Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR GAMBAR... viii. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR NOTASI... xi Rumusan Masalah...

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

BAB VI PENGOLAHAN DATA dan ANALISIS DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir BAB II DASAR TEORI

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI 2012

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Vaksin

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Momentum, Vol. 13, No. 2, Oktober 2017, Hal ISSN ANALISA PERFORMANSI REFRIGERATOR DOUBLE SYSTEM

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Penggunaan Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Efisiensi Mesin Pendingin Siklus Kompresi Uap

BAB II DASAR TEORI. perpindahan kalor dari produk ke material tersebut.

Peluang Pemanfaatan Sistem Refrigerasi Cascade Sebagai Air Conditioner

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka

SILABUS MATA KULIAH D4 REFRIGERASI DASAR KURIKULUM 2011 tahun ajaran 2010/2011. Materi Tujuan Ket.

PERBANDINGAN UNJUK KERJA FREON R-12 DAN R-134a TERHADAP VARIASI BEBAN PENDINGIN PADA SISTEM REFRIGERATOR 75 W

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISA KINERJA MESIN REFRIGERASI RUMAH TANGGA DENGAN VARIASI REFRIGERAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. Gambar 2.1 Florist Cabinet (Sumber Gambar: Althouse, Modern Refrigeration and Air Conditioning Hal.

Analisis Beban Thermal Rancangan Mesin Es Puter Dengan Kompresor ½ PK Untuk Skala Industri Rumah Tangga

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 diagram blok siklus Sistem Refrigerasi Kompresi Uap

Pemanfaatan Air Kondensat Untuk Meningkatkan Unjuk Kerja Dan Efisiensi AC Split

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

BAB V HASIL DAN ANALISIS

ANALISIS PERFORMANSI MINI FREEZER YANG DILENGKAPI DENGAN FLUIDA PENYIMPAN DINGIN (THERMAL STORAGE)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

RANCANGAN BANGUN MODEL MESINPENDINGIN TERPADU PENGHASIL ES SERUT

KAJI EKSPERIMENTAL KARAKTERISTIK PIPA KAPILER DAN KATUP EKSPANSI TERMOSTATIK PADA SISTEM PENDINGIN WATER-CHILLER

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI 2.1 Cooling Tunnel

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA REFRIGERASI (REF) Koordinator LabTK Dr. Pramujo Widiatmoko

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Penerapan Evaporative Cooling Untuk Peningkatan Kinerja Mesin Pengkondisian Udara Tipe Terpisah (AC Split)

PENGARUH ALAT EKSPANSI TERHADAP TEMPERATUR DAN TEKANAN PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS KOMPRESI UAP

Studi Eksperimental Pengaruh Aplikasi Lshx Terhadap Kinerja Sistem Refrigerasi Dengan Refrigeran R404A

ANALISA PERFORMANSI HEAT PUMP MENGGUNAKAN COUNTER FLOW HEAT EXCHANGERS

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cold Storage

MULTIREFRIGERASI SISTEM. Oleh: Ega T. Berman, S.Pd., M,Eng

BAB IV DATA DAN ANALISA

Studi Eksperimen Pengaruh Panjang Pipa Kapiler dan Variasi Beban Pendinginan pada Sistem Refrigerasi Cascade

SATUAN ACARA PERKULIAHAN

ANALISA PENGARUH ARUS ALIRAN UDARA MASUK EVAPORATOR TERHADAP COEFFICIENT OF PERFORMANCE

Kajian Eksperimen Heat Exchahger Pada Heat Pump Menggunakan Refrijeran Hidrokarbon

LAPORAN TUGAS AKHIR BAB II DASAR TEORI

ANALISIS SISTEM REFRIGERASI ICE BANK UNTUK PENDINGINAN SUSU DI PT. INDUSTRI SUSU ALAM MURNI BANDUNG

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

Tugas akhir Perencanan Mesin Pendingin Sistem Absorpsi (Lithium Bromide) Dengan Tinjauan Termodinamika

