BERSAMA LESTARIKAN NUSANTARA

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA STRATEGIS

I. PENDAHULUAN. margasatwa, kawasan pelestarian alam seperti taman nasional, taman wisata alam,

I. PENDAHULUAN. dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap. Lindung dan Hutan Produksi dengan pengertian sebagai berikut : a) Hutan

memuat hal yang mendasari kegiatan penelitian. Rumusan masalah permasalahan yang diteliti dan pertanyaan penelitian. Tujuan penelitian berisikan

Keberadaan lahan gambut selalu dikaitkan dengan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya. Kondisi lahan gambut yang unik dan khas menjadikan

IV APLIKASI PERMASALAHAN

Peta Jalan Penyelamatan Ekosistem Sumatera 2020 Dalam RTR Pulau Sumatera

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

I. PENDAHULUAN. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan salah satu jenis primata penghuni

PRESS RELEASE RAPAT KONSULTASI PUBLIK RENCANA PENGELOLAAN JANGKA PANJANG (RPJP) TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

POTENSI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA SATWALIAR PADA HUTAN KONSERVASI (Kasus : SM. Barumun, Sumatera Utara)

WANDA KUSWANDA, S.HUT, MSC

Restorasi Ekosistem di Hutan Alam Produksi: Implementasi dan Prospek Pengembangan

i:.l'11, SAMBUTAN PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR KOTAK... GLOSARI viii xii DAFTAR SINGKATAN ...

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

sebagai Kawasan Ekosistem Esensial)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. A. Sejarah Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS)

Pemetaan Keanekaragaman Hayati Dan Stok Karbon di Tingkat Pulau & Kawasan Ekosistem Terpadu RIMBA

BAB. I. PENDAHULUAN A.

KERANGKA KERJA (SCOPE OF WORK) DAN UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

III. METODE PENELITIAN. Tampak pada bulan Januari September Resort Pugung Tampak memiliki luas

BAB III LANDASAN TEORI

I. PENDAHULUAN. Sumatera merupakan pulau yang memiliki luas hutan terbesar ketiga setelah pulau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis KPHL Batutegi terletak pada BT dan

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. status Nature Reserve (cagar alam) seluas 298 ha. Kemudian berdasarkan Surat

EKOLOGI, DISTRIBUSI dan KONSERVASI ORANGUTAN SUMATERA

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Kebakaran di Konsesi APP/Sinar Mas Memperparah Kabut Asap Regional dan Mengancam Cagar Biosfir PBB yang Baru

I. PENDAHULUAN. Taman Nasional Way Kambas (TNWK) merupakan salah satu dari dua. taman nasional yang terdapat di Provinsi Lampung selain Taman Nasional

ALAM. Kawasan Suaka Alam: Kawasan Pelestarian Alam : 1. Cagar Alam. 2. Suaka Margasatwa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN RESTORASI EKOSISTEM

HARAPAN RAINFOREST RESTORASI EKOSISTEM DI HARAPAN RAINFOREST SEBUAH MODEL DALAM UPAYA PENGURANGAN LAJU DEFORESTASI DI INDONESIA

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan

I. PENDAHULUAN. Berkurangnya luas hutan (sekitar 2 (dua) juta hektar per tahun) berkaitan

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

UNDANGAN PENYAMPAIAN PROPOSAL PROGRAM KONSERVASI SPESIES KARISMATIK SUMATRA

I. PENDAHULUAN. liar di alam, termasuk jenis primata. Antara tahun 1995 sampai dengan tahun

CAGAR BIOSFER Uji lapangan untuk Pembangunan Berkelanjutan

Terms Of Reference Round Table Discussion 2 Rawa Tripa, penyangga kehidupan masyarakat Nagan Raya dan Aceh Barat Daya

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KERANGKA ACUAN PELAKSANAAN EVALUASI AKHIR PROGRAM MITRA TFCA- SUMATERA PADA SIKLUS HIBAH 1

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

BAB I PENDAHULUAN. Secara geografis letak Indonesia berada di daerah tropis atau berada di sekitar

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove


I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pelepasliaran Harimau Sumatera ke Habitat Baru Merupakan Cerita Sukses untuk Kemitraan Harimau Indonesia

