BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL TERHADAP KENAKALAN REMAJA PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 SUMBER GEMPOL TULUNGAGUNG TAHUN PELAJARAN 2014/2015

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

KEEFEKTIFAN LAYANAN BIMBINGAN SOSIAL UNTUK MENGATASI KENAKALAN REMAJA PESERTA DIDIK KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai upaya peningkatan sumber daya manusia {human resources), pada

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan merupakan usaha sadar agar manusia dapat mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peserta didik merupakan aset suatu negara yang nantinya akan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

I. PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat yang berbunyi: Melindungi

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN tentang Sistem Pendidikan Nasional telah menjelaskan bahwa tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN. murid, siswa, mahasiswa, pakar pendidikan, juga intektual lainnya.ada

BAB I PENDAHULUAN. bagi kelangsungan hidup manusia. Dengan pendidikan manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

I. PENDAHULUAN. Kehidupan era Globalisasi ini, remaja sering kali diselingi hal-hal

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. generasi mendatang. Dengan pendidikan diharapkan dapat menghasilkan. pendidikan itu merupakan suatu tuntutan dan keharusan.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beberapa tahun terakhir ini sering kita melihat siswa siswi yang dianggap

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan sebuah negara. Maka dari itu, jika ingin memajukan sebuah negara terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dilahirkan manusia-manusia yang berkualitas yang akan membangun dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN. dikenang sepanjang masa, sejarah akan menulis dikemudian hari. Di sekolahsekolah. pelajaran umum maupun mata pelajaran khusus.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang harus dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan sebagai upaya dasar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Orang tua yang penuh perhatian tidak akan membiarkan anak untuk

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ketuntasan belajar siswa. Moral merupakan nilai yang berlaku dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini dilanda era informasi dan globalisasi, dimana pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia maka perlu dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan hal yang marak menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

2014 PENGARUH PAI DAN KEGIATAN EKSTRAKULIKULER KEAGAMAAN TERHADAP PENINGKATAN AKHLAK MULIA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan nasional. Menurut Samani dan Harianto (2011:1) paling tidak ada

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

2015 PROGRAM BIMBINGAN PRIBADI BERDASARKAN PROFIL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini masalah kenakalan remaja menjadi semakin

BAB I PENDAHULUAN. lingkungannya masing-masing. Pendidikan di Indonesia di mulai dari pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB 1 PENDAHULUAN. pembinaan budi pekerti luhur atau akhlak mulia yang antara lain berupa: (1)

BAB I PENDAHULUAN. hlm Syaiful Sagala, Administrasi Pendidikan Kontemporer, Alfabeta, Bandung : 2005, hlm.

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

BAB I PENDAHULUAN. Mitra Pustaka, 2006), hlm 165. Rhineka Cipta,2008), hlm 5. 1 Imam Musbikiin, Mendidik Anak Kreatif ala Einstein, (Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. sebelumnya. Pengetahuan ini dapat juga disebut sebagai pendidikan.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. asing bisa masuk ke negara Indonesia dengan bebas dan menempati sector-sektor

BAB I PENDAHULUAN. Taqwa, (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 1. Nasional, (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), hlm. 7.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. didik kurang inovatif dan kreatif. (Kunandar, 2007: 1)

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi akademik yang dicapai seseorang, akan tetapi harus di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas, baik itu kualitas intelektual maupun kualitas mental. Suatu

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda bangsa. Kondisi ini sangat memprihatinkan sekaligus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pembelajaran di sekolah baik formal maupun informal. Hal itu dapat dilihat dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BAB I PENDAHULUAN. juga menengah. Siswa merupakan satu-satunya subjek yang menerima apa saja

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

BAB. I. Pendahuluan. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. menciptakan pembelajaran yang kreatif, dan menyenangkan, diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mewujudkan proses pembelajaran yang efektif dan efesien

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KENAKALAN DAN DEGRADASI REMAJA

