BAB I PENDAHULUAN. moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana firman Allah swt dalam surah Al-Mujadalah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, melatih kecakapan, keterampilan, memberikan bimbingan, arahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek yang mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang maju.pada Al-qur an surah ar-ra d ayat 11 Allah SWT berfirman:

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk menanggulangi masalah-masalah yang dihadapi sepanjang hayat

BAB I PENDAHULUAN. menentukan dalam perkembangan dan kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu, upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

BAB I PENDAHULUAN. dimilikinya, dan mampu berkompetensi dalam persaingan global. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektual saja, akan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan, karena pendidikan berperan dalam. Orang yang memiliki ilmu pengetahuan, kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting dalam usaha peningkatan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maju. Dalam Al-Qur an surah Ar-Ra du ayat 11 Allah SWT berfirman: ...

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengimbangi perkembangan tersebut dituntut adanya manusia-manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. seluruh kalangan, keberadaannya yang multifungsional menjadikan pendidikan. merupakan tolak ukur yang utama dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung sesuai dengan harapan. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru harus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan adalah suatu uraian yang lengkap dan tersusun tentang

BAB I PENDAHULUAN. dalam aspek fisik, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. menguntungkan baik bagi anak maupun bagi masyarakat. 2. berupaya untuk mencetak individu-individu yang berkualitas, salah satunya

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang dirasa saat ini tidak terlepas dari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk berupaya memperbaiki dan meningkatkan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Di negara kita Indonesia pendidikan formal seperti sekolah adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali bangsa Indonesia yang sedang membangun sehingga dapat. bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, dituntut sumber daya manusia yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan dilakukan secara terencana dalam mewujudkan proses pembelajaran agar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada peradaban yang semakin maju dan mengharuskan individu-individu untuk terus

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertaqwa, berbudi luhur, terampil, berpengetahuan dan bertanggungjawab.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 ditegaskan bahwa :

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER DAN THINK PAIR SHARE TERHADAP HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. pikir seseorang untuk selalu melakukan inovasi dan perbaikan dalam segala aspek

Oleh: Siti Halimah SD Negeri 01 Sembon, Karangrejo, Tulungagung

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN PENGAJARAN REMEDIAL. Rahmatiah SMP Negeri 33 Makassar Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. bangsa maka akan semakin tinggi derajat atau kedudukan bangsa tersebu. mampu berkompetensi dalam persaingan global.

I. PENDAHULUAN. dirinya sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan hidupnya. Pendidikan juga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya. pendidikan nasional Bab 1 Pasal 1, pendidikan adalah:

BAB 1 PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sangat berpengaruh pada kehidupan manusia. Berbagai penemuan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan sistematis, yang dilakukan orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin mengglobal dan kompetitif memunculkan tantangan-tantangan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran matematika perlu mendapatkan perhatian yang khusus. Sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Hal ini dikarenakan pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Bab II, Pasal 3. 1 Republik Indonesia, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perubahan zaman, semakin maju pula peradaban dunia yaitu

BAB I PENDAHULUAN. manusia agar dapat mengembangkan potensi dirinya, antara lain melalui proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia (SDM), karena sumber daya yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

I. PENDAHULUAN. menyesuaikan diri sebaik-baiknya. Oleh karena itu, diperlukan adanya perkembangan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan mutu pendidikan selalu dilaksanakan oleh pemerintah. Indonesia. Salah satu upaya yang ditempuh untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

I. PENDAHULUAN. bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, cerdas, kreatif, terampil, dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang bersangkutan di mana anak didik belajar. Di sekolah inilah anak

BAB I PENDAHULUAN. terbentuknya kepribadian yang bulat dan utuh sebagai manusia yang individual

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION (CIRC) SEBAGAI UPAYA DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS RESENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai cita-cita pendidik. 1

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan juga berimplikasi besar terhadap kemajuan suatu bangsa. Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi terus berkembang seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi seperti sekarang ini, segala sesuatu berkembang secara pesat dan sangat cepat.

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian siswa serta menyeluruh

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB 1 PENDAHULUAN. sebelumnya. UU nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menjelaskan bahwa fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan UPI (2009:171) mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. rumusan fungsi dan tujuan pendidikan nasional seperti yang tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. lembaga atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Cet VIII, 2001, hlm M. Arifin, M. Ed, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1993, hlm. 17.

