BAB II KAJIAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
PERSEPSI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FISE UNY TERHADAP PROFESIONALITAS GURU BERDASARKAN UNDANG- UNDANG GURU DAN DOSEN NO 14 TAHUN

JURNAL PENDIDIKAN AKUNTANSI INDONESIA Vol. VI. No. 2 Tahun 2008 Hal

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU TK

MAKALAH. Oleh: Muhammad Nursa ban 2 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2013

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMBINAAN PROFESIONALISME GURU MELALUI KEGIATAN PPL KEPENDIDIKAN DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY. ( As ari Djohar )

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan tersebut menuntut setiap guru untuk terus berupaya melakukan

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perkembangan tuntutan dunia kerja yang tidak hanya

Anna Marganingsih STKIP Persada Khatulistiwa-Jl. Pertamina Sengkuang Km. 4-Sintang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB II KAJIAN TEORI. yang siap akan tugas dan tanggung jawabnya. Mahasiswa dibina dengan

BAB l PENDAHULUAN. kinerja guru. Dengan adanya setifikasi guru, kinerja guru menjadi lebih baik

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kompetensi berarti kewenangan. kuantitatif. Johnson (dalam Usman 2006: 14) menyatakan bahwa

SERTIFIKASI GURU MERUPAKAN PERLINDUNGAN PROFESI. Sugeng Muslimin Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

BAB II TIJAUAN PUSTAKA

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dilakukan berdasarkan rancangan yang terencana dan terarah

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Menyadari peran penting pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia

PENDIDIKAN PROFESI GURU: IMPLIKASI DARI UNDANG- UNDANG NOMOR 14 TAHUN 2005 KAMIN SUMARDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Permendiknas No.16 Tahun 2007 Standar Kualifikasi Akademik Dan Kopetensi Guru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian peranan menurut Soejono Soekanto (2002;234) adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalankan kerangka dan tujuan organisasi.masalah kompetensi itu menjadi penting,

KOMPETENSI GURU. Kata kunci : kompetensi guru, peran kepala sekolah. A. Pendahuluan

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: UPAYA PEMBINAAN KOMPETENSI GURU DAN CALON GURU

BAB 1 PENDAHULUAN. kontekstual dan relevan. Peran baru guru ini harus ditemukan karena

BAB II LANDASAN TEORI

Profil Keterampilan Mengajar Mahasiswa Calon Guru Melalui Kegiatan Induksi Guru Senior

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Permendiknas No. 16 Tahun 2007, guru harus memiliki

PENGEMBANGAN PROFESI GURU SD/MI. Udin S. Sa ud, Ph.D

Standard Guru Penjas Nasional (Rumusan BSNP)

KOMPETENSI PROFESIONAL GURU

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

Kata Kunci: guru, kejuruan, kompetensi, profesional.

BAB I GURU DALAM FROFESINYA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

DEVELOPPING OF TEACHERS HP

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

Sasaran dan. Pengembangan Sikap Profesional. Kompetensi Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

A. KUALIFIKASI PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

Arif Rahman ( ) Eny Andarningsih ( ) Nurul Hasanah ( ) Rahardhika Adhi Negara ( )

BAB I PENDAHULUAN. Ketatnya persaingan dalam lapangan kerja menuntut lembaga pendidikan

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. menjadi guru diperlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

PROSEDUR DAN MEKANISME SERTIFIKASI GURU

II. TINJAUAN PUSTAKA. (per individu) dan kinerja organisasi. Pasolong (2010: 175) menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang

Profesional : pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan

2 Menetapkan : Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas P

BAB I PENDAHULUAN. dengan eksistensi pendidikan. Jika pendidikan memiliki kualitas tinggi, maka

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI

STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI INSTRUKTUR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PENGUJI PADA KURSUS DAN PELATIHAN

