BAB I PENDAHULUAN. Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dunia usaha semakin berkembang dari hari ke hari, akibatnya setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. manajemen perusahaan perlu mempunyai strategi-strategi yang dijalankan untuk. untuk jangka waktu yang panjang dan berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN. didorong oleh perkembangan teknologi yang semakin maju, penentuan harga

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan bebas, dunia industri harus mempersiapkan diri agar dapat terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan-perusahaan domestik harus mempersiapkan secara matang kinerja dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Persaingan global berpengaruh pada pola perilaku perusahaan-perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Langkah ini dilakukan setelah pada tingkat regional, ASEAN telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi saat ini perekonomian mempunyai peranan yang

BABI PENDAHULUAN. Pada saat ini terdapat 4 keadaan yang sangat berpengaruh atas dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada setiap perusahaan penentuan harga jual merupakan hal penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. akan terjadi pada beberapa tahun kedepan yang dimana persaingan antar perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Pada umumnya rumah sakit terbagi menjadi dua yaitu rumah sakit umum

BAB I PENDAHULUAN. misalnya usaha konveksi dimana dalam bidang usaha ini perusahaan dituntut untuk

PENERAPAN ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM SEBAGAI ALTERNATIF PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI ( Studi Pada PT. JAMU AIR MANCUR Surakarta )

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUK YANG AKURAT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING. I Putu Edy Arizona,SE.,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. industri. Kenapa sektor industri dituntut untuk selalu berkembang? Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dunia usaha yang semakin pesat. Persaingan tersebut tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. khususnya di Indonesia. Salah satu dampak yang nyata bagi industri dalam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi yang semakin pesat semakin mendorong perusahaan untuk tetap going

BAB I PENDAHULUAN. pakaian, dan lainnya. Setiap jenis usaha yang ada memiliki karakteristik yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAHAN RUJUKAN. 2.1 Akuntansi Biaya

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan saat ini sedang berlomba-lomba dalam memanfaatkan teknologi

BAB I PE DAHULUA Latar Belakang. Iklim kompetitif yang semakin kuat ini mengharuskan perusahaan

Akuntansi Biaya. Activity Accounting: Activity Based Costing, Activity Based Management. Angela Dirman, SE., M.Ak. Modul ke: Fakultas FEB

BAB II LANDASAN TEORI

Bab I PENDAHULUAN. untuk selalu meningkatkan efisiensi dan efektifitas prosesnya guna meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. organisasi bisnis (Warren, Reeve & Fess 2006: 236). Semakin derasnya arus

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dengan perusahaan lainnya dan untuk menghasilkan value terbaik bagi

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PERHIASAN PERAK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING DI PT. X SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang cukup berperan dalam menentukan daya saing

BAB I PENDAHULUAN. Penetapan harga pokok produk sangatlah penting bagi manajemen untuk

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE KONVENSIONAL DAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) PADA PERUSAHAAN ROTI IDEAL

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan bisnis dibidang

Kemungkinan Penerapan Metode Activity Based Costing Dalam Penentuan Tarif Jasa Rawat Inap Rumah Sakit (Studi kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

SKRIPSI Digunakan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E) Pada Program Studi Akuntansi

SKRIPSI. Disusun oleh: LUKI RAMADHAN NPM

BAB II PENENTUAN BIAYA OVERHEAD PABRIK (BOP) BERDASARKAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) 2.1. Sistem Akuntansi Biaya Tradisional

BAB I PENDAHULUAN. dan semakin kompleks. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA. selalu mengupayakan agar perusahaan tetap dapat menghasilkan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Semenjak krisis ekonomi 1998 banyak bidang industri, baik itu dari skala kecil

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghasilkan produk. Sistem akuntansi biaya tradisional yang selama ini

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI SEPATU DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING (ABC) (STUDI KASUS DI PT.X) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. jasa yang lebih baik daripada yang ditawarkan oleh pesaing. Hal tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. Setiap organisasi yang berorientasi pada laba (profit oriented organization)

Sistem Pengalokasian Biaya Overhead Pabrik.