BAB I PENDAHULUAN. estafet perjuangan untuk mengisi pembangunan. Hal ini sesuai dengan rumusan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Pendidikan memberikan peran yang sangat besar dalam menciptakan sumber daya manusia yang bertaqwa, berbudi luhur, berpengetahuan, dan bertanggung jawab. Pendidikan sengaja dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan bertujuan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1 Seiring dengan kemajuan zaman sekarang ini, pendidikan memegang peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan, karena tanpa adanya pendidikan negara tidak akan maju dan pengembangan IPTEK tidak akan berhasil dengan baik. Oleh karena itu pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah dalam rangka mencetak generasi penerus sesuai dengan apa yang diharapkan. Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II pasal 3 disebutkan : 1 Piet A. Sahertian, Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan, ( Jakarta: Rineka Cipta, 2000 ), h. 1. 1

2 Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermamfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, cakap, kreatif dan menjadi warga negara yang demokratis sehat bertanggung jawab. 2 Berdasarkan rumusan di atas, pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat bangsa. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al- Mujadalah Ayat 11 yang berbunyi : & 9 3 10 ❶ 6 3 ❽ 10 ❶ ❷ 3 ❽ ❻ 10 ❸❷ Dari ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa adanya penghargaan Allah terhadap orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan yaitu dengan meninggikan derajat mereka, Maka dari itu perkembangan sumber daya manusia adalah salah satu upaya meningkatkan mutu pendidikan di semua lembaga pendidikan. Melalui lembaga tersebut dapat dihasilkan manusia yang tangguh dan terpercaya. Untuk mencapai tujuan itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur yang akan menjadi tantangan pendidikan dalam pengembangan sistem pendidikan 2 Keputusan MENDIKNAS 2003 Badan Akreditasi Sekolah Nasional, UU Nomor 20 Tahun 2003 Sistem Pendidikan Nasional, ( Jakarta: Asokadika Durat Bahagia, 2003 ), h. 5.

3 dan pengajaran yang serasi dan terarah serta relevan dengan segala kebutuhan pembangunan jangka pendek dan jangka panjang. 3 Pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), matematika diharapkan dapat menata nalar anak didik dan menjadi dasar pembentukan sikap, serta menjadikannya terampil dalam menerapkannya. Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam pembelajaran matematika, anak didik harus menguasai konsep dan terampil menerapkannya. Konsep-konsep tersebut tidak hanya dihapalkan saja melainkan harus dijadikan sebagai proses berfikir bagi mereka. Untuk mencapai hal tersebut, anak didik harus memiliki kemampuan menyelesaikan masalahmasalah yang dirumuskan dalam soal-soal. Matematika sebagai bidang ilmu pengetahuan yang sangat luas memiliki karakteristik yang membedakannya dengan ilmu pengetahuan lain, karakteristik itu diantaranya adalah objeknya real dan abstrak, pembahasannya mengandalkan daya nalar, konsep dan prinsipnya berjenjang dan melibatkan perhitungan (operasi). Allah berfirman dalam Al-Qur an yang memuat tentang pentingnya matematika untuk dipelajari yakni dalam surah Yunus ayat 5 yang berbunyi: ❽ ❻ ❷ ⓿ ❻ 9 10 9 1 ❶ 3 Cece Wijaya, Pendidikan Remedial Sarana Pengembangan Mutu Sumber Daya Manusia, ( Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2001 ), h. 2.

4 3 3 3 Ayat tersebut mengandung makna tentang pentingnya mempelajari hal-hal yang berkenaan dengan perhitungan agar kita mengetahui tanda-tanda kebesaran Allah dan mengaplikasikannya dalam kehidupan, hal ini menyiratkan makna pentingnya mempelajari matematika sebagai bagian dari ilmu pengetahuan. Matematika sebagai ilmu pengetahuan merupakan pembuka awal kearah berpikir kritis, sistematis, logis, dan kemauan bekerjasama yang efektif. Matematika memiliki struktur dan keterkaitan yang kuat dan jelas antara konsepnya sehingga memungkinkan kita terampil berpikir rasional. Matematika tidak hanya berperan sebagai ilmu, tetapi juga mempunyai kedudukan sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang dipergunakan dalam ilmu lain. Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan dan mencapai sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan standar kompetensi yang ditetapkan secara nasional, perlu dilaksanakan sistem penilaian hasil belajar yang baik dan terencana. Seluruh aktivitas manusia selalu berhubungan dengan pekerjaan menghitung, mengukur, memprediksi, dan lain-lain. Dalam hal ini, Cornelius mengemukakan lima alasan perlunya belajar matematika yaitu, sarana berpikir yang jelas dan logis, sarana untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari, sarana mengenal pola-pola hubungan dan generalisasi pengalaman, sarana untuk

