Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27.

dokumen-dokumen yang mirip
Analisa Alternatif Penanggulangan Kelongsoran Lereng

BAB III DATA DAN ANALISA TANAH 3.2 METODE PEMBUATAN TUGAS AKHIR

TOPIK BAHASAN 8 KEKUATAN GESER TANAH PERTEMUAN 20 21

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. penambangan batu bara dengan luas tanah sebesar hektar. Penelitian ini

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

BAB III DATA DAN TINJAUAN DESAIN AWAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 4 HASIL ANALISA PENGARUH GEMPA TERHADAP KONSTRUKSI LERENG DENGAN PERKUATAN GEOTEKSTIL WOVEN

DAFTAR ISI. SARI... i. KATA PENGANTAR... iii. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR... xii. DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

ANALISIS KELONGSORAN LERENG DAN PENANGGULANGANNYA PADA KM /B JALAN TOL CIKAMPEK-PURWAKARTA-PADALARANG (CIPULARANG) TESIS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Adapun langkah penelitian adalah:

LAPORAN PENYELIDIKAN TANAH PADA LOKASI RENCANA BANGUNAN GEDUNG JALAN FATMAWATI NO. 15 SEMARANG

Pemetaan Karakteristik Dinamik Tanah Panti

BAB III KOMPILASI DATA

(FORENSIC GEOTECHNICAL ENGINEERING) TOPIK KHUSUS CEC 715 SEMESTER GANJIL 2012/2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau menurunnya kekuatan geser suatu massa tanah. Dengan kata lain, kekuatan

BAB 3 METODOLOGI. mencari data-data yang diperlukan, yaitu segala jenis data yang diperlukan untuk

DAYA DUKUNG TANAH UNTUK DISPOSAL DI TAMBANG BATUABARA DAERAH PURWAJAYA, KECAMATAN LOA JANAN KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA ABSTRAK

Tata cara pemasangan dan pembacaan alat ukur regangan tanah

1. 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II HAND BORING. 2.1 Referensi. Tanah. ITB Dasar Teori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III KRITERIA DESAIN

Kelongsoran pada Bantaran Sungai Studi Kasus Bantaran Kali Ciliwung Wilayah Jakarta Selatan dan Timur

ANALISA KESTABILAN LERENG GALIAN AKIBAT GETARAN DINAMIS PADA DAERAH PERTAMBANGAN KAPUR TERBUKA DENGAN BERBAGAI VARIASI PEMBASAHAN PENGERINGAN

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN. lapisan tanah dan menentukan jenis pondasi yang paling memadai untuk mendukung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menahan gaya beban diatasnya. Pondasi dibuat menjadi satu kesatuan dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. TINJAUAN UMUM 1.2. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV SIMULASI PENGARUH PERCEPATAN GEMPABUMI TERHADAP KESTABILAN LERENG PADA TANAH RESIDUAL HASIL PELAPUKAN TUF LAPILI

MEKANIKA TANAH (CIV -205)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia, lingkungan dan metode yang dapat digunakan untuk mengurangi

Contoh Perhitungan Beban Gempa Statik Ekuivalen pada Bangunan Gedung

GEOTEKNIK TAMBANG DASAR DASAR ANALISIS GEOTEKNIK. September 2011 SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA.

Bab 1 PENDAHULUAN. tanah yang buruk. Tanah dengan karakteristik tersebut seringkali memiliki permasalahan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KESTABILAN LERENG METODE SLICE (METODE JANBU) (Studi Kasus: Jalan Manado By Pass I)

Aplikasi Program Plaxis dalam Analisis Numerik Deformasi Lapis Fondasi Jalan Poncosari - Greges Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tanah lempung adalah tanah yang memiliki partikel-partikel mineral tertentu

Pengaruh Tension Crack (Tegangan Retak) pada Analisis Stabilitas Lereng menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB IV ANALISA PERHITUNGAN STABILITAS DINDING PENAHAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. PACIFIC GLOBAL UTAMA (PT. PGU) bermaksud untuk. membuka tambang batubara baru di Desa Pulau Panggung dan Desa

REKAYASA GEOTEKNIK DALAM DISAIN DAM TIMBUNAN TANAH

BAB II TINJAUAN UMUM

Jurnal Teknologi Pertambangan Volume. 1 Nomor. 2 Periode: Sept Feb. 2016

MEKANIKA TANAH 2 KESTABILAN LERENG. UNIVERSITAS PEMBANGUNAN JAYA Jl. Boulevard Bintaro Sektor 7, Bintaro Jaya Tangerang Selatan 15224

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN 1 DIAGRAM PENGARUH R. E. FADUM (1948) UNTUK NAVFAC KASUS 1. Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PRA RENCANA STRUKTUR BAWAH

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Stabilitas Lereng Menggunakan Cerucuk Kayu

Alternatif Perbaikan Perkuatan Lereng Longsor Jalan Lintas Sumatra Ruas Jalan Lahat - Tebing tinggi Km

Longsoran translasi adalah ber-geraknya massa tanah dan batuan pada bidang gelincir berbentuk rata atau menggelombang landai.

