BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

JSIKA Vol. 6, Nomor 1. Tahun 2017 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan pendirian perusahaan adalah untuk memperoleh laba

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB 2 LANDASAN TEORI Sistem Pendukung Keputusan Pengertian Keputusan. Universitas Sumatera Utara

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

RANCANG BANGUN APLIKASI SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENGGUNAKAN MODEL ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS UNTUK PEMBERIAN BONUS KARYAWAN

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN MENEJMEN KARIR PEGAWAI. (Studi Kasus STMIK Pringsewu) Mailasari. Jurusan sistem informasi, STMIK PRINGSEWU

PEMILIHAN SUPPLIER ALUMINIUM OLEH MAIN KONTRAKTOR DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Sistem Pendukung Keputusan

Techno.COM, Vol. 12, No. 4, November 2013:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. artian yang lebih spesifik yakni pihak ketiga dalam supply chain istilah dalam

MATERI PRAKTIKUM. Praktikum 1 Analytic Hierarchy Proses (AHP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI

Sistem Pendukung Keputusan Penasehat Akademik (PA) untuk Mengurangi Angka Drop Out (DO) di STMIK Bina Sarana Global

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Pujawan dan Erawan (2010) memilih supplier merupakan

PENERAPAN AHP SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN RUMAH BERSALIN CONTOH KASUS KOTA PANGKALPINANG

Sistem Pendukung Keputusan Memilih Perguruan Tinggi Swasta di Palembang Sebagai Pilihan Tempat Kuliah

Pengenalan Metode AHP ( Analytical Hierarchy Process )

PERANCANGAN MODEL SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN PROSES PEMILIHAN ADOPSI ANAK DENGAN METODE AHP

AHP (Analytical Hierarchy Process)

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERUMAHAN DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

P11 AHP. A. Sidiq P.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI KOMPUTER SWASTA

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

Penerapan Analytical Hierarchy Process (AHP) Untuk Sistem Pendukung Keputusan Penilaian Kinerja Karyawan Pada Perusahaan XYZ

Pertemuan 9 (AHP) - Mochammad Eko S, S.T

JURNAL. SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KENAIKAN JABATAN PADA PT BANK CENTRAL ASIA Tbk. (BCA) MENGGUNAKAN METODE ANALITYC HEARARCHY PROCESS

Freza Surya Asrina Strata Satu Sistem Informasi Universitas Dian Nuswantoro ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN KELAYAKAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE AHP PADA BANK DANAMON CABANG SEGIRI SAMARINDA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. II Definisi Sistem Pendukung Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

Sistem Penunjang Keputusan Penerimaan Dosen dengan Metode Analytic Hierarchy Process

BAB 2 LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) SEBAGAI MODEL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI UNTUK SISWA YANG MELANJUTKAN KULIAH PADA SMA N 1 TEGAL

MENENTUKAN JURUSAN DI MAN 1 TULUNGAGUNG MENGGUNAKAN METODE AHP BERBASIS WEB

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENILAIAN PRESTASI KARYAWAN TERBAIK. Surmayanti, S.Kom, M.Kom

PENERAPAN ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) GUNA PEMILIHAN DESAIN PRODUK KURSI SANTAI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN BARANG ELEKTRONIK DENGAN METODE AHP

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN SISWA DALAM MENGIKUTI LOMBA LKS DI SMK NEGERI 3 SEMARANG DENGAN METODE ANALITHICAL HIERARCHI PROCESS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE ANALITYCAL HIERARCHY PROCESS (AHP) PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN LAPTOP

Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Ketua Osis Dengan Metode AHP SMK PGRI 23 Jakarta

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Aan Jaelani. Kata Kunci :Analytical Hierarchy Prosess (AHP), Pemilihan siswa berprestasi, sistem pengambilan keputusan.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PERSYARATAN PRODUK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PENERIMA BANTUAN SEMBAKO MENGGUNAKAN METODE AHP (Analytical Hierarchy Process) Nanang Frediyanto

PENERAPAN AHP UNTUK SELEKSI MAHASISWA BERPRESTASI

METODE PENELITIAN. Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara

SISTEM INFORMASI PENDUKUNG KEPUTUSAN PADA SELEKSI PENERIMAAN PEGAWAI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN UNTUK INVESTASI PROPERTI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENEMPATAN POSISI IDEAL PEMAIN DALAM STRATEGI FORMASI SEPAK BOLA

