BAB I PENDAHULUAN. Rahmat Hidayat, 2015 Origami Maya Hirai Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

SENI KRIYA MERANCANG DAN MEMBUAT KARYA. Drs. Hery Santosa, M. Sn. Drs. Tapip Bahtiar, M.Ds.

3. Bagaimana menciptakan sebuah ruangan yang dapat merangsang emosi yang baik untuk anak dengan menerapkan warna-warna di dalam interior?

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

b. Karya seni rupa tiga dimensi atau trimatra, contoh; patung, monumen, mebel. rumah, pesawat, sepatu, sandal, tas, dll.

SOLO FINE ART SPACE BAB I PENDAHULUAN

VHANY AGUSTINI WITARSA, 2015 EKSPLORASI APLIKASI ALAS KAKI YANG TERINSPIRASI DARI KELOM GEULIS

BAB I PENDAHULUAN Kusrianto, Adi Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi Offset halaman

BAB I PENDAHULUAN. rupa terdiri dari dua jenis yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan.

SENI RUPA 2 DIMENSI DAN 3 DIMENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia dini (0 6 tahun) merupakan usia peka dimana pada usia ini anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni rupa adalah salah satu dari cabang seni yang dapat dilihat dan

BAB I PENDAHULUAN. ditujukan untuk ekspresi pribadi(

2016 ANALISIS PROSES PEMBUATAN BONEKA KAYU LAME D I KAMPUNG LEUWI ANYAR KOTA TASIKMALAYA

PERAN ISI DENPASAR DALAM MENYIAPKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNTUK MENDUKUNG PENGEMBANGAN INDUSTRI KERAJINAN MEMASUKI PASAR GLOBAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan media estetis yang dapat mengungkapkan gejolak jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

SEKOLAH TINGGI SENI RUPA DAN DESAIN DI SEMARANG PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR POST-MODERN SPACE

BAB I PENDAHULUAN. Kriya merupakan suatu proses dalam berkesenian dengan berkegiatan

SEKOLAH TINGGI DESAIN KOMUNIKASI VISUAL DI YOGYAKARTA Penekanan Desain Konsep Arsitektur Modern

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan kegiatan yang tentunya memiliki banyak manfaat,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seni adalah karya cipta manusia yang memiliki nilai estetika dan artistik.

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

BAB I PENDAHULUAN. Keanekaragaman budaya inilah yang mampu membuat bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

pendidikan seni tersebut adalah pendidikan seni rupa yang mempelajari seni mengolah kepekaan rasa, estetik, kreativitas, dan unsur-unsur rupa menjadi

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

PELUANG BISNIS (ORIGAMI)

BAB I PENDAHULUAN. Pusat Seni Rupa di Yogyakarta dengan Analogi Bentuk Page 1

Indasari Purba, 2014 Manfaat Hasil Belajar Pengetahuan Tekstil Pada Pemilihan Kain Untuk Pembuatan Produk Kriya Tekstil

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Pengadaan Proyek Gambar 1.1. Diagram Kebutuhan Maslow

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah harapan masa depan. Karenanya, mereka perlu

PUSAT SENI RUPA YOGYAKARTA

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Semarang Tahun 2013

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak usia lahir hingga enam tahun secara menyeluruh. yang mencakup aspek fisik dan nonfisik dengan memberikan rangsangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syafrida Eliani, 2013

61. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)

CREATIVE INOVATIVE EDUCATIVE

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i UCAPAN TERIMAKASIH... ii ABSTRAK... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR BAGAN... x DAFTAR GAMBAR...

BAB 2. TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. 1 Koentjaranigrat (seniman). Majalah Versus Vol 2 edisi Februari 2009

BAB I PENDAHULUAN TESA APRILIANI, 2015 APLIKASI TEKNIK SABLON DENGAN OBJEK SIMBOL NAVAJO SEBAGAI ELEMENT ESTETIK RUANGAN

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

PERANCANGAN INTERIOR ART SHOP YANA ART GALLERY DI GIANYAR, BALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

GALERI SENI UKIR BATU PUTIH. BAB I.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Pengertian Seni Kriya, Fungsi, Macam & Contoh Seni Kriya

BAB I PENDAHULUAN. Batik buatan Indonesia sudah terkenal ke seluruh penjuru dunia. Artis