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan pasar dan perdagangan internasional yang disebabkan oleh

PENERAPAN METODE ACTIVITY-BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP (Study Kasus pada Rumah Sakit Islam Klaten)

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional. Dengan demikian industri kecil dan rumah tangga merupakan

PENDAHULUAN. bahan plastik dengan bahan baku titro propylenna 6531, titanlene dan afal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENENTUAN HARGA PRODUK PLYWOOD MENGGUNAKAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM

BAB I PENDAHULUAN. organisasi (Mulyadi, 2003;4). Atau lebih singkatnya dapat dikatakan bahwa kos

BAB II LANDASAN TEORI

PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ABC DI PT TMG. SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keadaan krisis ekonomi seperti sekarang ini, setiap perusahaan harus

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern dan globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya jaman, kehidupan dunia usaha semakin berkembang.

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM MENENTUKAN BESARNYA TARIF JASA RAWAT INAP PADA RUMAH SAKIT MATA DI SURABAYA

Berhasil atau tidaknya suatu perusahaan pada umumnya ditandai. dengan kemampuan manajemen dalam melihat kemungkinan dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tersebut berkaitan erat dalam perhitungan kos produk. Bila pengalokasian biaya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus dapat mengendalikan biaya operasional dengan baik agar tetap

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan. Kekayaan yang diperoleh dapat berupa kekayaan material (material

BAB1I PENDAHULUAN. Di Era persaingan global yang semakin ketat sekarang ini menuntut suatu organisasi

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam era globalisasi dan ditunjang perkembangan dunia usaha yang

BAB II LANDASAN TEORI. Hansen dan Mowen (2004:40) mendefinisikan biaya sebagai:

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan adalah untuk dapat menjaga kelangsungan. hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta dapat meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang jasa, produksi, manufacturing maupun perdagangan bertujuan untuk memperoleh laba yang

PENERAPAN METODE ACTIVITY BASED COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK KAMAR HOTEL PADA HOTEL GRAND KARTIKA PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan timbulnya persaingan di dalam perkembangan dunia usaha. Setiap

BAB II KERANGKA TEORISTIS PEMIKIRAN. Harga pokok produksi sering juga disebut biaya produksi. Biaya produksi

ANALISIS PERHITUNGAN BEBAN POKOK PRODUKSI GUNA MENGETAHUI HARGA JUAL PRODUK YANG TEPAT (Studi Kasus Pada UD. Wijaya Food Blitar)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. pada posisi , 02 sampai ,40 Bujur Timur, ,67

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan teknologi yang semakin canggih di era modern mempengaruhi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. klasifikasi dari biaya sangat penting. Biaya-biaya yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. perubahan yang berdampak pada ketatnya persaingan dunia usaha. Hal ini. terutama di perkembangan industri manufaktur.

Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas (source: Hansen & Mowen, 2007, Chapter 4) Present By: Ayub WS Pradana 16 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat agar tujuan perusahaan dapat tercapai secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan persaingan akan mendorong perusahaan untuk melakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin pesatnya perkembangan sektor transportasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. antara perusahaan manufaktur dengan perusahaan dagang.

METODE PEMBEBANAN BOP

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan penggunaan sumber daya secara efektif dan efisien.

1. Bagaimana sistem akuntansi biaya tradisional (konvensional) yang diterapkan oleh PT. Martina Berto dalam menentukan Harga Pokok Produksi (HPP)? 2.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dampak dari globalisasi sudah semakin terlihat pada berbagai aspek kehidupan perusahaan, baik pada negara yang sudah maju maupun pada negara yang sedang berkembang semakin terasa persaingan yang ketat dan penuh ketidakpastian. Untuk menghadapi situasi ini perusahaan terus berjuang agar dapat bertahan di dalam pasar global bahkan harus unggul sebagai pemenang. Dengan adanya iklim kompetitif yang semakin kuat ini mengharuskan perusahaan mampu bersaing di pasar bebas. Dalam hal ini, segala sumber daya perusahaan harus dapat dimanfaatkan secara efektif dan efisien. Persaingan global yang intensif mendorong perusahaan untuk melakukan perubahan dalam teknologi maupun segala sesuatu yang berhubungan dengan proses produksi, memperbaiki keputusan mengenai penentuan harga jual, desain produk, dan lain-lain. Persaingan yang semakin ketat dalam memasarkan produk-produknya menuntut perusahaan untuk meningkatkan mutu agar produk-produk yang dipasarkan memiliki competitive advantage, sehingga produk-produk tersebut dapat diterima oleh masyarakat, karena hal itu sangat berkaitan erat dengan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan perusahaan.