BAB IV STUDI KASUS 4.1 UMUM

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III METODE PENELITIAN. Proyek Jalan bebas Hambatan Medan Kualanamu merupakan proyek

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA

Perencanaan Sistem Drainase Jalan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Soal Geomekanik Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi

GRAFIK HUBUNGAN ( angka pori dengan kadar air) Pada proses pengeringan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lereng, hidrologi dan hidrogeologi perlu dilakukan untuk mendapatkan desain

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA STABILITAS LERENG DENGAN METODE COUNTER WEIGHT LOKASI STA RUAS JALAN Sp.PERDAU-BATU AMPAR

BAB I PENDAHULUAN. pembersihan lahan dan pengupasan overburden. Tujuan utama dari kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Banten. Sumber-sumber gempa di Banten terdapat pada zona subduksi pada pertemuan

Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Institut Teknologi Nasional 2

PENGARUH BEBAN DINAMIS DAN KADAR AIR TANAH TERHADAP STABILITAS LERENG PADA TANAH LEMPUNG BERPASIR

BAB IV KRITERIA DESAIN

Reka Racana Jurusan Teknik Sipil Itenas No. 1 Vol. 4 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Maret 2018

BAB I PENDAHULUAN. di Kalimantan Timur yang melakukan penambangan dengan sistem penambangan

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... BERITA ACARA TUGAS AKHIR... MOTO DAN LEMBAR PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penurunan pada konstruksi teknik sipil akibat proses konsolidasi tanah

Analisis Stabilitas dan Penurunan pada Timbunan Mortar Busa Ringan Menggunakan Metode Elemen Hingga

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III DATA PERENCANAAN

DAFTAR ISI. RINGKASAN... iv ABSTRACT... v KATA PENGANTAR... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR TABEL... xii DAFTAR LAMPIRAN...

BAB III DASAR PERENCANAAN. Martadinata perhitungan berdasarkan spesifikasi pembebanan dibawah ini. Dan data pembebanan dapat dilihat pada lampiran.

PENGGUNAAN BORED PILE SEBAGAI DINDING PENAHAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan tanah dan suatu bagian dari konstruksi yang berfungsi menahan gaya

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG MASALAH

Stabilitas lereng (lanjutan)

I. PENDAHULUAN. Dalam perencanaan dan pekerjaan suatu konstruksi bangunan sipil tanah

METODE PENYELIDIKAN DAN PENGUJIAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan tuntutan pembangunan infrastruktur pada masa ini sangat

BAB IV STUDI LONGSORAN

ANALISIS PEMBEBANAN BESMEN TAHAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penulisan penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dimana cara

Transkripsi:

Retakan Gambar III.23 Kondisi Badan Jalan di KM 96+660 B (Nov - Des 2007) ( Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU) Retakan Gambar III.24 Retak-retak Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan pada bahu jalan (28 Januari 2008) ( Sumber : Balai DPU) Gambar III.25 Setelah overlay dengan aspal (18 Februari 2008) ( Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU) 76

retakan Gambar III.26 Kondisi Badan Jalan di KM 96+660 B (Nov Des 2007) (Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU) Pada ujung bawah kaki timbunan terlihat kelongsoran material disposal yang menutup pesawahan penduduk seperti terlihat pada Gambar III.27. Gambar III.27 Kelongsoran material disposal pada kaki timbunan km.96+660/b Sumber : PT Jasa Marga (Persero) Tbk, 2008 77

Dari hasil pengamatan tersebut, maka diprediksi bidang longsor pada timbunan km 96+600/B seperti terlihat pada Gambar III.28. Bidang longsor Gambar III.28 Prediksi bidang longsor III.5.3 Data hasil penyelidikan tanah Penyelidikan tanah dengan bor dalam di lokasi pergerakan tanah dikerjakan pada tanggal 03 Mei 2007 09 Mei 2007. Dilakukan pengeboran di 2 titik (BM I dan BM II) pada daerah penelitian disekitar KM 96+600/ B. Hasilnya dapat dilihat pada tabel III.5. Dari hasil pemboran tersebut selanjutnya dapat diprediksikan lapisan Tanah daerah penelitian sesuai Gambar III.29. 78

