digilib.uns.ac.id 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga merupakan negara kepulauan memiliki potensi alam yang besar untuk mengembangkan pertanian. Di Indonesia pertanian mempunyai kontribusi penting baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat, tetapi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertanian pada Tahun 2011 di Jawa Tengah, khususnya sumbangan terhadap PDRB Jawa Tengah yaitu sebesar Rp 35.421,5 milyar rupiah dengan laju pertumbuhan sebesar 1,3%. Kontribusi sektor pertanian ini tidak terlepas dari sumbangan subsektornya, salah satunya adalah subsektor perkebunan. Dimana pertumbuhan dari sub sektor perkebunan sebesar 6,06%. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian yang secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja menjadi nilai tambah sendiri karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu mengurangi arus urbanisasi. Selain itu subsektor perkebunan mempunyai orientasi pasar ekspor sehingga subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor andalan dalam menyumbang devisa. Tanaman karet merupakan salah satu komoditi utama dari perkebunan di Indonesia untuk ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Menurut Kasman (2009: 252) commit Indonesia to user merupakan negara produsen karet 1
digilib.uns.ac.id 2 dunia bersama 2 negara produsen karet alam lainnya yaitu Thailand dan Malaysia. Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26 % dari total produksi karet alam dunia. Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di Pulau Sumatera, dan juga di pulau lain yang diusahakan baik oleh perkebunan negara, swasta maupun karet rakyat. Dalam skala yang lebih kecil perkebunan karet didapatkan pula di Jawa, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Selain sebagai penyumbang devisa tanaman karet juga memberikan kontribusi yang sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-akhir ini menjadi isu penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin memprihatinkan. Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman karet yang demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman karet paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan pertanaman karet sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena mampu berperan sebagai penyimpan dan sumber energi (Indraty, 2005: 11). Kebutuhan pasar dunia akan karet semakin meningkat sejalan dengan semakin berkembangnya perindustrian. Karet dijadikan sebagai bahan baku industri anatara lain sebagai bahan baku industri ban kendaraan, peralatan medis maupun sebagai pelengkap dan peralatan industri itu sendiri. Industri karet tidak akan pernah mati, bahkan terus berkembang dan menunjukkan perkembangannya. Data dari International Rubber Study Group (IRSG) dalam Agrina (2012: 2) menyebutkan, diperkirakan pada 2020 mendatang, konsumsi karet dunia akan menyentuh angka 35,9 juta ton. Dari angka ini, konsumsi karet alam sebanyak 16,5 juta ton dan karet sintetis 19,3 juta ton. Maka dari itu, Indonesia berusaha memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan ekspor karet commit dengan to user memperbaiki budidaya karet agar
digilib.uns.ac.id 3 kualitas dan kuantitas karet dari Indonesia dapat mempertahankan posisinya di pasar dunia. Perkebunan karet di Indonesia tercatat memiliki pertumbuhan yang pesat, baik luasan areal maupun produksi. Pengusahaan tanaman karet di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang sudah ada sejak lama dan masih diusahakan. Data luas areal dan produksi tanaman karet dari tahun 2002-2011 dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Areal dan Produksi Tanaman Karet di Indonesia dari Tahun 2002-2011 No Tahun Luas Areal (ha) Produksi (Ton) 1 2002 3.318.359 1.630.359 2 2003 3.290.112 1.792.348 3 2004 3.262.267 2.065.817 4 2005 3.279.391 2.270.891 5 2006 3.346.427 2.637.231 6 2007 3.413.717 2.755.172 7 2008 3.424.217 2.751.286 8 2009 3.435.270 2.440.347 9 2010 3.445.415 2.734.854 10 2011 3.456.128 2.990.184 Sumber : Departemen Pertanian, 2012 Berdasarkan data Ditjen Perkebunan (2012) produksi karet Indonesia dari tahun 2002 sampai 2011 cenderung mengalami peningkatan yang berkisar antara 1.630.359-2.990.184 ton. Produksi karet mengalami penurunan hanya pada tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan data tersebut juga terlihat bahwa adanya kecenderungan terjadinya peningkatan luas areal karet setiap tahunnya mulai dari 3.318.359-3.456.128 ha. Pada tahun 2011 luas areal tanaman karet 3.456.128 ha dengan jumlah produksi 2.990.184 ton berarti memiliki nilai produksi terbesar dan areal terluas selama sepuluh tahun terakhir. Menurut Goenadi et al. (2005: 6). Kondisi agribisnis karet saat ini menunjukkan bahwa karet dikelola oleh rakyat (91%), perkebunan negara dan perkebunan swasta (9%). Pertumbuhan karet rakyat masih positif walaupun lambat yaitu 1,58% per tahun, sedangkan areal perkebunan negara dan swasta sama yaitu 0,15% per tahun. Oleh karena itu, tumpuan pengembangan karet akan lebih banyak pada perkebunan rakyat