West Kalimantan Community Carbon Pools

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh: PT. GLOBAL ALAM LESTARI

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kekayaaan sumber daya dan keanekaragaman hayati berupa jenis-jenis satwa maupun

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

Disusun Oleh: Faisal Rahmad H Fabian

Tantangan Implementasi Peraturan Presiden No. 13/2012 tentang. RTR Pulau Sumatera dalam Upaya Penyelamatan Ekosistem Sumatera

Konservasi dan Rehabilitasi Lahan dan Hutan Gambut di Area PT Hutan Amanah Lestari Barito Selatan dan Barito Timur

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TERM OF REFERENCE KONGRES DAN LOKAKARYA JARINGAN MASYARAKAT GAMBUT RIAU PEKANBARU, MARET 2010

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM DAN EKOSISTEM

PENATAAN KORIDOR RIMBA

PERLINDUNGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

10 Cagar Alam di Indonesia Beserta Flora dan Fauna yang Dilindungi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1990 TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. termasuk ekosistem terkaya di dunia sehubungan dengan keanekaan hidupan

A. Hewan dan Tumbuhan yang Hampir Punah

Perjanjian Kerjasama Tentang Pengembangan dan Pemasaran Produk Ekowisata Taman Nasional Ujung Kulon.

PERENCANAAN INTERIOR ETALASE GEOPARK MERANGIN DI DISBUDPAR MERANGIN

2. Dinamika ekosistem kawasan terus berubah (cenderung semakin terdegradasi),

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

TAMAN NASIONAL BERBAK SEBAGAI SUMBER DAYA GENETIK

Siaran Pers Tegaskan komitmen, perberat hukuman dan lindungi harimau sumatera

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 4. KEANEKARAGAMAN MAKHLUK HIDUP DALAM PELESTARIAN EKOSISTEMLatihan Soal 4.3

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUKU CERITA DAN MEWARNAI PONGKI YANG LUCU

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Primata merupakan salah satu satwa yang memiliki peranan penting di alam

Transkripsi:

BERSAMA LESTARIKAN NUSANTARA TOGETHER WE PRESERVE THE ARCHIPELAGO BELANTARA FOUNDATION 1

MENGENAI KAMI Yayasan Bersama Lestarikan Nusantara ( Yayasan Belantara ) adalah sebuah lembaga penyalur dana hibah yang dibentuk pada tahun 2014 dengan tujuan memberikan hasil masyarakat dan konservasi yang lebih luas. Nama Belantara diambil dari Bahasa Indonesia yang berarti hutan belantara atau hutan yang masih alami. Fokus utama dari Belantara adalah untuk mengalokasi hibah untuk mendukung pemulihan, perlindungan dan konservasi spesies yang terancam punah (khususnya Harimau Sumatera, Gajah Sumatera, serta Orangutan Sumatera dan Kalimantan), pengembangan kelembagaan, dan inisiatif pengembangan dan pemberdayaan masyarakat di Kawasan Konservasi, Hutan Produksi, Hutan Lindung dan Kehutanan Sosial di kesepuluh (10) wilayah distribusi hibah yang telah ditentukan dan berada di lima (5) provinsi propinsi di Pulau Sumatera dan Kalimantan. SRI MARIATI Bekerja sama dengan masyarakat lokal, pemerintah, sektor swasta dan LSM, Belantara mengandalkan pendekatan multipihak agar mendapatkan informasi yang lebih baik dalam pengambilan keputusan dalam 2 BELANTARA FOUNDATION