2 Masalah industri manufaktur di Indonesia merupakan masalah yang cukup besar karena akan mengakibatkan banyak hal terkait di dalamnya. Apabila terjadi kesalahan dalam perencanaan ataupun pelaksanaan yang menyimpang dari rencana pengembangan, industri manufaktur yang ada di Indonesia akan habis tertindas oleh perusahaan luar negeri yang pada umumnya sudah lebih maju dan stabil. Hal ini yang menyebabkan industri-industri di Indonesia khususnya yang bergerak pada bidang manufaktur tidak dapat berkembang. Tetapi dengan seiringnya waktu dan perkembangan jaman terdapatlah perubahan teknologi di dalam berbagai aspek seperti informasi dan manufaktur yang semakin pesat mengakibatkan persaingan pasar pun semakin meningkat. Perubahan tersebut akan mempengaruhi daya beli konsumen, mereka menginginkan produk yang berkualitas tinggi dan mempunyai harga yang relatif terjangkau. Untuk dapat merebut pasar dalam era globalisasi ini perusahaan harus dapat menetapkan strategi yang tepat. Khususnya pada PT SIMNU yang merupakan perusahaan manufaktur di Indonesia harus memiliki kemampuan untuk menghasilkan produk yang berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya produksi yang seefisien mungkin sehingga dapat menjadi suatu produk yang unggul dan disukai di pasaran nasional maupun pasar internasional. Berbagai strategi harus diterapkan agar usaha yang dilakukan dapat terus bertahan dan berkembang. Hal terpenting selain penguasaan teknologi manufaktur, penentuan harga pokok yang akurat juga merupakan langkah terpenting agar PT SIMNU dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis baik di dalam negeri maupun perusahaan luar negeri.

3 Kendala yang sering dihadapi oleh PT SIMNU diantaranya adalah dalam penentuan harga pokok produksi agar produk yang dihasilkan dapat bersaing dengan produk lain yang dihasilkan oleh perusahaan lain. Strategi dan keputusan yang tepat mutlak dibutuhkan saat ini untuk dapat bersaing dengan produk-produk lain yang dihasilkan oleh perusahaan-perusahaan lain yang sejenis. Manajemen PT SIMNU harus mempunyai perencanaan yang tepat mengenai pengalokasian biaya, karena pengalokasian biaya tersebut berkaitan erat dalam perhitungan harga pokok produk. Bila pengalokasian biaya terlalu besar, maka harga pokok yang dihasilkan terlalu tinggi yang akibatnya harga jual produk yang dipasarkan menjadi relatif mahal dari harga jual pesaingnya. Namun di lain pihak bila pengalokasian biaya terlalu rendah, harga pokok yang dihasilkan lebih kecil dan akibatnya harga jual produk yang dipasarkan menjadi relatif murah sehingga perusahaan tidak dapat mencapai laba yang optimal. Berdasarkan hal tersebut, pengalokasian biaya yang akurat perlu dilakukan. Sebelumnya perusahaan banyak menggunakan sistem akuntansi biaya yang konvensional dalam pengalokasian biaya produksi khususnya biaya overhead pabrik sebagai biaya produksi tidak langsung. Dalam sistem konvensional pengalokasian biaya tidak langsung tersebut dibebankan pada biaya bahan baku langsung yang digunakan dan atau jam kerja langsung maupun volume produksi yang dihasilkan. Banyaknya perusahaan-perusahaan di Indonesia menggunakan sistem akuntansi biaya yang konvensional karena dipandang dapat memenuhi kebutuhan manajemen akan informasi harga pokok produk yang akurat. Namun dalam

