PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KOPERASI PERMATA NIAGA

dokumen-dokumen yang mirip
AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN BAKU. Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

KEPASTIAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM SISTEM PENDAFTARAN JAMINAN FIDUSIA SECARA ELEKTRONIK PUTU EVI KOMALA DEWI NPM :

AKIBAT HUKUM KREDIT TANPA JAMINAN BAGI PIHAK DEBITUR

ASPEK HUKUM PERJANJIAN SEWA BELI. Oleh A.A Putu Krisna Putra I Ketut Mertha Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana

Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK

AKIBAT HUKUM PENDAFTARAN OBJEK JAMINAN FIDUSIA DI DALAM PERJANJIAN KREDIT

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TINJAUAN YURIDIS EKSEKUSI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

Oleh I Putu Donny Laksmana Putra I Nyoman Darmadha I Nyoman Bagiastra Program Kekhususan Hukum Perdata Universitas Udayana

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PADA PT. BANK NEGARA INDONESIA (BNI) KANTOR CABANG UNIT (KCU) SINGARAJA

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA BANK RAKYAT INDONESIA (PT PERSERO)Tbk CABANG DENPASAR

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

KEWENANGAN PELAKSANAAN EKSEKUSI OLEH KREDITUR TERHADAP JAMINAN FIDUSIA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

AKIBAT HUKUM TERHADAP PERJANJIAN HUTANG-PIUTANG YANG DIBUAT OLEH NOTARIS DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN

SUBROGASI SEBAGAI UPAYA HUKUM TERHADAP PENYELAMATAN BENDA JAMINAN MILIK PIHAK KETIGA DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Berdasarkan Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tersebut, maka salah satu cara dari pihak bank untuk menyalurkan dana adalah dengan mem

PEMBERIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI UPAYA PENGAMANAN PIHAK BANK PADA BANK PEMBANGUNAN DAERAH CABANG KLUNGKUNG

PENGATURAN PENGALIHAN JAMINAN FIDUSIA DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP DANA NASABAH PADA KOPERASI DALAM HAL WANPRESTASI

Oleh I Wayan Gede Pradnyana Widiantara I Nengah Suantra Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP AKIBAT HUKUM JAMINAN FIDUSIA YANG BELUM DI DAFTARKAN TERHADAP PEMINJAMAN KREDIT PADA BANK

KEDUDUKAN HAK RETENSI BENDA GADAI OLEH PT. PEGADAIAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

Kata Kunci: Banker s Clause, Perasuransian, Kredit

Aspek Hukum Perjanjian Sewa Beli

KREDIT SINDIKASI SEBAGAI ALTERNATIF PEMBIAYAAN KREDIT DALAM SKALA BESAR

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDTI TANPA AGUNAN PADA KOPERASI SERBA USAHA SURYA MAKMUR DI DENPASAR

PELAKSANAAN PENGIKATAN JAMINAN FIDUSIA DALAM KREDIT PERBANKAN

Perjanjian Kredit Pada Bank BTPN Ditinjau. Dari Asas Kebebasan Berkontrak. Dian Saputra Sinaga, Budi Santoso, Ery Agus Priyono*) ABSTRACT

PERLINDUNGAN HUKUM PEKERJA WANITA YANG BEKERJA PADA MALAM HARI

PENYELESAIAN SECARA HUKUM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERBANKAN APABILA PIHAK DEBITUR MENINGGAL DUNIA

IMPLEMENTASI KREDIT TANPA AGUNAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI PADA PT BANK OVERSEAS CHINEESE BANKING CORPORATION (OCBC) NISP TBK CABANG DENPASAR

AKIBAT HUKUM TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA YANG SUDAH DIALIHKAN SEBELUM JAMINAN FIDUSIA DIDAFTARKAN

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP WANPRESTASI YANG DILAKUKAN DEBITOR DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN SEPEDA MOTOR ARTIKEL. Diajukan Oleh : DODY PEBRI CAHYONO

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA

WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN GANTI RUGI. (Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Denpasar No.522/Pdt.G/2013/PN.Dps )

PEMBERIAN KREDIT KEPADA WARGA LUAR DESA PAKRAMAN SETEMPAT OLEH LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA PAKRAMAN PANGI KECAMATAN DAWAN KABUPATEN KLUNGKUNG