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung (Indirect System)

EFEK PERUBAHAN LAJU ALIRAN MASSA AIR PENDINGIN PADA KONDENSOR TERHADAP KINERJA MESIN REFRIGERASI FOCUS 808

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN THERMOSTATIC EXPANTION VALVE PADA REFRIGERASI AC SPLIT. Harianto 1 dan Eka Yawara 2

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB II LANDASAN TEORI

TINJAUAN PUSTAKA. Df adalah driving force (kg/kg udara kering), Y s adalah kelembaban

ANALISIS ENERGI PENINGKATAN KINERJA MESIN PENDINGIN MENGGUNAKAN LIQUID-SUCTION SUBCOOLER DENGAN VARIASI TEMPERATUR LINGKUNGAN

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

STUDI EKSPERIMENTAL PERBANDINGAN REFRIJERAN R-12 DENGAN HYDROCARBON MC-12 PADA SISTEM PENDINGIN DENGAN VARIASI PUTARAN KOMPRESOR. Ir.

UNJUK KERJA PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN HEAT PIPE PADA DUCTING DENGAN VARIASI LAJU ALIRAN MASSA UDARA

DESAIN PERANCANGAN DAN PEMILIHAN KONDENSER UNTUK MESIN PENDINGIN AIR COOLED CHILLER DENGAN DAYA KOMPRESOR 3 PK. Angga Panji Satria Pratama

COEFFICIENT OF PERFORMANCE (COP) MINI FREEZER DAGING AYAM KAPASITAS 4 KG

HANIF BADARUS SAMSI ( ) DOSEN PEMBIMBING ARY BACHTIAR K.P, ST, MT, PhD

Recovery Energi pada Residential Air Conditioning Hibrida sebagai Pemanas Air dan Penyejuk Udara yang Ramah Lingkungan

EFEK UDARA DI DALAM SISTEM REFRIGERASI

ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pengaruh Penggunaan Suction Liquid Heat Exchanger dan Tube in Tube Heat Exchanger Pada Refrigerator Terhadap Daya Kompresor dan Waktu Pendinginan

PERFORMANSI SISTEM REFRIGERASI HIBRIDA PERANGKAT PENGKONDISIAN UDARA MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON SUBSITUSI R-22

PEMBUATAN ALAT PENGERING SERBUK TEMBAGA DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM REFRIGERASI KOMPRESI UAP

Komparasi Katup Ekspansi Termostatik dan Pipa Kapiler terhadap Temperatur dan Tekanan Mesin Pendingin

Azridjal Aziz (1), Hanif (2) ABSTRACT

PENGARUH PERUBAHAN PENGATURAN SUHU PENGKONDISI UDARA JENIS TERPISAH (AC SPLIT) TERHADAP RASIO EFISIENSI ENERGI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI. tropis dengan kondisi temperatur udara yang relatif tinggi/panas.

PEMAHAMAN TENTANG SISTEM REFRIGERASI

Transkripsi:

