BAB II TINJAUAN PUSTAKA. protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan. daripada melaksanakan pertanian organik (Sutanto, 2006).

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. tiram (Pleurotus ostreatus) berupa jumlah tubuh buah dalam satu rumpun dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkaran mirip cangkang tiram dengan bagian tengah agak cekung. Permukaan

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Botani dan Morfologi Jamur Tiram. Dari segi botani, jamur tiram termasuk jenis jamur kayu yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. satu sektor penting dalam mendukung perekonomian, sehingga bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pada saat panen, lebar tudung ialah rerata lebar tudung (pileus), yaitu panjang

BAB I PENDAHULUAN. serangan hama karena buahnya yang berupa polong berada dalam tanah.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyediakan makanan sendiri dengan cara fotosintesis seperti pada

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh pemberian konsorsium mikroba dalam biofertilizer terhadap pertumbuhan kacang tanah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk buatan adalah bahan tertentu buatan manusia baik dari bahan alami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. TINJAUAN PUSTAKA. dari sel-sel lepas dan sel-sel bergandengan berupa benang (hifa). Kumpulan dari

BAB I PENDAHULUAN. Jamur tiram putih banyak dijumpai di alam, terutama dimusim hujan

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kayu seperti jamur

BAB I PENDAHULUAN. Protein merupakan suatu senyawa yang dibutuhkan dalam tubuh. manusia sebagai zat pendukung pertumbuhan dan perkembangan.

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi, dekorasi, maupun furniture terus meningkat seiring dengan meningkatnya

I. PENDAHULUAN. Cabai keriting (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting

PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA CAMPURAN SERBUK GERGAJI, SERASAH DAUN PISANG DAN BEKATUL NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN A. HASIL 1. Laju pertumbuhan miselium Rata-rata Laju Perlakuan Pertumbuhan Miselium (Hari)

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terutama diperkotaan. Budidaya jamur di Indonesia masih sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

TINJAUAN PUSTAKA. yang berbentuk tabung bersekat-sekat atau tidak bersekat, hidup pada bahan atau

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tubuh buah lumayan besar dengan bagian-bagian berupa stipa, gill, pileus dan margin

TUGAS TERSTRUKTUR SEMINAR (BUDIDAYA JAMUR) Oleh : AGUSMAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam, dan sumber daya manusia yang sangat potensial untuk

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen

Biologi dan Siklus Hidup Jamur Merang. subkelas homobasidiomycetes, ordo agaricales, dan famili plutaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Cahyana (1999),kandungan gizi jamur tiram putih yaitu protein

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

I. PENGANTAR. konsumsi (edible mushroom), yang telah banyak dibudidayakan, karena selain

II. TINJAUAN PUSTAKA. organik seperti selulosa, pati, lignin, dan glukosa (Irianto et al., 2008).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kedelai termasuk family leguminosae yang banyak varietasnya.

BAB I PENDAHULUAN. lemak. Selain itu jamur juga banyak membutuhkan peluang usaha yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Mentimun (Cucumis sativus L.) merupakan salah satu tanaman sayuran yang

TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Kacang Panjang (Vigna sinensis L.)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.2. Jamur Tiram

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. kebutuhan unsur hara tanaman. Dibanding pupuk organik, pupuk kimia pada

Ir. ZURAIDA TITIN MARIANA, M.Si

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kompos Kulit Buah Jarak Pagar

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TINJAUAN PUSTAKA. dalam tanah. Bentuk bakteri beragam antara lain bulat (cocci), batang (bacilli),

II. TINJAUAN PUSTAKA. utama MOL terdiri dari beberapa komponen yaitu karbohidrat, glukosa, dan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. TINJAUAN PUSTAKA. dalam, akar dapat tumbuh hingga sekitar 1 m. Dengan adanya bakteri Rhizobium, bintil

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Budidaya Jamur Tiram. serbuk kayu yang dikemas dalam kantong plastik yang disebut dengan baglog.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. di daerah yang minim nutrisi. Rumput gajah membutuhkan sedikit atau tanpa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN Kualitas Pupuk Kompos dengan Penambahan Mikroba Pemacu Tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani Tanaman Pakchoi dan Syarat Tumbuh. Pakchoy adalah jenis tanaman sayuran yang mirip dengan tanaman sawi.

