BAB I PENDAHULUAN. 1988), hlm Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kembali pemikiran kita tentang makna pendidikan itu sendiri. Pendidikan terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti memberikan,

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Problem kemerosotan moral akhir-akhir ini menjangkit pada sebagian

BAB I PENDAHULUAN. muda untuk memperoleh serta meningkatkan pengetahuannya. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab I ini, akan memaparkan beberapa sub judul yang akan digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Menyambung yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai), Alfabeta, Bandung, 2009, hlm. 2.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Sekretaris Jenderal MPR-RI, Undang-Undang Dasar 1945, Sekjen MPR-RI, Jakarta, hlm. 5 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN. kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk individu dan makhluk sosial. maksud bahwa manusia bagaimanapun juga tidak bisa terlepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persada, 2004), hlm Netty Hartati, dkk, Islam dan Psikologi, (Jakarta: PT Raja Grafindo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tak pernah ada pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan Islam menurut Suyanto (2008: 83) adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan meningkatkan potensi- potensi yang dimiliki agar senantiasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak negara mengakui bahwa persoalan pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terus belajar dan dilakukan tanpa beban. manusia dalam mengembangkan potensi diri sehingga mampu menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. 1 Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm. 5.

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan sumber daya manusia yang dapat diandalkan. Pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. belum lagi ditemukan pada saat arus globalisasi dan Era pasar bebas terus

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOLABAN TAHUN PELAJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berujung pada pencapaian suatu kualitas manusia tertentu yang dianggap dan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Islam. Akhlak dapat merubah kepribadian muslim menjadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

I. PENDAHULUAN. lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana. mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting bagi manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diselenggarakan di negara tersebut. Oleh karena itu, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan harus dilaksanakan sebaik mungkin, sehingga akan diperoleh hasil

peningkatan kompetensi guru melalui penataran-penataran, perbaikan saranasarana pendidikan, dan lain-lain. Hal ini dilaksanakan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. interaksi positif antara anak didik dengan nilai-nilai yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003, pasal 37

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional termasuk didalamnya bidang pendidikan, itulah sebabnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi anak didik sehingga menjadi orang yang dewasa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu topik yang menarik untuk dibahas, karena

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, masyarakat, maupun kehidupan berbangsa dan bernegara. Maju

BAB I PENDAHULUAN. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut sebenarnya dapat menjadi modal yang kuat apabila diolah dengan

BAB I PENDAHULUAN. upaya sekolah dalam mendukung tujuan pendidikan nasional, Undang-Undang

BAB I. Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 2 pasal 3. 2

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN. tetap diatasi supaya tidak tertinggal oleh negara-negara lain. pemerintah telah merancang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

PENERAPAN KONSEP PEMBELAJARAN HOLISTIK DI SEKOLAH DASAR ISLAM RAUDLATUL JANNAH WARU SIDOARJO PADA MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

I. PENDAHULUAN. tercantum dalam UU Sisdiknas No. 20 (2003:4): Bahwa Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang tentunya bercita-cita mempunyai anak yang ber-akhlakul karimah. Mengapa demikian, karena anak yang berakhlakul karimah senantiasa mendoakan orang tuanya, dan doanya tidak akan putus walaupun sudah meninggal dunia. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan sebuah proses. Proses tersebut tidak lain adalah pendidikan. Karena menurut Ki Hajar Dewantoro dalam buku Pengantar Umum Pendidikan karya Suwarno, pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), fikiran (intelek) dan jasmani anak-anak, supaya dapat memajukan kesempurnaan hidup, yaitu kehidupan dan penghidupan anak-anak selaras dengan alamnya dan masyarakatnya. 1 Anak yang baru lahir berada pada keadaan serba lemah, belum dapat berdiri sendiri dan serba bergantung kapada orang lain. Padahal sesungguhnya anak mempunyai potensi untuk berkembang. Karenanya, orang tua perlu memberikan pendidikan demi perkembangan dan kelanjutan hidup anak tersebut. Kesadaran diri dan kemampuan tidak dimiliki oleh anak sejak 1988), hlm. 3. 1 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, (Jakarta: Aksara Baru, 1