Kaji Eksperimental Pemanfaatan Panas Kondenser pada Sistem Vacuum Drying untuk Produk Kentang Ade Suryatman Margana, Doni Oktaviana Refrigeration And Air Conditioning Department Politeknik Negeri Bandung Bandung, Indonesia e-mail: doni259oktt@gmail.com Abstract Panas pembuangan condenser pada freezer berpotensi untuk digunakan sebagai energi pengering. Energi panas yang cukup besar ini dimanfaatkan untuk pengeringan bahan pangan hasil pertanian, produk pertanian yang memerlukan proses pengeringan adalah kentang untuk keperluan pembuatan keripik kentang. Pemanfaatan panas ini menggunakan metode vacuum drying sebagai alat pengering. Pemanfaatan potensi panas kondenser ini diharapkan dapat menjadi energi alternatif dalam proses pengeringan bahan pangan dan mengurangi efek pemanasan global. Sistem memiliki dua buah kondenser yang bekerja bergantian. Ketika kabin pengering membutuhkan pemanasan kondenser 1 bekerja setelah temperatur kabin pengering 50 C kondenser 2 yang bekerja, proses ini berlangsung terus menerus sampai proses pengeringan selesai.. Hasil yang didapat adalah : ketika kondenser 1 bekerja memiliki COP aktual 2,8, COP carnot 3,94 dan effisiensi 70,79 %. Sedangkan ketika kondenser 2 bekerja memiliki COP aktual 3,17, COP carnot 4,12 dan efisiensi 7,92 %. Massa kentang sebelum dikeringkan adalah 200 gram setelah dilakukan pengeringan selama 3 jam massa kentang menjadi 100 gram sehingga kentang mengalami pengurangan massa sebanyak 100 gram. Keywords freezer; vacuum drying; COP; kentang; kondenser. I. PENDAHULUAN Pengeringan merupakan suatu metode pengawetan pangan yang paling tua dengan tujuan menurunkan kadar air bahan sehingga aktivitas air menurun. Saat ini teknologi pengeringan telah berkembang luas diberbagai bidang, seperti agroindustri, kimia, farmasi, industri kertas, dan industri lainnya. Metode pengeringan juga berkembang, tidak hanya sekedar mengurangi kadar air tetapi juga mengontrol proses pengeringan untuk mendapatkan kualitas produk pengeringan yang lebih baik. Pengeringan yang paling banyak digunakan adalah secara konvensional dengan menggunakan sinar matahari. Cara ini sangat murah dan, mudah, akan tetapi sulit terkontrol, sangat tergantung dengan cuaca, memerlukan tempat yang luas dan waktu yang lama serta kurang terjaga dalam kebersihannya. Pengeringan menggunakan alat pengering mekanis membutuhkan waktu yang lebih singkat dari pengeringan konvensional. Pengeringan mekanis memerlukan sumber panas buatan yang berasal dari bahan bakar biomassa, bahan bakar minyak dan gas, elemen pemanas tenaga listrik. Dengan diperlukannya sumber panas buatan,salah satu energi panas yang memiliki potensi sebagai sumber panas untuk alat pengering mekanis adalah panas pembuangan kondenser pada mesin pendingin. Pada mesin pendingin, panas kondenser yang bertemperatur cukup tinggi, lebih tinggi dari temperatur lingkungan umumnya dibiarkan terbuang begitu saja.selain itu mesin pendingin biasanya dioperasikan dalam jangka waktu yang lama.kondisi panas pembuangan kondenser tersebut berpotensi untuk digunakan sebagai energi pengering. Mengingat potensi kondensor menghasilkan energi panas yang cukup besar, maka dari itu penulis bermaksud untuk melakukan rancang bangun alat pengering dengan metode vacuum drying memanfaatkan panas kondenser pada freezeruntuk pengeringan bahan pangan hasil pertanian. Salah satu produk pertanian yang memerlukan proses pengeringan adalah kentang untuk keperluan pembuatan keripik kentang. Pemanfaatan potensi panas kondenser ini diharapkan dapat menjadi energi alternatif dalam proses pengeringan bahan pangan dan mengurani efek pemanasan global, sedangkan freezer tetap dapat berfungsi untuk pendinginan produk tanpa terganggu kinerjanya. Pemanfaatan panas kondenser untuk pengeringan di waktu yang akan datang diharapkan dapat diaplikasikan untuk skala yang lebih besar. II. METODOLOGI PENELITIAN A. Proses Pengeringan Proses pengeringan pada prinsipnya adalah proses perpindahankalor dan perpindahanmassa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama kalor harus dipindahkan dari medium pemanas ke kentang.selanjutnya setelah terjadi penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di mana cairan harus dipindahkan melalui struktur bahan selama proses pengeringan berlangsung. Semakin tinggi temperatur dan kecepatan aliran udara pengeringan makin cepat pula proses pengeringan berlangsung. Semakin tinggi temperatur udara pengering, makin besar energi panas yang di bawa udara sehingga makin banyak jumlah massa cairan yang di uapkan dari permukaan bahan yang dikeringkan. Kelembaban udara berpengaruh terhadap proses pemindahan uap air. Seminar MASTER 2017 PPNS 115 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)