menangani masalah pengelolaan sumber daya. Karena Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) melintasi area distribusi hibah, maka diperlukan tanggapan terkoordinasi antara semua pemangku kepentingan dalam pengelolaan dan pelestarian ekosistem kritis agar efektif. Sebagai yayasan yang independen Belantara bertujuan untuk bekerja sama dengan semua pihak yang memiliki tujuan yang sama, berkoordinasi dan bekerja sama dengan para mitra proyek - proyek di dalam sepuluh kawasan distribusi hibah. Belantara bertujuan untuk memastikan bahwa inisiatif yang telah ada selaras agar dapat meminimalkan risiko proyek yang tumpang tindih sekaligus memaksimalkan pembagian informasi dan data. Salah satu pendiri Asia Pulp and Paper, berkontribusi secara signifikan dalam membantu dimulainya pengoprasian yayasan dengan sukses dengan memberikan bantuan keuangan yang substansial. Sumber daya keuangan yang lainnya digalang dari sektor publik dan swasta, dan nantinya akan diikuti dengan inisiatif de-risking investasi agar tercapainya cakupan modalitas pendanaan yang lebih holistis. Pada dasarnya Belantara mendukung sepenuhnya fokus dan inisiatif prioritas dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemerintah Indonesia. Untuk lebih spesifik, Belantara mendukung Pembangunan Konservasi Ekosistem Berskala Besar di Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan. Untuk melakukannya, pada tahun 2014 Belantara memprakarsai pembuatan buku Pedoman Belantara yang melibatkan konsorsium kelompok - kelompok sektor swasta, pemangku kepentingan pemerintah dan LSM selama proses pembangunannya. Tujuan utama dari buku Pedoman Belantara adalah menyelaraskan kegiatan konservasi yang dilakukan oleh banyak pemangku kepentingan Buku Pedoman Belantara, yang merupakan rencana tindakan multipihak berfungsi sebagai pedoman pendukung bagi kelompok mitra yang melaksanakan proyek di dalam wilayah distribusi hibah yang ditentukan, menciptakan lingkungan yang mendukung untuk membangun konsensus dan kapasitas diantara para pemangku kepentingan, dan berusaha untuk memastikan agar inisiatif di dalam ekosistem secara kolektif mendukung ekosistem yang ramah lingkungan, sosial, budaya dan ekonomi secara berkelanjutan. Buku Pedoman Belantara mempromosikan pendekatan multipihak untuk Pengelolaan Ekosistem yang Berkelanjutan, mengidentifikasi kesepuluh (10) wilayah distribusi hibah yang ditentukan berdasarkan seperangkat kriteria yang telah ditetapkan dan menguraikan sejumlah aktivitas dan program untuk mendukung strategi ekosistem yang relevan bagi ekosistemnya. BELANTARA FOUNDATION 3

BELANTARA FOUNDATION 4 BELANTARA FOUNDATION

PENDEKATAN MULTIPIHAK MENYATUKAN BAGIAN - BAGIANNYA Yayasan Belantara mempercayai bahwa konservasi harus menggabungkan keharmonisan prinsip-prinsip yang tidak hanya bertujuan untuk melindungi kepentingan masyarakat, terutama pada tingkat akar rumput, namun juga melindungi sumber daya dan keanekaragaman hayati sampai ke masa depannya - dalam skala besar. Belantara percaya bahwa semua pihak dalam suatu ekosistem tertentu harus saling berkomunikasi, berkolaborasi dan berkoordinasi untuk mengelola ekosistem yang berkelanjutan, karena dengan tercapainya keseimbangan antara pembangunan ekonomi jangka panjang, penghidupan berkelanjutan bagi masyarakat lokal, serta pelestarian lingkungan, akan bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan. Di Indonesia seperti di tempat lain, hutan merupakan bagian dari suatu mosaik yang saling terkait dengan penggunaan lahan lainnya, seperti pertanian dan infrastruktur terkadang dalam konteks kemiskinan, ketidakadilan dan pembangunan ekonomi yang kurang terencana. Dengan adanya realisasi ini, maka perlu untuk memprioritaskan pendekatan dengan skala yang lebih besar dan secara multipihak, agar tidak terjadi silo sektoral dan agar tidak menempatkan manusia dalam kedudukan dengan nilai lingkungan, sehingga mendorong cara baru dan inovatif untuk melakukan pelestarian terhadap ekosistem. Inti dari pendekatan Belantara adalah memfasilitasi forum multipihak dari bawah ke atas. Melalui forum tersebut, para pemangku kepentingan yang berada di dalam ekosistem dimungkinkan untuk tidak saja merancang rencana konservasi jangka panjang yang berkelanjutan, namun juga dapat mendukung kebutuhan ekonomi mereka. Ini menempatkan masyarakat lokal, otoritas pemerintah, LSM dan sektor bisnis sebagai aktor kunci dalam perubahan tersebut. BELANTARA FOUNDATION 5

