BAB I PENDAHULUAN. konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan. Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan dan sikap-sikap yang diharapkan dapat membuat seseorang menjadi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengembangkan semua aspek dan potensi peserta didik sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. penerus di mana negara Indonesia harus menghindari sistim pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara

BAB I. aktivitas guru sebagai pengajar. Siswa dapat dikatakan belajar dengan aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003:

BAB I PENDAHULUAN. memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maupun kewajiban sebagai warga negara yang baik. Untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

I. PENDAHULUAN. berperan penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

I. PENDAHULUAN. tujuan pendidikan sangat sarat dengan kompetansi sosial, personal dan

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Terpadu di SMP terdiri dari studi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana penting pengembangan ilmu dan pondasi

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang diamanatkan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan. Nasional Nomor 20 Tahun 2003 akan tercapai bila didukung oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan

mengembangkan pengetahuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peran penting dalam upaya peningkatan sumber daya

1. PENDAHULUAN. menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. memberi dorongan untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi.

BAB I PENDAHULUAN. mutu pendidikan nasional dan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah melakukan penelitian dan observasi yang dilakukan pada SMA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang semakin pesat menuntut sumber

Keywords: cooperative type two stay two stray, learning activity, civic education achievement

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

1. PENDAHULUAN. dibahas dalam bab ini yaitu rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan

BAB I PENDAHULUAN. mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik

dapat tercapai jika peserta didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Keaktifan peserta didik di sini tidak hanya dituntut dari segi fisik,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan proses pengembangan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas agar kualitas

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat khususnya generasi muda, yang nantinya akan mengambil alih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. juga belajar diluar kelas supaya siswa itu tidak merasa bosan, misalnya saja siswa

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah merupakan salah satu mata pelajaran yang menanamkan. Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa sejarah dapat

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research), dimana

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang paripurna, sebagaimana tercantum dalam garis-garis besar haluan

BAB I PENDAHULUAN. berwarga negara yang baik dan memahami tanggung jawab hak dan. dan siswa guna meraih kebersamaan tujuan dan visi yang sama dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mata pelajaran yang menakutkan dan susah untuk dipahami. Kebanyakan

BAB I PENDAHULUAN. universal yang dilakukan oleh manusia. Dengan pendidikan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peserta didik yang berkualitas, baik dilihat dari prestasi bidang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1) dikemukakan bahwa kurikulum untuk jenis

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses untuk membantu. manusia dalam mengembangkan dirinya hingga mampu menghadapi setiap

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pemebelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. negara, demi kelangsungan kehidupan dan kejayaan bangsa dan negara. Pendidikan

BAB II KAJIAN TEORI. murid setelah ia menerima pengalaman belajarnya. 1. anak setelah melakukan suatu kegiatan belajar. 2

BAB I PENDAHULUAN. dengan kehidupan masyarakat dan cenderung pada pendidikan afektif. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. sumbangan langsung terhadap berbagai bidang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana bagi manusia untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia sangat penting untuk dipelajari. adanya gagasan atau sesuatu yang hendak dikomunikasikan.

Jurnal Pendidikan Islam dan Teknologi Pendidikan Vol.VII, No 1, Januari-Juni 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi, memberi Dana Bantuan Operasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan manusia, maka dalam penyusunan kurikulum tidak bisa dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pendidikan dapat berlangsung dalam dua tahapan, yakni proses

BAB I PENDAHULUAN. adanya keterlibatan atau partisipasi yang tinggi dari siswa dalam

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN PKN KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang maupun dimasa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. pasal 25 ayat 1 menyatakan beban kerja guru mencakup kegiatan pokok

BAB I PENDAHULUAN. terstruktur dan sistematis dalam lingkungan sekolah. Disekolah terjadi. sebagai pendidik dalam suatu proses pendidikan.

UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI DAN KEAKTIFAN BERKOMUNIKASI SISWA DENGAN STRATEGI SNOWBALL THROWING

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. belakang, (2) rumusan masalah, (3) tujuan penelitian, dan (4) manfaat penelitian.