Bahan pangan atau produk pertanian yang akan dikeringkan sebaiknya dipotong atau diiris terlebih dahulu sehingga proses pengeringannya akan lebih cepat. Hal ini dikarenakan pemotongan dan pengirisan akan memperluas permukaan bahan, sehingga akan lebih banyak permukaan bahan yang akan berhubungan langsung dengan udara panas. Dalam proses pengeringan bahan pangan ini yaitu dengan menggunakan pemanfaatan panas dari kondenser sebagai media untuk menurunkan kadar air yang masih terkandung dalam dalam bahan pangan yang berupa kentang, dengan temperatur maksimal pengeringan yaitu 50 C. B. Kadar Air Kadar air bahan menunjukkan banyaknya kandungan air per satuan bobot bahan. Ada dua metode untuk menentukan kadar air bahan, yaitu berdasarkan bobot basah (wet basis) dan berdasarkan bobot kering (dry basis). Persamaan yang digunakan adalah : m awal m akhir Kadar Air bobot basah(bb) = 100 % m awal Dengan: Kadar Air bb : kadar air bahan berdasarkan basis basah (%) m awal : massa bahan sebelum pengeringan (g) m akhir : massa bahan setelah pengeringan (g) m awal m akhir Kadar Air bobot kering (bk) = 100 % m akhir Dengan: Kadar Air bk : kadar air bahan berdasarkan basis kering (%) m awal : massa bahan sebelum pengeringan (g) m akhir : massa bahan setelah pengeringan (g) C. Vacuum Drying Mesin vacuum drying (pengering vakum) adalah mesin yang berfungsi untuk mengeringkan atau menurunkan kandungan air pada suatu produk dan dilakukan pada temperatur rendah secara konstan (temperatur dapat diatur sesuai kondisi). Untuk pengeringan padatan berbentuk butiran, pengeringan vakum dengan berbagai mekanis telah tersedia secara komersial. Pengeringan jenis ini lebih mahal dari pengeringan bertekanan amosfir tetapi sesuai untuk bahan yang sensitif panas dan memerlukan pemulihan pelarut. Pencampuran berbentuk kerucut tunggal atau ganda dapat diterapkan untuk pengeringan dengan pemanasan selimut bejana atau pemvakuman untuk mengeluarkan uap air. Gambar 1. Sistem Vacuum Drying D. Freezer Sistem freezer merupakan refrigerasi kompresi uap yang menggunakan kompresor sebagai alat kompresi media pendinginan (refrigeran). Proses kerjanya adalah pada kompresor refrigeran dikompresikemudian dikeluarkan pada sisi keluaran (discharge) dan masuk ke kondenser, di kondenser terjadi proses pembuangan kalor refrigeran sehingga refrigeran berubah fasa menjadi cair dan selanjutnya mengalir ke alat ekspansi, pada alat ekspansi ini refrigeran mengalami penurunan tekanan dan temperatur kemudian masuk ke evaporator, di evaporator refrigeran menyerap kalor dari produk atau dari lingkungan yang didinginkan sehingga refrigeran berubah fasa menjadi uap, kemudian masuk pada sisi penghisap (suction) menuju kompresor. Liquid Line Alat Ekspansi Qk Kondensor Kompresor Discharge Line Sisi Tekanan Tinggi Sisi Tekanan Rendah Expansion Line Evaporator Qe Suction Line Gambar 2. Proses Sistem Refrigerasi Kompresi Uap Seminar MASTER 2017 PPNS 116 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)