JURNAL LENTERA ICT Vol.3 No.1, Mei 2016 / ISSN

SISTEM PENGAMBILKEPUTUSAN UNTUK MENENTUKAN POSISI IDEAL PEMAIN SEPAK BOLA MENGGUNAKAN METODE ANALITICAL HIERARCHY PROESS (AHP) ABSTRAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN BONUS KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE AHP SKRIPSI

Implementasi Metode AHP dalam Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Penentuan Kuota Pembimbing Mahasiswa. Irfan Dwi Jaya

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTUAN PRIORITAS PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN ANALITICAL HIERARCHY PROCESS

SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN SISWA BERPRESTASI DI SMP MA`ARIF 10 BANGUNREJO LAMPUNG TENGAH MENGGUNAKAN METODE AHP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENGAMBILAN KEPUTUSAN SELEKSI SISWA BERPRESTASI PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) MA ARIF 1 KALIREJO MENGGUNAKAN METODE AHP

ANALISIS FRAMEWORK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENILAIAN KINERJA KARYAWAN PADA PT. XYZ

Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Supplier Terbaik dengan Metode AHP Pada AMALIUN FOODCOURT

IMPLEMENTASI ANALYTIC HIERARCHY PROCESS DALAM PENENTUAN PRIORITAS KONSUMEN PENERIMA KREDIT. Sahat Sonang S, M.Kom (Politeknik Bisnis Indonesia)

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KARYAWAN BARU MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : PT. BTN)

Sistem Pendukung Keputusan Penerimaan Pegawai Dengan Metode AHP

Titis Handayani Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi Universitas Semarang. Abstract

DECISSION SUPPORT SYSTEM (DSS) DALAM MENENTUKAN PENILAIAN KINERJA GURU PADA SD NEGERI 1 TIUH MEMON. Ade Lesmana 1, Nur Aminudin 2

PEMILIHAN LOKASI PERGURUAN TINGGI SWASTA DI JAWA BARAT BERDASARKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) Oleh : RATNA IMANIRA SOFIANI, SSi

ANALISA FAKTOR PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN PERGURUAN TINGGI TINGKAT SARJANA MENGGUNAKAN METODE AHP (ANALITICAL HIRARKI PROCESS)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI & PENDIDIKAN ISSN : VOL. 1 NO. 1 MARET 2010

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU FAVORIT DI MA AZ-ZAIN LENGKONG

BAB IV METODOLOGI PENGAMBILAN KEPUTUSAN

BAB II LANDASAN TEORI. mengintegrasikan bermacam-macam data dengan menyusun, menyimpan, 1. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas kerja.

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN SELEKSI PENERIMA BEASISWA PADA SMA 1 BOJA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

Jurnal SCRIPT Vol. 3 No. 1 Desember 2015

EFEKTIFITAS PENERAPAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) DALAM PEMILIHAN PERANGKAT LUNAK PENGOLAH CITRA DENGAN MENGGUNAKAN EXPERT CHOICE

Pemanfaatan Analytical Hierarchy Process(AHP) sebagai Model Sistem Pendukung Keputusan Seleksi Penerimaan Karyawan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN KADER KESEHATAN DI KECAMATAN PEUDAWA KABUPATEN ACEH TIMUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Definisi Sistem, Keputusan dan Sistem Pendukung Keputusan

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN GURU BERPRESTASI MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS PADA SMK NEGERI 9 SEMARANG

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

TEKNOSI, Vol. 02, No. 02, Agustus

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGUKUR KUALITAS SOFTWARE DENGAN MENERAPKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. negara, atau instansi. Sedangkan transportasi adalah pengangkutan atau

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN MAKANAN PADA BAYI LIMA TAHUN (BALITA) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

JURNAL SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN DALAM PEMBERIAN KREDIT PADA KSP MITRA RAKYAT BERSAMA NGANJUK DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP)

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PENERIMA BEASISWA DENGAN METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) (STUDI KASUS : SMK NEGERI 1 PUGUNG, TANGGAMUS)

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Dalam menyelesaikan permasalahan di atas, terdapat beberapa landasan teori untuk mendukung dalam penerapan aplikasi ini. Berikut akan dijelaskan tentang landasan teori yang bersangkutan. 1.1 Metode Analytical Hierarchi Procces Menurut Mulyono (2004), Analytical Hierarchy Procces (AHP) adalah salah satu teknik riset operasi untuk membantu menyelesaikan masalah, dimana informasi yang dihimpun mengandung informasi yang tidak pasti atau tidak sempurna. Teknik ini cukup bermanfaat, karena ada banyaknya kriteria yang berbeda sehingga kompleksitas masalah dapat lebih mudah diselesaikan dangan AHP. Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang tidak terstuktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin, 2004). Menurut Suryadi dan Ramdhani (2000), AHP merupakan suatu model pengambilan keputusan yang bersifat kemprehensif. AHP mempunyai 6