5 mengembangkan kreativas, dan sarana untuk meningkatkan kesadaran terhadap perkembanagan budaya. 4 Dalam teori kognitif belajar menunjukkan adanya jiwa yang aktif, jiwa mengolah informasi yang kita terima, tidak sekedar menyimpannya saja tanpa mengadakan transformasi. 5 Hal ini sesuai dengan salah satu prinsip belajar adalah keaktifan. Dengan demikian, belajar hanya dapat terjadi apabila siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Dalam mewujudkan siswa aktif maka perlu adanya aktivitas belajar. Aktivitas belajar ini dapat terwujud jika siswa dihadapkan pada masalah. Siswa harus dituntut untuk berupaya melakukan pemecahan masalah. 6 Setiap peserta didik yang menyelesaikan pemecahan masalah maka akan mendapatkan suatu perubahan atau pengalaman belajar dalam aktivitas belajar yang biasa dinamakan hasil belajar. Hasil belajar tersebut dapat diukur dari nilai siswa setelah mengerjakan soal yang diberikan oleh guru pada saat evaluasi dilaksanakan. Dan tentunya didukung oleh guru dan berbagai pasilitas yang disediakan sekolah dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, seorang guru harus mampu melakukan perubahan cara pengajarannya guna memperbaiki hasil belajar yang diperoleh siswa yaitu merencanakan bahan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi kehidupan siswa Ke-1, h. 204. 4 Mulyono Abdurrahman, Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), Cet. h. 44. 5 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), 6 Muhammad Ali, Guru dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algesindo Offet, 2004), Cet.ke-12, h. 21.

6 dan diharapkan berorientasi pada aktivitas belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran ditentukan oleh bagaimana partisipasi siswa didalam mengikuti kegiatan interaksi dalam pendidikan tersebut. Semakin aktif siswa mengambil bagian dalam kegiatan interaksi tersebut, semakin memudahkannya untuk mencapai tujuan pendidikan. 7 Pada penelitian ini penilaian lebih ditekankan hanya untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah. Indikasi pemecahan masalah dalam pembelajaran matematika adalah agar siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan mempelajari matematika siswa selalu dihadapkan kepada masalah matematika yang terstruktur, sistematis dan logis yang dapat membiasakan siswa untuk mengatasi masalah yang timbul secara mandiri dalam kehidupannya tanpa harus selalu meminta bantuan kepada orang lain. Kemampuan pemecahan masalah matematika pada siswa dapat diketahui melalui soal-soal yang berbentuk uraian, karena pada soal yang berbentuk uraian kita dapat melihat langkah-langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan suatu permasalahan, sehingga pemahaman siswa dalam pemecahan masalah dapat terukur. Bentuk lain soal pemecahan masalah yang difokuskan pada penelitian ini adalah soal cerita. Berdasarkan buku-buku penunjang pelajaran matematika yang mengacu pada kurikulum, banyak dijumpai soal-soal yang berbentuk soal cerita hampir pada setiap materi pokok. Namun kenyataannya banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat dalam soal cerita, 7 Syamsul Yusuf L. N., Buku Materi Pedagogik Pendidik Dasar, (Bandung: Sekolah Pasca Ssarjana, 2007), h. 190.

7 kurang mampu memisalkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan, kurang bisa menghubungkan secara fungsional unsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan masalahnya, dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan suatu variabel. Berdasarkan pengalaman penulis saat melakukan wawancara dengan guru matematika di MTs Al Ikhwan, model pembelajaran yang diterapkan adalah model konvensional atau ceramah. Penerapan model konvensional seperti ini yang mendominasi pembelajaran adalah guru, sedangkan siswa sebagai pendengar, sehingga interaksi antara siswa dengan guru sangat kurang. Selain model konvensional guru matematika pada MTs Al Ikhwan juga memberikan sedikit variasi berupa tugas kelompok saja untuk mengerjakan soal latihan dengan sistem pembagian kelompok sesuai dengan nomor urut absen atau dengan teman duduk masing-masing. Model pembelajaran seperti inilah yang bisa membuat murid terkadang merasa jenuh, bosan, tidak bersemangat, serta kurang tertarik untuk memperdalam pelajaran matematika. Berbagai model dalam pembelajaran matematika ditingkatkan untuk memotivasi dan meningkatkan hasil belajar, salah satunya adalah model pembelajaran kooperatif. Menurut Slavin pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang dilakukan secara berkelompok, siswa dalam satu kelas dijadikan kelompok - kelompok kecil yang terdiri dari 4 sampai 5 orang untuk memahami konsep yang difasilitasi oleh guru. Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan setting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerjasama dan memecahkan suatu masalah melalui interaksi sosial dengan teman sebayanya, memberikan kesempatan pada peserta didik untuk mempelajari sesuatu dengan baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi narasumber bagi teman yang lain. Jadi Pembelajaran kooperatif merupakan