4 perkembangannya, sistem akuntansi biaya yang konvensional tidak mampu lagi memberikan informasi harga pokok produk yang akurat, sebab sistem akuntansi konvensional hanya relevan bila perusahaan memproduksi satu jenis produk saja. Ketidakakuratan perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan sistem konvensional dapat mempengaruhi harga jual produk tersebut. Harga jual yang tidak dapat bersaing dengan perusahaan sejenis di pasaran mengakibatkan sistem konvensional tidak kompetitif. Pembebanan biaya overhead pabrik dengan menggunakan sistem konvensional tersebut dapat mengakibatkan terjadinya produk undercosting dan produk overcosting. Produk undercosting terjadi apabila biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk terlalu rendah dari biaya yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Sedangkan produk overcosting terjadi apabila biaya overhead pabrik yang dibebankan pada produk terlalu tinggi dari biaya yang sebenarnya dikeluarkan untuk menghasilkan produk tersebut. Menurut Harnanto (1992:128), kekurangan metode konvensional yaitu secara potensial sistem akuntansi biaya konvensional mendistorsi biaya produk. Sistem akuntansi biaya konvensional dapat mengukur harga pokok produk dengan tepat bila semua sumber daya yang dikonsumsi oleh produk memiliki proporsi yang sama dengan jumlah unit yang diproduksi. Akan tetapi, dalam suatu proses produksi, produksi yang dihasilkan mengkonsumsi sebagian sumber daya pendukung yang proporsinya tidak sama dengan unit yang dihasilkan, sehingga apabila menggunakan sistem biaya akuntansi yang konvensional, akan menghasilkan harga pokok produk yang terdistorsi.

5 Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Kaplan dan Cooper (1991: 21), ditemukan beberapa kelemahan dalam sistem konvensional yang berakibat cukup fatal bagi kelangsungan jangka panjang perusahaan. Menurutnya sistem konvensional hanya baik untuk pelaporan keuntungan jangka pendek saja, kurang mementingkan pada strategi jangka panjang perusahaan dan penentuan harga pokok produksi seringkali tidak mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan. Sistem konvensional dianggap tidak mampu memberikan informasi biaya yang akurat sebagai dasar pengambilan keputusan karena : 1. Peran tenaga kerja langsung (Direct Labor) yang semakin berkurang, digantikan oleh peralatan yang dikontrol oleh komputer. 2. Presentasi Biaya Overhead Pabrik (BOP) terhadap biaya tenaga kerja langsung (Direct Labor Cost) semakin besar. Pembebanan BOP atas satu dasar pembebanan akan menimbulkan alokasi yang berbeda-beda untuk tiap-tiap produk dari kenyataan sesungguhnya. 3. Jenis produk yang variatif, sehingga pembebanan biaya yang tepat mutlak diperlukan untuk menentukan harga produk yang akurat. (Kaplan dan Cooper, 1991 : 21) Menjelang 1980-an metode Activity Based Costing mulai diperkenalkan di dalam pengalokasian biaya overhead pabrik oleh Computer Aided Manufacturing Int'l (CAM-1) dan National Association of Accountant. Dalam metode Activity Based Costing ini yang menjadi dasar pengalokasian dari BOP tersebut adalah aktifitas dalam kegiatan produksi. Keunggulan sistem ini diantaranya adalah dapat

6 membebankan biaya produksi tidak langsung ke dalam penentuan harga pokok produksi dan dianggap handal dalam penentuan strategi jangka panjang perusahaan karena tidak hanya mementingkan laporan keuangan jangka pendek saja. Metode Activity Based Costing dirancang untuk menghasilkan informasi harga pokok produk yang lebih teliti, karena menggunakan dasar aktivitas dan pengendali biaya (cost driver) dan ditentukan biaya sesuai dengan intensitas pemakaiannya. Dengan demikian, metode Activity Based Costing memungkinkan perusahaan membebankan biaya-biaya ke produk dengan adil. Hal ini membuat metode Activity Based Costing lebih akurat dalam penentuan harga pokok produk dibandingkan sistem konvensional. Selain itu, metode Activity Based Costing juga dimanfaatkan bagi sistem manajemen biaya yang baru sebagai perbaikan sistem akuntansi biaya lama yang menekankan aktivitas-aktivitas penambah nilai bagi produk, dan berupaya mengeliminasi timbulnya aktivitas-aktivitas yang menyebabkan pemborosan. Sehingga disarankan oleh penulis kenapa PT SIMNU harus menggunakan sistem biaya Activity Based Costing dalam penentuan harga pokok produknya. Sistem konvensional pada saat ini masih dipergunakan oleh PT SIMNU. Sistem konvensional dibandingkan dengan sistem Activity Based Costing yang telah disimulasikan oleh penulis dalam penentuan harga pokok produk pada PT SIMNU. Dengan adanya perbedaan dalam hal pembebanan biaya overhead pabrik per produk pada masing-masing sistem maka hal ini berpengaruh terhadap penentuan harga jual produk di pasar shingga harga jual yang ditetapkan oleh PT