BAB I PENDAHULUAN. Kanak- kanak. TK adalah tempat anak belajar, anak berkembang lewat

BAB I GALERI SENI RUPA DI YOGYAKARTA

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Helda Rakhmasari Hadie, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Nisa Apriyani, 2014 Objek Burung Hantu Sebagai Ide Gagasan Berkarya Tenun Tapestri

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 1. Perkembangan Teknik dan Bahan yang Digunakan pada Kriya Keramik Produksi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Seni kriya merupakan bagian dari kehidupan perajin sebagai perwujudan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Seni kriya sebagai bagian yang tumbuh dan berkembang bersama

pokok arti atau hakekat arti Art Gallery, yaitu : merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa kanak-kanak dapat dikatakan sebagai masa yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. kuliah teori dan praktek. Menurut Kurikulum Program Studi Pendidikan Seni

BAB 1 PENDAHULUAN. Redesain Pusat Kegiatan Budaya Melayu di Pekanbaru 1

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. tangan atau kegiatan yang berkaitan dengan barang yang dihasilkan melalui

W, 2015 #INSTAMOMENT KARYA CIPTA FOTOGRAFI MENGGUNAKAN MEDIA SMARTPHONE ANDROID DENGAN APLIKASI INSTAGRAM

BAB I PENDAHULLUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan, karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh bagaimana ia memperoleh pendidikan, perlakuan, dan. kepengasuhan pada awal-awal tahun kehidupannya (Santoso, 2002)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasar pada paparan hasil dan temuan penelitian, makna perubahan bentuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki banyak keanekaragaman kesenian dan budaya,

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

SENI BUDAYA Peminatan: MIPA Kamis, 23 Maret 2017 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prio Rionggo, 2014 Proses Penciptaan Desain Poster Dengan Tema Bandung Heritage

BAB I PENDAHULUAN. Seni terapan meliputi semua karya seni pada produk benda guna yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pada dasarnya adalah suatu bahasa komunikasi yang disampaikan melalui suatu media. Seniman sebagai sumber komunikasi, sedangkan karya seni sebagai media komunikasi dan pengamat atau masyarakat sebagai penerima. Oleh karena itu, suatu karya seni memiliki beberapa fungsi, bukan saja bersifat pribadi tetapi juga bersifat sosial. Herbert Read dalam bukunya yang berjudul The Meaning of Art, menyebutkan bahwa seni merupakan usaha manusia untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan. Bentuk yang menyenangkan dalam arti bentuk yang dapat membingkai perasaan keindahan dan perasaan keindahan itu dapat terpuaskan apabila dapat menangkap harmoni atau satu kesatuan dari bentuk yang disajikan (Darsono, 2004,: 2). Seni rupa berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi dua cabang, yaitu seni rupa murni dan seni rupa terapan. Seni rupa murni adalah seni yang lebih mengutamakan kepuasan ekspresi pribadi seniman, karya seni rupa yang dibuat sebagai hasil ekspresi untuk dinikmati keindahannya. Seni rupa terapan atau disebut juga kriya adalah seni yang lebih menitik beratkan pada nilai guna atau fungsi agar bermanfaat bagi kebutuhan manusia namun tetap memiliki nilai estetik. Seni rupa murni adalah seni yang hanya dapat dinikmati keindahannya tanpa melihat fungsi, contoh dari seni murni diantaranya seni lukis, seni patung, grafis, fotografi. Sedangkan seni rupa terapan atau kriya adalah seni yang lebih mengutamakan fungsi namun tetap memperhatikan keindahan benda tersebut, contohnya anyam, keramik, batik, tekstil, reklame, ukir kayu dan seni melipat kertas (origami). Seni murni adalah seni yang dikembangkan untuk dinikmati keindahannya. Estetika bentuk merupakan faktor utama dibandingkan fungsi dari benda itu sendiri, karya seni murni lebih banyak dimanfaatkan sebagai