TINGKAP Vol. X No. 1 Th. 2014

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAWUNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATA PELAJARAN SOSIOLOGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup yang lebih baik. Agar dapat memiliki kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses belajar mengajar merupakan suatu proses interaksi atau hubungan timbal

BAB I PENDAHULUAN. adalah kegiatan proses pembelajaran. Kegiatan proses pembelajaran akan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Komitmen yang kuat dan konsisten terhadap prinsip dan semangat kebangsaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, perlu ditingkatkan terus menerus untuk memberikan pemahaman yang mendalam tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia. Konstitusi Negara Republik Indonesia perlu ditanamkan kepada seluruh komponen bangsa Indonesia, khususnya generasi muda sebagai generasi penerus. Indonesia harus menghindari sistem pemerintahan yang memasung hak-hak asasi manusia, hak-hak warganegara untuk dapat menjalankan prinsip-prinsip demokrasi. Kehidupan yang demokratis di dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat, pemerintahan, dan organisasiorganisasi non pemeritahan perlu dikenal, dipahami, diinternalisasi, dan diterapkan demi terwujudnya pelaksanaan prinsip-prinsip demokrasi serta demi peningkatan martabat kemanusian, kesejahteraan, kebahagiaan, kecerdasan dan keadilan.

2 Beragam mata pelajaran diajarkan di sekolah, dan tiap-tiap pelajaran memiliki karakteristik serta kekhasan masing-masing. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai ilmu yang mempelajari beragam tema merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah. Mulai dari jenjang sekolah dasar (SD) hingga jenjang Sekolah Menengah Umum (SMU). Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara yang baik, yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan diri yang beragam dari segi agama, sosiokultural, bahasa, usia, dan suku bangsa. PKn di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen yang kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dengan mempelajari PKn siswa dapat mengembangkan keterampilan yang mereka miliki secara sistematis, jujur dan disiplin. Oleh sebab itu, siswa sebagai calon generasi penerus, harus dibekali pengetahuan tersebut melalui kegiatan pembelajaran di sekolah. Guru merupakan penyedia kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan siswa dan membantu mereka untuk mengekspresikan gagasan-gagasannya dan mengekspresikan ide ilmiah mereka. Menyediakan sarana yang merangsang siswa berfikir secara produktif dan menyediakan kesempatan dan pengalaman yang

3 paling mendukung proses belajar siswa, tentunya akan memberikan kesempatan siswa untuk beraktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Belajar pada prinsipnya adalah berbuat atau melakukan sesuatu. Tidak dapat dikatakan belajar jika seseorang tidak melakukan aktivitas, itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting di dalam interaksi pembelajaran. Aktivitas belajar merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sardiman (2003:98) aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik (jasmani) maupun mental (rohani). Dalam proses pembelajaran kedua aktivitas tersebut selalu berkaitan sehingga membuahkan aktivitas belajar yang optimal. Adanya aktivitas belajar yang baik tentunya akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Sudjana (2001:22), prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Artinya prestasi belajar adalah penilaian guru terhadap hasil belajar siswa, yang menggambarkan penguasaan siswa atas materi pelajaran atau perilaku yang relatif menetap sesuai tujuan pembelajaran sebagai akibat adanya proses belajar yang dialami siswa. Dalam proses belajar inilah siswa harus beraktivitas, sehingga jika aktivitasnya baik maka akan baik pula prestasi belajarnya. Berdasarkan prasurvei, di semester genap tahun ajaran 2010-2011 prestasi belajar siswa kelas X SMA N 1 Kotagajah rendah dengan ketuntasan klasikal hanya 56% dari jumlah siswa. Ada dua faktor yang menjadi penyebab permasalahan ini, yaitu