PERANAN MIKROORGANISME DALAM SIKLUS UNSUR DI LINGKUNGAN AKUATIK

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pakcoy merupakan tanaman dari keluarga Cruciferae yang masih berada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jamur tiram dan jamur merang termasuk dalam golongan jamur yang dapat dikonsumsi dan dapat hidup di

TINJAUAN PUSTAKA. bekas tambang, dan pohon peneduh. Beberapa kelebihan tanaman jabon

II. TINJAUAN PUSTAKA. Panjang akarnya dapat mencapai 2 m. Daun kacang tanah merupakan daun

BAB I PENDAHULUAN. Jenis jamur itu antara lain jamur kuping, jamur tiram, jamur shitake.

BAB I PENDAHULUAN. hortikultura yang keberadaannya sering dimanfaatkan. Tidak hanya sebagai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN. Percobaan 1 : Isolasi dan identifikasi bakteri penambat nitrogen nonsimbiotik

1 Asimilasi nitrogen dan sulfur

BAB I PENDAHULUAN. bebas, dikatakan tumbuhan sederhana karena tidak berklorofil dan tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

4. Jenis pupuk. Out line. 1. Definisi pupuk 2. Nutrien pada tanaman dan implikasinya 3. Proses penyerapan unsur hara pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Dosen Pembimbing : Dr. Ir. Sri Rachmania Juliastuti, M. Eng. Ir. Nuniek Hendrianie, M. T.

PERTUMBUHAN dan PRODUKTIVITAS JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) PADA MEDIA DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH PERTANIAN JERAMI PADI dan BATANG JAGUNG

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini sebagai makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Tanah sebagai media nutrisi dan media pertumbuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dicampurkan dengan bahan-bahan lain seperti gula, garam, dan bumbu,

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. yang merupakan kumpulan dari pelepah yang satu dengan yang lain. Bawang

TINJAUAN PUSTAKA. muda. Tanaman ini merupakan herba semusim dengan tinggi cm. Batang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Jamur. Jamur merupakan tanaman yang tidak memiliki klorofil sehingga tidak bisa melakukan proses fotosintesis untuk menghasilkan makanan sendiri. Jamur hidup dengan cara mengambil zat-zat makanan seperti selulosa, glukosa, lignin, protein dan senyawa pati dari organisme lain. Di alam, zat-zat nutrisi tersebut biasanya telah tersedia dari proses pelapukan oleh aktivitas mikroorganisme (Parjimo, 2007; Djariah, 2001). Baik jamur tingkat rendah maupun jamur tingkat tinggi tubuhnya mempunyai ciri khas yaitu berupa benang tunggal bercabang-cabang yang disebut miselium atau berupa kumpulan benang yang padat menjadi satu, hidupnya heterotrof (Tarigan, 1998). Tubuh jamur dapat berupa sel-sel yang lepas satu sama lain atau berupa beberapa sel yang bergandengan dan dapat berupa benang. Sehelai benang itu disebut Hifa. Hifa jamur ada yang bersekat-sekat. Pada umumnya hifa ini menghasilkan alat-alat perkembangbiakan yang disebut spora (Heddy, 1987). 2.2 Tinjauan Khusus Tentang Jamur Tiram (Pleurotus ostreatus) Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu kelompok jamur yang termasuk ke dalam jamur yang sudah dikenal oleh masyarakat dengan baik karena bentuk dan ukuran tubuh buahnya sangat familiar di masyarakat (Wiley 10

11 and sons, 1962). Jamur tiram (Pleurotus ostreatus) merupakan salah satu jamur yang dapat dimakan (edible) dan memiliki rasa yang khas. Jamur tiram merupakan salah satu jamur kayu yang banyak tumbuh pada pokok-pokok kayu yang sudah lapuk, syarat tumbuh jamur tiram tergantung dari sumber nutrien, suhu, kelembapan, air, cahaya, udara dan keasaman (Cahyana et al., 1999) jenis jamur tiram yang banyak dibudidayakan adalah jamur tiram putih yang dikenal dengan nama shimeji white (varietas florida) (Suriawiria, 2000). 2.2.1 Klasifikasi jamur tiram Klasifikasi jamur tiram adalah sebagai berikut: Divisi Classis Ordo Familia Genus : Basidiomycota : Basidiomycetes : Agaricales : Tricholomataceae : Pleurotus Spesies : Pleurotus ostreatus (Moore, 1996) 2.2.2 Gambar 1 : Morfologi Tubuh Buah Jamur Tiram