2 barang pajangan atau koleksi. Proses pembuatannya yang dikerjakan secara satuan menjadi nilai jual untuk karya seni murni. Karya seni murni biasanya dibuat dalam jumlah satuan, sehingga menjadi gengsi tersendiri bagi para kolektor untuk memilikinya. Sebagai contoh karya seni murni diantaranya Lukisan, Kaligrafi, dan Patung. Seni rupa terapan (kriya) diciptakan untuk mendukung kehidupan manusia, dalam mempermudah kehidupan manusia, senirupa terapan dibuatl dengan mengutamakan fungsi dibanding faktor estetika. Beragam benda kriya dibuat untuk membantu mempermudah pekerjaan manusia, mulai dari kendi, cangkir, teko, gelas, baju, sepatu, dan barang lainnya. keindahan bukanlah faktor penting dalam pembuatannya, meskipun sekarang ini sudah banyak hasil seni terapan yang juga selain mengutamakan fungsi juga memperhatikan faktor estetika. Seiring perkembangan jaman, benda kriya mulai banyak dijadikan sebagai benda pajangan atau hiasan. Jenis ini lebih menonjolkan aspek keindahan daripada aspek kegunaan atau segi fungsinya, namun tetap tergolong sebagai benda kriya dilihat dari segi proses pembuatan contohnya origami. Origami adalah seni melipat kertas dari Jepang, Yang berasal dari kata Ori (melipat) dan Kami (Kertas), Sebetulnya Origami sudah dikenal di Cina sejak 100 tahun sebelum masehi, namun sejak tahun 600M berkembang pesat di Jepang (Megawangi, Ratna, dkk, 2011:1) Sejak tahun 1950-an origami sudah menyebar luas keseluruh dunia termasuk Indonesia, perkembangan teknologi informasi yang semakin maju, mempermudah pertukaran ilmu antar setiap individu di berbagai belahan dunia. Dampak positif dari kemajuan teknologi itu adalah mudahnya bertukar informasi, sosial media menjadi wadah bertukar informasi antar individu. Kemudahan berkomunikasi itu menjadi wadah bagi individu-individu kreatif untuk membentuk suatu komunitas sesama penggiat. Origami menjadi salah satu hobi yang diminati oleh banyak orang tidak terlepas dari para pengguna internet. Pertukaran informasi terjadi antar penggiat origami diberbagai belahan dunia. Akibat dari terkumpulnya para penggiat origami itu banyak

3 didirikan origanisasi penggiat origami dan terus berkembang sampai sekarang. Indonesia dengan segala keragaman dan masyarakatnya yang kreatif ikut terdorong dengan kemajuan teknologi yang semakin mudah, berkumpulnya masyarakat Indonesia yang meminati origami diseluruh dunia menjadi pintu gerbang kemajuan seni melipat kertas asal negeri Jepang ini di Indonesia. Keudahan dan manfaat yang bisa didapat dari Seni melipat kertas ini menjadi salah satu pendorong mudah diterimanya origami dikalangan masyarakat Indonesia. Dari selembar kertas kita dapat membuat berbagai macam bentuk tiruan benda yang ada dialam maupun tumbuhan dan binatang. Bentuk-bentuk itu mulai dari bunga sampai hewan yang dibuat dengan menggunakan media selembar kertas saja, adapun bentuk-bentuk lainnya seperti robot atau bentuk karakter animasi lain juga dapat dibentuk dengan origami. Origami selain sebagai seni melipat yang biasa diajarkan di Taman Kanak-kanak (TK), ternyata memiliki berbagai fungsi dan keunikan sehingga membentuk karakter masyarakat Jepang seperti sekarang. Diantaranya dengan media origami kita dapat melatih kerapihan, keterampilan, motorik halus, kedisiplinan, daya ingat, daya imajinasi, dan kesabaran terutama pada anak-anak yang memasuki masa keemasan perkembangan otak. Origami terbagi dalam dua jenis, origami tradisional dan origami kontemporer (modern). Origami tradisional adalah origami yang sudah ada sejak jaman dulu dan sudah banyak dikenal masyarakat luas dan tidak diketahui lagi siapa pembuatnya, selain itu memiliki ciri jenis lipatan yang cenderung lebih sederhana. Origami kontemporer atau biasa disebut origami modern merupakan perkembangan dari bentuk-bentuk dan lipatan origami tradisional namun memiliki lebih banyak lipatan dan biasanya memiliki bentuk mendekati objek aslinya, namun ada juga origami modern yang memiliki lipatan yang simple. Origami kontemporer biasanya dapat diketahui siapa pembuatnya. Contoh karya origami tradisional yang biasa dibuat dalam bentuk benda adalah origami Bangau (Crane), Pesawat, Camera, Kodok,