lahir, hanya dibawanya dalam bentuk potensi yang perlu dikembangkan melalui pendidikan. Dalam pandangan imam Al-Ghozali, pendidikan tidak hanya berbicara persoalan potensi dan kemampuan secara jasmani, namun juga tentang akhlak. Menurutnya, pendidikan adalah menghilangkan akhlak yang buruk dan menanamkan akhlak yang baik. 2 Pendidikan juga merupakan suatu proses kegiatan yang dilakukan secara sistematis untuk melahirkan perubahan-perubahan yang progresif pada tingkah laku manusia. Pendidikan akan maksimal jika dilaksanakaan pada tempat yang representatif. Dalam hal ini, Lengeveld dalam bukunya Drs. Suwarno mengemukakan tiga macam lembaga pendidikan yaitu keluarga, negara dan agama. 3 Dasar yang digunakanya dalam pembagian tersebut adalah soal wewenang dan wibawa. Keluarga, negara dan agama adalah badan yang mempunyai wewenang menyelenggarakan pendidikan. Wewenang kelurga bersifat kodrati, wewenang negara berdasarkan undang-undang, sedangkan wewenang agama berasal dari Tuhan. Ki Hajar Dewantoro mengemukakan tricentral atau tiga pusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan perkumpulan pemuda (organisasi). Disini, Ki Hajar Dewantara memandang 2 M. Zainuddin, dkk, Pendidikan Islam: Dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, (Malang, UIN Malang Press, 2009), hlm. 166. 3 Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, hlm. 65. 2

badan pendidikan dari segi wadah atau tempat terselenggaranya proses pendidikan. Keluarga adalah lembaga pendidikan tertua. Lembaga ini ada sejak manusia dilahirkan ke dunia, dimana orang tua sebagai pendidiknya dan anak sebagai peserta didik. Keluarga merupakan pendidikan informal, yaitu pendidikan yang tidak mempunyai bentuk program yang jelas dan resmi. Kelurga adalah lembaga pertama dan utama. Terbentuknya mental dan kepribdian diawali di dalam keluarga. Setelah anak mencapai usia matang bersekolah, disamping menjalani pengalaman hidup di dalam keluarga, ia memasuki pusat pendidikan yang kedua, yaitu sekolah. Transisi pendidikan dari rumah ke sekolah perlu diperhatikan oleh para guru dan orang tua. Guru perlu menciptakan suasana belajar mengajar yang dapat memenuhi kebutuhan dasar anak, terutama kebutuhan kasih sayang dan rasa aman. Sehingga kehidupan di sekolah bukanlah sesuatu yang menakutkan bagi anak-anak. Sekolah merupakan tempat mengembangkan kecerdasan fikiran dan memberikan pengetahuan. Walaupun dalam keluarga juga mengembangkan kecerdasan anak, akan tetapi orang tua terlalu sibuk dengan pekerjaanya, sehingga tidak efisien dan sumbanganya tidak dapat menyamai peranan sekolah dalam hal pengembangan kecerdasan anak. Selain itu, sekolah merupakan lembaga formal, kurikulum dan programnya sudah tersusun secara sistematis. 3

Kehidupan anak dirumah yang serba menggantungkan diri kepada orang tua, maka memasuki sekolah, anak mendapat kesempatan untuk melatih berdiri sendiri dan tanggung jawab, sebagai persiapan sebelum kemasayarakat. Karena sesungguhnya, sekolah merupakan refleksi atau pencerminan kehidupan bermasyarakat. Di dalam bermasyarakat, anak harus mempunyai attitude dan karakter yang baik. Dalam hal ini, Ibnu Miskawaih, seorang filsuf Islam mengemukakan bahwa watak dan karakter anak dapat berubah karena pengaruh-pengaruh dan faktor-faktor eksternal, misalnya lingkungan yang mengitarinya atau pola-pola pendidikan yang diperolehnya. 4 Bagi umat muslim, penanaman akhlakul karimah sudah termaktub di dalam konsep pendidikan Islam. Pendidikan Islam merupakan proses trans-internalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, pengarahan dan pengembangan potensi-potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat, jasmani dan rohani. Bimbingan tersebut dilakukan secara sadar dan terus menerus dengan disesuaikan fitrah dan kemampuan, baik secara individu maupun kelompok, sehingga ia mampu menghayati, memahami 4 M. Zainuddin, dkk, Pendidikan Islam: Dari Paradigma Klasik Hingga Kontemporer, hlm. 144. 4

dan mengamalkan ajaran islam secara utuh-menyeluruh dan komprehensif. 5 Dalam pelaksanaanya, pendidikan Islam ingin mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional. 6 Tujuan pendidikan nasional tertuang di dalam pasal 3 UU Sisdiknas no. 20 tahun 2003 yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan Islam sudah terstruktur di dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI). Oleh karena itu, PAI sebagai suatu disiplin ilmu, mempunyai karakteristik dan tujuan yang berbeda dari disiplin ilmu yang lain. Bahkan mungkin sangat berbeda sesuai dengan orientasi dari masing-masing lembaga yang menyelengarakanya. Agar tujuan pendidikan dapat tercapai dengan baik, maka peserta didik harus menjalani proses belajar. Proses yang dimaksud adalah tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan 5 Muhammad Muntahibun Nafis, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Teras, 2011), hlm. 26. 6 Departemen Agama RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional, (Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam, 2005), hlm. 20-21. 5