7 SIMNU menjadi lebih kompetitif. Selain itu, penerapan kedua sistem pencatatan akuntansi (sistem konvensional dan activity based costing system) dalam pembebanan biaya overhead pabrik pada PT SIMNU seringkali menghasilkan suatu nilai biaya atas produk yang berbeda, terutama pada perusahaan yang memproduksi lebih dari satu jenis produk. Dari uraian diatas, penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang penggunaan Activity Based Costing System, serta melihat apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara penerapan harga pokok produk dengan menggunakan sistem konvensional dan sistem Activity Based Costing. Berdasarkan uraian yang dikemukakan diatas, penelitian yang akan dilakukan diberi judul : "ANALISIS PERBANDINGAN HARGA POKOK PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM KONVENSIONAL DAN SISTEM ACTIVITY BASED COSTING" 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut, penulis merumuskan beberapa pokok masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan sistem konvensional pada perusahaan 2. Bagaimana perhitungan harga pokok produk dengan menggunakan sistem Activity Based Costing pada perusahaan 3. Adakah terdapat perbedaan penetapan sistem konvensional dan

8 Activity Based Costing terhadap penentuan harga pokok produk yang dilaksanakan oleh perusahaan. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk menganalisis dan menjelaskan perbedaan penerapan sistem Activity Based Costing terhadap penentuan harga pokok produk pada perusahaan yang dimana masih menggunakan sistem konvensional. 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui harga pokok produk dengan menggunakan sistem konvensional pada perusahaan 2. Untuk mengetahui harga pokok produk dengan menggunakan sistem Activity Based Costing pada perusahaan 3. Untuk mengetahui perbedaan penetapan harga pokok produk pada sistem konvensional dan sistem Activity Based Costing 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Melalui penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan konseptual dan sebagai kajian untuk memperluas

9 wawasan serta masukan atau bahan referensi selanjutnya dalam mengembangkan keilmuan yang berkaitan dengan konsep dan teori yang berkaitan dengan akuntansi manajemen dalam hal penetapan harga pokok produk yang berdasarkan sistem konvensional dan sistem activity based costing. 1.4.2 Kegunaan Praktis Untuk Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran yang positif, khususnya dalam penggunaan sistem pembebanan dan pencatatan biaya untuk kemajuan perusahaan. Untuk Peneliti Selanjutnya Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan oleh pihak-pihak lain yang berkepentingan dan berminat mempelajari serta mengkaji penggunaan sistem pembebanan biaya berbasis aktivitas untuk dijadikan sebagai bahan rujukan dan referensi dalam penelitian-penelitian selanjutnya. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Pertanyaan Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran Struktur biaya produksi yang semakin berkembang, mengakibatkan berubahnya orientasi dalam pengalokasian biaya produksi. Dahulu proses produksi masih dominan dilakukan dengan tenaga manusia, sehingga selain bahan baku, tenaga kerja langsung mendapat persentasi yang cukup besar dari keseluruhan biaya produksi. Saat ini banyak perusahaan manufaktur yang telah

