tri Hita Karana). pada dasarnya adalah salah satu penunjang dalam usaha mencapai citacita mental spiritual tujuan kepribadian umat Hindu yang baik, berbudi pekerti yang luhur serta selalu bhakti kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa. Istilah pembelajaran pada konteks kekinian ditekankan ranah formal dalam berbagai jenis jenjang yang menurut kurikulum satuan yang berlaku secara nasional di seluruh wilayah Indonesia tergolong pembangunan nasional. pada bagaimana guru ke dalam kelompok mata melalui kebijakan Parisada Hindu Dharma Indonesia telah menyusun berbagai program Pendidikan Agama Hindu dalam rangka pembinaan umat Hindu. Dengan demikian agama Hindu adalah suatu upaya dalam rangka turut serta menyukseskan pembangunan nasional dalam big keagamaan yang dilaksanakan secara luas, terencana terus menerus guna mengajak umat Hindu untuk mempelajari, memahami, menghayati, mengamalkan ajaran agamanya sehingga dapat menumbuhkan sikap mengajar bagaimana peserta didik mengajar Tirta (1990:42) menyatakan bahwa pembelajaran adalah totalitas keseluruhan kegiatan belajar mengajar dalam suatu proses transformasi nilai ide konsep dengan titik berat pada bagaimana guna mengajarkan sesuatu bagaimana siswa belajar sesuatu. Berpijak dari berbagai pengertian di atas jadi apa yang dimaksud pembelajaran sehubungan dengan penelitian tindakan kelas ini adalah keseluruhan proses kegiatan belajar mengajar di pelajaran ahklak mulia kewarganegaraan. 3. Karakteristik Pembelajaran Pendidikan Agama Hindu Praksita (1986:23) menyatakan bahwa agama adalah petunjuk hidup yang berisi sejumlah ide nilai norma yang seharusnya menjadi pedoman dalam berpikir berbicara bertingkah laku guna terwujudnya keharmonisan umatnya dalam segala dimensi yakni keharmonisan hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia serta manusia dengan lingkungan alam. Dalam konsep Hindu suasana santi yang diwarnai oleh
terciptanya harmonisasi dalam berbagai dimensi atas pembiasaan ber tri kaya parisudha tidak dapat dilepaskan dengan berbagai niasa atau simbul-simbul sebagai media yang berguna sebagai alat bantu untuk mempermudah menghayati mengaalkan nilai norma-norma agama atau perintah larangan Tuhan. mewujudkan tujuan agama yang hakiki yakni santi, santi santi. Sejalan dengan isi kutipan di atas. Gunawan (2003:23) menyatakan bahwa yang hakiki beragama adalah beryadnya, yadnya yang utama adalah tri kaya parisudha dengan tri kaya parisudha terwujud keharmonisan dalam sebagai manusia yang secara kodrat merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang terdiri dari jasmani rohani dengan kedudukan sebagai makhluk individu sosial. Wiana (1993:37) menyatakan bahwa isi pokok pembelajaran agama Hindu adalah Panca Sradha yang di kemas menurut konsep tiga kerangka dasar yakni :tatwa, susila, ritual. Beragama berarti berbakti keharmonisanlah terdapat Dalam peraturan akademik kepada Tuhan. Yadnya adalah wujud bhakti kepada Tuhan beryadnya pada hakekatnya berpikir berbicara bertingkah laku atau tri kaya parisudha dengan ber tri kaya parisudha maka keharmonisan dalam berbagai dimensi terwujud secara nyata dalam kondisi harmonis seperti inilah kedamaian. Dalam kurikulum tingkat satuan, kurikulum agama Hindu yang tergolong kedalam kelompok mata pelajaran ahlak mulia memiliki karakteristik yang sedikit berbeda dengan mata-mata pelajaran yang lain. tidak saja berorientasi mewujudkan terkait dengan pelaksanaan kurikulum tingkat satuan terutama yang menyangkut standar isi, standar proses maupun standar penilaian di katakan bahwa agama termasuk di dalamnya sebagai kelompok mata pelajaran ahlak mulia kehidupan terasa berada kecerdasan intelektual tetapi kewargangaraan senantiasa dalam suasana damai atau justru yang lebih itu adalah menyasar tiga ranah dalam santi. Dengan demikian menanamkan kecerdasan pembelajaran yakni : ranah upacara upakara adalah alat bantu dalam emosional kecerdasan sosial pada peserta didik kognitif, ranah afektif ranah psikomotor Titib