psikomorik yang terjadi dalam diri siswa. 7 Perubahan tersebut bersifat positif, dalam arti berorientasi ke arah yang lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Lembaga pendidikan yang ketiga adalah organisasi kepemudaan. Melalui organisasi berkembanglah kesadaran sosial (social understanding), kecakapan-kecakapan di dalam pergaulan dan kesetia kawanan (social skill) dan sikap yang tepat dalam hubungan antar manusia (social attitude). Kadang-kadang ada orang yang berpandangan bahwa memasuki organisasi hanyalah membuang-buang waktu saja, bahkan merugikan prestasi belajar anak-anak di sekolah. Sudah jelas pandangan tersebut tidak benar, sebab tujuan pendidikan harus bersifat menyeluruh atau mencakup semua perkembangan aspek kepribadian secara harmonis dan integratif. Jadi tidak hanya sekedar mengembangkan kecerdasan anak saja, tapi segi sosial dan susilanya juga. Jika anak dapat mengatur aktifitas antara dirumah, di sekolah dan di organisasi, maka prestasi belajar di sekolah tidak akan terganggu. Dalam hal ini perlu adanya kerjasama yang baik antara keluarga, sekolah dan organisasi. Ki Hajar Dewantoro menggunakan sistem PONDOK ASRAMA sebagai usaha untuk mengintegrasikan ketiga pusat pendidikan tersebut. Organisasi kepemudaan sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal, mempunyai corak ragam yang bermacam- 7 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), hlm. 111. 6

macam. Secara garis besar, dapat dibedakan antara organisasi pemuda yang diusahakan pemerintah dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh badan-badan tertentu. Adanya kedua jenis organisasi tersebut merupakan pencerminan prinsip demokrasi dalam pendidikan. Pembelajaran PAI yang berjalan saat ini, sebenarnya sudah mengikuti perubahan kurikulum nasional. Akan tetapi sering kali belum sesuai harapan. Akibatnya mutu pembelajaran PAI yang seharusnya melahirkan sikap dan perilaku yang baik bagi peserta didik, justru tidak berhasil dan mendapat sorotan yang sebaliknya. Faktor apakah yang menyebabkan hal tersebut terjadi, sampai sekarang masih menjadi perdebatan. 8 Meskipun pemerintah yang berkedudukan sebagai pemegang kekuasaan sudah memberikan perhatian secara moril dan materil, tidaklah cukup bila para pelaku atau praktisi pendidikan tidak sadar diri untuk ikut membenahi kekurangan-kekurangan yang tampak dihadapinya. Proses perbaikan dan pengembangan pendidikan, sebetulnya sudah dilakukan banyak pihak, termasuk organisani Islam. Di Indonesia terdapat banyak organisasi Islam yang ikut serta dalam upaya memajukan pendidikan di Indonesia. Organisasi Islam tersebut diantaranya adalah Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Al-Irsyad, Rifa iyah dan sebagainya. 8 Mujtahid, Reformasi Pendidikan Islam, (Malang, UIN MALIKI PRESS, 2011), hlm. 48. 7

Masing-masing punya orientasi dan strategi sendiri-sendiri dalam kontribusinya terhadap dunia pendidikan. Oganisasi Islam yang masih terorganisir dengan baik dan menjadi organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan di dunia adalah Nahdlatul Ulama (NU). NU didirikan pada tanggal 16 Rajab 1344 H atau 31 Januari 1926 M. 9 NU berdiri atas dasar kesepakatan para ulama, yang pada saat itu di komandoni oleh Hadrotusyaikh K.H. Hasyim Asy ari. Beliau dilahirkan di desa Nggedang, Jombang Jawa Timur pada tanggal 14 Februari 1817 M atau 24 Dzulqo dah 1287 H. 10 Dalam rangka memajukan masyarakat yang masih terbelakang dan untuk membentuk masyarakat yang berakhlak mulia, NU sebagai organisasi sosial keagamaan mencoba memajukan masyarakat melalui jalur pendidikan. Usaha-usaha NU di bidang pendidikan Islam memang cukup menggembirakan. NU mempunyai banyak pondok pesantren, sekolah-sekolah umum dari tingkat anak-anak sampai perguruan tinggi. 11 Sebagai organisasi besar, NU mempunyai beberapa Badan Otonom (Banom), yaitu Muslimat yang mengakomodir ibu-ibu, Fatayat yang mengakomodir pemuda putri, Gerakan Pemuda 9 Abdul Muchit Muzadi, NU Dalam Perspektif Sejarah dan Ajaran, (Surabaya: Khalista, 2207), hlm. 36. 10 Rohinah M. Noor, K.H. Hasyim Asy ari Memodernisasikan NU & Pendidikan Islam, (Jakarta: Grafindo Khazanah Ilmu, 2010), hlm. 12. 11 Iskandar Engku dan Siti Zubaidah, Sejarah Pendidikan Islam, (Bandung, PT Remaja Rosdakarya, 2014), hlm. 192. 8