8 model pembelajaran yang mengutamakan kerjasama diantara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. 8 Ada banyak model pembelajaran cooperative learning dalam pembelajaran matematika yang memenuhi ciri pembelajaran efektif diantaranya model koperatif tipe CIRC yang dapat membantu siswa untuk mengasah kemampuan pemecahan masalah dalam menyelesaikan soal cerita. Sehingga dengan model pembelajaran tersebut siswa mampu dan terampil menyelesaikan masalah dalam soal cerita dengan langkah-langkah yang tepat. Berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Rosina Retno Setyaningrum menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional. 9 Selain itu, penelitian oleh Dwi Sulistyaningsih menunjukkan bahwa rata-rata tingkat kemampuan koneksi matematika siswa pada materi dimensi tiga dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional. 10 Dan juga, penelitian oleh Ya syahibal menunjukkan bahwa aktivitas dan rata-rata hasil belajar siswa 8 Muhammad Faiq Dzaki, Metode Pembelajaran Kooperatif, http://www. Ipote Wordpress.Com/ feed, 10/08/2014. 9 Rosina Retno Setyaningrum, Keefektifan Model Pembelajaran Koperatif Tipe CIRC Dan NHT Dengan Pemodelan Matematika Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Kelas VII, Jurnal Penelitian Pendidikan, journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ujme, tanggal akses 29 januari 2015 pukul 21.16 WITA. 10 Dwi Sulistyaningsih, Keefektifan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading And Composition Dalam Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika, Jurnal Penelitian Pendidikan, journal.unimus.ac.id, tanggal akses 29 januari 2015 pukul 21.25 WITA.

9 menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional 11. Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka peneliti akan melakukan penelitian tentang Perbandingan Hasil Belajar Matematika Dengan dan Tanpa Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Kubus Dan Balok di Kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin? 2. Bagaimana hasil belajar matematika tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin? 3. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin? C. Tujuan Penelitian 11 Ya syahibal, Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalu Model Cooperative Integrated Reading And Composition (CIRC), Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, jurnal.untan.ac.id, tanggal akses 2 Maret 2015 pukul 12.35 WITA.

10 Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin. 2. Untuk mengetahui hasil belajar matematika tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin. 3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin. D. Definisi Operasional dan Lingkup Pembahasan 1. Definisi Operasional Untuk memperjelas pengertian judul di atas, maka penulis memberikan definisi operasional sebagai berikut: a. Perbandingan Perbandingan, dalam bahasa inggris istilah ini compare yang berarti membandingkan, memperbandingkan. Jadi perbandingan yang di maksud dalam penelitian ini adalah mengetahui adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematika dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran

11 kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin. b. Hasil Belajar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah mejalani proses pembelajarana. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam memecahkan masalah pada kubus dan balok dengan menggunakann model pembelajaran kooperatif tipe CIRC di kelas VIII MTs Al-Ikhwan Banjarmasin. c. Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif mencakup kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan suatu masalah, tugas atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama. Dalam menyelesaikan tugas kelompok setiap anggota saling bekerjasama dan membantu untuk memahami suatu bahan pelajaran. d. Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC CIRC singkatan dari Coopertive Integrated Reading and Composition. Dimana CIRC merupakan salah satu model pembelajaran kooperatif tipe learning yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. e. Soal Cerita Soal cerita adalah soal-soal yang berbentuk uraian untuk menguji kemampuan siswa dalam pemecahan masalah. Dimana soal cerita berisi tentang masalah kehidupan sehari-hari.

