Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang. digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI MALANG BUPATI MALANG,

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar, Definisi Operasional dan Pengukuran. variabel- variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan diukur dan

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG ALOKASI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2010

KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2014 BUPATI KUDUS,

WALIKOTA PROBOLINGGO

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 93 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

BUPATI KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2014

PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG

SALINAN NOMOR 5/E, 2010

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANGGAMUS PERATURAN BUPATI TANGGAMUS NOMOR : 02 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI SIAK NOM OR 7 TAHUN

PERATURAN BUPATI SRAGEN NOMOR : 8 TAHUN 2012 T E N T A N G

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA PROBOLINGGO

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 42/Permentan/OT.140/09/2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 072 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA BLITAR WALIKOTA BLITAR,

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011

BUPATI SUKAMARA PERATURAN BUPATI SUKAMARA NOMOR 12 TAHUN 2012 T E N T A N G KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI DI KABUPATEN SUKAMARA BUPATI SUKAMARA,

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SERUYAN PERATURAN BUPATI SERUYAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 06/Permentan/SR.130/2/2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR

BUPATI MADIUN SALINANAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BENGKULU,

6. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 84, Tambahan

BUPATI TANJUNG JABUNG TIMUR,

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH

BUPATI SEMARANG PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 115 TAHUN 2009 TENTANG PENYALURAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DAN PERIKANAN GUBERNUR JAWA BARAT;

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 38 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURANBUPATI TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2016

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BUPATI BENGKAYANG NOMOR 1<? TAHUN 2013 KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN BUPATI BENGKAYANG,

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 138 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 505/Kpts/SR.130/12/2005 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 2 TAHUN 2016

BUPATI PENAJAM PASER UTARA

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. dan batasan operasional. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

BUPATI KAYONG UTARA PERATURAN BUPATI KAYONG UTARA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

Jakarta, Januari 2010 Direktur Jenderal Tanaman Pangan IR. SUTARTO ALIMOESO, MM NIP

WALIKOTA BANJARMASIN

3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (Lembaran Negara Republik

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang digunakan untuk

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 57 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA TEBING TINGGI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Metode

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup pengertian yang

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 14 TAHUN 2011

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SOLOK NOMOR : 15 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SOLOK NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SERUYAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

Ringkasan Eksekutif Analisis Efektivitas Kebijakan Subsidi Pupuk dan Benih: Studi Kasus Tanaman Padi dan Jagung 1

III. METODE PENELITIAN. untuk menciptakan data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR : 11 TAHUN 2014 TENTANG

CUPLIKAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 66/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG

III. METODE PENELITIAN. Umur responden merupakan usia responden dari awal kelahiran. sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN WALIKOTA BANJARMASIN NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional ini mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sehubungan dengan tujuan penelitian. Usahatani padi sawah adalah suatu proses atau aktivitas pertanian tanaman padi sawah dengan mengkombinasikan berbagai faktor sumberdaya alam, tenaga kerja, manajemen, dan modal sesuai dengan kondisi lingkungan untuk mencapai pendapatan yang maksimal sebagai sumber utama penerimaan. Petani padi sawah adalah orang yang mengusahakan atau mengelola usahatani padi sawah untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya dan memaksimumkan keuntungan dari usahatani yang dilakukannya. Kelompok Tani adalah kumpulan petani yang mempunyai kesamaan kepentingan dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian untuk bekerja sama meningkatkan produktivitas usahatani dan kesejahteraan anggotanya dalam mengusahakan lahan usahatani secara bersama pada satu hamparan atau kawasan. Rencana Definitif Kebutuhan Kelompoktani (RDKK) adalah perhitungan rencana kebutuhan pupuk bersubsidi yang disusun kelompok tani berdasarkan luasan areal usahatani yang diusahakan petani anggota kelompok tani dengan rekomendasi pemupukan berimbang spesifik lokasi.