UNTUK MENGELOLA EKOSISTEM YANG BERKELANJUTAN 6 BELANTARA FOUNDATION

Ketika kelompok yang berkepentingan saling berkolaborasi, fungsi ekologis ekosistem dapat dikelola dengan lebih baik 01 09 Pendekatan manajemen mencerminkan pengadaptasian terhadap keadaan yang berubah Menyeimbangkan kepentingan pihak yang memiliki prioritas yang bersaing 02 DAMPAK KEBERLANJUTAN 08 Pemantauan dan analis yang secara konsisten menginformasikan kegiatan ekosistem dan menegakkan akuntibilitas Memastikan masyarakat dilibatkan dan diberdayakan 03 05 07 Berbagi pembelajaran yang akan memperdayakan dan membangun kapasitas semua pemangku kepentingan Miningkatkan koordinasi, mencegah terjadinya tumpang tindih dan mempertahankan kolaborasi 04 Fleksibilitas dalam menemukan solusi konservasi untuk meningkatkan kapasitas dalam melawan ancaman 06 Pembiayaan berkelanjutan untuk memulihkan dan memelihara kesehatan ekosistem dan mata pencahiran yang krusial BELANTARA FOUNDATION 7

WILAYAH DISTRIBUSI HIBAH Untuk lima tahun kedepan, Belantara telah memilih untuk memfokuskan sebagian besar dukungan konservasinya di sepuluh (10) wilayah distribusi hibah yang terbentang dalam lima (5) provinsi dan antara dua pulau (Pulau Sumatera dan Pulau Kalimantan). Sepuluh (10) wilayah distribusi hibah khusus ini mencakup 10.145.187,85 ha lahan yang mencakup 4 taman nasional, 9 wilayah margasatwa, 4 cagar alam dan 2 TAHURA, serta cagar biosfer. Menurut Darftar Merah IUCN, lebih dari dari 1.000 spesies vertebreta telah diindetifikasi dalam wilayah distribusi hibah Belantara, termasuk didalamnya 209 spesies yang dilindungi oleh Pemerintah Indonesia dan 213 spesies yang terancam punah secara global. Prioritas wilayah distribusi hibah didasarkan pada beberapa indikator, diantaranya: 1. Biogeografi, hidrologi, keanekaragaman ekosistem dan karakteristik karbon. 2. Keunikan daerah, termasuk fitur sosial dan budayanya. 3. Fungsi dan pengelolaan tata ruangnya 4. Menurut peraturan perundang-undangan, seperti: kawasan cagar alam, hutan lindung, lahan gambut (kedalaman > 3m), daerah tepi sungai, pesisir, daerah keanekaragaman hayati tinggi dan sebagainya. 8 BELANTARA FOUNDATION

PETA DISTRIBUSI HIBAH SENEPIS ACEH GIAM SIAK KECIL BUKIT BATU SUMATERA UTARA KUBU KUTAI KALIMANTAN UTARA KAMPAR PENINSULA KERUMUTAN RIAU KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TIMUR BUKIT TIGAPULUH BERBAK SEMBILANG SUMATERA BARAT DANGKU - MERANTI JAMBI KALIMANTAN TENGAH PADANG SUGIHAN SUMATERA SELATAN KALIMANTAN SELATAN BENGKULU LAMPUNG KAWASAN KONSEVASI HUTAN LINDUNG HUTAN PRODUKSI PENGGUNAAN LAHAN LAINNYA BELANTARA FOUNDATION 9