10 menggunakan mesin-mesin pabrik yang bekerja secara otomatis dan membutuhkan pengawasan yang minim dari tenaga kerja. Hal tersebut mungkin dilakukan dengan pertimbangan untuk meningkatkan produksi agar tidak kalah bersaing dalam merebut bagian dalam pasar. Suatu perusahaan yang ingin menang dalam suatu persaingan harus memiliki keunggulan dibandingkan dengan pesaing lain. Keunggulan dapat dicapai dengan melakukan inovasi dan penemuan caracara/metode baru yang dianggap lebih baik dalam mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Namun saat ini dipastikan masih banyak perusahaan yang masih menerapkan sistem harga pokok konvensional dalam menyusun laporan biaya dan penyajian informasi-informasi yang berhubungan dengan produk. Pada sistem harga pokok konvensional, perusahaan membebankan biaya produksi tidak langsung kepada produk dengan cara mengumpulkan dalam suatu pusat biaya yang kemudian mengalokasikannya secara langsung ke unit keluaran berdasarkan kepada salah satu metode pembebanan. Metode yang dimaksud adalah metode jam buruh, biaya buruh, kuantitas bahan baku, atau jam mesin. Ini akibat adanya asumsi bahwa produk mengkonsumsi sumber daya dan volume. Produksi dianggap merupakan satu-satunya pemicu biaya (cost driver). Asumsi ini beranggapan bahwa semua biaya produksi berubah langsung secara proposional dengan perubahan volume produksi. Dalam sistem konvensional biaya-biaya ditelusuri ke produk, karena tiap unit produk diasumsikan mengkonsumsi sumber daya yang digunakan. Metode ini dapat mengukur sumber daya yang dikonsumsi oleh unit-unit produk secara

11 akurat. Tetapi beberapa sumber daya organisasi muncul untuk aktivitas dan transaksi yang tidak relevan dengan jumlah fisik yang diproduksi. Jadi untuk beberapa alokasi biaya produk yang diproduksi tidak tepat, karena beberapa produk tersebut tidak mengkonsumsi sumber daya tersebut. Menurut Hansen dan Mowen (2000:57-58), yang diterjemahkan oleh Tim Salemba Empat prosedur pelaksanaan penentuan harga pokok produk dengan sistem konvensional adalah sebagai berikut : Sistem penentuan harga pokok produk dengan metode konvensional mengasumsikan bahwa semua biaya diklasifikasikan sebagai tetap atau variabel berkaitan dengan perubahan unit atau volume produk yang diproduksi, maka unit produk atau pendorong lainnya sangat berhubungan dengan unit yang diproduksi seperti jam tenaga kerja langsung atau jam mesin, adalah satu-satunya pendorong yang dianggap penting. Karena pendorong kegiatan berdasarkan unit bukan satu-satunya pendorong yang menjelaskan hubungan penyebab, maka banyak kegiatan pembebanan biaya produk harus diklasifikasikan sebagai alokasi (alokasi adalah pembebanan biaya berdasarkan asumsi hubungan atau kemudahan). Sistem konvensional ini oleh para ahli dianggap sudah tidak mampu lagi memenuhi perkembangan teknologi dan pangsa pasar yang semakin global karena: 1. Aktivitas overhead logistic, perencanaan, kualitas, dan pengembangan produk telah mengalami perubahan yang drastis sejalan dengan proses otomatisasi penggunaan CAD (Computer Added Design), CAE (Computer Added Engineering), dan CAM (Computer Added Manufacturing) sehingga proporsi tenaga kerja langsung berkurang. CAD dan CAE dalah sistem perencanaan dan perekayasaan produk dengan menggunakan bantuan komputer untuk standarisasi dan

12 peningkatan produktivitas dalam perencanaan, pembuatan draft, dan pengujian produk. CAM adalah seperangkat teknologi yang menggunakan komputer untuk perencanaan, pengimplementasian, dan pengendalian produksi melalui pemanfaatan kapasitas dan sumber pemanufakturan. 2. Biaya penjualan dan distribusi meningkat secara dramatis dan bisa bervariasi sekali dari satu produk ke satu produk yang lainnya. 3. Pengumpulan data, sorting data, dan teknologi pelaporan mengalami kemajuan yang pesat, hal ini memudahkan analisis data overhead. Beberapa masalah yang muncul dalam penerapan metode konvensional (Supriyono, 1994), antara lain : 1. Penggunaan metode berdasarkan unit dalam membebankan biaya overhead pabrik pada produk dapat menghasilkan informasi biaya yang terdistorsi. 2. Ketepatan pembebanan biaya overhead berdasarkan unit jika berbagai jenis produk yang diproduksi dengan menggunakan satu fasilitas dipertanyakan. 3. Bagaimana mengidentifikasikan jumlah overhead yang ditimbulkan atau dikonsumsi oleh masing-masing jenis produk jika perusahaan menghasilkan produk lebih dari satu. 4. Penggunaan cost driver yang hanya berdasarkan unit untuk membebankan biaya overhead yang tidak berhubungan dengan unit dapat menimbulkan distorsi pada biaya produk.