KEDUDUKAN KREDITUR PEMEGANG HAK TANGGUNGAN DALAM HAL DEBITUR WANPRESTASI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PADA KOPRASI SIMPAN PINJAM PRAJA KARYA BHAKTI DESA CANGGU BADUNG LUH PUTU KUSUMA WARDANI NPM

PELAKSANAAN PERJANJIAN PINJAM-MEMINJAM DENGAN JAMINAN BENDA TIDAK BERGERAK PADA KOPERASI SIMPAN PINJAM (KSP) SRINADI DI KABUPATEN KLUNGKUNG

AKIBAT HUKUM BAGI DEBITUR YANG TELAH MENANDATANGANI PERJANJIAN STANDAR KREDIT PADA BPR TATA ANJUNG SARI DENPASAR

PENYELESAIAN KREDIT BERMASALAH DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN DI BPR KARYA SARI SEDANA DENPASAR

PENYELESAIAN SENGKETA WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KERJASAMA SEKOLAH DASAR NOMOR 3 PENATIH DENGAN PT.PRIMAGAMA DENPASAR MEGA KARLINA NPM.

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

Oleh : Made Bagus Galih Adi Pradana I Wayan Wiryawan Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. permodalan bagi suatu perusahaan dapat dilakukan dengan menarik dana dari

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI YANG DILAKUKAN OLEH PEMBELI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI TANAH YANG BELUM LUNAS DI KABUPATEN BADUNG

AKIBAT HUKUM WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: DwiAryaDominika. I WayanWiryawan. BagianHukumPerdataFakultasUniversitasUdayana ABSTRACT

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PADA BANK MANDIRI CABANG UBUD

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA BENDA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK. Oleh: Ni Made Trisna Dewi ABSTRACT

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PENETAPAN BUNGA TINGGI DAN ASAS KEPATUTAN DALAM PERJANJIAN UTANG PIUTANG ABSTRAK

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK PERKREDITAN RAKYAT ULATIDANA RAHAYU DI KABUPATEN GIANYAR

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

HAK KREDITUR ATAS PENJUALAN BARANG GADAI

EKSEKUSI KREDIT MACET TERHADAP HAK TANGGUNGAN

DIPONEGORO LAW REVIEW Volume 3, Nomor 2, Tahun 2014 Online di

disatu pihak dan Penerima utang (Debitur) di lain pihak. Setelah perjanjian tersebut

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

Kata Kunci: Standby Letter of Credit, Prinsip Kehati-hatian, Bank. Universitas Kristen Maranatha

PENYELESAIAN KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA AKIBAT DEBITUR WANPRESTASI

KEDUDUKAN SURAT PENGANGKATAN PEGAWAI SWASTA MENURUT PERSPEKTIF HUKUM JAMINAN DALAM PEYALURAN KREDIT PERBANKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

AKIBAT HUKUM TERHADAP DEBITUR ATAS TERJADINYA FORCE MAJEURE (KEADAAN MEMAKSA)

TINJAUAN YURIDIS OBJEK JAMINAN FIDUSIA YANG DIRAMPAS OLEH NEGARA OLEH: YUSLINDA LESTARI D1A FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MATARAM.

BAB I PENDAHULUAN. nasional yang merupakan salah satu upaya untuk mencapai masyarakat yang

AKIBAT KEPAILITAN TERHADAP ADANYA PERJANJIAN HIBAH

BAB I PENDAHULUAN. nasional. Menurut Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB III TINJAUAN TEORITIS. dapat terjadi baik karena disengaja maupun tidak disengaja. 2

BAB I PENDAHULUAN. adalah, kendaraan bermotor roda empat (mobil). kendaraan roda empat saat ini

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan ini, maka banyak lembaga pembiayaan (finance) dan bank (bank

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM HAL BENDA JAMINAN BERALIH

AKIBAT HUKUM PENUNDAAN KEWAJIBAN PEMBAYARAN UTANG TERHADAP STATUS SITA DAN EKSEKUSI JAMINAN DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NOMOR 37 TAHUN 2004

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN SURAT SERTIFIKAT TANAH YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA PT. BPR. DEWATA CANDRADANA DI DENPASAR *

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Jadi dalam pembangunan, masing-masing masyarakat diharap dapat. Indonesia yaitu pembangunan di bidang ekonomi

PENYELESAIAN KREDIT MACET TANPA JAMINAN PADA KOPERASI

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT KEPADA KOPERASI DENGAN PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN (Suatu Penelitian di PT Bank BUKOPIN Cabang Medan) TESIS.