BELANTARA FOUNDATION BELANTARA: KESEPULUH WILAYAH DISTRIBUSI HIBAH SENEPIS, RIAU Senepis adalah ekosistem yang berada di provinsi Riau Utara, Pulau Sumatera, Indonesia. Ekosistem senepis mencakup 322.966 ha dan didominasi oleh hutan rawa gambut yang merupakan 77% wilayahnya. Wilayah ini juga merupakan salah satu habitat penting Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), spesies langka dan terancam punah yang terkenal secara global. Spesies penting lainnya yang membuat ekosistem ini sebagai rumah mereka termasuk Macan tutul (Neofelis nebulosa), Binturong atau Beruang kucing (Arctictis binturon), Beruang madu (Helarctos malayanus), Siamang (Hylobates syndactylus), Trenggiling (Manis javanica), Tapir (Tapirus indicus) dan berbagai jenis pohon langka dan terancam punah. 10 BELANTARA FOUNDATION

BELANTARA FOUNDATION BELANTARA FOUNDATION GIAM SIAK KECIL-BUKIT BATU, RIAU Ekosistem Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB) mencakup 941.200 ha dan terletak di provinsi Riau, Pulau Sumatera, Indonesia, sekitar 120 km sebelah utara Khatulistiwa dan sekitar 200 km barat daya Singapura. Sebagian besar wilayah tersebut merupakan bagian dari Cagar Biosfer Giam Siak Kecil-Bukit Batu (GSK-BB). Cagar Biosfer tersebut merupakan ekosistem yang bersebelahan dan mencakup lebih dari 705.000 ha. Cagar BIosfer GSK-BB didirikan pada tahun 2009 dalam Sidang ke-21 Dewan Koordinasi International (International Coordinating Council/ICC) Program MAB (Man and the Biosphere/Manusia dan Biosfer), UNESCO. Kawasan ini dikelola dengan menggunakan konsep UNESCO Manusia dan Biosfer (Man and the Biosphere, MAB) dimana mitra kunci saling bekerja sama dalam pengelolaan sumber daya kawasan secara berkelanjutan. Cagar biosfer terdiri dari tiga zona utama, yaitu: 1) Daerah inti seluas 178.722 ha yang ditujukan untuk konservasi dan penelitian; 2) Daerah zona penyangga seluas 222.245 ha yang digunakan untuk kegiatan yang sesuai dengan praktik pengelolaan hutan yang baik, termasuk hutan tanaman pemasok APP pulpwood; dan 3) Zona transisi seluas 304.123 ha yang digunakan untuk kegiatan budidaya atau aktifitas produksi. BELANTARA FOUNDATION 11

SEMENANJUNG KAMPAR, RIAU SRI MARIATI Ekosistem dari Semenanjung Kampar adalah hutan rawa gambut seluas 743.726 ha yang terletak di Kabupaten Pelalawan dan Kabupaten Siak, Provinsi Riau, di Pantai Timur Pulau Sumatera. Semenanjung Kampar juga dianggap sebagai habitat penting bagi Harimau sumatera yang terancam punah (Panthera tigris (sumatrae), serta flora dan fauna terlindungi lainnya; termasuk Beruang madu (Helarctos malayanus), Trenggiling (Manis javanica), Siamang (Hylobates syndactylus), Buaya sepit (Tomistoma schlegelii), Mentok rimba (Cairina scutulata), Bangau tongtong (Leptoptilos javanicus) dan Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), serta jenis pohon termasuk Ramin (Gonystylus bancanus), Meranti (Shorea spp) dan Kempas (Koompassia malacensis). KERUMUTAN, RIAU Ekosistem Kerumutan merupakan gabungan antara hutan rawa gambut, hutan hujan daratan rendah dan ekosistem hutan rawa air tawar. Luas kawasan ini mencakup 1.334.850 ha provinsi Riau, di pusat Pulau Sumatera. Terdapat ekosistem Cagar Alam Kerumutan seluas 120.00 ha yang merupakan bagian bagi kawasan ini. Ada berbagai jenis pohon yang dilindungi 12 BELANTARA FOUNDATION