Gambar III.29 Prediksi Lapisan Tanah daerah penelitian berdasarkan hasil pemboran tanah Sumber : PT Waskita Yasa JO 81

Indikator inklinometer dilakukan di satu titik pada lubang bor untuk memonitor pergerakan tanah sedangkan indikator unting-unting dilakukan pada dua titik bor. Hasil analisis dan pengamatan tersebut menunjukkan bahwa mekanisme kelongsoran adalah jenis translasi. Prediksi bidang longsor yang ditampilkan pada Plaxis disesuaikan dengan hasil penyelidikan tanah di lapangan dengan inklinometer dan unting-unting. Lokasi titik inklinometer dan unting-unting dapat dilihat pada Gambar III.30, sedangkan hasil pengukurannya dapat dilihat pada Tabel III.7 dan Tabel III.8. Prediksi Bidang longsor Dari Hasil Pemantauan Inclinometer dan unting-unting dapat dilihat pada Gambar III.31. Inklinometer Unting-unting Gambar III.30 Lokasi titik unting-unting dan inklinometer Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU 82

Tabel III.7 Profil Pergerakan Tanah Pada Inclinometer yang Tegak Lurus Dengan Timbunan Profil Tanah Timbunan: lempung lanau tuffa, merah coklat, lembek Breksi lapuk, coklat sedikit kuning & kuning, lembek. NSPT :7 Lempung, abu-abu, lembek agak keras. NSPT : 17; 19; 25 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Kedalaman (m) GRAFIK PERGERAKAN (A - B) LA-B-INC.1, KM 96+660 Pergerakan (10-3 ) m -70-50 -30-10 10 30 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 22 24 Batu Lempung, mengandung sedikit kapur, abu-abu, sangat keras. NSPT : >50 Pengeboran dihentikan pada kedalaman 30 m Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU 22 24 26 28 30 32 26 28 30 32 : 23 Agust 2007 : 31 Agust 2007 : 13 Sept 2007 : 26 Sept 2007 : 24 Okt 2007 : 22 Nov 2007 : 12 Des 2007 : 20 Des 2007 : 3 Jan 2007 : 24 Jan 2007 : 7 Feb 2007 : 22 Feb 2007 83

Tabel III.8 Profil Pergerakan Tanah Pada Inclinometer yang Searah Dengan Timbunan Profil Tanah Timbunan: lempung lanau tuffa, merah coklat, lembek Breksi lapuk, coklat sedikit kuning & kuning, lembek. NSPT :7 Lempung, abu-abu, lembek agak keras. NSPT : 17; 19; 25 0 2 4 6 8 10 12 14 GRAFIK PERGERAKAN (C - D) LA-B-INC.1, Km. 96+660 Pergerakan (10-3 ) m -50-30 -10 10 30 50 0 2 4 6 8 10 12 14 16 16 18 18 20 22 20 24 Batu Lempung, mengandung sedikit kapur, abu-abu, sangat keras. NSPT : >50 Pengeboran dihentikan pada kedalaman 30 m Sumber : Balai Geoteknik Puslitbang Jalan dan Jembatan DPU 22 24 26 28 30 32 26 28 30 32 : 23 Agust 2007 : 31 Agust 2007 : 13 Sept 2007 : 26 Sept 2007 : 24 Okt 2007 : 22 Nov 2007 : 12 Des 2007 : 20 Des 2007 : 3 Jan 2007 : 24 Jan 2007 : 7 Feb 2007 : 22 Feb 2007 84

perkiraan bidang longsor hasil pengamatan perkiraan bidang longsor Gambar III.31 Prediksi Bidang longsor dari hasil pemantauan Inclinometer dan unting-unting 85