13 Menurut Amin Widjaya (1995:10), kelemahan dari akuntansi biaya konvensional adalah sebagai berikut : 1. Akuntansi biaya konvensional tidak lagi cocok dengan lingkungan usaha dalam era globalisasi 2. Akuntansi biaya konvensional yang menyebabkan berbagai distorsi dan perilaku disfungsional yang timbul sebagai akibat dari penerapan manajemen control system 3. Akuntansi biaya konvensional lebih berorientasi pada teori klasik 4. Strategi keuangan akuntansi biaya konvensional lebih mementingkan laba jangka pendek dari pada laba jangka panjang, sehingga lebih mampu orientasikan marketing strategy 5. Akuntansi biaya konvensional pada paper profit hasil kreasi dari finansial engineering Sistem konvensional memiliki keterbatasan yang mengakibatkan perhitungan harga pokok produk menjadi tidak akurat. Karena adanya kelemahan tersebut sistem activity based costing dikembangkan untuk menjawab keterbatasan perhitungan harga pokok produk berdasarkan sistem konvensional. Dalam sistem activity based costing setiap jenis biaya ditelusuri ke aktivitas masing-masing untuk menentukan besarnya biaya yang sesuai dengan intensitas pemakaiannya atau biasa dikenal dengan pemicu biaya (cost driver). Dengan demikian, harga pokok produk yang dilaporkan akan lebih akurat dan kompetitif, sekaligus memungkinkan perusahaan untuk melakukan pengendalian biaya secara efektif.

14 Activity based costing system merupakan sistem akuntansi biaya yang banyak diterapkan oleh perusahaan-perusahaan di Amerika maupun Jepang sehingga kebanyakan produknya berhasil bertahan di pasar yang semakin kompetitif. Menurut Carter dan Usry, pengertian Activity Based Costing adalah sebagai berikut : Activity Based Costing didefinisikan sebagai suatu sistem perhitungan biaya dimana tempat penampungan biaya overhead yang jumlahnya lebih dari satu dialokasikan menggunakan dasar-dasar yang memasukkan satu atau lebih faktor yang tidak berkaitan dengan volume. (non-volumerelated-factor). (Carter and Usry, 2004 : 496) Metode activity based costing yang ditawarkan oleh Kaplan dan Cooper adalah sistem yang terdiri atas dua tahap yaitu, pertama melacak biaya pada berbagai aktivitas dan kemudian ke berbagai produk. Sistem ini dimulai dengan mengasumsikan sumber daya tidak langsung yang mendukung dalam memberikan kemampuan untuk membentuk aktivitas, tidak mengalokasikan biaya secara umum. Menurut Kaplan dan Cooper (1991) manajer-manajer yang telah menggunakan activity based costing mengelompokkan tiga keuntungan utamanya. Keuntungan-keuntungan ini adalah : 1. Memperbaiki hak pengambilan keputusan dengan memberi informasi biaya produk yang lebih informatif. 2. Memperbaiki wawasan dalam mengatur aktivitas yang merupakan peranan penting dalam overhead.

15 3. Akses yang lebih mudah terhadap biaya-biaya yang relevan untuk keputusan yang lebih luas. Perbedaan yang mendasar dari metode ABC dibandingkan dengan metode konvensional, menurut Brimson (1991 : 16) adalah : The diffrerence is that under traditional cost accounting, cost are accumulated and controlled in total by cost category for each organizational unit, whereas under activity accounting, cost are associated with what the organization does (work unit). sedangkan perbedaan secara prinsip antara penerapan sistem konvensional dan sistem ABC menurut Horngren (1993 : 234) adalah : 1. Pada tahap pertama, yaitu ketelitian sistem ABC dalam menelusuri konsumsi sumber daya dalam proses pembebanan biaya produksi tidak langsung ke pusat biaya berdasarkan sebab akibat. Untuk mencapai tujuan ini, sistem ABC menggunakan dasar pembebanan biaya produksi tidak langsung yang lebih teliti dan membentuk pusat biaya yang dapat dibebankan dengan tepat ke pusat biaya yang mengkonsumsinya. 2. Pada tahap kedua, yaitu pada saat biaya produksi tidak langsung dari pusat biaya dialokasikan ke barang dan jasa. Menurut Amin Widjaya Tunggal (1997:27-29), sistem Activity Based Costing memperbaiki sistem akuntansi biaya konvensional, yaitu dengan cara menguraikan suatu perusahaan atau organisasi ke aktivitas-aktivitas yang diperlukan untuk mengembangkan, membuat, memasarkan produk. Biaya-biaya yang terjadi pertama-tama ditelusuri ke aktivitas dan kemudian dari aktivitas ke