12 f. Materi Kubus dan Balok Bangun ruang terbagi atas dua macam yaitu bangun ruang sisi datar dan bangun ruang sisi lengkung. Macam- macam bangun ruang sisi datar yaitu kubus, balok, prisma, dan limas. Dalam penelitian ini, materi yang dibahas adalah kubus dan balok. Persamaan kubus dan balok adalah bangun ruang sisi datar yang dimana kedua bangun tersebut sama-sama memiliki 6 sisi, 12 rusuk, dan 4 titik sudut. Perbedaan kubus dan balok yaitu kubus dibentuk dengan enam sisi berbentuk persegi sedangkan balok dibentuk dengan empat persegi panjang dan dua persegi. Kubus dan balok yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penerapan konsep pemecahan masalah pada materi kubus dan balok dalam kehidupan sehari-hari. 2. Lingkup Pembahasan Selanjutnya agar pembahasan dalam penelitian ini tidak meluas, maka bahasan dalam penelitian ini dibatasi sebagai berikut. a. Penelitian ini untuk mengetahui perbandingan hasil belajar matematika dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC bagi siswa kelas VIII MTs Al Ikhwan Banjarmasin. b. Materi pelajaran yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kubus dan balok. c. Siswa yang akan diteliti adalah siswa kelas VIII C MTs Al Ikhwan Banjarmasin semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

13 d. Hasil belajar matematika siswa dilihat dari nilai tes akhir pada materi kubus dan balok. E. Alasan Memilih Judul 1. Mengingat betapa berperannya pembelajaran matematika dalam pendidikan dan juga kehidupan sehari-hari, serta kebanyakan siswa kurang mampu memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berbetuk cerita. 2. Pentingnya pengembangan dalam pembelajaran matematika salah satunya melalui pembelajaran kooperatif sebab melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa berdasarkan studi terdahulu. 3. Sepengetahuan peneliti belum ada penelitian yang membahas perbandingan hasil belajar matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC bagi siswa kelas VIII MTs Al Ikhwan Banjarmasin F. Signifikansi Penelitian 1. Manfaat bagi guru, yaitu: a. Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan memilih model pembelajaran bervariasi yang dapat memperbaiki sistem pembelajaran sehingga memberikan layanan terbaik bagi siswa.

14 b. Guru semakin mantap dalam mempersiapkan diri dalam proses pembelajaran. 2. Manfaat bagi siswa, yaitu: a. Dengan diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat mengasah dan mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal cerita. b. Pelaksanaan pembelajaran kooperatif diharapkan dapat mengembangkan rasa kebersamaan dan kerjasama siswa dengan siswa lain. c. Siswa lebih tertantang pada persoalan-persoalan matematika. 3. Manfaat bagi peneliti, yaitu: Menambah pengalaman bagi peneliti mengenai pengembangan pembelajaran tersebut. G. Anggapan Dasar dan Hipotesis 1. Anggapan Dasar Dalam penelitian ini, peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif digunakan pada materi kubus dan balok di kelas VIII Al-Ikhwan Banjarmasin. Hal ini berdasarkan hasil penelitian terdahulu oleh Rosina Retno Setyaningrum menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa yang

15 diajarkan dengan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan pembelajaran konvensional. Berdasarkan teori, model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dapat digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Sehingga peneliti mengasumsikan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe CIRC efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi kubus dan balok di kelas VIII Al-Ikhwan Banjarmasin. 2. Hipotesis Adapun hipotesis yang diambil dalam penelitian ini yaitu: H 1 : terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematka siswa dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin Tahun Pelajaran 2014/2015. H 0 : tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar matematka siswa dengan dan tanpa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dalam menyelesaikan soal cerita pada materi kubus dan balok di kelas VIII MTs Al- Ikhwan Banjarmasin Tahun Pelajaran 2014/2015. H. Sistematika Penulisan

16 Dalam penelitian ini, penulis menggunakan sistematika penelitian yang terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari beberapa subbab yakni sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, definisi operasional dan lingkup pembahasan, alasan memilih judul, signifikansi penelitian, anggapan dasar dan hipotesis, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan pustaka, yang berisikan belajar dan pembelajaran matematika, pembelajaran matematika SMP/ MTs, model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe CIRC, Soal Cerita, dan materi kubus dan balok. Bab III Prosedur penelitian, yang berisikan tentang jenis dan metode, desain penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, pengembangan instrumen penelitian, desain pengukuran, teknik analisis data serta prosedur penelitian. Bab IV Laporan Hasil Penelitian, yang berisikan gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi kegiatan pembelajaran matematika kelas eksperimen dan kelas kontrol, deskripsi kemampuan awal siswa, uji beda kemampuan awal siswa, deskripsi hasil belajar matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol, uji beda hasil belajar matematika siswa, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil penelitian. Bab V Penutup, yang berisikan simpulan dan saran- saran.

17