KOMPARASI KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU AKUNTANSI YANG SUDAH DAN BELUM MENGIKUTI SERTIFIKASI. Oleh : Wilis Puspita Dewi ABSTRACT

KOMPETENSI ALUMNI PG PAUD FIP UNNES DI LEMBAGA PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nida Rahmawati, 2013

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

PEMETAAN KOMPETENSI, SIKAP, TANGGUNG JAWAB, DAN JUMLAH JAM GURU BERSERTIFIKAT PENDIDIK DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SMK

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21 ini Indonesia dihadapkan pada masalah yang

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN. kependidikan kompetensi merupakan pengetahuan, sikap-perilaku dan

PENGARUH KEMAMPUAN DASAR GURU DAN LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH SURUH TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pendidikan semakin banyak menghadapi masalah yang perlu. mendapatkan perhatian serius dari berbagai pihak baik pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pendidikan nasional berbunyi bahwa pendidikan. diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan

BAB I PENDAH ULUAN 1.1 Ga G mb m a b ra r n n Umu m m m Obj b ek k Pene n lit e ian a. Pro r fil Org r anis n a is sis

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan (KTSP) dan Sukses Dalam Sertfikasi Guru, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm. 45

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia dalam rangka meningkatkan kualitas

2 2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Le

Oleh BABANG ROBANDI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA JANUARI 2010

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah komponen yang berperan penting sebagai modal utama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan sebuah upaya untuk. meningkatkan kualitas manusia. Sekolah merupakan salah satu organisasi

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

1. PENDAHULUAN. merupakan sarana mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal ini tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. S1/D-IV Jurusan/Program Studi PGSD /Psikologi/Pendidikan lainnya, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. oleh banyak kalangan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa indikator. Pertama,

kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.

DASAR PROFESIONALITAS GURU PENDIDIKAN JASMANI OLAHRAGA DAN KESEHATAN

BAB IV STANDAR KOMPETENSI GURU. Setelah membaca materi ini mahasiswa diharapkan memahami standar

BAB I PENDAHULUAN. terdapat jenjang pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Kejuruan

1. PENDAHULUAN. tuntutan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi bila ingin mencapai suatu keberhasilan,

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR :... TENTANG PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU PRA JABATAN

Seminar Internasional, ISSN Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mia Rosalina, 2013

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Sertifikasi Guru 2.1.1 Pengertian Sertifikasi Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan professional. Sertifikasi adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dan dosen ( UU Guru dan Dosen No. 14 tahun 2005). Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut ( Depdiknas, 2004 ). Sertifikasi guru merupakan amanat Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tenteng Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 18 tahun 2007. Sertifikasi dapat berbentuk ijazah atau sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan symposium (UU RI No. 20/2003 Psl 61 ). Dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 pasal 2, disebutkan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga yang professional dibuktikan dengan sertifikasi pendidikan. Selanjutnya dalam pasal 11 dijelaskan bahwa sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah. Menurut Mulyasa (2009), sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan 8

pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi. Sedangkan menurut Trianto (2007), sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang diberikan oleh suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa sertifikasi pendidik adalah suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi. 2.1.2 Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Program sertifikasi pendidik di Indonesia merupakan salah satu upaya untuk mengangkat harkat dan martabat bangsa melalui jalur pendidikan. Dalam rangka penjaminan mutu pendidikan nasional dan untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan nasional secara berkelanjutan, program ini secara khusus ingin membenahi mutu pendidik. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional (2007) menyebutkan bahwa: Program sertifikasi pendidik bertujuan untuk: (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional; (2) meningkatkan proses dan mutu hasil pendidikan; (3) meningkatkan martabat guru; (4) meningkatkan profesionalisme guru. Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa (2009) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi, 9