KEWAJIBAN PEMBUATAN AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN(APHT) SEGERA SETELAH DITETAPKAN SURAT KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN (SKMHT)

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

ABSTRAK Pemberlakuan Klausula Buy Back Guarantee

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN KREDIT PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA PADA DESA PAKRAMAN PADANGSAMBIAN DENPASAR

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN. Perjanjian menurut pasal 1313 KUH Perdata adalah suatu perbuatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. jaminan demi keamanan pemberian kredit tersebut. 1

EKSEKUSI JAMINAN FIDUSIA DALAM PENYELESAIAN KREDIT MACET DI PT. ADIRA DINAMIKA MULTI FINANCE KOTA JAYAPURA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan prinsip kehati-hatian. Penerapan prinsip kehati-hatian tersebut ada

Hak Paten Sebagai Objek Jaminan Kebendaan

BAB I PENDAHULUAN. harga-harga produksi guna menjalankan sebuah perusahaan bertambah tinggi

Universitas Kristen Maranatha

TANGGUNG JAWAB LESSEE TERHADAP MUSNAHNYA BARANG MODAL KARENA KEADAAN MEMAKSA (FORCE MAJEURE) DALAM PERJANJIAN LEASING

AKIBAT HUKUM PEMBATALAN TERHADAP AKTA PERDAMAIAN (ACTA VAN DADING) OLEH SALAH SATU PIHAK YANG BERPERKARA DI PENGADILAN

Transkripsi:

PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN FIDUSIA DI KOPERASI PERMATA NIAGA Oleh : I Gede Agus Eka Saputra NPM : 1210121096 Pembimbing I : Ni Komang Arini Styawati, SH.,M.Hum Pembimbing II : Desak Gde Dwi Arini, SH.,M.Hum ABSTRACT The economic crisis that occurred in Indonesia in 1997 greatly affect economic development as part of a national development that is expected to create and make the people of Indonesia towards a just and prosperous society based on Pancasila and the 1945 Constitution. To achieve these objectives, the greater the perceived need for the availability of funds. One of the institutions that provide the most complete financial services is a banking institution. Financial business conducted in addition to channel funds or grant loans (credit) also make an effort to collect funds from the public in the form of deposits. In granting the credits required collateral for the guarantee is one of the requirements for the granting of the petition on credit demand. Fiduciary security is one of the absolute accesoir couple of credit agreements and not as desired only by the parties. The formulation of the issues raised is How the credit application procedure with fiduciary Cooperative Permata Sari Niaga? and What legal consequences in case of default on a credit agreement with fiduciary Cooperative Permata Sari Niaga? Issues to be discussed will be assessed based on a normative standpoint, In accordance with legal research used is the normative approach to the problem used in this thesis is the approach of legislation and conceptual approaches. Results showed that application procedures credits with fiduciary Cooperative Sari gem of Commerce, among others: Stage Request credit, the data collection phase of operations and review of collateral, the stage of credit analysis, the stage of preparation of credit proposals, the data collection phase complement, phase binding credit and binding guarantees, the stage of loan administration and the opening stage of the facility and / or disbursement of funds as well as a result of the law in case of default on a credit agreement with a fiduciary in the Cooperative Sari gem of Commerce is paying for damages suffered by the creditor (indemnity), cancellation of the agreement, intermediate risk of things make the object of the agreement since non-fulfillment of obligations is the responsibility of the debtor, and pay court costs, if you get sued before a judge. Keywords: Credit Agreements, Fiduciary Guarantee and Default. 1