Pupuk adalah bahan kimia atau organisme yang berperan dalam penyediaan unsur hara bagi keperluan nutrisi tanaman. Pupuk bersubsidi adalah pupuk yang pengadaan dan penyalurannya ditataniagakan dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan di penyalur resmi di Lini IV (Pengecer Resmi). Pupuk Bersubsidi yang diteliti yaitu Pupuk Urea, SP 18, Pupuk NPK Phonska (komposisi 15:15:15) dan diberi label Pupuk Bersubsidi Pemerintah. Pemupukan Berimbang adalah pemberian pupuk bagi tanaman sesuai dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman untuk mencapai produktivitas yang optimal dan berkelanjutan. Pupuk Urea adalah jumlah pupuk urea yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg). Pupuk SP 36 adalah jumlah pupuk SP 36 yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg). Pupuk NPK adalah jumlah pupuk NPK yang digunakan petani dalam usahatani padi sawah dalam satu musim tanam, diukur dalam satuan kilogram (kg). Biaya pupuk merupakan jumlah total uang yang dikeluarkan oleh petani untuk mendapatkan pupuk yang dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp). Varietas merupakan batasan dan penamaan yang diatur dalam "Aturan Internasional bagi Tatanama Tanaman Budidaya" (International Code of Nomenclature for Cultivated Plants, ICNCP), merupakan sekelompok tanaman yang memiliki satu atau lebih ciri yang dapat dibedakan secara jelas, dan tetap mempertahankan ciri-ciri

khas ini ini jika direproduksi (secara seksual maupun aseksual). Kriteria yang digunakan untuk varietas unggul = 1, varietas turunan = 0. Varietas unggul adalah benih dengan varietas yang memiliki keunggulan produksi dan mutu hasil, tanggap terhadap pemupukan, toleran terhadap hama penyakit utama, umur genjah, tahan terhadap kerebahan dan kerontokan, serta tahan terhadap lingkungan, yakni Varietas Ciherang. Varietas turunan adalah benih varietas unggul yang ditanam petani kemudian setelah panen dijadikan benih untuk tanam berikutnya, antara lain yang termasuk benih turunan adalah IR 64 (dilepas pada tahun 1986) karena benih ini sudah tidak diproduksi oleh instansi yang berwenang sesuai dengan tahapan untuk menghasilkan benih menurut peraturan perundangan yang berlaku. Harga Gabah adalah harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani, diukur dalam satuan Rupiah per kilogram (Rp/kg). Rasionalisasi petani adalah perilaku petani dalam memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya yang digunakan. Perilaku petani adalah semua kegiatan, tindakan, serta proses psikologis yang mendorong tindakan konsumen pada saat sebelum membeli, ketika membeli, menggunakan, dan menghabiskan produk dan jasa, serta kegiatan mengevaluasi setelah melakukan hal-hal diatas. Produktivitas padi sawah adalah kemampuan lahan dalam menghasilkan padi sawah (produksi) diukur dalam satuan kg per hektar (kg/ha).

Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh dari usahatani padi sawah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama satu musim tanam, diukur dalam satuan rupiah (Rp). Pengalaman usahatani merupakan lamanya petani berusahatani padi sawah baik di daerah asal maupun di daerah penelitian yang dinyatakan dalam satuan tahun (th). Lama berorganisasi (keterlibatan dalam kelompok tani) merupakan keikutsertaan petani (anggota kelompok tani) yang dinyatakan dalam satuan tahun (th). Tingkat pendidikan adalah kemampuan intelektual yang didapatkan dengan mengecap bangku pendidikan (pendidikan terakhir), antara lain TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3, yang dinyatakan dalam satuan tahun (th). Sumber-sumber informasi adalah sumber informasi yang didapat oleh petani, baik internal maupun eksternal sebagai refensi atau dasar petani dalam pemupukan usahatani padi sawah, parameternya adalah berapa banyak sumber informasi yang didapat petani sebagai referensi pemupukan usahatani padi sawah, yang dinyatakan dalam satuan macam (mcm). Ketersediaan pupuk adalah suatu kondisi dimana pupuk tersebut ada dan siap untuk digunakan, parameternya adalah berapa lama petani mendapatkan pupuk yang dibelinya selama satu periode masa tanam usahatani padi sawah, yang dinyatakan dalam satuan hari (hr). B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian adalah Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah. Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989), mengingat daerah tersebut merupakan salah satu sentra produksi padi sawah, lahan sawah cetakan lama telah diusahakan lebih dari 50 tahun (sejak zaman kolonisasi), dekat dengan saluran irigasi baik saluran irigasi primer maupun sekunder, dekat dengan sumber tekhnologi benih (PT. SAS), dekat dengan Kantor Balai Proteksi Tanaman (Stasiun Pengamatan HTP), dekat dengan gudang PT. Pusri di Tegineneng, dekat dengan pasar, akses transportasi dan infrastruktur baik. Jumlah desa yang ada di Kecamatan Trimurjo sebanyak 14 desa seperti yang disajikan pada Tabel 5. Desa potensi padi sawah di Kecamatan Trimurjo adalah Desa Notoharjo dan Desa Tempuran, sehingga penelitian dilakukan di dua desa tersebut. Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan pengambilan data di lapangan dilakukan pada bulan Juli-Agustus 2010. C. Metode Penelitian dan Pengambilan Data Untuk menganalisis dinamika tingkat penggunaan pupuk bersubsidi, rasionalisasi petani dalam penggunaan pupuk serta mengetahui implementasi kebijakan terhadap penggunaan pupuk pada usahatani padi sawah di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, maka data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder yang dilakukan dengan metode survei. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan petani padi sawah sebagai responden