12 2.2.2 Morfologi jamur tiram Jamur tiram adalah jamur kayu yang tumbuh berderet menyamping pada batang kayu lapuk. Jamur ini memiliki tubuh buah yang tumbuh mekar membentuk corong dangkal seperti kulit kerang (tiram). Tubuh buah ini memiliki tudung (pileus) dan tangkai (stipe/stalk). Pileus berbentuk mirip cangkang tiram berukuran 5 15 cm dan permukaan bagian bawah berlapis lapis seperti insang berwarna putih dan lunak. Sedangkan tangkainya dapat pendek atau panjang (2 cm 6 cm) tergantung pada kondisi lingkungan dan iklim yang mempengaruhi pertumbuhannya. Tangkai ini menyangga tudung agak lateral di bagian tepi atau eksentris (agak ke tengah) (Djariah, 2001). 2.2.3 Kandungan dan manfaat jamur tiram Jamur tiram putih adalah salah satu jamur yang enak dimakan serta mempunyai kandungan gizi yang tinggi. Jamur ini mengandung protein (27%), vitamin dan mineral. Vitamin vitamin yang terkandung dalam jamur ini meliputi tiamin, riboflavin, niasin, biotin dan vitamin C. Mineral yang ada pada jamur ini meliputi kalium, kalsium, magnesium, besi, natrium, kuprum, sulfur dan fosfor. Jamur ini mengandung 18 jenis asam amino yang meliputi isoleucine, leucine, lysine, methionine, cystine, phenylalanine, tyrosine, threonine, tryptophan, valine, arginine, histidine, alanine, aspartat, asam glutamate, glysin, proline dan serine (Suriawiria, 2000). Jamur ini juga memiliki sejumlah enzim, terutama tripsin yang sangat dibutuhkan dalam proses pencernaan dan tripsin ini sama dengan tripsin yang dihasilkan oleh kelenjar lambung (Suriawiria, 2000).

13 Jamur tiram putih mempunyai manfaat bagi kesehatan manusia, jamur ini mengandung protein nabati dan tidak mengandung kolesterol sehingga dapat mencegah timbulnya penyakit darah tinggi dan jantung serta untuk mengurangi berat badan dan diabetes. Kandungan asam folat (vitamin B komplek) yang tinggi dapat menyembuhkan anemia dan obat antitumor. Jamur tiram putih dapat digunakan untuk mencegah dan menanggulangi kekurangan gizi serta pengobatan kekurangan zat besi (Pasaribu, 2002). 2.2.4 Siklus hidup jamur tiram Siklus hidup jamur tiram putih hampir sama dengan siklus hidup jenis jamur dari kelas Basidiomycetes. Tahap-tahap pertumbuhan jamur tiram adalah sebagai berikut: a. Spora (basidiospora) yang sudah masak atau dewasa jika berada di tempat lembab akan tumbuh dan membentuk serat-serat menyerupai serat kasar disebut miselium. b. Jika keadaan lingkungan tempat miselium baik, dalam arti temperatur, kelembaban, substrat tempat tumbuh memungkinkan, maka kumpulan miselium akan membentuk bakal tubuh buah jamur. c. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur yang kemudian dipanen. d. Tubuh buah jamur dewasa akan membentuk spora, jika spora sudah matang atau dewasa akan jatuh dari tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006).