4 Gelas dll. Sedangkan contoh karya origami kontemporer diantaranya origami Naga Terbang 3 dimensi, Ikan 3 dimensi, Dinosaurus, Bunga Mawar dan masih banyak bentuk lainnya dengan detail yang menyerupai bentuk aslinya. Bandung yang terkenal sebagai kota kreatif akan hasil karya kriyanya memiliki banyak industri kreatif yang sudah tersentralisasi seperti pusat industri sepatu cibaduyut dan pusat industri kaos oblong surapati. Selain itu ada salah satu sanggar di Bandung yang anggotanya merupakan para penggiat origami yang tergabung dalam Sanggar yang berada dibawah naungan Yayasan Origami Indonesia. Maya Hirai School of Origami (MHSO) merupakan sanggar origami pertama di Indonesia yang fokus pada pembelajaran dan pengembangan origami. Berdiri sejak tahun 2009, beralamat di komplek Pusat Dakwah Islam (PUSDAI) Jawa Barat jalan Diponogoro kota Bandung. Kegiatan yang dilakukan oleh Sanggar diantaranya mengadakan pameran, workshop, pembelajaran kelas, maupun privat. Selain itu Sanggar juga aktif dalam berbagai kegiatan sosial maupun pemecahan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) bersama-sama dengan Komunitas Origami Indonesia (KOI) diantaranya Rangkaian Origami Bangau (Crane) Terbayak (110.311 buah), Workshop origami Shinkansen dengan peserta terbanyak (5000 peserta), juga sering mendapat pesanan pembuatan origami untuk dekorasi ataupun souvenir acara. Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk karya tulis skripsi dengan judul penelitian: ORIGAMI MAYA HIRAI (Kajian Proses Pembelajaran dan Kreativitas Origami di Sanggar Bandung). B. Perumusan dan Pembatasan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka penulis membuat perumusan masalah dan beberapa pertanyaan untuk memudahkan penelitian yang akan dilakukan, yaitu:

5 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran Origami di Maya Hirai School of Origami? 2. Bagaimana metode pembelajaran Origami di Maya Hirai School of Origami? 3. Apa saja kreativitas bentuk yang dikembangkan Maya Hirai School of Origami? C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Diperoleh rancangan rencana pembelajaran origami di Maya Hirai School of Origami. 2. Untuk mengetahui lebih dalam proses pembelajaran origami di Maya Hirai School of Origami. 3. Untuk mengetahui kreatifitas bentuk apa saja yang dikembangkan di Maya Hirai School of Origami. D. Manfaat Penelitian Penelitian mengenai Maya Hirai School of Origami ini diharapkan membawa manfaat besar terhadap penulis, masyarakat, lembaga pendidikan, dan juga dunia pendidikan seni rupa. 1. Bagi penulis Melalui penelitian ini diharapkan penulis dapat menambah wawasan, pengalaman, serta sumbangan informasi mengenai pembelajaran origami, sebagai kegiaan yang dapat mengasah kreatifitas. Khususnya di kota Bandung. 2. Manfaat bagi Masyarakat Kegiatan pembelajaran origami di MHSO dapat diketahui oleh generasi muda dan para penikmat seni khususnya dibidang origami. Masyarakat memiliki gambaran secara umum mengenai origami sebagai sebuah kegiatan kreatif di kota Bandung.

