BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB I PENDAHULUAN. sensitivitas terhadap nyeri. Ekspresi COX-2 meningkat melalui mekanisme

BAB I PENDAHULUAN. rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

turunan oksikam adalah piroksikam (Siswandono dan Soekardjo, 2000). Piroksikam mempunyai aktivitas analgesik, antirematik dan antiradang kuat.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

AKTIVITAS ANALGETIKA INFUSA DAUN ALPUKAT (Persea americana) PADA MENCIT. TITA NOFIANTI Program Studi S1 Farmasi STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Menurut Hansch, penambahan gugus 4-tersier-butilbenzoil dapat mempengaruhi sifat lipofilisitas, elektronik dan sterik suatu senyawa.

EFEK ANALGETIK EKSTRAK AIR DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) PADA MENCIT DENGAN METODE GELIAT SKRIPSI

Piroksikam merupakan salah satu derivat oksikam, dan merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang berkhasiat sebagai antiinflamasi,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

menghilangkan kesadaran. Berdasarkan kerja farmakologinya, analgesik dibagi dalam dua kelompok besar yaitu analgesik narkotik dan analgesik non

banyak digunakan tanpa resep dokter. Obat obat ini merupakan suatu kelompok obat yang heterogen secara kimiawi. Walaupun demikian obatobat ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

memodifikasi struktur senyawa obat dengan penambahan gugus yang bertujuan untuk mengetahui seberapa besar sumbangan gugus tersebut dalam meningkatkan

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. membuatya semakin parah. Ambang batas nyeri yang dapat ditoleransi seseorang

Gambar 1.1. Struktur turunan N-arilhidrazon (senyawa A) CH 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. analgesik dari senyawa AEW1 terhadap mencit. Metode yang digunakan

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Patah tulang (Euphorbia tirucalli L.) adalah salah satu jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah studi eksperimental

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

penghambat prostaglandin, turunan antranilat dan turunan pirazolinon. Mekanisme kerja NSAID adalah dengan jalan menghambat enzim siklooksigenase

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGARUH INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) TERHADAP DAYA ANALGETIK ASETOSAL PADA MENCIT NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

inflamasi non steroid turunan asam enolat derivat oksikam yaitu piroksikam (Mutschler, 1991; Gringauz, 1997). Piroksikam digunakan untuk pengobatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

pada penderita tukak lambung dan penderita yang sedang minum antikoagulan (Martindale, 1982). Pada penelitian ini digunakan piroksikam sebagai

putih, pare, kacang panjang serta belimbing wuluh (Ruslianti, 2008). Dalam penelitian ini akan digunakan tanaman alpukat (Persea americana Mill.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

AKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN JARUM TUJUH BILAH (Pereskia Bleo K) PADA MENCIT JANTAN (Mus Musculus)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Potensi sumber daya hayati Indonesia merupakan suatu megacenter

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N N. Gambar 1.1. Struktur molekul piroksikam dan O-(3,4- diklorobenzoil)piroksikam.

BAB I PENDAHULUAN. sampai nyeri berat yang dapat mengganggu aktivitas. Nyeri dapat diartikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

EFEK ANTIINFLAMASI KOMBINASI EKSTRAK AIR DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight.) DENGAN TEMPUYUNG (Sonchus arvensis L.) PADA TIKUS MAKALAH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Validasi Metode Docking dengan Autodock Vina. dahulu dilakukan validasi dengan cara menambatkan ulang ligan asli (S58)

UJI DAYA ANALGETIK INFUSA DAUN KELOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan kekayaan hayati terbesar di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan sejak lama digunakan sebagai obat tradisional. Selain pohonnya sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

O O. Gambar 1.1. (a) Struktur asam mefenamat (b) Struktur turunan N-arilhidrazid dari asam mefenamat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

(b) Gambar 1.1. Struktur asam mefenamat (a) dan struktur turunan hidrazida dari asam mefenamat (b) Keterangan: Ar = 4-tolil, 4-fluorofenil, 3-piridil

parakor (P), tetapan sterik Es Taft, tetapan sterik U Charton dan tetapan sterimol Verloop (Siswandono & Susilowati, 2000). Dalam proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

AKTIVITAS ANALGETIK INFUSA BUAH ASAM JAWA (Tamarindus indica L.) PADA MENCIT NASKAH PUBLIKASI

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ataupun infeksi. Inflamasi merupakan proses alami untuk mempertahankan