7 kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang berdasar pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hirarki. Berikut ini adalah kelebihan AHP: 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan. 3. Memperhitungkan daya tahan atau ketahanan output analisis sensivitas pengambilan keputusan. Lebih lanjut lagi, Suryadi dan Ramdhani (2000) mengemukaan bahwa pada dasarnya langkah langkah dalam metode AHP sebagai berikut: 1. Menyusun hirarki dari pemasalahan yang dihadapi. Persoalan yang akan diselesaikan, diuaraikan menjadi unsur unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif kemudian disusun menjadi struktur hirarki. 2. Penilaian kriteria dan alternatif. Kriteria dan alternatif dinilai dengan berpasangan. Menurut Saaty (2003), untuk berbagai persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2. 1 Skala Perbandingan Intesitas Kepentingan Keterangan 1 Kedua elemen sama pentingnya. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting

8 Intesitas Kepentingan Keterangan daripada elemen yang lainnya. 5 Elemen yang satu lebih penting daripda yang lainnya. 7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya. 9 Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya. 2, 4, 6, 8 Nilai nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan. (Sumber: ejurnal.ung.ac.id) Perbandingan dilakukan berdasarkan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen terhadap elemen lainnya. Selanjutnya susunan elemen elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti tabel matrik di bawah ini: Tabel 2. 2 Contoh matrik perbandingan berpasangan A1 A2 A3 A1 1 A2 1 A3 1 1. Penentuan prioritas. Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat alternatif dari seluruh aternatif. Baik peringkat kualitatif, maupun kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai penilai dengan penilaian yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan

9 prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik. 2. Konsistensi logis. Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara konstan sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan mengikuti langkah langkah sebagai berikut: a. Menganalisa matriks dengan prioritas bersesuaian. b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris. c. Hasil tiap baris dibagi prioritas bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan. d. Hasil poin c dibagi jumlah elemen. e. Menghitung indeks konsistensi. f. Menghitung rasio konsistensi. Jika rasio konsistensi lebih kecil dari 10%, maka hasil perhitungan data dapat dibenarkan. 1.2 Sistem Pendukung Keputusan Sistem pendukung keputusan diterjemahkan dari istilah Decision Support System (DSS). Menurut Turban (2005), sistem pendukung keputusan merupakan suatu pendekatan untuk mendukung pengambilan keputusan. Sistem pendukung keputusan menggunakan data, memberikan antarmuka pengguna yang mudah, dan dapat menggabungkan pemikiran pengambil keputusan. Lebih lanjut lagi, bahwa DSS merupakan salah satu produk perangkat lunak yang dikembangkan secara khusus untuk membantu manajemen dalam proses pengambilan keputusan.

10 Ada beberapa ciri umum dari sebuah sistem pendukung keputusan yang ideal, yaitu: 1. DSS adalah sebuah sistem berbasis komputer dengan antarmuka antara mesin/komputer dan pengguna. 2. DSS ditujukan untuk membantu pembuat keputusan dalam menyelesaikan suatu masalah dalam berbagai level manajemen dan bukan untuk mengganti posisi manusia sebagai pembuat keputusan. 3. DSS mampu memberi alternatif solusi bagi masalah semi/tidak terstrukur baik bagi perseorangan atau kelompok dan bebagai macam proses dan gaya pengambil keputusan. 4. DSS menggunakan data, basis data dan analisa model model keputusan. 5. DSS bersifat adaptif, efektif, interaktif, easy to use dan fleksibel. 6. DSS menyediakan akses terhadap berbagai macam format dan tipe sumber data. Manfaat yang dapat diambil dari pemakaian DSS adalah pengambilan keputusan yang rasional sesuai dengan jenis keputusan yang diperlukan, DSS mampu membuat peramalan, mampu membandingkan alternatif tindakan, membuat analisis dampak serta membuat model. 1.3 Penilaian Kinerja Penilain kinerja adalah salah satu tugas penting yang dilakukan oleh seorang manajer atau pimpinan. Menurut Mathis dan Jackson (2004) penilaian