16 masing-masing produk. Perbaikan dalam penentuan harga pokok produk dengan menggunakan sistem baru ini yaitu informasi harga pokok produk yang dihasilkan menjadi lebih akurat. Penekanan sistem ABC merupakan penanganan biaya overhead yang lebih baik, sehingga sistem ini memang cocok diterapkan dalam usaha manufaktur dewasa ini. Persaingan perusahaan manufaktur sekarang ini semakin meningkat dengan makin banyaknya penggunaan teknologi yang lebih maju. Tujuan utama dari sesuatu unit usaha adalah laba, dengan adanya tuntutan harga yang terus bersaing. Satu-satunya harapan adalah dengan adanya pengendalian harga yang semakin membaik. Disinilah metode perhitungan harga pokok produk berdasarkan sistem Activity Based Costing berperan. Penelitian akan difokuskan kepada perbedaan yang terdapat pada penerapan kedua sistem ini dalam perhitungan harga pokok produk yang menggunakan sistem konvensional dan harga pokok produk yang menggunakan sistem Activity Based Costing kemudian untuk melihat tingkat signifikansinya dilakukan pengujian hipotesis terhadap hasil akhir dari kedua sistem tersebut. Berdasarkan teori dan penelitian yang ditulis oleh Diana Marisca Surip, NRP 01.02.392 dengan judul penelitian Perbandingan antara Metode Activity Based Costing dengan Metode Konvensional guna Perhitungan Harga Pokok Produk yang Lebih Akurat, sistem Activity Based Costing lebih unggul daripada sistem konvensional. Activity Based Costing memiliki keunggulan diantaranya menyediakan informasi yang berlimpah tentang aktivitas yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi customer,

17 menyediakan informasi biaya untuk memantau implementasi rencana pengurangan biaya, menyediakan secara akurat dan multidimensi kos produk dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Oleh karena itu, penulis ingin membandingkan perhitungan harga pokok produk berdasarkan sistem konvensional dengan sistem Activity Based Costing, dan melihat hasil perbandingan antara kedua sistem tersebut apakah perbedaannya signifikan atau tidak.

18 Biaya Produksi KONVENSIONAL ABC Dapat diidentifikasi langsung ke produk : Bahan baku + Upah/Tenaga Tidak bisa diidentifikasi langsung : BPTL Dapat diidentifikas i langsung ke produk : Bahan baku + Tenaga Tidak bisa diidentifik asi langsung : BPTL Alokasi langsung ke produk Alokasi berdasarkan satu/lebih ukuran Alokasi langsung ke produk Alokasi berdasarkan aktivitas HPP Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran

19 1.5.2 Pertanyaan Penelitian 1. Berapa besar harga pokok produk dengan menggunakan sistem konvensional 2. Berapa besar harga pokok produk dengan menggunakan sistem activity based costing 3. Seberapa besar selisih harga pokok produk jika dihitung dengan menggunakan sistem konvensional dan sistem activity based costing 1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.6.1 Lokasi Penelitian Lokasi yang diambil penulis dalam penelitian ini adalah perusahaan kulit sintetis PT Sempurna Indah Multi Nusantara (SIMNU), yang terletak di Jalan Raya Dayeuh Kolot No. 179 Bandung. Telp. (62-22) 5203818 5203824, Fax.(62-22) 5203818. 1.6.2 Waktu Penelitian Waktu penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah selama satu bulan yaitu pada tanggal 04 Maret 2008 sampai dengan 04 April 2008.

20