(2006:45) menyatakan bahwa budi pekerti memiliki kesamaan orientasi pembelajaran. Berpijak pada satandar isi yang ditetapkan maka pada proses kecerdasan, tetapi juga pada sikap kepribadian peserta didik. dengan agama pembelajaran 4. Tujuan Pendidikan Agama yakni mewujudkan sumber daya manusia yang cerdas agama Hindu senantiasa lebih ditekankan pada proses Hindu terampil atas dasar ahlak penginternasasisan sejumlah bertujuan untuk menumbuh mulia yang kuat. Dengan komponen afektif kembangkan demikian agama budi pekerti sangat penting menumbuhkan kemampuan siswa secara psikomotor di samping komponen kognitif. Guru tidak saja mengajarkan sejumlah konsep kognitif tetapi juga meningkatkan sradha (iman) bhakti (ketaqwaan) siswa terhadap Ida Sang Hyang Widhi Wasa melalui pelatihan, intelektual tetapi jauh lebih mendidik peserta didik untuk penghayatan penting adalah mewujudkan kemampuan peserta didik dalam hal bersikap bertingkah laku mulia sesuai dengan norma-norma yang ada ranah kognitif memang penting, tetapi ranah afektif ranah psikomotor lebih penting. yang pada standar isinya lebih menekankan afektif psikomotor dari pada kognitif domain berimplikasi pada pengelolaan standar proses standar penilaian mampu memiliki menerapkan sejumlah konsep afektif psikomotor. Penilaian hasil belajar tidak saja ditekankan pada kemampuan siswa menguasai sejumlah konsep kognitif tetapi lebih difokuskan pada kemauan kemampuan peserta didik mengaplikasikan konsep afektif psikomotor secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dengan demikian penilaian tidak semata diarahkan pada pengalaman ajaran agama Hindu, sehingga menjadi insan Hindu yang dharmika mampu mewujudkan cita-cita luhur Moksartham Jagadita (Depdiknas, 2003 : 45). Menurut Wiana (1997 : 60-70) tujuan agama Hindu adalah untuk membentuk manusia yang sudjana, susila subratha yang juga memiliki kepekaan sosial dalam arti yang luas. Tujuan agama Hindu sesungguhnya sejalan dengan tujuan dalam ajaran
agama Hindu, yakni untuk 4. Menyerasikan adalah membentuk mewujudkan jagadhita menyeimbangkan kepribadian sikap, mental moksa yang berlandaskan pelaksanaan bagian- budi pekerti dalam diri siswa. atas dharma. bagian ajaran agama Agar siswa tersebut mampu Demikian juga dalam Hindu dalam memahami yang suputra, himpunan keputusan seminar masyarakat antara susila subiartha serta astiti kesatuan tafsir terhadap aspek-aspek agama hindu I XV (1999 : 24) tujuan adalah : 1. Membentuk manusia Pancasila yang astiti bhakti kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa 2. Menanamkan ajaran Agama Hindu menjadi suatu keyakinan landasan segenap kegiatan umat dalam semua aspek kehidupan 3. Membentuk moral etika spiritual anak didik yang sesuai dengan ajaran-ajaran agama Hindu tattwa, etika ritual Menurut peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah menyatakan bahwa tujuan agama Hindu adalah untuk menumbuh kembangkan meningkatkan kualitas sradha bhakti peserta didik melalui pemberian, pemupukan, penghayatan, pengamalan ajaran agama serta membangun insan Hindu yang dapat mewujudkan nilai-nilai moksartham jagaditha dalam kehidupannya. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa tujuan bhakti dalam kehidupan sosial religius. 5. Fungsi Pendidikan Agama Hindu merupakan suatu proses penanaman pengajaran materi nilai-nilai ajaran agama Hindu. Dalam kehidupan manusia agama memiliki fungsi seperti yang dinyatakan oleh Cundamani (1993 : 11-12) yaitu : 1. Agama memberikan pengetahuan tentang tujuan cara hidup. Laksana masuk di ruangan gelap orang menjadi takut karena terjadi sesuatu atau tidak tahu arah. Ketakutan itu timbul akibat ketidaktahuan