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Pemberian senyawa uji terhadap respon infalamasi. metode induced paw edema. Senyawa ini telah diuji aktivitas

POLA PERESEPAN OBAT PADA PENDERITA REUMATIK DI APOTEK SEHAT FARMA KLATEN TAHUN 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL RIMPANG TEMU PUTIH

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Asam urat merupakan senyawa kimia hasil akhir dari metabolisme nucleic

UJI EFEK ANALGETIK REBUSAN DAUN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) Hilda Wiryanthi Suprio *) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. senyawa kimia N-asetil-p-aminofenol yang termasuk dalam nonsteroid antiinflamatory

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yang tidak nyaman, berkaitan dengan (ancaman) kerusakan jaringan. Nyeri erat kaitannya dengan inflamasi atau radang karena nyeri merupakan respon pertama munculnya peradangan. Nyeri merupakan gejala penyakit yang timbul jika terdapat rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik yang melampaui nilai ambang nyeri dan menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan mediator nyeri seperti bradikinin dan prostaglandin. Kemudian prostaglandin menimbulkan hiperalgesia, sehingga mediator nyeri seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata (Mutschler, 1986; Wilmana, 1995). Analgetika atau obat penghilang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran (perbedaan dengan anestetika umum). Asetosal merupakan salah satu analgetika perifer yang mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri dengan cara merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer (Tjay dan Rahardja, 2007). Mekanismenya yaitu melalui penghambatan biosintesis prostaglandin dengan memblok enzim siklooksigenase (Wibowo dan Gofir, 2001). Pada penelitian sebelumnya, tanaman famili Myrtaceae mempunyai kandungan fenol dan flavonoid meliputi asam galat, eugenol, kaemferol, dan kuersetin, dengan aktivitas sebagai antioksidan ditunjukkan pada Eugenia caryophillata Tumb. umumnya pada cengkih (Bin et al, 2005). Analisis menggunakan MPLC dan LC-MS pada penelitian Saifudin et al (2012) ekstrak metanol daun salam mengandung kuersitrin, campesterol, campest-4-en-3-one dan cycloartenone, sedangkan dengan KLT menunjukkan asam galat, myricetrin dan alangionoside-o-aglicone. Kuersetin dapat menghambat COX-2 (Cheong dkk, 2004) dan kuersitrin bekerja mengambat biosintesis prostaglandin dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2 (Noreen et al, 1997). Sedangkan 1

2 selektivitas penghambatan terhadap COX-2 akan mencegah pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator penting pada proses timbulnya rasa nyeri dengan tingkat keamanan yang lebih baik pada gastrointestinal (Smyth dan Gerald, 2007). Efek daun salam yang dapat menghambat COX-2, diharapkan dapat mempunyai daya analgetik yang juga melindungi mukosa lambung dari kerusakan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya analgetik ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) yang diujikan pada mencit jantan dengan metode geliat (Writhing test). B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut dapat dikembangkan rumusan masalah apakah ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) mempunyai daya analgetik pada mencit yang diinduksi asam asetat 300 mg/kgbb 1%?. C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya daya analgetik ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) pada mencit yang diinduksi asam asetat 300 mg/kgbb 1%. D. Tinjauan Pustaka 1. Nyeri Nyeri erat kaitannya dengan inflamasi atau radang karena nyeri merupakan respon pertama munculnya peradangan. Nyeri merupakan gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering terjadi. Rasa nyeri merupakan suatu gejala yang berfungsi melindungi tubuh. Nyeri timbul jika terdapat rangsang mekanik, termal, kimia, atau listrik yang melampaui nilai ambang nyeri dan menyebabkan kerusakan jaringan dengan pembebasan senyawa nyeri (mediator nyeri) seperti bradikinin dan prostaglandin. Kemudian prostaglandin menimbulkan hiperalgesia,