di ekosistem ini, termasuk Meranti (Shorea spp) dan Punak (Tetramerista glabra). Kerumutan didominasi oleh hutan rawa gambut yang berfungsi sebagai salah satu habitat kritis provinsi Riau untuk Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Beruang madu (Helarctos malayanus), Rangkong badak (Buceros rhinoceros), Arwana asia (Schleropages formosus), Mentok Rimba (Cairina scutulata) dan Buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Cagar Alam Kerumutan merupakan ekosistem yang vital bagi burung migrasi dan telah diidentifikasikan sebagai Kawasan Penting Burung (Important Bird Area, IBA) oleh Birdlife International. Perlindungan cagar alam bergantung pada pengelolaan berkelanjutan ekosistem Kerumutan menyeluruh. BUKIT TIGAPULUH, RIAU DAN JAMBI Ekosistem Bukit Tigapuluh mencakup luas 1.067.002 ha dengan medan perbukitan sedang hingga curam. Kawasan ini membentang antara provinsi Riau dan provinsi Jambi di Pulau Sumatera dan didominasi oleh hutan dataran rendah (97%). Kawasan ini adalah ekosistem yang dikenal karena tingkat keanekaragaman hayatinya yang tinggi. Inti dari ekosistem kawsan ini adalah Taman Nasional Bukit Tigapuluh seluas 144.223 ha, yang merupakan salah satu dari sedikit hutan hujan dataran rendah primer yang tersisa di Pulau Sumatera. Ekosistem Bukit Tigapuluh juga merupakan salah satu lokasi pengungsian yang tersisa dari spesies langka seperti Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) dan Orangutan (Pongo abelii), serta spesies penting lainnya seperti Mentok Rimba (Cairina scutulata), Bangau Bluwok (Mycteria cinerea), Rangkong gading (Rhinoplax vigil), Macan dahan (Neofelis nebulosa), Kucing emas asia (Catopuma temminckii), Beruang madu (Helarctos malayanus), Trenggiling (Manis javanica), Kukang (Nycticebus coucang), Kambing-hutan sumatera (Capricornis Sumatraensis), dan Siamang (Hylobates syndactylus). Kawasan ini merupakan rumah bagi penduduk asli, yaitu masyarakat Talang Mamak dan Suku Anak Dalam. BERBAK-SEMBILANG, JAMBI DAN SUMATRA SELATAN Ekosistem Berbak-Sembilang mengacu pada suatu kawasan luas yang terletak di pesisir timur Sumatera Selatan dan Jambi yang mencakup luas 1.136.758 ha. Kawasan ini terdiri dari kombinasi hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan bakau dan ekosistem hutan dataran rendah. Ada dua taman nasional yang terdapat di ekosistem ini. Taman Nasional BELANTARA FOUNDATION 13

SRI MARIATI 14 BELANTARA FOUNDATION

Sembilang (202.896 ha) memanjang ke utara dari muara Musi Banyu Asiin ke Sungai Benu di perbatasan Jambi, letaknya bersebelahan dengan Taman Nasional Berbak. Taman Nasional Sembilang merupakan daerah mangrove terbesar di Indonesia bagian barat. Taman Nasional Berbak (162.700 ha) sebagian besar terdiri dari rawa gambut dan air tawar hutan rawa. Ekosistem Berbak-Sembilang merupakan salah satu dari ekosistem dengan populasi Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang layak. DANGKU-MERANTI, JAMBI DAN SUMATRA SELATAN Ekosistem Dangku-Meranti mencakup luas 1.048.652 ha di Kabupaten Musi Banyu di provinsi Sumatera Selatan dan merupakan ekosistim mosaik yang terdiri dari hutan konservasi, hutan lindung, hutan produksi dan kawasan restorasi ekosistem. Ekosistemnya didominasi oleh ekosistem hutan hujan dataran rendah. Kawasan inti dari ekosistemnya adalah Cagar Alam Dangku dengan luas 29.080 ha dan berfungsi sebagai habitat penting bagi Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan sebagai tempat perlindungan untuk berbagai jenis satwa liar dan satwa langka, seperti Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus), Tapir (Tapirus indicus), dan Beruang madu (Helarctos malayanus). Pada Hutan dataran rendah di kawasan Cagar Alam Dangku terdapat berbagai jenis tanaman bernilai tinggi, seperti Meranti (Shorea spp), Tembesu (Fagraea fragrans), Merbau (Intsia sp.) dan Jelutung (Dyera costulata). Kawasan hutan produksi dari ekosistem ini juga memainkan peranan penting dalam menyediakan hubungan antara subpopulasi Harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) sehingga memberikan keragaman genetik yang diperlukan bagi populasi lokalnya. BELANTARA FOUNDATION 15