14 2.2.5 Media pertumbuhan jamur tiram Umumnya jamur tiram dalam kondisi yang cocok dapat tumbuh pada kayu yang sudah lapuk. Untuk proses budidaya jamur tiram, Media tanam yang digunakan disebut Baglog, Baglog ini terdiri dari serbuk kayu, bekatul, tepung jagung, kapur CaCO 3 dan air yang dicampur menjadi satu sesuai dengan takaran kemudian dimasukkan dalam plastik polipropilen. Gambar 2: Baglog sebagai media tumbuh jamur tiram. a. Serbuk kayu Serbuk kayu merupakan tempat tumbuh jamur kayu yang mengandung serat organik (selulosa, hemiselulosa, dan lignin) sebagai sumber makanan jamur (Suriawiria, 2006). b. Bekatul Bekatul merupakan hasil sisa penggilingan padi yang kaya vitamin, terutama vitamin B komplek, merupakan bagian yang berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur serta berfungsi sebagai

15 pemicu untuk pertumbuhan tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006). Kandungan mineral yang dimiliki bekatul antara lain besi, fosfor, magnesium dan kalium. c. Tepung jagung Tepung jagung merupakan salah satu hal yang penting bagi media tumbuh jamur. Tepung jagung berfungsi sebagai nutrisi tambahan yang banyak mengandung karbohidrat, nitrogen dan thiamin yang dapat meingkatkan pertumbuhan jamur. d. Kapur Kapur berfungsi sebagai pengontrol ph media tanam agar sesuai dengan syarat tumbuh jamur. Selain itu, kapur juga merupakan sumber kalsium. Kapur yang digunakan sebagai bahan campuran media adalah kapur pertanian yaitu kalsium karbonat (CaCO 3 ) (Parjimo, 2007). e. Air Air merupakan salah satu faktor untuk melancarkan pertumbuhan miselium, agar dapat membentuk tubuh buah jamur. Bila kelebihan air maka pertumbuhan miselium akan terhambat dan mati karena miselium jamur membutuhkan air dalam jumlah sedikit (Suriawiria, 2006). 2.2.6 Syarat pertumbuhan jamur tiram lain: Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan jamur antara

16 a. Air Kandungan air dalam substrat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur. Kandungan air yang terlalu rendah menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan miselium jamur terganggu, sebaliknya bila kandungan air terlalu tinggi menyebabkan miselium jamur akan membusuk dan mati. b. Sumber Nutrien Untuk kehidupan dan perkembangan jamur memerlukan makanan dalam bentuk unsur-unsur kimia misalnya nitrogen, fosfor, belerang, kalium, karbon yang telah tersedia dalam jaringan kayu, walaupun dalam jumlah sedikit. Oleh karena itu, diperlukan penambahan dari luar dalam bentuk pupuk yang digunakan sebagai bahan campuran pembuatan substrat tanaman atau media tumbuh jamur (Suriawiria, 2006). c. Temperatur Pada umumnya jamur akan tumbuh dengan baik pada kisaran temperatur antara 22 o C 28 o C. Pada siang hari, temperatur di atas 28 o C jamur masih dapat tumbuh dengan pertumbuhan agak terhambat dan hasil yang kurang maksimal (Suriawiria, 2006). d. Kelembaban Secara umum jamur memerlukan kelembaban yang cukup tinggi, kelembaban antara 95-100% menunjang pertumbuhan yang maksimum pada kebanyakan jamur (Gunawan, 2005).

17 e. Cahaya Jamur sangat peka terhadap cahaya matahari secara langsung. Tempat-tempat yang teduh sebagai pelindung seperti di dalam ruangan merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan dan perkembangan jamur (Suriawiria, 2006). f. Penanggulangan Hama dan Penyakit Untuk menghindari atau menekan penyebab hama dan penyakit selama budidaya jamur, usaha pengontrolan harus dilakukan sedini mungkin secara menyeluruh dan terpadu. Bahan baku untuk substrat, khususnya serbuk kayu kayu harus dipilih yang benar-benar baik, tidak terlalu lama dalam penyimpanan dan tidak mengandung bibit hama atau penyakit. Penyiapan substrat untuk penanaman harus dilakukan sesuai ketentuan dalam susunan, waktu proses dan waktu sterilisasi. Kadar air yang dibutuhkan oleh substrat harus benar-benar sesuai dengan ketentuan, tidak terlalu kering atau terlalu basah. Kebersihan harus diutamakan, mulai dari peralatan yang digunakan, ruangan tempat pemeliharaan, hingga para pengelolanya. Selama pemeliharaan, Baglog tanam yang telah ditanami bibit harus dikontrol sedini mungkin. Kontrol ini dilakukan mulai dari miselium, awal pertumbuhan, hingga pembentukan tubuh buah. Dengan demikian, jika ada pertumbuhan jamur asing, sedini mungkin sudah dapat dikenali kemudian dibuang (Suriawiria, 2001).