4 dari siswa sebagai peserta dan guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. Hasil analisis kondisi siswa kelas X di lapangan dapat dikatakan bahwa hampir 75% siswa memiliki aktivitas belajar rendah. Materi PKn yang sifatnya berupa uraian dan membutuhkan banyak penalaran dan mengingat faktafakta tidaklah terlalu menyenangkan bagi beberapa siswa. Berdasarkan identifikasi yang dilakukan peneliti dalam pembelajaran PKn kelas X di SMA Negeri I Kotagajah, diketahui bahwa proses pembelajaran yang terjadi masih kurang maksimal antara lain karena pelaksanaannya kurang sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah dibuat dimana proses pembelajaran masih cenderung menggunakan model yang kurang bervariasi. Penerapan metode pembelajaran yang kurang bervariasi yakni antara lain masih menggunakan metode ceramah sehingga siswa memiliki kecenderungan bersifat pasif. Pembelajaran yang diterapkan kurang dapat memotivasi siswa untuk terlibat secara aktif dan langsung mendapatkan pengalaman belajar. Pembelajarannya kurang diminati siswa dengan penyajian yang monoton, baik dari segi metode maupun media pembelajaran, suasana kelas yang pasif dengan tidak banyaknya siswa yang mau bertanya dalam proses pembelajaran, siswa kurang berani mengemukakan gagasan dalam kegiatan belajar, kurang peduli di kelas dengan kurang antusiasnya mengikuti pelajaran dan lebih banyak yang ribut sehingga suasana kelas yang tidak bergairah untuk meningkatkan prestasi belajar PKn. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran PKn kelas X SMA N 1 Kotagajah, diketahui bahwa metode yang digunakan adalah metode ceramah dan diskusi kelompok. Karakteristik siswanya yang kurang berperan aktif dalam setiap

5 pembelajaran sehingga lebih banyak aktivitas guru dibanding siswanya dan adanya kemampuan akademik siswa yang bervariasi dalam satu kelas. Karakteristik siswa yang kurang aktif tersebut menyebabkan tidak tercapainya ketuntasan belajar karena rendahnya nilai prestasi siswa. Berdasarkan hasil uraian di atas, peneliti menduga bahwa metode ceramah kurang tepat apabila diterapkan di SMA Negeri I Kotagajah karena dengan metode tersebut, siswa cenderung hanya mendengar dan memperhatikan guru tanpa turut berperan aktif dalam proses pembelajaran. Kemudian, dalam diskusi kelompok yang ikut berperan aktif hanyalah siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi. Sedangkan siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah hanya bersikap pasif dan cenderung mengandalkan teman. Apabila guru mengajukan pertanyaan hanya sedikit siswa yang menjawab, dan bila guru memberikan kesempatan untuk bertanya maka sedikit pula yang mengajukan pertanyaan. Hal ini mengakibatkan kurangnya aktivitas siswa dalam pembelajaran karena kurangnya interaksi guru dengan siswa. Permasalahan lainnya yang timbul adalah dari segi pelaksanaan evaluasi pembelajaran. Seperti yang kita ketahui bahwa peran evaluasi pembelajaran tak kalah penting untuk mengiringi pelaksanaan pembelajaran yang sesuai dengan RPP terancang. Sebab dengan evaluasi ini akan dapat diketahui apakah pendekatan pembelajaran yang dipilih telah sesuai dengan tujuan materi yang diharapkan. Idealnya menurut Arikunto (2005: 57), evaluasi dapat dikatakan baik sebagai alat ukur jika memenuhi persyaratan evaluasi, yaitu memiliki: 1) validitas, 2) reliabilitas, 3) objektivitas, 4) praktibilitas, dan 5) ekonomis.