melalui penggunaan kuesioner (daftar pertanyaan) berstruktur yang telah dipersiapkan. Data sekunder dikumpulkan dari beberapa lembaga/instansi terkait, yaitu Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Lampung, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Lampung Tengah, Badan Pusat Statistik Propinsi Lampung, Balai Penyuluhan Pertanian Kecamatan Trimurjo, dan sumber-sumber lain berupa laporan-laporan, publikasi, instansi, dan pustaka lainnya yang berhubungan dengan tujuan penelitian. D. Metode Pengambilan Sampel Responden petani padi sawah di Desa Notoharjo dengan jumlah anggota 411 petani dan di Desa Tempuran ada 449 petani, sehingga jumlah populasi penelitian adalah 860 petani, disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Sebaran Kelompok Tani pada masing-masing Desa di Kecamatan Trimurjo Kabupaten Lampung Tengah, 2010 No. Desa/Pekon Jumlah Anggota Kelompok 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Depokrejo Purwoadi Purwodadi Liman Benawi Pujo Basuki Pujodadi Pujoasri Untoro Simbarwaringin Adipuro Pujokerto Trimurjo Tempuran Notoharjo 474 359 652 456 297 286 313 413 439 663 439 639 449 411 Jumlah 6.290 Sumber : Kepala Cabang Dinas Kecamatan Trimurjo, 2010. Metode penentuan jumlah sampel yang digunakan adalah metode acak sederhana (simple random sampling). Menurut Sugiarto, dkk. (2003) untuk mengukur besarnya sampel yang akan diambil guna pengajuan hipotesis dalam suatu penelitian bila menggunakan metode acak dapat menggunakan rumus sebagai berikut : 2 2 NZ S n = 2 2 2 Nd Z S Keterangan: n : Jumlah sampel N : Jumlah populasi (860 orang) Z : Tingkat kepercayaan (90% = 1,64) S 2 : Varian sampel (5% = 0,05) d : Derajat penyimpangan (5% = 0,05) Kemudian, dari jumlah sampel yang didapat ditentukan alokasi proporsi sampel tiap desa dengan menggunakan rumus:

Na na =. nab Nab Keterangan: na : Jumlah sampel Desa A nab : Jumlah sampel keseluruhan Na : Jumlah populasi Desa A Nab : Jumlah populasi keseluruhan Perhitungan jumlah sampel 2 2 NZ S n = 2 2 2 Nd Z S 2 860(1,64) (0,05) n = 2 2 860(0,05) (1,64) (0,05) 115,653 n = 2,285 n = 51 petani Berikut pembagian sampel per desa : 1. Desa Notoharjo Na na =. nab Nab 411 na =. 51 860 na = 24 petani 2. Desa Tempuran Na na =. nab Nab 449 na =. 51 860 na = 27 petani Berdasarkan rumus alokasi proporsional sampel tersebut diperoleh jumlah sampel seluruhnya yaitu 51 petani, sampel di Desa Notoharjo 24 petani,

sedangkan di Desa Tempuran 27 petani. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sederhana (simple random sampling). E. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis secara kualitatif dan analisis secara kuantitatif. Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan pupuk digunakan analisis deskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif kuantitatif adalah suatu pendekatan ilmiah yang menggunakan prosedur atau teknik kuantitatif secara sistematis. Pengujian terhadap hipotesis dilakukan dengan pendekatan regresi model logit menggunakan alat analisis binary logistic pada minitab. Penjabaran dari hasil analisis dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menjabarkan hasil kuantitatif dinamika tingkat penggunaan pupuk, kondisi sosial ekonomi yang mempengaruhi keputusan petani dalam menentukan penggunaan pupuk, dan implementasi kebijakan terhadap penggunaan pupuk. 1. Dinamika Tingkat Penggunaan Pupuk Bersubsidi Untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama, digunakan data time series atau data runtutan waktu yang dikumpulkan pada waktu dan tempat tertentu saja. Dalam hal ini, waktu yang diteliti pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2010, sedangkan tempat penelitian pada kedua desa, yaitu desa Notoharjo dan desa Tempuran. Data time series mencerminkan suatu fenomena tertentu dalam kurun runtutan waktu (Sugiarto, 2003). Untuk mengidentifikasi dinamika