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya. Bahkan keduanya saling mempengaruhi dan merupakan proses yang satu. Manusia sangat membutuhkan pendidikan dalam menjalani kehidupannya di dunia ini. Tujuan dari pendidikan nasional Indonesia adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UUSPN omor 20 Tahun 2003, BAB II,Pasal :3). Dengan pendidikan diharapkan akan terbentuk generasi muda yang kreatif, inovatif, mempunyai pengetahuan dan berbudi pekerti yang luhur sehingga mereka mampu untuk berkompetisi dalam kehidupan globalisasi seperti sekarang ini sesuai dengan tuntutan masyarakat. Tanpa adanya pendidikan masyarakat tidak akan bisa berkembang dan memenuhi tuntutan masyarakat. Siswa di sekolah menengah mempunyai tingkat perkembangan kepribadian dan sosial yang berada pada masa transisi dari anak-anak ke remaja. Masa remaja di sekolah menengah menghadapi beberapa aspek utama perkembangan kejiwaan anak yaitu berkaitan dengan status sosial dan 1

2 keragaman kemampuan kognisi yang akan mempengaruhi proses pendidikan di sekolah. Latar belakang sosial seperti keluarga, ekonomi masing-masing anak yang berbeda akan memberikan pengaruh pada prestasi anak di sekolah. Dengan kondisi perkembangan remaja pada masa ini maka proses pendidikan memerlukan kondisi kondusif agar perkembangan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik remaja dapat mencapai tujuan yang diharapkan (Yudiarko, 2010: 18). Generasi muda adalah sebagai generasi penerus yang akan menggantikan estafet generasi orang tua, sudah barang tentu harus dibina dengan sungguh-sungguh agar mereka menjadi generasi penerus yang bertanggung jawab dan bermoral. Kewajiban untuk membina tidak cukup diserahkan kepada guru saja, tetapi keluarga dan lingkungan masyarakat juga mempunyai peranan yang sama. Sebagaimana telah sama sama diketahui, bahwa paling tidak terdapat tiga lingkungan pendidikan yang berpengaruh terhadap pembentukan kualitas dan kepribadian remaja, yakni lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat (Hafidhudin, 2002: 246). Yang ideal adalah terjadi kondisi yang harmonis dan sinergis di antara ketiganya dan merupakan satu kesatuan yang terintegrasi. Apa yang diyakini baik dirumah, baik pula di sekolah dan masyarakat. Demikian pula hanya ketidakbaikan, semuanya memberikan persepsi dan perlakuan yang sama. Tetapi dalam kenyataannya tidaklah selalu demikian. Betapa banyak kontradiksi dan pertentangan antara yang satu dengan yang lainnya.

3 Namun di era globalisasi sekarang ini dunia pendidikan dihadapkan dengan berbagai macam tantangan dan permasalahan. Di antara permasalahannya adalah sebagaimana kita ketahui bahwa timbulnya berbagai macam bentuk kenakalan remaja. Remaja yang pada usia sekolah yang seharusnya difokuskan pada menuntut ilmu dan hal yang bermanfaat. Namun kenyataannya sebaliknya malah melakukan berbagai tindakan yang tidak terpuji dan seharusnya tidak mereka lakukan (Andika, 2009: 21). Kenakalan remaja semakin lama semakin meningkat. Banyak peristiwa yang merugikan bagi dirinya (remaja secara khusus) dan bagi orang tuanya, kalangan pendidikan, serta masyarakat (secara umum). Kenakalan ini biasa terdapat pada anak-anak, namun yang paling dominan terdapat pada usia remaja yang pada masa ini remaja mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat atau biasa disebut dengan masa peralihan (transisi) (Apriyansah, 2008: 3). Adanya iklim lingkungan kehidupan yang kurang sehat, seperti: maraknya tayangan pornografi, kekerasan di televisi, minuman-minuman keras, perjudian, obat-obat terlarang atau narkoba, ketidak harmonisan dalam kehidupan keluarga dan lainnya yang sangat mempengaruhi pola perilaku atau gaya hidup terutama pada usia remaja yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlak yang mulia). Sedangkan dalam lingkup pendidikan biasanya bentuk kenakalan seperti: pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran antar pelajar, bolos sekolah, merokok, meminum-minuman