18 2.3 Tinjauan Tentang Pertumbuhan dan Produktivitas Jamur Tiram. Pertumbuhan jamur dimulai apabila spora yang sudah masak jatuh di tempat yang cocok, kemudian spora tersebut akan tmbuh menjadi miselium. Miselium adalah pertumbuhan dari hifa yang meyerupai serat-serat kasar, apabila lingkungan tenpat miselium baik, dalam arti temperatur, kelembapan, dan substrat tempat tumbuh memungkinkan maka kumpulan miselium akan tumbuh menjdi bakal tubuh buah jamur. Bakal tubuh buah jamur kemudian membesar dan pada akhirnya membentuk tubuh buah jamur (Suriawiria, 2006). Tubuh buah jamur inilah yang kemudian dipanen untuk dikonsumsi. Berat basah dari tubuh buah jamur inilah yang menentukan tinggi atau rendahnya produktivitas jamur tiram. Organ tubuh jamur hanya teridiri dari tudung jamur (Pileus) dan batangnya (Stalk). Oleh karena itu, organ inilah yang diamati apabila ingin mengetahui pertumbuhan dan perkembangan jamur. Banyaknya tubuh buah dalam satu rumpun dan berat basah jamur tiram digunakan sebagai parameter pertumbuhan dan produktivitas karena menyangkut pertambahan ukuran organ jamur akibat dari perbanyakan dan pertambahan ukuran sel. Semakin banyak jumlah tubuh buah jamur dan semakin besar berat basah jamur maka jumlah selnya akan semakin banyak sehingga pertumbuhan dan produktivitas dikatakan meningkat. Pertumbuhan tanaman berarti proses dalam kehidupan tanaman yang mengakibatkan perubahan ukuran tanaman semakin besar dan juga menentukan produktivitas tanaman. Pertambahan ukuran tubuh tanaman secara keseluruhan

19 merupakan hasil dari pertambahan ukuran bagian-bagian (organ) tanaman akibat dari pertambahan ukuran sel (Purwantoro, 2008). 2.4 Tinjauan Umum Tentang Pupuk Dalam arti luas, pupuk adalah suatu bahan yang digunakan untuk mengubah sifat fisik, kimia atau biologi tanah sehingga menjadi lebih baik bagi pertumbuhan tanaman. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur dengan maksud untuk meningkatkan ph tanah yang asam atau pemberian urea dalam tanah untuk meningkatkan kadar nitrogen dalam tanah tersebut, semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dalam pengertian yang lebih khusus, pupuk adalah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara tanaman (Rosmarkam dan Nasih, 2002). Pupuk yang diberikan untuk menambah unsur hara ada dua macam ditinjau dari bahan bakunya, pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik atau bisa disebut juga kompos adalah pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik seperti dedaunan, batang yang melapuk atau kotoran ternak. Adapun pupuk anorganik adalah pupuk yang terbuat dari bahan kimia seperti urea, ZA, NPK atau TSP (Indriani, 2007). 2.5 Tinjauan Khusus Pupuk Hayati Pupuk hayati atau pupuk konsorsium mikroba merupakan produk biologi aktif yang terdiri atas berbagai macam mikroba yang berfungsi meningkatkan efisiensi pemupukan dan kesuburan tanah (Saraswati dan Sumarno, 2008). Menurut FNCA Biofertilizer group (2006) mendefinisikan pupuk konsorsium