6 Uraian permasalahan tersebut di atas menunjukkan pentingnya suatu strategi pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran. Siswa tidak akan bisa memahami materi tersebut secara luas jika hanya membaca, mendengarkan penjelasan, atau melihat saja. Tetapi, siswa juga harus mengerti objek belajar, menganalisis, mengidentifikasi, dan kemudian membuat kesimpulan sendiri berdasarkan teori yang tepat. Demikian pula halnya dengan guru, perencanaan dan pengelolaan pembelajaran dan evaluasi yang baik merupakan sebuah kepastian demi terwujudnya pembelajaran yang berkualitas. Kegiatan pembelajaran memuat interaksi di antara sesama siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Oleh karena itu, suasana kelas perlu direncanakan dan di bangun sedemikian rupa, sehingga siswa mendapat kesempatan untuk berinteraksi serta bekerja sama satu dengan yang lainnya. Dalam pembelajaran PKn, perlu ditumbuhkan sikap kerjasama. Kerjasama tersebut dibutuhkan untuk mempermudah memecahkan permasalahan dalam berfikir, menemukan konsep, teori, dan pengamatan dalam pembelajaran. Reigeluth dan Merrill dalam Miarso (2007:529) berpendapat bahwa pembelajaran sebaiknya didasarkan pada teori pembelajaran yang bersifat preskiptif, yaitu teori yang memberikan resep untuk mengatasi masalah belajar. Teori pembelajaran yang preskiptif itu harus memerhatikan tiga variabel, yaitu variabel kondisi, metode, dan hasil. Berdasarkan kerangka teori itu setiap metode pembelajaran harus mengandung rumusan pengorganisasian bahan pelajaran, strategi penyampaian, dan pengelolaaan kegiatan.

7 Karakteristik siswa kelas X SMA N 1 Kotagajah cenderung heterogen dalam kemampuan awal mereka maupun gaya belajarnya, dalam pembelajaran di kelas sebagian besar banyak berbicara sehingga terkesan tidak bisa diam, banyak bergerak sehingga pembelajaran secara klasikal kurang efektif untuk meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar Pkn siswa. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran PKn di SMA Negeri I Kotagajah adalah menerapkan strategi pembelajaran yang mampu memberikan fasilitas kepada siswa untuk saling bekerjasama. Lie (2002:12) menyebutkan bahwa sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas terstruktur disebut sebagai sistem Pembelajaran Gotong Royong atau Pembelajaran Kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki dampak positif bagi siswa yang hasil belajarnya rendah sehingga mampu memberikan peningkatan hasil belajar yang signifikan. Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Berdasarkan perkembangannya, pembelajaran kooperatif terbagi dalam beberapa tipe. Salah satunya adalah Two Stay Two Stray (TSTS). Dalam model pembelajaran kooperatif tipe TSTS, siswa yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari empat orang siswa yang heterogen terutama dari segi kemampuannya. sesuai dengan namanya, teknik ini merupakan salah satu

8 bentuk kelompok yang anggotanya empat orang, dimana dua diantaranya akan tinggal sebagai pemberi informasi bagi kelompok lain yang datang bertemu, sedangkan dua orang lainnya akan berkunjung ke kelompok lain guna mencari informasi lebih lanjut mengenai tugas yang ada. Lie: (2002 : 28) menyebutkan pembelajaran kooperatif TSTS adalah pembelajaran kooperatif yang dapat mendorong anggota kelompok untuk memperoleh konsep secara mendalam melalui pemberian peran pada siswa. Teknik ini biasa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Struktur dua tinggal dua tamu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Pembagian kelompok dalam pembelajaran kooperatif TSTS memperhatikan kemampuan akademis siswa. Guru membuat kelompok yang heterogen dengan alasan memberi kesempatan siswa untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, etnik dan gender serta memudahkan pengelolaah kelas karena masing-masing kelompok memiliki siswa yang berkemampuan tinggi, yang dapat membantu teman lainnya dalam memecahkan suatu permasalahan dalam kelompok Dengan adanya kerja sama di dalam kelompok, diharapkan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat mengikuti dalam belajar kelompok, siswa diberi kebebasan mengenai cara menyelesaikan tugas kelompoknya, tetapi mereka semua harus bertanggung jawab agar setiap individu di dalam kelompok betul-betul memahami konsep yang dipelajari, karena keberhasilan dinilai dari keberhasilan kelompok, bukan masing masing individu.