11 kinerja dapat dilaksanakan oleh siapa saja yang mengerti benar tentang penilain kinerja pegawai secara individual. Kemungkinannya antara lain yaitu: 1. Para atasan menilai bawahannya. 2. Bawahan yang menilai atasannya. 3. Anggota kelompok menilai satu sama lain. 4. Penilaian pegawai itu sendiri. 5. Penilaian dengan multisumber. 6. Sumber sumber dari luar. Penilaian kinerja dapat menjadi sumber informasi utama dan umpan balik untuk pegawai. Lebih lanjut lagi, Mathis dan Jackson menambahkan disaat atasan mengidentifikasi kelemahan, potensi dan kebutuhan pelatihan melalui umpan balik penilain kinerja, mereka dapat memberitahukan pegawai mengenai kemajuan pegawai tersebut, mendiskusikan keterampilan apa yang perlu mereka kembangkan dan melaksanakan perencanaan pengembangan. Sementara itu, menurut Dessler (2005) penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi yang efektif dan efisien. Pegawai menginginkan dan memerlukan umpan balik berkenaan dengan prestasi karyawan tersebut dan penilaian menyediakan kesempatan untuk memberikan kesempatan untuk meninjau kemajuan pegawai, dan untuk mnyusun rencana peningkatan kinerja. 1.4 System Development Life Cycle Menurut Jogiyanto (2005) System Development Life Cycle (SDLC) adalah Metode pengembangan sistem merupakan metode yang digunakan untuk

12 mengembangkan suatu sistem informasi, yaitu suatu proses standar yang diikuti untuk melaksanakan seluruh langkah yang diperlukan untuk menganalisa, merancang, mengimplementasikan, dan memelihara sistem informasi. Daur hidup dari pengembangan sistem ini disebut dengan daur hidup pengembangan sistem System Development Life Cycle (SDLC). Secara Operasional langkah-langkah diatas dapat digambarkan dalam bagan berikut ini: (Sumber: SAS Global Forum 2012) Gambar 2. 1 Langkah-langkah SDLC Kelebihan model Waterfall dibandingkan dengan model pengembangan sistem yang lainnya yaitu: 1. Merupakan model pengembangan terstruktur. 2. Setiap fase dapat diimplementasikan dengan dokumentasi yang detail dari fase sebelumnya.

13 3. Aktivitas pengujian dapat dimulai di awal proyek, sehingga mengurangi waktu proyek. Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu: 1. Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tangah proses. 2. Membutuhkan daftar yang lengkap. 2.5 Perusahaan Kontraktor Perusahaan kontraktor dapat didefinisikan sebagai orang atau badan usaha yang menerima pekerjaan dan menyelenggarakan pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan biaya yang ditetapkan berdasarkan gambar rencana, peratura, dan syaratsyarat yang ditetapkan (Ervianto, 2002). Kontraktor dapat berupa perusahaan perseorangan yang berbadan hukum atau sebuah badan hukum yang bergerak dalam bidang pelaksanaan pekerjaan. Perusahaan kontraktor dalam manajemen konstruksi meliputi empat tingkatan hierarki, yaitu (1) tingkat organisasional; (2) tingkat proyek; (3) tingkat operasional; (4) tingkat penugasan kerja. Tingkatan organisasi dan proyek terfokus pada komponen fisik proyek, sedangkan pada tingkatan operasional dan penugasan lebih terfokus pada proses pelaksanaan di lapangan. Oleh sebab itu, setiap tingkatan yang ada membutuhkan sumber daya manusia yang berbeda-beda. 1. Tingkat Organisasi Tingkat organisasi berhubungan dengan berbagai macam fungsi manajemen perusahaan yang di antaranya membentuk interaksi di antara kantor pusat (head office) dan bagian lapangan (field agents).

14 Keputusan yang diambil pada tingkat organisasional berhubungan dengan penawaran proyek dan perekrutan personal dalam perusahaan. 2. Tingkat Proyek Tingkatan ini didominasi oleh tujuan utama dari suatu proyek, yaitu pengendalian biaya, waktu, dan sumber daya alam. Peran manajer proyek sangat dibutuhkan dalam tingkatan ini. Selain itu, jenis-jenis pekerjaan seperti perencanaan, penjadwalan, dan pengendalian proyek menjadi hal utama yang harus diperhatikan. 3. Tingkat Operasional Tingkat operasional berhubungan dengan teknologi dan metode pelaksanaan konstruksi. Tingkatan ini terfokus pada pelaksanaan proyek di lapangan. Biasanya, operasional konstruksi merupakan hal yang kompleks dan mencakup berbagai proses, yang mana setiap proses tersebut menggunakan teknologi yang berbeda-beda dengan penugasan kerja yang berurutan. 4. Tingkat Penugasan Tingkat penugasan berhubungan dengan identifikasi dan penugasan para personel untuk pekerjaan yang ada di lapangan (field agents) sehingga dalam tingkat ini keahlian pekerja perlu diperhatikan.