20 mikroba sebagai substans yang mengandung mikroorganisme hidup yang mengkolonisasi rhizozfer atau bagian dalam tanaman dan memacu pertumbuhan dengan jalan meningkatkan pasokan ketersediaan hara primer dan stimulus pertumbuhan tanaman target, dipakai pada benih, pemupukan tanaman atau tanah (Simanungkalit et al, 2006). Prinsip aplikasi pupuk hayati adalah menempatkan mikroba terpilih pada biji atau perakaran (bibit) dalam jumlah banyak untuk menekan jumlah mikroba pribumi (mikroba yang sudah ada dalam tanah). Invasi dan kolonisasi awal dari mikroba yang berasal dari pupuk hayati akan meningkatkan daya saing mikroba tersebut terhadap mikroba pribumi sehingga mikroba yang berasal dari pupuk hayati tersebut mempunyai kesempatan untuk membantu penyediaan hara dan meningkatkan pertumbuhan tanaman (Saraswati et al, 2007). Mikroba tanah yang aktif merupakan dasar dari transformasi dan proses siklus hara untuk melanjutkan kehidupannya melalui berbagai proses biokimia dalam tanah dan mineralisasi hara yang selanjutnya berdampak terhadap kesuburan dan produktivitas tanah (Kennedy dan Gewin, 1997). Berbagai manfaat yang dapat diperoleh dari pupuk hayati yang terdiri dari konsorsium mikroba adalah: 1. Menyediakan sumber hara bagi tanaman. 2. Melindungi akar dari gangguan hama dan penyakit. 3. Menstimulir perakaran agar dapat berkembang sempurna. 4. Memacu mitosis jaringan meristem pada titik tumbuh pucuk, stolon dan kuncup bunga. 5. Sebagai penawar racun beberapa logam berat. 6. Sebagai metabolit pengatur tumbuh. 7. Sebagai bioaktivator perombak bahan organik (Saraswati et al, 2007).

21 2.6 Mikroba Penyusun Pupuk Hayati Mikroba penyusun pupuk hayati umumnya terdiri atas mikroba penambat nitrogen (simbiosis dan non-simbiosis), mikroba pelarut fosfat dan mikroba perombak bahan organik. 2.6.1 Mikroba penambat nitrogen Mikroba penambat nitrogen adalah bakteri yang mampu menggunakan N 2 dari udara sebagai sumber nitrogen untuk pertumbuhannya. Bakteri tersebut ada yang mampu mengikat N 2 dari udara secara simbiosis maupun non-simbiosis. Rhizobium merupakan mikroba penambat nitrogen yang bersimbiosis dengan tanaman legum. Penambat nitrogen non-simbiosis merupakan kelompok bakteri yang hidup bebas atau asosiatif, mikroba yang tergolong kelompok ini adalah Azotobacter, Azospirillum, Clostridium, Klebsiela dan ganggang biru-hijau (Simanungkalit, 2001). Salah satu mikroba yang paling sering digunakan untuk menyuplai N pada tanaman adalah Azotobacter sp., mikroba ini merupakan mikroba yang dapat memfiksasi nitrogen bebas dan tidak bersimbiosis dengan tanaman. Azotobacter sp. mengkonversi dinitrogen menjadi ammonium melalui reduksi elektron dan protonasi gas dinitrogen (Hendarsah dan Simarmata, 2004) dengan bantuan enzim azotase. Molekul nitrogen bebas diubah menjadi nitrogen sel. Nitrogen yang terikat pada struktur tubuh bakteri ini dilepas dalam bentuk organik sebagai sekresi atau setelah Azotobacter sp. itu mati (Isminarti dkk, 2007).

22 2.6.1.1 Klasifikasi Azotobacter sp. Menurut Bergey s Manual of Systematic Bacteriology dalam Madigan et al (2000) klasifikasi Azotobacter sp. adalah sebagai berikut: Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Protobacteria : Zymobacter : Pseudomonadales : Pseudomonadaceae : Azotobacter : Azotobacter sp. 2.6.1.2 Morfologi Azotobacter Genus Azotobacter memiliki ciri-ciri sel yang berbentuk batang atau kokus dengan diameter 1,5 2 m. Mikroba ini bersifat aerobic dan Gram negatif. Beberapa spesies ada yang motil dan ada yang non-motil. Genus ini termasuk kedalam mikroba fiksasi nitrogen non-simbiosis, dan beberapa spesies ada yang mampu berasosiasi dengan akar. ph optimum untuk pertumbuhan dan fiksasi nitrogen adalah 7 7,5. Habitat mikroba ini kebanyakan pada tanah (Holt et al, 2000).