4 keras, menjadi pecandu narkoba, pergaulan bebas (free sex) dan lain sebagainya. Di sisi lain, adanya pola kehidupan yang semakin modern membawa dunia remaja turut juga larut di dalamnya. Masa-masa pencarian jati diri yang kerap memunculkan rasa keingintahuan dan rasa ingin meniru begitu dalam terhadap sesuatu, sehingga timbul perilaku-perilaku unik sekaligus aneh pada diri kaum remaja. Misalnya, persoalan percintaan yang sering mengarah pada seks bebas yang berujung dengan aborsi. Kemudian selain itu juga, persoalan pergaulan remaja yang tidak luput dari narkoba, dugem, bergaya hidup mewah, serta persoalan fashion yang identik dengan tren pakaian-pakaian mini, ketat, aksesoris-aksesoris yang mahal, make up berlebihan yang semuanya itu belum tentu ada manfaatnya, adalah merupakan gambaran pola hidup sebagian remaja saat ini. Di zaman modern ini, masa masa remaja berlangsung begitu singkat, dengan perkembangan fisik, psikis, dan emosi yang begitu cepat. Seringkali didapati bahwa ada trauma dalam masa lalunya, perlakuan kasar dan tidak menyenangkan dari lingkungannya, maupun trauma terhadap kondisi lingkungannya, seperti kondisi ekonomi dan perceraian atau ketidakharmonisan dalam keluarga (Subardi, 2011: 1). Dari pengertian dan penyebab di atas dapat dikatakan bahwa kenakalan sesungguhnya terjadi akibat dari kegagalan orang-orang di luar diri remaja dalam memberikan kesempatan bagi perkembangan jiwa remaja menuju kedewasaan. Meskipun UU No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan

5 Anak Pasal 13 dinyatakan tanggungjawab terhadap remaja terletak pada orangtua, wali dan keluarga, sesungguhnya setiap kita ikut bertanggung jawab sesuai dengan peran yang dapat kita mainkan. Maka, dalam hal ini harus ada suatu tindakan guna menangani masalah yang terkait dengan kenakalan yang dilakukan siswa-siswi tersebut sejak dini, karena bila tidak segera ditangani maka akan semakin besar masalah tersebut dan akan semakin lebih sulit untuk mengatasinya. Sebenarnya secara umum, kenakalan yang terjadi pada kalangan remaja timbul karena dirinya memiliki masalah. Adapun secara umum masalah-masalah yang dihadapi oleh individu khususnya oleh siswa di sekolah antara lain adalah: (1) Masalah-masalah pribadi, (2) Masalah yang menyangkut pembelajaran, (3) Masalah pendidikan, (4) Masalah karier atau pekerjaan, (5) Masalah penggunaan waktu senggang, dan (6) Masalahmasalah social (Tohirin, 2007: 13). Masalah tersebut jika remaja tidak bisa menanganinya sendiri akan berujung pada pelarian atau melakukan tindakan yang umum disebut kenakalan remaja. Dari beberapa masalah siswa tersebut membuktikan perlu adanya suatu arahan dan bimbingan dari lembaga pendidikan, maka dari itu sudah selayaknya terkait dengan permasalahan itu lembaga pendidikan harus bisa mengambil peran dan membantu dalam memecahkan berbagai persoalan yang terkait dengan masalah siswa-siswinya tersebut, karena siswa-siswi juga merupakan manusia yang mana manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan saling membantu antara satu dengan lainnya.