Dari keempat proses tersebut apabila berlangsung terus menerus maka akan menghasilkan suatu siklus, seperti gambar di bawah ini : Gambar 3. Diagram P-h Dossat (1981) menjelaskan bahwa kemampuan kerja sistem refrigerasi dinyatakan oleh besaran yang dinamakan (Coeficient of Performance). COP ini dipengaruhi oleh tekanan dan temperatur kerja dari sistem itu sendiri. Harga COP yang ideal (Carnot), tergantung dari temperatur kondensasi dan evaporasi dan juga tekanan kerja dari sistem. COP actual atau COP sebenarnya ialah COP sebenarnya yang dimiliki oleh suatu sistem. COP Carnot atau COP ideal ialah COP maksimum yang dapat dimiliki oleh suatu sistem. Efisiensi ialah perbandingan besaran COP actual dan COP Carnot. COP Aktual = h 1 h 4 = q e h 2 h 1 w COPCarnot = T E (T K T E ) Effisiensi Sistem = COP Aktual COP Carnot x100% dengan, q e = besar kalor yang diserap dievaporator (kj/kg) w = besarnya kerja kompresi dilakukan (kj/kg) h 1 = entalphy saat refrigeran masuk kompresor (kj/kg) h 2 = entalphy saat refrigeran keluar kompresor (kj/kg) h 4 = entalphy saat refrigeran masuk evaporator (kj/kg) Te = temperatur evaporasi (K) Tk = temperatur kondensasi (K) ASHRAE (2008) menjelaskan bahwa efisiensi adalah kapasitas dalam satuan Watts dibagi dengan daya input dalam satuan Watts. Untuk mesin tata udara sering disebut sebagai Energy efficiency ratio (EER) atau Coeficient of Performance (COP). Untuk mengkonversi EER menjadi COP, kalikan EER x 0,2931 atau dapat juga dikatakan EER = COP x 3,413 Btu/h W. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengukuran temperatur dan tekanan dilakukan pada titik-titik tertentu sesuai dengan siklus refrigerasi kompresi uap sebagai parameter yang akan dimasukkan dalam proses plot ke diagram Ph. Temperatur lingkungan pun dicatat karena temperatur lingkungan dapat mempengaruhi kinerja dari sistem refrigerasi yang diukur performansinya. Berikut dibawah ini adalah tabel data perancangan dan pengukuran sistem Freezer daging ayam dengan pemanfaatan panas kondensor pada sistem Vacuum Drying untuk produk kentang. Tabel 1. Pengukuran Temperatur dan Tekanan pada Menit Ke 185 dan Menit Ke 220 No. Parameter Waktu (menit) 185 220 1 Temperatur kondensasi 32,02 29,87 psi 2 Temperatur Evaporasi -27,70-31,4 psi 3 Temperatur Kabin -9,8-13,9 C 4 Temperatur Produk -17-19 C Rata-Rata Temperatur Pemanasan Tabel 2. Penurunan Kadar Air pada Kentang Berat Awal (gr) Berat Akhir (gr) ket Penurunan Kadar Air (%) 43,7 200 100 50 Hasil perhitungan merupakan contoh data hasil pengukuran menit ke 185 yang diambil untuk mengetahui performansi dari freezer yang dirancang. Data menit ke 185 ( kondenser 2) Refrigeran = R22 Tekanan discharge= 12,56bar absolute Tekanansuction= 1,81bar absolute Temperatur discharge = 90,2 C Temperatur suction= -4 C Temperatur in ekspansi= 30,4 C Seminar MASTER 2017 PPNS 117 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)