23 2.6.1.3 Klasifikasi Rhizobium sp. Menurut Bergey s Manual of Systematic Bacteriology dalam Tortora (2002), klasifikasi Rhizobium sp. Adalah: Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Proteobacteria : Alpha Proteobacteria : Rhizobiales : Rhizobiaceae : Rhizobium : Rhizobium sp. 2.6.1.4 Morfologi Rhizobium sp. Rhizobium berbentuk batang dengan ukuran antara 0,5-0,9 x 1,2-3 m. Mikroba ini bersifat aerobic dan Gram negatif. Bergerak atau motil karna memiliki flagella. Dapat tumbuh baik pada keadaan oksigen minimum 1.0 kpa, suhu optimum pertumbuhan adalah 25-30 o C, ph optimum untuk tumbuh adalah 6-7. Koloninya berbentuk bulat sirkuler, cembung dan semitranslucent. Diameter koloninya 2-4 mm pada 3-5 hari jika tumbuh pada media mannitol salt agar. Mikroba ini terdapat pada nodul akar tanaman dan termasuk ke dalam mikroba penambat nitrogen yang bersimbiosis (Holt et al, 2000).

24 2.6.2 Mikroba pelarut fosfat Mikroba pelarut fosfat atau phosphate solubilizing bacteria merupakan salah satu kelompok mikroba pelarut fosfat yang terdapat di dalam tanah yang dapat hidup bebas dan dapat melarutkan fosfat dari bentuk tidak tersedia bagi tanaman menjadi bentuk-bentuk fosfat yang tersedia bagi tanaman. Mikroba pelarut fosfat terdiri dari BPF (bakteri pelarut fosfat) dan FPF (fungi pelarut fosfat). Beberapa bakteri pelarut fosfat yaitu Pseudomonas sp., Bacillus sp., Micrococcus sp., sedangkan fungi yang mampu melarutkan fosfat yaitu Penicillium sp., Sclerotium sp., Fusarium sp. Dan Aspergillus sp (Saraswati dan Sumarmo, 2008). BPF (Bakteri Pelarut Fosfat) tersebut juga berperan dalam transfer energi, penyusunan protein, koenzim, asam nukleat dan senyawa-senyaea metabolik lainnya yang dapat menambah aktivitas penyerapan fosfat pada tumbuhan yang kekurangan fosfat. Efektivitas mikroba pelarut fosfat dalam proses mineralisasi senyawa P organik ini melalui aktivitas enzimatis yang melibatkan enzim fosfatase, fitase dan nuklease akan menghasilkan fosfat terlarut yang tersedia bagi tanaman (Widawati dan Suliasih, 2006).

25 2.6.2.1 Klasifikasi Bacillus sp. Menurut bergey s manual of systematic bacteriology, second edition dalam Madigan et al (2003) klasifikasi Bacillus sp. Adalah sebagai berikut: Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Bacillales : Bacillales : Bacillus : Bacillus sp. 2.6.2.2 Morfologi Bacillus sp. Bacillus sp. merupakan mikroba berbentuk batang dan bersifat Gram positif, tidak memiliki flagella (non motil), bersifat aerob obligat atau anaerob fakultatif (pelezar dan Chan, 1986). Mikroba genus Bacillus sp. Tersusun berderet seperti rantai, membentuk endospora (sentral) dan mempunyai habitat di tanah, air dan debu (Holt et al, 2000).

26 2.6.2.3 Klasifikasi Pseudomonas sp. Menurut bergey s manual of systematic bacteriology, second edition dalam Madigan (2003) klasifikasi Pseudomonas sp. Adalah sebagai berikut: Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Protobacteria : Zymobacteria : Pseudomonadales : Pseudomonadaceae : Pseudomonas : Pseudomonas sp. 2.6.2.4 Morfologi Pseudomonas sp. Pseudomonas merupakan salah satu kelompok bakteri Gram negatif berbentuk batang agak melengkung, memiliki beberapa flagella sebagai alat gerak yang dikenal mempunyai kemampuan dalam mendegradasi berbagai senyawa organik komplek dan menggunakannya sebagai sumber energinya (Holt et al, 2000). 2.6.3 Mikroba perombak bahan organik Di dalam ekosistem, mikroba perombak bahan organik memegang peranan penting karena sisa organik yang telah mati diurai menjadi unsurunsur yang dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk hara mineral N, P, K, Ca, Mg atau dalam bentuk gas yang dilepas ke atmosfer CH 4 atau CO 2. Dengan demikian terjadi siklus hara yang berjalan secara alamiah dan