BELANTARA FOUNDATION 16 BELANTARA FOUNDATION

PADANG SUGIHAN, SUMATRA SELATAN Ekosistem Padang Sugihan mencakup 1.650.213 ha dan terletak di pantai timur provinsi Sumatera Selatan. Ekosistem ini terdiri dari hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar dan ekosistem mangrove. Di dalam ekosistem ini terdapat Cagar Alam Padang Sugihan yang mencakup sekitar 75.000 ha dan didirikan sebagai tanggapan dari pemerintah daerah Air Sugihan untuk mengembangkan daerah transmigrasi untuk menggembalakan gajah liar antara tahun 1982 dan 1983. Ekosistem Padang Sugihan adalah salah satu dari sembilan habitat di Pulau Sumatera bagi Gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus) yang terancam punah. KUBU, KALIMANTAN BARAT Ekosistem Kubu terletak di barat daya provinsi Kalimantan Barat. Daerah ini terdiri dari hutan tropis dataran rendah, rawa gambut, rawa air tawar dan hutan mangrove. Ekosistem Kubu meliputi area seluas 922.821ha dan dikenal sebagai habitat vital bagi Orangutan kalimantan (Pongo pygmaeus), Bekantan (Nasalis larvatus) dan Buaya sepit (Tomistoma schlegelii). Kawasan pesisir dan muara dari ekosistem Kubu merupakan salah satu dari sedikit habitat Pesut atau lumba lumba air tawar (Orcaella brevirostris), mamalia air yang terancam punah. Spesies terlindungi lainnya yang ditemukan di ekosistem Kubu termasuk Beruang madu (Helarctos malayanus), Owa kelempiau (Hylobates muelleri), Kukang (Nycticebus coucang), Tarsius bangka atau Mentilin (Tarsius bancanus). KUTAI, KALIMANTAN TIMUR Ekosistem Kutai meliputi area seluas 977.000 ha dan terletak di sisi utara Sungai Mahakam, provinsi Kalimantan Timur. Wilayah ini terdiri dari beberapa jenis ekosistem hutan dataran rendah tropis, hutan rawa gambut, hutan rawa air tawar, hutan mangrove dan hutan kerangas. Ekosistemnya meliputi Danau Maau, Santan, Besar dan Sirapan. Inti dari ekosistem Kutai adalah Taman Nasional Kutai dengan luas 198.629 ha. Taman Nasional ini dikenal sebagai habitat penting bagi Orangutan kalimantan. Selain itu, Taman Nasional Kutai menyediakan habitat bagi 10 spesies primata dan sekitar 90 spesies mamalia lainnya, termasuk Pesut atau lumba lumba air tawar (Orcaella brevirostris) dan Bekantan (Nasalis larvatus) yang terancam punah. Taman Nasional ini juga merupakan rumah bagi lebih dari 300 spesies burung. BELANTARA FOUNDATION 17

BELANTARA FOUNDATION PROGRAM STRATEGIS KONSENSUS UNTUK PROGRAM KONSERVASI. Mempromosikan proses inklusif yang menggembleng komitmen dari para pemangku kepentingan yang terlibat di tiap - tiap ekosistem, mengembangkan dan mempromosikan program dan memantau kegiatan selama tahap implementasi proyek. Mengembangkan dan memelihara keterlibatan, serta komitment para pemangku kepentingan dalam tiap - tiap ekosistem untuk pengelolaan ekosistem yang berkelanjutan dalam jangka panjang. 18 BELANTARA FOUNDATION