6 3. Manfaat bagi lembaga pendidikan a. Formal Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan pembelajaran pada mata pelajaran seni di sekolah maupun diperkuliahan yang terakait dengan origami b. Nonformal Melalui penelitian ini diharapkan memiliki gambaran umum mengenai kegiatan pembelajaran kesenirupaan yang menitik beratkan pada pengembangan kreatifitas. c. Manfaat bagi dunia pendidikan seni rupa Sebagai bahan tambahan referensi dan dapat diuji cobakan untuk perkembangan ilmu pngetahuan di Jurusan Pendidikan Seni Rupa UPI, khususnya pada bidang kriya dan desain. Serta dapat dijadikan bahan referensi untuk penelitian selanjutnya. E. Metode Penelitian Pendekatan metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dan observasi lansung dilapangan. Karena objek yang akan diteliti adalah sebuah lembaga pendidikan nonformal berbasis sanggar. Penelitian yang akan dilakukan meliputi studi literasi dan studi lapangan dengan metode observasi lapangan. Seperti yang diungkapkan Burhan (Destinia, A.P. 2011:9) Untuk memudahkan dalam memecahkan masalah berdasarkan jenis data yang diinginkan, maka peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif. Data diperoleh melalui studi literasi, observasi, dan mengutamakan data lansung berupa hasil wawancara, survey lapangan, dokumentasi tertulis dan data visual. Metode kualitatif dipilih peneliti karena penelitian ingin memperoleh gambaran menyeluruh mengenai aspek historis, kurikulum pengajaran, metode pengajaran, hasil pengajaran, peranan dan berbagai kegiatan yang telah dilakukan oleh sanggar dalam memasyarakatkan origami di Indonesia.

7 F. Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Model analisis yang dipakai adalah teknik analisis deskriptif. Karena sasaran fenomena penelitian yang terus berlansung. Kegiatan menganalisis data dilakukan sejak awal sampai akhir pelaksanaan penelitian. Teknik ini digunakan untuk mengurai unsur-unsur yang terdapat dalam penyelenggaraan kursus origami di Sanggar Origami Maya Hirai. Melihat pentingnya dari teknik pengumpulan data, teknik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: a. Observasi Teknik observasi merupakan pengamatan langsung ke lapangan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan secara utuh dan (valid). Pengamatan langsung ke lokasi penelitian menjadi bagian terpenting untuk mengetahui lebih jauh tentang proses kreativitas seni origami di sanggar kota Bandung, penulis melakukan observasi terhadap semua aspek yang terdapat di sanggar tersebut. b. Wawancara Teknik wawancara dengan sejumlah pihak yang dianggap sebagai nara sumber dari materi-materi yang dibutuhkan dalam penelitian. Nara sumber tersebut di antaranya para penggiat origami di kota Bandung yang memiliki kontribusi besar bagi perkembangan kreatifitas origami di Indonesia, khususnya Kota Bandung. c. Studi Pustaka dan Studi Dokumentasi Untuk memperkuat wawasan keilmuan secara teoritis, penulis melakukan studi pustaka dengan membaca buku-buku yang relevan

8 dengan aspek yang akan diteliti. Studi dokumentasi menunjang pemahaman peneliti terhadap kajian materi penelitian supaya lebih baik. Data dokumentasi tersebut meliputi sejumlah referensi buku, dan dokumentasi foto dan video yang terkait dengan aspek yang diteliti. G. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian dilakukan di Sanggar Jl. Diponogoro 63, Gedung kaca selatan PUSDAI Jawa Barat. Bandung. Tlp.(022)70840375. Lokasi ini merupakan lokasi pindahan dari lokasi sebelumnya yang berada di Jl.Raya Cigadung. H. Sistematika Penelitian Adapun cara penyusunan penulis yang akan dilaksanakan adalah sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini akan dijelaskan Latar belakang masalah, rumusan masalah dan pembatasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penjelasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan yang peneliti lakukan dalam mengurai permasalahan yang diangkat pada penelitian ini. BAB II : LANDASAN TEORI Pada bab ini akan menjelaskan landasan teori yang digunakan dan menjadi acuan bagi penulis menganalisis data. Diuraikan pula kutipan dari buku-buku yang relevan berhubungan kursus origami di Sanggar Origami Maya Hirai. BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini menjelaskan kegiatan serta cara-cara yang penulis tempuh dalam melaksanakan penelitian guna mendapatkan sumber-sumber

9 dan data yang berhubungan dengan kursus origami di Sanggar Origami Maya Hirai. BAB IV : PEMBAHASAN Bab ini memaparkan hasil penelitian beserta pembahasannya, mengenai kegiatan pembelajaran, merancang proses pembelajaran dan manfaat dari kegiatan kursus bagi perkembangan kreatifitas peserta di Sanggar. BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Dalam Bab ini diperoleh simpulan dan rekomendasi dari hasil bahasan beserta kajian berdasarkan data yang diperoleh penulis mengenai kursus origami di Sanggar. Beberapa rekomendasi diajukan kepada pengajar/ instruktur, instansi terait dan khalayak umum.