27 proses kehidupan dapat berkelanjutan. Mikroba perombak bahan organik dalam waktu sepuluh tahun terakhir ini mulai banyak digunakan untuk mempercepat proses dekomposisi sisa-sisa tanaman yang banyak mengandung lignin dan selulosa untuk meningkatkan kandungan bahan organik dalam tanah (Rosmarkam dan Nasih, 2002). Pengertian umum mikroba perombak bahan organik atau biodekomposer adalah mikroba pengurai serat, lignin dan senyawa organik yang mengandung nitrogen dan karbon dari bahan organik. Mikroba perombak bahan organik terdiri atas Trichoderma ressei, T. harzianum, T. koningii, Cellulomonas, Pseudomonas, Aspergilus niger, Pennicillium dan Streptomyces. (Rosmarkam dan Nasih, 2002). 2.6.3.1 Klasifikasi Cellulomonas sp. Berdasarkan Bergey s Manual of Systematic Bacteriology, second edition, vol 5 (2000), klasifikasi Cellulomonas sp. adalah: Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Actinobacteria : Actinobacteria : Actinomycetales : Cellulomonadaceae : Cellulomonas : Cellulomonas sp.

28 2.6.3.2 Morfologi Cellulomonas sp. Bakteri Cellulomonas berbentuk batang tidak beraturan dengan ukuran 0,5-0,6 x 2.0-5,0 m. Bentuk batangnya lurus atau agak sedikit melengkung. Pada kultur yang sudah tua batangnya biasanya pendek. Bakteri ini bersifat anaerob fakultatif, Gram negatif dan tidak memiliki spora. Jika ditumbuhkan pada media pepton yeast agar, koloni yang terbentuk berwarna kuning. Suhu optimum untuk pertumbuhannya adalah 30 o C. Cellulomonas termasuk kedalam bakteri selulitik, kebanyakan bakteri ini terdapat di dalam tanah (Holt et al, 2000). 2.6.3.3 Klasifikasi Lactobacillus plantarum Klasifikasi Lactobacillus plantarum menurut Bergey s of manual of systematic bacteriology dalam Madigan et al (2003): Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Bacteria : Firmicutes : Bacilli : Lactobacillales : Lactobacillaceae : Lactobacillus : Lactobacillus plantarum 2.6.3.4 Morfologi Lactobacillus plantarum Lactobacillus plantarum berbentuk batang dan teratur. Ukuran selnya antara 0,5 1,2 x 1,0-10,0 m. Kebanyakan bentuk selnya batang memanjang tetapi ada beberapa yang berbentuk kokus. Bakteri ini bersifat

29 Gram positif, selnya motil karena memiliki flagella. Fakultatif anaerob, kadang-kadang microaerofilik. Ukuran koloninya 2 5 mm, cembung, tidak memiliki pigment (Holt et al, 2000). 2.6.3.5 Klasifikasi Saccharomyces cereviceae adalah: Klasifikasi Saccharomyces cereviceae menurut Sanger (2004) Domain Filum Kelas Ordo Family Genus Spesies : Eukaryota : Fungi : Saccharomycetes : Saccharomycetales : Saccharomicetaceae : Saccharomyces : Saccharomyces cereviceae 2.6.3.6 Morfologi Saccaromyces cereviceae Saccharomyces cereviceae merupakan khamir sejati tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh strainnya. Saccharomyces cereviceae dapat berkembang biak melalui proses pertunasan atau budding cell. Penampilan makroskopis mempunyai koloni berbentuk bulat, warna putih susu, permukaan berkilau licin, tekstur lunak dan memilki askospora 1-8 buah (Nikon, 2004).