III.5.4 Data gempa Berdasarkan analisa efek gempa pseudostatik dan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-1726-2002) tentang Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung yang dikeluarkan oleh Badan Standarisasi Nasional. Dalam hasil bor dalam yang dilakukan pada lokasi penelitian yang mengacu pada profil tanah pada tabel 3, untuk lapisan tanah setebal maksimum 30 meter maka untuk menentukan jenis tanah digunakan tabel III.9 sebagai berikut: Tabel III.9 Jenis-jenis tanah Jenis Tanah Kecepatan rambat gelombang geser rata-rata νs (m/det) Nilai hasil test Penetrasi Standar rata-rata N Kuat Geser Niralir Su (kpa) Tanah Keras νs 350 N 50 Su 100 Tanah Sedang 175 νs < 350 15 N > 50 50 Su < 100 Tanah Lunak νs < 175 N > 15 Su < 50 Sumber : SNI 03-1726-2002 Dalam Tabel III.9, νs, N dan Su adalah nilai rata-rata berbobot besaran itu dengan tebal lapisan tanah sebagai besaran pembobotnya yang harus dihitung menurut persamaan-persamaan sebagai berikut: m m νs = ti / ti/νsi...(iii.1) i=1 i=1 m m N = ti / ti/ni...(iii.2) i=1 i=1 m m Su = ti / ti/sui...(iii.3) i=1 i=1 86

dimana ti vsi tebal lapisan tanah ke i kecepatan rambat gelombang geser melalui lapisan ke-i, Ni nilai hasil test penetrasi standar lapisan tanah ke-i Su kuat geser niralir lapisan tanah ke-i dan m adalah jumlah lapisan tanah yang ada diatas batuan dasar Pada hasil perhitungan N pada daerah penelitian didapatkan N = 19,47 maka berdasarkan Tabel III.9 jenis tanah adalah termasuk tanah sedang. Wilayah gempa daerah penelitian dengan percepatan puncak batuan dasar dengan perioda ulang 500 tahun termasuk wilayah gempa 3 dengan percepatan puncak batuan dasar = 0.15 g (Gambar III.32) dan Percepatan puncak muka tanah A 0 = 0.23 g sesuai tabel III.10. Tabel III.10 Percepatan puncak batuan dasar dan percepatan puncak muka tanah untuk masing-masing wilayah gempa Indonesia. Wilayah Gempa Percepatan Puncak batuan dasar (g) Percepatan Puncak muka tanah A 0 (g) untuk Tanah Keras Percepatan Puncak muka tanah A 0 (g) untuk Tanah Sedang Percepatan Puncak muka tanah A 0 (g) untuk Tanah Lunak 1 0.03 0.04 0.05 0.08 2 0.10 0.12 0.15 0.20 3 0.15 0.18 0.23 0.30 4 0.20 0.24 0.28 0.34 5 0.25 0.28 0.32 0.36 6 0.30 0.33 0.36 0.38 Sumber : SNI 03-1726-2002 87

Gambar III.32 Wilayah Gempa Indonesia dengan percepatan puncak batuan dasar dengan periode ulang 500 tahun Sumber : SNI 03-1726-2002 88

III.6 Pengolahan Data Dengan Analisis Balik Untuk melakukan analisis penanggulangan longsor diperlukan parameter tanah pada saat runtuh. Parameter ini didapat dari hasil analisis balik. Salah satu prosedur untuk melakukan analisis ini dibuat oleh Fils et.al 1992. Analisis ini terdiri atas empat langkah sebagai berikut: (1) Dengan menggunakan parameter hasil test laboratorium dihitung trial shear strength sepanjang failure surface, biasanya diasumsikan c r =0, yang digunakan hanya ø r (2) Analisis stabilitas lereng sesuai dengan kondisi pada saat failure terjadi. SF yang dihasilkan adalah nilai yang didapat berdasarkan kondisi langkah pertama. (3) Parameter c r dan ø r yang digunakan pada langkah pertama kemudian dijustifikasi dengan menggunakan SF yang didapat dari langkah 2 dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ø r = arctan.. III. 4 atau C r =.. III. 5 Biasanya justifikasi dilakukan dengan menetapkan nilai ø r kemudian C r diubah ubah. (4) Hasil langkah ketiga dapat diverifikasi dengan mengulang analisis dengan menggunakan strength yang baru. Diasumsikan SF=1 pada saat failure terjadi. FK = S asumsi c 0..... III. 6 FK = S...... III. 7 89

tan III. 8 tan FK r = 1 : jika c = 0 ; ø = tertentu atau c = tertentu dan ø = 0 maka didapat: ø r = arctan.. III. 9 C r =... III. 10 Dengan proses analisis balik ini diperoleh hasil parameter kohesi tanah c dan sudut geser tanah ø pada FK = 1 yang selanjutnya parameter tanah tersebut dipergunakan dalam analisa perkuatan lereng timbunan daerah penelitian. 90