Data di plot dalam di diagram Ph menggunakan software coolpack. A. Analisis Grafik COP aktual terhadap waktu Dari hasil perhitungan COP aktual (pada lampiran tabel freezer) maka didapat grafik pada Gambar 5 : COP aktual COP actual 6-4 3.48 3.3 3.35 3.17 3.6 2.8 0 50 100 150 200 250 Waktu ( menit ) Gambar 4. Diagram Ph Dari Data Pengukuran Menit Ke 185 Setelah di plot pada diagram ph maka didapat nilainilai sebagai berikut : h1 = 409,264 kj/kg h2 = 463,573 kj/kg h3 = h4 = 237,163 kj/kg Te= -27,56 C = 245,5 K Tk = 32,02 C = 305,02 K Besarnya kerja kompresi (q w ) q w = h 2 h 1 = 463,573 kj/kg 409,264 kj/kg = 54,309 kj/kg Besarnya kalor yang dilepas oleh kondenser (q c ) q c = h 2 h 3 = 463,573 kj/kg - 237,163 kj/kg = 226,41kJ/kg Besarnya kalor yang diserap oleh evaporator (q e ) q e = h 1 h 4 = 409,264 kj/kg 237,163 kj/kg = 172,101 kj/kg Rasio Kompresi = P d P s = 12,56 1,81 = 6,92 COP aktual = h 1 h 4 h 2 h 1 = q e = q w 172,763 kj/kg 54,309 kj/kg = 3,17 T e COP carnot = T k T e 245,5 K = = 4,12 305,02 K 245,5 K COP aktual Effisiensi Sistem = COPcarnot 100% em = 3,18 4,12 100% =76,92 % COP Gambar 5. Cop aktual terhadap Waktu COP aktual rata-rata adalah 3,28, nilai tersebut diambil dari nilai rata-rata COP aktual pada saat sistem dalam kondisi bekerja normal pendinginandan sistem sudah dalam keadaan steady saja.pada saat sistem sedang bekerja untuk proses pedinginan dan pengeringan secara bersamaan memiliki nilai COP aktual rata-rata yang lebih kecil yaitu 2,8 hal ini dikarenakan nilai ketika sistem sedang bekerja secara bersamaan antara pendinginan dan pengeringan proses kerja kompresor yang relatif rendah dibandingkan dengan kerja kompresor ketika sistem bekerja hanya pendinginan saja yaitu dengan kerja kompresor (qw) rata-rata untuk sistem proses pendinginan dan pengeringan yaitu 34,01 kj/kg sedangkan kerja kompresor rata-rata untuk pendinginan saja yaitu sebesar 39,6 kj/kg. Begitupun dengan kalor yang diserap pada evaporator ketika sistem sedang bekerja pendinginan dan pengeringan secara bersamaan juga memiliki nilai rata-rata paling rendah, hal ini tentunya diakibatkan temperatur keluaran kondenser 1 yang tinggi karena kondenser 1 yang disimpan di dalam kabin pelepasan kalornya tidak sempurna, sedangkan nilai rata-rata penyerapan kalor pada sistem ketika bekerja secara normal atau pendinginan saja memiliki nilai lebih tinggi, tentunya hal ini sangat berpengaruh terhadap nilai COP aktual pada sistem. Dapat disimpulkan bahwa nilai COP aktual ini dipengaruhi oleh nilai efek refrigerasi dan kerja kompresi di kompresor. Jika nilai efek refrigerasi (qe) besar tetapi kerja kompresi (qw) kecil maka COP aktual akan besar, tetapi jika nilai efek refrigerasi (qe) kecil tetapi kerja kompresi (qw) besar maka COP aktual akan kecil. Seminar MASTER 2017 PPNS 118 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)