atau kegelapan. sendiri kesedihan 3. pengajaran tentang Agama dapat sebagai sehingga mempunyai ilmu pengetahuan obor yang menerangi daya tahan yang lebih keagamaan secara kehidupan sehingga besar dari segala umum,system, manusia bisa macam penderitaan. fungsinya. menempuh jalan yang 4. Agama memberikan 4. penyiapan benar bisa lebih ketentraman hati kemampuan sikap cepat menuju tujuan membebaskan orang mental siswa yang hidup sejahtera baik dari kecurigaan ingin melanjutkan studi jasmani maupun ketakutan yang ke jenjang yang lebih rohani berlarut-larut. tinggi. 2. Agama memberi daya Terkait dengan fungsi agama 5. mempersiapkan dorong untuk berbuat tersebut, Kurikulum Pendidikan kematangan baik yang jauh lebih Agama Hindu (2004:2) daya risistensi siswa memungkinkan menjabarkan fungsi dalam mengadaptasi daripada orang yang Agama Hindu diri terhadap tidak beragama. Oleh karena itu agama tidak cukup diketahui oleh umatnya lebih dari itu perlu sebagai berikut : 1. penanaman nilai-nilai ajaran Agama Hindu yang dapat dijadikan Pedoman hidup dalam mencapai lingkungan fisik sosial. 6. perbaikan kesalahankesalahan, kelemahan- diamalkan. kesejahteraan kelemahan peserta 3. Agama dapat sebagai kebahagiaan hidup didik dalam keyakinan obat peredam (moksartham jagadhita). pengalaman dari gejolak batin 2. pengembangan ajaran agama dalam seseorang yang Sradha Dan Bhakti kehidipan sehari-hari. dirundung kedukaan, Kehadapan Hyang Widhi 7. pencegahan peserta dengan agama orang bisa menghibur dirinya (Brahman) didik dari hal-hal negative yang di
akibatkan oleh out come tercapai secara guru siswa komponen pergaulan dunia luar. maksimal apabila komponen sarana pembelajaran. Mengetahui fungsi dari environmental input, raw input Pelaksanaan Agama Hindu maka akan lebih mematangkan siswa dalam instrumental input bersenergi secara maksimal pula. pembelajaran agama Hindu menjadi lebih bermakna lebih efektif efisien apabila mengahadapi diri terhadap Keberhasilan pelaksanaan seluruh komponen yang lingkungan fisik sosial juga pembelajaran berpengaruh di dalamnya kemantapan akan keyakinan tentang Pendidikan Agama Hindu dalam kehidupan sehari-hari. agama Hindu sangat ditentukan oleh guru sebagai komponen invoromental input siswa sebagai raw input, sarana prasarana fasilitas berada pada kompetensi yang cukup memadai. Karena itu agar pelaksanaan berjalan secara ideal di 6. Pelaksanaan Pembelajaran sebagai komponen perlukan upaya maksimal Pendidikan Agama Hindu instrumental in put dengan berupa pemberdayaan Secara defacto the yure demikian pelaksanaan secara ideal seluruh sumber pelaksanaan proses pembelajaran agama Hindu daya sekolah baik itu guru, sebagai suatu sistem bersandar pada tiga segala kendala solusi alternatif untuk mengatasi murid maupun sarana prasarananya. komponen pokok yaitu kendala-kendala tersebut encironmental input, raw input instrumental input. Dalam senantiasa bersumber diarahkan pada komponen proses, output Sugiharta, I. P. S. O., & Sudarsana, I. K. (2017). Hypnotic Learning Characteristics On Sisya Brahmakunta Community In Denpasar. Vidyottama Sanatana: International Journal of Hindu Science and Religious Studies, 1(2), 132-145. Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017). Praksis Pendidikan Menurut Habermas (Rekonstruksi Teori Evolusi Sosial Melalui Proses Belajar Masyarakat). Indonesian Journal of Educational Research, 2(1), 18-26. Wisarja, I. K., & Sudarsana, I. K. (2017). REFLEKSI KRITIS IDEOLOGI PENDIDIKAN KONSERVATISME DAN LIBRALISME MENUJU PARADIGMA BARU PENDIDIKAN. Journal of Education Research and Evaluation, 1(4), 283-291.