Anshor yang mengorganisir pemuda putra, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) yang mewadahi pelajar putra, serta Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) yang mengakomodir pelajar putri. Semuanya mempunyai bidang garapan dan program kerja masing-masing. Dalam konteks organisasi, badan otonom NU yang sangat relevan dengan dunia pendidikan adalah IPNU IPPNU. Struktur organisasi IPNU IPPNU tingkat yang paling bawah adalah Pimpinan Kimisariat (PK) yang berdiri di sekolah atau madrasah dan Pimpinan Ranting (PR) yang berdiri di desa/kelurahan. Sedangkan kepengurusan tertinggi adalah Pimpinan Pusat (PP) yang berkedudukan di ibu kota negara, yaitu Jakarta. Tahun 2015, Pimpinan Komisariat IPNU IPPNU SMP 03 Reban kabupaten Batang resmi terbentuk. Dengan berbagai kegiatan yang dilaksanakan dan program kerja yang sudah ditelurkan, hendaknya IPNU IPPNU dapat berkontribusi dalam memajukan pendidikan Indonesia dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Oleh karenanya, perlu adanya studi mengenai seberapa besar peran dan kontribusi IPNU IPPNU terhadap prestasi para anggota, yang juga merupakan peserta didik di SMP tersebut. Berangkat dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan sebuah penelitian karya ilmiah dengan judul Studi Korelasi Antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan IPNU-IPPNU dengan Prestasi Belajar PAI Siswa-Siswi Kelas VIII SMP N 03 Reban Kabupaten Batang Tahun Pelajaran 2015/2016. 9

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana keaktifan siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban kabupaten Batang tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti kegiatan IPNU-IPPNU? 2. Bagaimana prestasi belajar PAI siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban kabupaten Batang tahun pelajaran 2015/2016? 3. Bagaimana korelasi antara keaktifan mengikuti kegiatan IPNU-IPPNU dengan prestasi belajar PAI siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban kabupaten Batang tahun pelajaran 2015/2016? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Keaktifan siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban kabupaten Batang tahun ajaran 2015/2016 dalam mengikuti kegiatan IPNU-IPPNU. 2. Prestasi belajar PAI siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban kabupaten Batang tahun pelajaran 2015/2016. 3. Hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan IPNU-IPPNU dengan prestasi belajar PAI siswa-siswi kelas VIII SMP N 03 Reban Kabupaten Batang tahun pelajaran 2015-2016. 10

D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik secara akademis maupun secara praktis, yaitu: 1. Manfaat Akademis Secara teoritis, penelitian ini diiharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap pengembangan kajian ilmu administrasi, pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan kinerja organisasi. Selain itu, untuk mengembangkan khazanah dunia Pendidikan Agama Islam (PAI) melalui studi lapangan, khususnya dalam pembelajaran di sekolah formal, serta untuk menganalisis faktor-faktor yang menunjang prestasi peserta didik dalam bidang PAI. 2. Manfaat Praktis a. Untuk guru Dapat menjadi masukan bagi guru PAI dalam memperluas pengetahuan mengenai faktor-faktor yang menunjang prestasi belajar peserta didik. b. Untuk Sekolah Hasil penelitian ini nantinya diharapkan dapat digunakan sebagai evaluasi keberhasilan proses dan hasil pembelajaran peserta didik pada mata pelajaran PAI, khususnya pada kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016. 11

c. Untuk Organisasi IPNU-IPPNU komisariat SMP N 03 Reban Diharapkan dapat menjadi masukan dan rekomendasi kepengurusan IPNU-IPPNU komisariat SMP N 03 Reban kabupaten Batang dalam menjalankan program kerjanya. Bagi para siswa, supaya dapat menambah wawasan dan pengetahuan, karena hal tersebut tidak hanya di dapat dalam bangku sekolah saja, tetapi juga dalam berorganisasi. 12