PENDAHULUAN Salah satu lembaga yang memberikan jasa keuangan yang paling lengkap adalah lembaga perbankan. Usaha keuangan yang dilakukan di samping menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Dalam pemberian kredit diperlukan adanya jaminan karena jaminan merupakan salah satu syarat untuk dikabulkannya permohonan atas permintaan kredit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, menetapkan suatu ketentuan mengenai jaminan dalam pemberian kredit. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, maka yang dibahas adalah berkenaan dengan jaminan benda bergerak khususnya yang disebut dengan Jaminan Fidusia. Jaminan fidusia merupakan salah satu pasangan accesoir yang mutlak dari perjanjian kredit dan bukan karena dikehendaki saja oleh para pihak. Sedangkan mengenai lembaga jaminan fidusia itu sendiri diatur dalam Undang- Undang Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia yang selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Fidusia. Sebelum dikeluarkannya Undang-Undang Fidusia eksistensi fidusia sebagai jaminan diatur berdasarkan yurisprudensi Munculnya kredit bermasalah termasuk di dalamnya kredit macet, pada dasarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, melainkan melalui suatu proses. Terjadinya kredit macet dapat disebabkan baik oleh pihak kreditur (bank) maupun debitur. Dalam paket kebijakan di Indonesia dikenal dua golongan kredit koperasi, yaitu kredit lancar dan kredit bermasalah. Di mana kredit bermasalah digolongkan menjadi tiga, yaitu kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Kredit macet inilah yang sangat dikhawatirkan oleh setiap koperasi, karena akan mengganggu kondisi keuangan koperasi, bahkan dapat mengakibatkan berhentinya kegiatan usaha koperasi maupun lembaga keuangan lainnya. Atas dasar tersebut saya tertarik untuk mengkaji dalam bentuk skripsi dengan judul Perjanjian Kredit dengan Jaminan Fidusia di Koperasi Sari Permata Niaga. 2

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimanakah prosedur permohonan kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga? Bagaimanakah Bagaimanakah akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga? METODE PENELITIAN Tujuan penelitian dibedakan menjadi dua yaitu tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum adalah: a) Untuk mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang hukum, b) Sebagai persyaratan akhir perkuliahan untuk bisa mencapai kelulusan untuk meraih gelar sarjana. Sementara tujuan khusus adalah a) Untuk mengetahui prosedur permohonan kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga; dan b) Untuk mengetahui akibat hukum jika terjadi wanprestasi pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga. Tipe penelitian ini menggunakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian yang didasarkan pada bahan pustaka yang mana menggunakan pendekatan perundang-undangan yaitu merupakan pendekatan yang mengkaji tentang asasasas hukum, norma-norma hukum dan peraturan-peraturan perundangundangan baik yang berasal dari undang-undang, dokumen, buku-buku, dan sumber-sumber resmi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini. Bahan hukum dalam penelitian ini adalah bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer adalah bahan hukum yang diperoleh dari peraturan perundang-undangan seperti KUHPerdata, Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, dan Bab V Pasal 29 Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia, sedangkan bahan hukum sekunder sebagai sumber bahan hukum kepustakaan yang diperoleh dari buku-buku yang memberikan penjelasan yang berkaitan dengan perjanjian dan permasalahan yang diteliti yang diperoleh dari buku-buku dan literatur-literatur. Untuk pengumpulan bahan hukum dilakukan dengan cara mengutip, meringkas, dan memberikan ulasan seperlunya sesuai pokok permasalahan dan 3

untuk melengkapi bahan hukum tersebut dilakukan pula wawancara dengan pihak-pihak terkait. Metode wawancara dilakukan dengan pegawai bagian kredit. Bahan hukum yang telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah bahan hukum terkumpul kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya dianalisis (dikelompokkan, digolongkan sesuai dengan karakteristiknya) untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah dalam laporan ini, kemudian ditarik kesimpulan secara deduktif-induktif kemudian hasilnya disajikan secara deskriptif. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. R. Subekti memberikan rumusan perjanjian yaitu suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Abdul Kadir Muhammad memberikan rumusan perjanjian yaitu suatu persetujuan dengan mana dua orang atau lebih saling mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal mengenai harta kekayaan. Pemberian istilah perjanjian kredit memang tidak tegas dinyatakan dalam peraturan perundang-undangan. Namun, berdasarkan surat Bank Indonesia No.03/1093/UPK/KPD tanggal 29 Desember 1970 yang ditujukan kepada segenap Bank Devisa saat itu, pemberian kredit diinstruksikan harus dibuat dengan surat perjanjian kredit sehingga perjanjian pemberian kredit tersebut sampai saat ini disebut Perjanjian Kredit. Meskipun perjanjian kredit tidak diatur secara tegas dan khusus dalam KUH Perdata, unsur-unsur perjanjian kredit tidak boleh bertentangan dengan prinsipprinsip yang diatur oleh KUH Perdata. Hal ini tegaskan oleh Pasal 1319 KUH Perdata yang menyatakan bahwa semua perjanjian, baik yang mempunyai nama khusus maupun yang tidak dikenal dengan suatu nama khusus, harus tunduk pada peraturan-peraturan umum yang termuat dalam Bab I dan Bab II. 4