PROGRAM PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN. Untuk memperkuat lembaga yang telah ada dan apabila diperlukan menciptakan lembaga baru agar konservasi ekosistem dapat berkembang dari gagasan bersama menjadi tindakan kolektif. Untuk memfasilitasi lembaga multipihak dalam mengadopsi rencana kerja konservasi ekosistem yang telah disepakati dan disahkan oleh semua lembaga terkait di setiap ekosistem dan diintegrasikan ke dalam kebijakan yang relevan. PROGRAM TINDAKAN PERLINDUNGAN EKOSISTEM. Untuk memfasilitasi inisiatif dalam melindungi kawasan konservasi bernilai tinggi dan ekosistem penting dari ancaman dan kerusakan. Keluaran dari pekerjaan ini dapat mencakup pengembangan rencana kerja konservasi teknis untuk setiap ekosistem, penciptaan keamanan mitigasi hutan dan patroli kebakaran hutan, serta tindakan perlindungan satwa liar. PROGRAM TINDAKAN RESTORASI EKOSISTEM. Untuk memfasilitasi inisiatif dalam merehabilitasi habitat, spesies andalan dan daerah tangkapan air yang memiliki dampak positif pada kemampuan ekosistem untuk menyerap dan menyimpan karbon. Rencana tersebut dapat mencakup penciptaan gugus tugas pemulihan, modul pelatihan, pusat pembelajaran, serta proyek percontohan untuk pemulihan habitat spesies endemik. BELANTARA FOUNDATION 19

SUPPORTING PROGRAMS: PROGRAM DUKUNGAN: PROGRAM PENGEMBANGAN KAPASITAS. PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Untuk menghasilkan agenda dengan prioritas pengembangan kapasitas mitra yang akan melaksanakan program - program aksi perlindungan dan pemulihan di setiap wilayah distribusi hibah sesuai dengan rencana konservasi ekosistem (dan rencana terkait lainnya). Dan untuk menerapkan kegiatan yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan masyarakat untuk memperkuat kapasitas pada tingkat sistem dan individu (termasuk melalui lokakarya interaktif). Untuk memfasilitasi inisiatif untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan program - program perlindungan dan pemulihan; memperbaiki akses masyarakat terhadap pengelolaan hutan berkelanjutan dan sumber daya hutan; dan meningkatkan penggunaan teknologi yang sesuai, ramah lingkungan, berbiaya rendah dengan produk akhir yang dapat berkelanjutan yang dapat dengan mudah dipasarkan. 20 BELANTARA FOUNDATION

PROGRAM KONSERVASI LINGKUNGAN DAN ALAM. PROGRAM BANTUAN TEKNIS DAN PEMANTAUAN. Untuk memfasilitasi pengembangan penelitian lingkungan dan program - program pendidikan konservasi yang memajukan pengetahuan dan pembelajaran mengenai wilayah distribusi hibah, praktik dan inovasi terbaik di kalangan praktisi dan prinsip - prinsip konservasi umum di kalangan ank usia sekolah. Untuk mendukung dan mengawasi dalam pelaksanaan tindakan untuk melindungi kawasan bernilai tinggi di dalam areal hutan konsesi, baik di hutan alam ataupun di hutan tanaman. BELANTARA FOUNDATION 21

SKEMA MODALITAS KEMITRAAN BELANTARA KEHUTANAN, PENCEGAHAN KEBAKARAN LAHAN DAN MITIGASI RESTORASI PERLINDUNGAN SATWA LIAR TATA LAKSANA PEMERINTAHAN YANG BAIK PRIORITAS PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGHIDUPAN BERKELANJUTAN 22 BELANTARA FOUNDATION

FITUR DUKUNGAN STRATEGIS Dukungan Terhadap Distribusi Hibah Penyaluran dana hibah kepada Organisasi Masyarakat Sipil (OMS Civil Society Organization, CSO) untuk kegiatan konservasi, pemulihan, perlindungan dan pengembangan masyarakat, serta keterlibatan dengan pemerintah dan sektor swasta. BELANTARA FOUNDATION Dukungan Terhadap Rencana Hibah Dukungan untuk mitra dalam membangun pengembangan gagasan dan perencanaan program (termasuk penilaian kebutuhan, baselining, pengembangan kapasitas, dll.) Dukungan Untuk Memfasilitasi Strategi Pengembangan Program Untuk mencapai konsensus bagi program multipihak pada tingkat lanskap/provinsi (perencanaan program, konsultasi publik, seminar, lokakarya dan sosialisasi). BELANTARA FOUNDATION 23

SRI MARIATI 24 BELANTARA FOUNDATION