tingkat penggunaan pupuk bersubsidi digunakan analisis deskriptif secara tabulasi. Data yang digunakan adalah data mengenai dosis penggunaan pupuk bersubsidi dan parameter karakteristik petani pengguna pupuk bersubsidi (umur, lama usahatani, tingkat pendidikan, luas lahan, dan varietas). Data tersebut diukur dengan menggunakan analisis crosstabulation untuk melihat hubungan yang membentuk dinamika tingkat penggunaan pupuk bersubsidi pada petani responden. 2. Rasionalisasi Petani dalam Penggunaan Pupuk dengan Menggunakan Analisis Logit Analisis regresi digunakan untuk melihat hubungan antara satu atau lebih peubah penjelas dengan peubah respon. Pada penelitian sosial, peubah yang diamati sebagian besar merupakan data kategorik termasuk data biner. Pada penelitian ini, peneliti akan menganalisis rasionalisasi petani dalam penggunaan pupuk yang biasa digunakan petani, yakni pupuk bersubsidi (pupuk urea, SP36, dan NPK yang nantinya akan diteliti satu per satu. Model yang sering digunakan untuk menganalisis peubah respon berskala biner adalah model logit. Model logit adalah sebagai berikut : Pi = F (Zi) = F (α+β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 +β 6 X 6 +β 7 X 7 +β 8 X 8 + β 9 X 9 +α 1 D 1 ) = dimana untuk mencari Zi digunakan rumus sebagai berikut : Zi = Ln = (α+β 1 X 1 +β 2 X 2 +β 3 X 3 +β 4 X 4 +β 5 X 5 +β 6 X 6 +β 7 X 7 +β 8 X 8 + β 9 X 9 +α 1 D 1 ) Keterangan :

Pi = Peluang bahwa seorang petani akan mengambil keputusan terhadap penggunaan pupuk bila Xi diketahui. Zi = Peluang petani ke-i untuk mengambil keputusan terhadap penggunaan pupuk dimana Z = 1 untuk petani yang mengikuti rekomendasi anjuran dalam penggunaan pupuk dan Z = 0 untuk petani yang tidak mengikuti anjuran dalam penggunaan pupuk. X 1 = Produktivitas (kg/ha). X 2 = Harga Gabah (Rp/kg). X 3 = Biaya pupuk (Rp). X 4 = Pendapatan usahatani (Rp/musim). X 5 = Pengalaman berusahatani (thn). X 6 = Tingkat pendidikan (thn). X 7 = Sumber informasi (mcm). X 8 = Ketersediaan pupuk (hari). X 9 = Lama berorganisasi (th). D 1 = Varietas. dimana X = 1, bila varietas unggul X = 0, bila varietas turunan Regresi Logit merupakan teknik analisis data yang dapat menjelaskan hubungan antara peubah respon yang memiliki dua kategori dengan satu atau lebih peubah penjelas berskala kontinyu atau kategori. Pengujian terhadap parameterparameter model dalam regresi ini dilakukan dengan uji nisbah kemungkinan yaitu uji G. Untuk mengetahui peran seluruh variabel di dalam model secara bersama-sama dapat digunakan uji nisbah kemungkinan yaitu uji-g dengan statistik ujinya berdasarkan hipotesis: H 0 : β 1 = β 2 =... = β n = 0 H 1 : paling sedikit ada satu β n 0 ( j = 1, 2,..., 9) Kaidah pengujian adalah : jika G-hitung < X 2 (P, α), maka terima H 0, G-hitung > X 2 (P, α), maka terima H 1.

Sedangkan untuk uji nyata parameter secara parsial dapat digunakan dengan uji- Wald. Statistik uji-wald mengikuti sebaran normal dengan berdasarkan hipotesis : H 0 : βj = 0 H 1 : βj 0 Kaidah pengujian adalah : jika W-hitung < Z α/2, maka terima H 0, W-hitung > Z α/2, maka terima H 1. 3. Implikasi Kebijakan Pupuk Bersubsidi terhadap Penggunaan Pupuk pada Usahatani Padi Sawah di Kecamatan Trimurjo. Untuk menjawab tujuan penelitian yang ketiga, mengacu pada kajian Hasyim (2005), digunakan data faktual yang terjadi karena adanya kebijakan pupuk bersubsidi yang berefek kepada penggunaan pupuk yang termaktub pada tujuan kesatu dan kedua yang dijabarkan secara deskriptif.