Prosedur pemberian kredit pada Koperasi Sari Permata Niaga adalah sebagai berikut (hasil wawancara tgl. 6 Januari 2017 dengan Ibu Ni Luh Adi Cahyani (Ketua Koperasi Sari Permata Niaga Denpasar) : tahap Permohonan kredit, tahap Pengumpulan data usaha dan peninjauan jaminan, tahap Analisis kredit, tahap penyusunan proposal kredit, tahap pengumpulan data pelengkap, tahap pengikatan kredit dan pengikatan jaminan, tahap administrasi pinjaman dan tahap pembukaan fasilitas dan/atau pencairan dana. Adapun akibat hukum bagi debitur yang telah melakukan wanprestasi, adalah hukum atau sanksi berupa debitur diharuskan membayar ganti kerugian yang telah diderita oleh kreditur. Penggantian biaya, rugi dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan barulah mulai diwajibkan, apabila si berutang setelah dinyatakan lalai memenuhi perikatannya, tetap melalaikannya atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dibuatnya, hanya dapat diberikan dan dibuat dalam tenggang waktu yang telah dilampaukannya. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan pemaparan yang dikemukakan sebelumnya pada pembahasan dari permasalahan yang diajukan maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: 1) Prosedur permohonan kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga antara lain: Tahap Permohonan kredit, tahap pengumpulan data usaha dan peninjauan jaminan, tahap analisis kredit, tahap penyusunan proposal kredit, tahap pengumpulan data pelengkap, tahap pengikatan kredit dan pengikatan jaminan, tahap administrasi pinjaman dan tahap pembukaan fasilitas dan/atau pencairan dana; 2) Akibat hukumnya jika terjadi wanprestasi pada perjanjian kredit dengan jaminan fidusia pada Koperasi Sari Permata Niaga adalah membayar kerugian yang diderita oleh kreditur (ganti rugi), pembatalan perjanjian, peralihan risiko benda yang dijadikan obyek perjanjian sejak saat tidak dipenuhinya kewajiban menjadi tanggung jawab debitur, dan membayar biaya perkara, kalau sampai diperkarakan di depan hakim. Saran 5

Dari hasil penelitian dalam skripsi ini diajukan saran sebagai berikut : 1) Dalam Pelaksanaan Pemberian Kredit dengan Jaminan Perjanjian Fidusia disarankan supaya dibuatkan Akta Notaris dan di Daftarkan di Kantor Pendaftaran Fidusia agar memberikan kepastian hukum para pihak; 2) Bagi pihak Kreditur, janganlah terlalu merugikan dan memberatkan Debitur dalam pembuatan perjanjian dan memberikan kredit hendaknya memberikan kredit itu sesuai dengan barang yang dijadikan jaminan. DAFTAR BACAAN Fuady Munir, 2003, Jaminan Fidusia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung. Firdaus, Muhammad dan Agus Edhi Susanto, 2002, Perkoperasian (Sejarah, Teori & Praktek), Ghalia Indonesia, Jakarta. Malayu, H. Malayu SP., 2001, Dasar-Dasar Perbankan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta. Hadikusuma, R.T. Sutantya Rahardja, 2000, Hukum Koperasi Indonesia, PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta. Masjchoen, Soedewi Sri, 2003, Hukum Jaminan di Indonesia: Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Liberty, Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 tentang Koperasi, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 116 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 02. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 42 Tahun 1999 tentang Fidusia, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1968 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3889. Denpasar, Pebruari 2017 Menyetujui Pembimbing I Pembimbing II (Ni Komang Arini Styawati, SH.,M.Hum) (Desak Gde Dwi Arini, SH.,M.Hum) NIK. 230330128 NIK. 230330115 6