pengembangan karir tenaga kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu. 2.1.3 Kerangka Sertifikasi Sertifikasi guru diperuntukkan bagi para calon guru lulusan LPTK ( Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan ), maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan (bidang ilmu) tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan perguruan tinggi nonkependidikan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK. Kerangka pelaksanaan sistem sertifikasi kompetensi guru baik lulusan S1 kependidikan maupun lulusan S1 nonkependidikan, menurut Mulyasa (2009), dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi mengajar (PKM), sehingga mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi yang memiliki PPTK ( Program Pengadaan Tenaga Kependidikan ) terakreditasi dan ditunjuk oleh Dikti Depdiknas. Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar (PKM) pada perguruan tinggi yang memiliki PPTK secara terstruktur. Setelah dinyatakan lulus baru boleh mengikuti uji sertifikasi. Sedangkan lulusan program sarjana kependidikan tentu sudah mengalami proses pembentukan kompetensi mengajar tetap diwajibkan mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat kompetensi. Ketiga, penyelenggara program PKM dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Dirjen Dikti Depdiknas. Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik berasal dari lulusan program sarjana pendiddikan maupun nonkependidikan diberikan sertifikasi kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktek dalam bidang profesi guru pada jenis dan jenjang pendidikan tertentu. Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai 10

bentuk penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Di samping uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu. 2.2 Kompetensi Guru 2.2.1 Pengertian Kompetensi Kompetensi mengandung pengertian pemilikan pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan yang dituntut oleh jabatan tertentu ( Rustiyah,1982). Herry, (1998), menyatakan bahwa kompetensi adalah kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan dan atau latihan. (wawan_junaidi.blogspot.com/2011/07/pengertian-kompetensi.html) Kompetensi menurut Sudrajad ( 2009) : Louise Moqvist (2003) menyatakan bahwa : competency has been defined in the light of actual circumstances relating to the individual and work. Sementara itu,dari Training Agency sebagaimana disampaikan Len Holmes (1992) menyebutkan bahwa : A competence is a description of something which a person who works in a given occupational area should be able to do. It is a description of an action, behavior or outcome which a person should be able to demonstrate. Berdasarkan pendapat di atas, dapat ditarik benang merah bahwa kompetensi pada dasarnya merupakan gambaran tentang apa yang dapat dilakukan ( be able to do ) seseorang dalam suatu pekerjaan, berupa kegiatan perilaku dan hasil yang dapat ditampilkan atau ditunjukkan. Agar dapat melakukan ( be able to do) sesuatu dalam pekerjaannya, tentu saja harus memiliki kemampuan ( ability) dalam bentuk pengetahuan (knowledge) dan keterampilan ( skill) yang sesuai dengan bidang pekerjaannya. 11

Sementara itu kompetensi menurut Mulyasa ( 2009) adalah mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. 2.2.2 Kompetensi Guru Kompetensi guru menurut Broke (dalam Mulyasa 2009),mengemukakan bahwa kompetensi guru sebagai : descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful ( kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti ). Sementara menurut Charles ( dalam Mulyasa 2009 ), mengemukakan bahwa : Competency as rational performance which satisfaction meets the objective for a desired condition (kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan). Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 dijelaskan bahwa : kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Mulyasa ( 2009), menyatakan bahwa : kompetensi guru menunjuk pada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti hanya dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata. Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi 12

Akademik dan Kompetensi Guru, dijelaskan bahwa Standar Kompetensi Guru dikembangkan secara utuh dari 4 kompetensi utama, yaitu : (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3) kompetensi professional, dan (4) kompetensi social. 1. Kompetensi Pedagogik Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi ini dijabarkan menjadi sub kompetensi ( Permen Diknas No. 16/2007), yaitu : 1. Memahami karakteristik peserta didik dari aspek fisik, social, moral, kultur, emosional, dan intelektual, 2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam kontek kebhinnekaan budaya, 3. Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik, 4. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik, 5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik, 6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, 7. Merancang pembelajaran yang mendidik, 8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik, mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran. 2. Kompetensi Kepribadian Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir b yang dimaksud dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Kompetensi ini diekspresikan dalam bentuk kemampuan (Permen Diknas No. 16/2007 ): 13