3 sehingga mediator nyeri seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata (Mutschler, 1986; Wilmana, 1995). Prostaglandin strukturnya mirip dengan asam lemak dan terbentuk dari asam arakidonat, yang kemudian menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimia (Tjay dan Rahardja, 2007). Kerusakan Jaringan Pembebasan H + (ph < 6) K + (>20 mmol/l) Asetilkolin, Serotonin, Histamin Pembentukan Kinin (misalnya bradikinin) Prostaglandin Nyeri pertama Sensibilisasi reseptor Nyeri lama Gambar 1. Mediator yang dapat menimbulkan rangsangan nyeri setelah kerusakan jaringan (Mutschler, 1991) Rangsangan yang cukup untuk menimbulkan rasa nyeri ialah kerusakan jaringan atau gangguan metabolisme jaringan. Senyawa tubuh dibebaskan dari sel-sel yang rusak yaitu zat nyeri (mediator nyeri), yang menyebabkan terjadinya perangsangan reseptor nyeri. Mediator nyeri yang mempunyai potensi kecil adalah ion hidrogen dengan penurunan ph dibawah 6 yang selalu terjadi peningkatan rasa nyeri pada setiap kenaikan konsentrasi ion hidrogen. Sedangkan pada pembentukan kinin khususnya bradikinin, merupakan senyawa penyebab nyeri terkuat. Prostaglandin merupakan senyawa yang terbentuk paling banyak dalam peristiwa nyeri dan mensensibilisasi reseptor (Mutschler, 1991).

4 2. Tanaman Salam (Syzygium polyanthum) a. Sistematika Tanaman Tanaman salam termasuk division spermatophyta, subdivisio angiospermae, class dicotyledoneae, ordo myrtales, familia myrtaceae, genus syzygium, species Syzygium polyanthum (Wight) Walp. (Backer and Van Den Brink, 1965). b. Kandungan kimia Daun salam mengandung saponin, triterpen, flavonoid, tanin, dan alkaloid (Sudarsono dkk., 2002). Menurut Muflihat (2008) cit Schemeda et. al., (1987) salam (Eugenia polyantha Wight.) mengandung flavonoid golongan kuersetin, mirisitin, dan mirisetin. Telah diisolasi senyawa flavonid dari daun salam, pemisahan dan pemurnian dilakukan dengan kromatografi kolom secara elusi bergradien dan (KKt) dua arah menunjukkan bahwa senyawa hasil isolasi adalah suatu aglikon flavonoid. Berdasarkan uji karakterisasi struktur dengan spektroskopi ultraviolet didapatkan hasil isolasi yang merupakan senyawa flavonoid golongan flavon (Hermansyah, 2008). c. Khasiat Tanaman Kegunaan tanaman salam digunakan untuk pengobatan kolesterol tinggi, kencing manis (diabetes mellitus), tekanan darah tinggi (hipertensi), sakit maag (gastritis), diare dan asam urat (Wijayakusuma, 2002). Pada penelitian sebelumnya, ekstrak air daun salam terbukti menginhibisi pembentukan radang yang diinduksi karagenin 1% secara subplantar sebesar 32,26% dengan dosis 100mg/kg BB (Sugarlini dkk., 2001). Decocta daun salam pada dosis 1,25 g/kg BB (Handadari, 2007) dan ekstrak etanol daun salam pada dosis 420 mg/kg BB (Ma rufah, 2007) mampu menurunkan kadar asam urat dalam serum darah mencit putih jantan yang hasilnya setara dengan allopurinol dosis 10 mg/kg BB. 3. Asetosal Sebagai Analgetik Berdasarkan potensi kerja, mekanisme kerja dan efek samping analgetika dibedakan dalam 2 (dua) kelompok yaitu analgetika berkhasiat kuat (bekerja di pusat), dan analgetika berkhasiat lemah sampai sedang yang bekerja terutama

5 pada perifer dengan sifat sebagai antipiretik dan kebanyakan juga mempunyai sifat antiinflamasi serta antireumatik (Mutschler, 1991). Obat analgetik antipiretik serta obat antiinflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter (Wilmana, 1995). Sampai saat ini, frekuensi penggunaan obat-obat golongan AINS oleh masyarakat masih sangat tinggi misalnya aspirin (asetosal), digunakan untuk menanggulangi penyakit sendi degeneratif dan rheumatoid arthritis serta mengatasi rasa nyeri (Price and Wilson, 1995). Asam asetil salisilat yang lebih dikenal sebagai asetosal atau aspirin adalah analgetik antipiretik dan antiinflamasi yang digunakan dan digolongkan dalam obat bebas (Wilmana, 1995). Aspirin bersifat agak sukar larut dalam air, mudah larut dalam etanol (95%) P, larut dalam kloroform P dan eter P (Depkes, 1979). Asetosal merupakan analgetika perifer (non-narkotik) yang merintangi terbentuknya rangsangan pada reseptor nyeri perifer. Mekanisme kerja utama asetosal yaitu dengan menghambat siklooksigenase (COX), suatu enzim yang mengkonversi asam arakidonat menjadi prekursor endoperoksida dari prostaglandin dan tromboksan. Menurut Wibowo dan Gofir (2001), obat ini mampu menghambat biosintesis prostaglandin. Sintesis prostaglandin dapat terjadi bila membran sel mengalami kerusakan oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, sehingga enzim fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam arakhidonat. Asam lemak poli tak jenuh ini kemudian diubah sebagian oleh enzim siklooksigenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-zat prostaglandin. Bagian lain dari arakhidonat diubah oleh enzim lipoksigenase menjadi zat-zat leukotrien. Baik prostaglandin maupun leukotrien bertanggung jawab atas sebagian besar gejala peradangan (Katzung, 1994; Tjay dan Rahardja, 2007). Pemberian asetosal mengakibatkan terjadinya hambatan pembentukan prostaglandin dan dapat mengakibatkan peningkatan sekresi asam lambung (Price and Wilson, 1995). Asetosal memiliki efek analgetik dan antipiretik yang cepat, yakni setelah 30 menit dan bertahan 3-6 jam (Tjay dan Rahardja, 2007). Dosis analgesik