digilib.uns.ac.id 4 Tanaman karet bukan tanaman asli Indonesia. Tanaman karet diduga sebagai tanaman asli dari Brasil, Amerika Selatan. Di Indonesia, sekitar abad ke 18 penyebaran tanaman karet mulai dikembangkan (Cahyono, 2010: 8). Pengembangan usaha tanaman karet di Indonesia saat ini dapat dibuktikan dengan masih tingginya volume ekspor karet Indonesia ke 34 negara di dunia pada tahun 2012, antara lain Amerika, Jepang, China dan lain-lain. Besarnya volume dan nilai ekspor karet Indonesia selama Tahun 2012 dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Volume dan Nilai Ekspor Tanaman Karet di Indonesia selama Tahun 2012 No Bulan Ekspor Volume (kg) Nilai (US$) 1 Januari 174.894.270 591.662.619 2 Pebruari 183.776.024 637.778.557 3 Maret 205.361.823 753.790.277 4 April 202.850.858 756.226.122 5 Mei 235.149.825 862.387.726 6 Juni 234.268.041 809.501.128 7 Juli 206.994.180 637.176.641 8 Agustus 205.963.173 604.105.186 9 September 199.887.903 547.217.424 10 Oktober 201.738.173 550.473.410 11 Nopember 203.018.700 574.340.837 Jumlah 2.253.902.970 7.324.659.927 Sumber : Departemen Pertanian, 2013 Berdasarkan data Departemen Pertanian pada Tabel 2, besarnya volume dan nilai ekspor karet di Indonesia sangat berfluktuatif. Dari bulan Januari sampai Maret mengalami peningkatan. Kemudian turun pada bulan April dan meningkat lagi sampai bulan Juli karena bulan Agustus turun lagi. Bulan September sempat mengalami kenaikan namun, bulan Oktober turun lagi. Volume ekspor terbesar yaitu pada bulan Maret sebesar 1.323.033 kg dengan nilai 15.491.044 US$. PT. Perkebunan Nusantara IX merupakan perusahaan di Jawa Tengah yang mengusahakan tanaman perkebunan. Dari banyaknya jumlah kebun yang ada di PTPN IX salah satu kebun yang mengusahakan tanaman karet, yaitu Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang. Pengusahaan tanaman karet di
digilib.uns.ac.id 5 Kebun Ngobo merupakan komoditas utama yang diusahakan daripada tanaman lain seperti kopi dan pala. Areal terluas di Kebun Ngobo digunakan untuk pengusahaan tanaman karet. Luas dan produksi di Kebun Ngobo dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Luas dan Produksi Tanaman di Perkebunan PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang Tahun 2011 No Komoditas Luas Areal (ha) Produksi (Ton) 1 Karet 1.550,28 1.025,98 2 Kopi 185,75 20,27 3 Pala 166,25 3,44 Sumber: Profil PTPN IX (Persero) Kebun Ngobo Hasil dari produk tanaman karet yang diambil melalui penyadapan untuk diolah selanjutnya menjadi bahan olah karet disebut lateks. Lateks dapat diolah menjadi sheet, lateks pekat, dan karet remah. Hasil olahan karet merupakan peluang pangsa ekspor yang menjanjikan tentunya dengan mutu dan standar ekspor yang baik. Maka dari itu PTPN IX Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang berusaha memanfaatkan peluang ekspor ini dengan mengelola komoditi karet sebagai usaha yang menjanjikan. Sehingga hal inilah yang mendorong untuk meneliti besarnya profitabilitas yang dihasilkan dari pengusahaan tanaman karet. B. Perumusan Masalah Setiap perusahaan melakukan investasi menginginkan keuntungan yang commit maksimum to user dan kontinyu. dengan harapan bahwa perusahaan akan memperoleh pengembalian modal dan keuntungan dari kegiatan/ proyek yang direncanakan investasi tersebut. Pengusahaan tanaman karet merupakan usaha yang potensial untuk dikembangkan di Indonesia, karena selain keadaan alam yang mendukung, dilihat dari aspek pasar usaha ini juga menguntungkan. Mengingat prospek perdagangan karet yang cerah maka PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) melakukan pengusahaan tanaman karet yang berlokasi Unit Kebun Ngobo Kabupaten Semarang. Sebagai sebuah perusahaan yang melakukan investasi pada pengusahaan karet, tentunya PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo
digilib.uns.ac.id 6 Pada umumnya dalam melakukan investasi diperlukan dana yang besar, di mana investasi dilakukan saat sekarang dan keuntungannya baru diterima setelah investasi itu menghasilkan. Kondisi alam yang mendukung di Kebun Ngobo cocok untuk budidaya karet yang akan memberikan kemudahan dalam mengelola. Menurut Soetardi (1973) dalam Warsih (2004: 7) agar dana yang digunakan dalam investasi dapat memberikan manfaat (benefit) yang maksimum, diperlukan analisis profitabilitas sehingga perusahaan dapat mengetahui apakah selama ini usaha yang dilakukan sebenarnya menguntungkan atau merugikan. Untuk mencapai keuntungan yang maksimum dan kontinyu maka PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo harus melakukan pengaturan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki secara optimal. Tetapi pada kenyataannya untuk mencapai tingkat profitabilitas yang maksimal dan kontinyu, PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo dihadapkan pada masalah-masalah yang dapat mempengaruhi tingkat keuntungan yaitu adanya perubahan biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan setiap tahunnnya dan perubahan harga jual karet kering yang tidak menentu karena besarnya harga jual karet kering ditentukan oleh pasar sehingga berapapun harganya perusahaan harus mengikutinya. Adanya perubahan biaya produksi dan harga jual ini akan mengakibatkan penerimaan yang diterima perusahaan akan mengalami perubahan sehingga tingkat keuntungan yang diperoleh juga berubah. Tanpa adanya keuntungan, perusahaan akan sukar untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survive). Adapun rumusan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang? 2. Bagaimanakah sensitivitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang bila terjadi penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya?
digilib.uns.ac.id 7 C. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui profitabilitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang? 2. Mengetahui sensitivitas dari pengusahaan tanaman karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Kebun Ngobo, Kabupaten Semarang bila terjadi penurunan harga jual produk dan kenaikan biaya? D. Manfaat Penelitian 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan nantinya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan pengambilan keputusan. 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menyusun kebijakan. 3. Bagi peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk menambah pengetahuan mengenai hal-hal yang dikaji, selain itu penelitian ini juga merupakan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret. 4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi dan referensi serta bahan kajian mengenai penelitian yang sejenis atau penelitian lanjutan.