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, 2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat, 3. Mengevaluasi kinerja sendiri, dan 4. Mengembangkan diri secara berkelanjutan. 3. Kompetensi Profesional Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir c dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Kemampuan tersebut diwujudkan dalam bentuk kemampuan (Permen Diknas No. 16/2007): 1. Menguasai substansi bidang dan metodologi keilmuannya, 2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi, 3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran, 4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi, 5. Meningkatkan kualitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas. 4. Kompetensi Sosial Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat (3) butir d dikemukaan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi tersebut ditunjukkan dalam bentuk kemampuan ( Permen Diknas No. 16/2007), sebagai berikut: 1. Berkomunikasi secara efektif dan empatik dengan peserta didik, sesame pendidik, tenaga kependidikan dan masyarakat, 2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat, 3. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat local, regional, nasional, dan global, 4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. 14

2.3 Persepsi 2.3.1 Pengertian Persepsi Istilah persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya ( Meider, 1958). Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia (http: //www.infoskripsi.com/article) Persepsi pada hakekatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap individu di dalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. ( Thoha,1993). Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya. 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi Persepsi seseorang dalam menangkap informasi dan peristiwaperistiwa menurut Muhyadi (1989) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: (1) orang yang membentuk persepsi itu sendiri, khususnys kondisi intern (kebutuhan, kelelahan, sikap, minat, motivasi, harapan, pengalaman masa lalu dan kepribadian; (2) stimulus yang berupa obyek maupun peristiwa tertentu (benda, orang, ptroses dan lainlain); (3) stimulus dimana pembentukan persepsi itu terjadi baik tempat, waktu, suasana (sedih, gembira dan lain-lain) 15

Sedangkan (Thoha,1993) berpendapat bahwa persepsi pada umumnya terjadi karena dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. a. Faktor internal berasal dari dalam diri individu, misalnya sikap, kebiasaan, dan kemauan. b. Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar individu yang meliputi stimulus itu sendiri, baik sosial maupun fisik. Lain halnya dengan pendapat Robbin (1996) yang menyatakan bahwa ada tiga faktor yang dapat menjelaskan perbedaan persepsi ketika memandang obyek atau benda yang sama yaitu : a. Pelaku Persepsi Individu dalam melihat suatu target dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, dipengaruhi oleh karakteristikkarakteristik pribadi dari pelaju persepsi. Diantara karakteristik pribadi yang relevan dalam mempengaruhi persepsi adalah sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan pengharapan (ekspektasi). a. Target Karakteristik-karakteristik dalam target yang akan diamati dapat mempengaruhi apa yang dipersepsikan. Orang-orang yang keras suaranya lebih mungkin untuk diperhatikan dalam suatu kelompok daripada orang yang diam. Demikian pula individu-individu yang luar biasa menarik atau luar biasa tidak menarik. Gerakan, bunyi, ukuran, dan atribut-atribut lain dari target membentuk cara kita memandangnya. b. Situasi Kontek dimana kita melihat objek-objek atau peristiwaperistiwa sangat penting dalam mempengaruhi persepsi kita. Waktu dimana suatu objek atau peristiwa dipersepsikan dapat mempengaruhi persepsi kita, seperti halnya lokasi, cahaya, panas atau jumlah factor situasional. 16

Gambar 1 di bawah ini menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi, yaitu bahwa persepsi seseorang dipengaruhi faktor pemersepsi/ pelaku persepsi, target persepsi dan situasi. Gambar 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Faktor pada pemersepsi Sikap Motif Kepentingan Pengalaman Penghargaan \ Faktor dalam situasi Waktu Keadaan/ Tempat Kerja Keadaan sosial Persepsi Faktor pada target Hal baru Gerakan Bunyi Ukuran Latar Belakang Kedekatan Sumber : Robbins, 1996 17