9 Aktivitas belajar dengan permainan yang dirancang dalam pembelajaran ini memungkinkan siswa dapat belajar lebih rileks di samping menumbuhkan tanggung jawab, kerjasama, persaingan sehat, dan keterlibatan belajar. Apabila diterapkan dalam pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa. Peningkatan aktivitas belajar tersebut akan menambah keingintahuan siswa untuk menambah pengetahuanya sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang menjadi tujuan dapat meningkat. Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis melakukan penelitian tindakan dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Two Stay Two Stray dalam Peningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar Pendidian Kewarganegaraan Siswa Kelas X di SMA N 1 Kotagajah. 1.2 Identifikasi Masalah Memahami latar belakang permasalahan di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut: 1.2.1 Rencana pelaksanaan pembelajaran PKn yang dibuat guru belum tepat untuk pembelajaran PKn. 1.2.2 Pelaksanaan pembelajaran PKn belum baik sehingga jumlah siswa yang masuk dalam kategori aktif belum mencapai 75%. 1.2.3 Aktivitas belajar siswa dalam mengikuti pelajaran PKn belum maksimal 1.2.4 Proses evaluasi yang digunakan belum optimal. 1.2.5 Jumlah siswa yang masuk dalam kategori tuntas belajar belum mencapai 75%.

10 1.2.6 Guru PKn dalam pembelajaran masih banyak menggunakan metode konvensional seperti ceramah 1.2.7 Guru mata pelajaran PKn belum menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe TSTS. 1.3 Pembatasan Masalah Berdasarkan pada latar belakang dan identifikasi msalah di atas, maka penelitian ini dibatasi pada : 1.3.1 Rencana pelaksanaan pembelajaran PKn yang dibuat guru belum tepat untuk pembelajaran PKn. 1.3.2 Pelaksanaan pembelajaran PKn belum baik sehingga aktivitas guru dan aktivitas belajar siswa sangat rendah. 1.3.3 Prestasi belajar siswa kelas X sangat rendah dari KKM bahkan ketuntasan klasikal tidak sampai 75% dari jumlah siswa. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, disusun rumusan masalah sebagai berikut. 1.4.1 Bagaimanakah rencana pelaksanaan pembelajaran PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS? 1.4.2 Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran PKn melalui pembelajaran Kooperatif tipe TSTS?

11 1.4.3 Bagaimanakah peningkatan prestasi belajar PKn siswa melalui pembelajaran Kooperatif tipe TSTS? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: 1.5.1 Perencanaan pembelajaran PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS. 1.5.2 Proses pelaksanaan PKn melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS. 1.5.3 Peningkatan prestasi belajar PKn siswa melalui pembelajaran kooperatif tipe TSTS. 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat secara Teoritis Hasil penelitian secara teoritis dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan, khususnya bagi Teknologi Pendidikan dalam kawasan desain pembelajaran dan pengelolaan pembelajaran 1.6.2 Manfaat secara Praktis 1. Bagi siswa a) meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran di kelas, b) membantu menumbuhkan keberanian, mengurangi rasa malu siswa dalam pelajaran PKn, c) meningkatkan prestasi belajar PKn siswa.

12 2. Bagi Guru a) meningkatkan kemampuan guru dalam merancang, melaksanakan dan megevaluasi proses pembelajaran agar diperoleh hasil yang objektif dan optimal, b) upaya memperbaiki pembelajaran PKn, untuk meningkatkan prestasi belajar PKn siswa. 3. Bagi Peneliti Peneliti dapat memperoleh pengalaman secara langsung dalam menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TSTS yang juga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran PKn. Penelitian ini juga bermanfaat untuk meningkatkan profesionalisme peneliti dan dapat dijadikan bahan rujukan penelitian lebih lanjut pada waktu mendatang. 4. Bagi Sekolah Bagi sekolah diharapkan dapat bermanfaat bagi output (lulusan) yang dihasilkan, sehingga menjadi lebih bermutu dan diharapkan dapat mendorong terjadinya inovasi pembelajaran bagi kemajuan sekolah sehingga meningkatkan kualitas sekolah yang berdayaguna dan berhasilguna.

13 1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu Penelitian ini merupakan penelitian dalam lingkup ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan 1.7.2 Subjek Penelitian Subyek penelitian ini adalah guru, siswa kelas X.2 dan X.6 SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah. 1.7.3 Objek Penelitian Obyek penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran, aktivitas belajar siswa, dan prestasi belajar siswa. 1.7.4 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMAN 1 Kotagajah Lampung Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap pada Tahun Pelajaran 2011/2012