6 Di dalam lembaga pendidikan baik sekolah maupun madrasah sudah ada suatu bidang yang memang dikhususkan untuk menangani berbagai masalah-masalah siswa, yang di antaranya lebih sering kita kenal dengan Bimbingan Konseling (BK). Dengan adannya bimbingan konseling di sekolah maupun madrasah diharapkan perannya mampu mengatasi dan membantu berbagai masalah yang dialami siswa. Berdirinya bimbingan konseling juga tak lepas karena adanya masalah-masalah yang dialami siswa, selain itu juga merupakan suatu bentuk upaya yang dilakukan oleh lembaga pendidikan untuk memberikan wadah dan saluran bagi siswa yang mengalami masalah untuk menyelesaikannya yang salah satunya lewat bimbingan konseling (Sudrajat, 2008: 3). Dalam dunia pendidikan selain layanan bimbingan konseling yang dioptimalkan untuk mengatasi kenalan remaja, pembelajaran pendidikan agama Islam di sekolah diharapkan agar mampu membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga pendidikan agama diharapkan jangan sampai justru menumbuhkan semangat fanatisme, menumbuhkan sikap intoleran di kalangan peserta didik dan masyarakat Indonesia, dan memperlemah kerukunan hidup beragama serta persatuan dan kesatuan nasional (Muhaimin, 2002: 76). Karena tujuan dari pendidikan agama Islam selain membentuk pribadi muslim yang baik juga terbentuknya kerukunan umat beragama. Guru Pendidikan Agama Islam merupakan pendidik yang bertanggung jawab langsung terhadap pembinaan moral dan penanaman

7 norma hukum tentang baik buruk serta tanggung jawab seseorang atas segala tindakan yang dilakukan. Oleh karena itu penanaman pemahaman siswa tentang hal ini merupakan control atas segala tindakan atau tingkah laku sehingga siswa sadar terhadap apa yang diperbuatnya. Remaja adalah bagian dari masyarakat, yang mempunyai ciri-ciri psikologis dan tingkah laku atau budaya sendiri. Rasa keingintahuan yang tinggi mendorong remaja untuk selalu berbuat apa yang dinginkan tanpa memikirkan akibatnya. Posisi remaja dalam suatu masyarakat sangatlah penting, karena remaja merupakan generasi penerus dengan kualitas sumber daya manusia yang baik, kreatif, produktif, bermoral tinggi serta memiliki iman religius yang tinggi. SMA Negeri 1 Ngadirojo merupakan salah satu sekolah di Kabupaten Pacitan. Kenakalan remaja yang terjadi segera di kelola dengan baik. Adapun yang berperan dalam mengatasi kenakalan remaja tersebut diantaranya adalah guru bimbingan konseling dan juga guru pendidikan agama. Dengan pengoptimalan bimbingan konseling dan pembelajaran agama, kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo dapat diminimalisir. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti akan melakukan penelitian di SMA Negeri 1 Ngadirojo mengenai Peran Guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama dalam pengelolaan Kenakalan Remaja di SMAN I Ngadirojo Pacitan.

8 B. Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka fokus penelitian ini adalah Bagaimana peran guru Bimbingan Konseling dan Guru Pendidikan Agama dalam pengelolaan kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo Paciatan?. Fokus penelitian tersebut dijabarkan menjadi dua subfokus sebagai berikut. 1. Bagaimana upaya guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo? 2. Bagaimana upaya guru pendidikan Agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mengkaji dan mendiskripsikan : 1. Upaya guru bimbingan konseling dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo Pacitan. 2. Upaya guru pendidikan agama dalam mengatasi kenakalan remaja di SMAN 1 Ngadirojo. D. Manfaat Penelitian Memberikan sumbangan ilmu tentang: 1. Upaya guru Bimbingan Konseling dalam mengatasi kenakalan remaja di SMA Negeri 1 Ngadirojo Pacitan. 2. Upaya guru pendidikan Agama dalam mengatasi kenakalan Remaja di SMA N I Ngadirojo Pacitan.