6 atau antipiretik yang optimal dari aspirin yang digunakan biasanya kurang dari 0,6 gram dosis oral. 4. Penginduksi Nyeri dengan Asam Asetat Terdapat empat ketegori yang digunakan untuk mengevaluasi kelompok aktivitas analgetik yaitu mekanik, listrik, panas, dan kimia. Gejala sakit yang ditunjukkan pada mencit dengan metode kimia sebagai akibat dari pemberian asam asetat, ditunjukkan dengan adanya kontraksi dari dinding perut, kepala, dan kaki ditarik ke belakang sehingga abdomen menyentuh dasar dari ruang yang ditempatinya, gejala ini biasanya disebut geliat (Writhing) (Domer, 1971). Asam asetat mengandung tidak kurang dari 36,0 % dan tidak lebih dari 37,0 % b/b C 2 H 4 O 2. Pemerian cairan jernih, tidak berwarna, bau khas, menusuk dan rasa asam yang tajam (Depkes, 1995). Penggunaan asam asetat sebagai penginduksi antiinflamasi dan nyeri telah lama digunakan untuk mengevaluasi agen baru yang bersifat analgetik dan anti-inflamasi. Injeksi peritoneal asam asetat memproduksi peradangan peritoneum yang terkait dengan peningkatan prostaglandin, dan dengan demikian akan meningkatkan permeabilitas kapiler yang diperkirakan akan berkonstribusi dengan peningkatan inflamasi. Selain itu, secara tidak langsung juga untuk mengemukakan rasa sakit yang terkait dalam pengujian melalui stimulasi neuron nociceptive perifer oleh mediator endogen seperti serotonin, histamin, bradikin, dan prostaglandin (Khalid dkk, 2009). E. Landasan Teori Pada penelitian sebelumnya, tanaman famili Myrtaceae mempunyai kandungan fenol dan flavonoid meliputi asam galat, eugenol, kaemferol, dan kuersetin, dengan aktivitas sebagai antioksidan ditunjukkan pada Eugenia caryophillata Tumb. umumnya pada cengkih (Bin et al, 2005). Analisis menggunakan MPLC dan LC-MS pada penelitian Saifudin et al (2012) ekstrak metanol daun salam mengandung kuersitrin, campesterol, campest-4-en-3-one dan cycloartenone, sedangkan dengan KLT menunjukkan asam galat, myricetrin dan alangionoside-o-aglicone. Kuersetin dapat menghambat COX-2 (Cheong

7 dkk, 2004) dan kuersitrin bekerja mengambat biosintesis prostaglandin dengan cara menghambat COX-1 dan COX-2 (Noreen et al, 1997). Sedangkan selektivitas penghambatan terhadap COX-2 akan mencegah pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator penting pada proses timbulnya rasa nyeri dengan tingkat keamanan yang lebih baik pada gastrointestinal (Smyth dan Gerald, 2007). Efek daun salam yang dapat menghambat COX-2, diharapkan dapat mempunyai daya analgetik yang juga melindungi mukosa lambung dari kerusakan. Oleh karena itu dilakukan penelitian untuk mengetahui daya analgetik ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum [Wight] Walp.) yang diujikan pada mencit jantan dengan metode geliat (Writhing test). F. Hipotesis Ekstrak air daun salam (Syzygium polyanthum) mempunyai daya analgetik pada mencit.