B. Analisis Grafik COPcarnot terhadap waktu Dari hasil perhitungan COP Carnot (tabel ada pada lampiran datafreezer) maka didapat grafik pada Gambar 6: C. Analisis Grafik Effisiensi Sistem Terhadap Waktu Dari hasil perhitungan Efisiensi Sistem maka didapat grafik pada Gambar 7 : COP carnot 6 4 2 0 Gambar 6. Cop carnot terhadap Waktu 4.19 4.44 4.24.12 4.36 3.94 0 50 100 150 200 250 COP COP carnot Waktu ( menit ) Nilai COP carnot rata-rata adalah 4,21, nilai tersebut hanya diambil dari nilai rata-rata COP carnot pada saat sistem dalam kondisi bekerja normal pendinginan dan sistem sudah dalam keadaan steady. Nilai COP carnot yang diambil sebagai acuan kinerja sistem adalah ketika nilai COP carnot yang terjadi pada saat sistem mencapai nilai tercapainya yaitu -18 C. Pada saat sistem bekerja pendinginan saja, COP carnot pada sistem memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan sistem bekerja pendinginan dan pengeringan, tentunya hal ini disebabkan temperatur evaporasi dan kondensasi yang rendah pada saat pendinginan dan pengeringan berlangsung dibandingkan dengan sistem bekerja pada saatpendinginan saja yang memiliki temperatur kondensasi dan evaporasi yang tinggi. Dapat disimpulkan bahwa nilai COP Carnot ini dipengaruhi oleh nilai tekanan discharge dan tekanan suction. Jika semakin kecil perbedaan nilai tekanan discharge dan tekanan suction maka nilai COP Carnot akan semakin besar. Sebaliknya jika perbedaan nilai tekanan discharge dan tekanan suction semakin besar maka nilai dari COP Carnot akan semakin kecil. Efisiensi 100 80 60 40 20 0 83.01 74.34 7 76.92 82.5 70.95 0 50 100 150 200 250 Efisiensi Efisiensi sistem Waktu ( menit ) Gambar 7. Effisiensi Sistem terhadap Waktu Nilai efisiensi rata-rata yang terjadi pada saat sistem bekerja pendinginan saja dan sistem sudah dalam keadaan steady adalah 77,92 %. D. Analisis Penurunan Kadar Air Untuk perhitungan penurunan kadar air ini menggunakan penentuan kadar air bahan berdasarkan bobot basah (wet basis)dimana penurunan bobot basah ini merupakan penurunan jumlah kadar air pada kentang setelah mengalami proses pemanasan dan penurunan tekanan yang berlangsung pada kabin pengeringan. Pada proses pemanasan yang digunakan untuk proses pengeringan kentang ini menggunakan pemanfaatan panas kondenser 1 yangberada pada kabin pengering. Dapat diketahui bahwa berat kentang yaitu 200 gram dan berat rak 260 gram. Sehingga total berat yang terukur pada timbangan yaitu 460 gram atau 0,46 kg dengan pengeringan selama 220 menit. Perhitungan penurunan kadar air pada kentang m awal m akhir Kadar Air bb = m awal 100 % = 200 gr 100 gr = 50% 200 gr 100 % Waktu pengeringan sistem bekerja 220 menit, namun proses pemanasan tidak bekerja terus menerus karena setting thermostat pada kabin pengering tercapai pada 50 o C, oleh karena itu terjadi fluktuasi pada temperatur kabin pengering yang diakibatkan sistem bekerja secara bergantian antara sistem pendinginan saja dengan pendinginan dan pengeringan secara bersamaan Seminar MASTER 2017 PPNS 119 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)

IV. KESIMPULAN Dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai COP aktual dan semakin kecil nilai COP Carnot maka nilai efisiensi sistem yang didapat akan semakin besar, sedangkan jika nilai COP aktual semakin kecil dan nilai COP Carnot semakin besar maka nilai efisiensi sistem akan semakin kecil. Sistem memiliki dua buah kondenser yang bekerja bergantian. Ketika kabin pengering membutuhkan pemanasan kondenser 1 bekerja setelah temperatur kabin pengering 50 C kondenser 2 yang bekerja, proses ini berlangsung terus menerus sampai proses pengeringan selesai.. Hasil yang didapat adalah : ketika kondenser 1 bekerja memiliki COP aktual 2,8, COP carnot 3,94 dan effisiensi 70,79 %. Sedangkan ketika kondenser 2 bekerja memiliki COP aktual 3,17, COP carnot 4,12 dan efisiensi 7,92 %. Massa kentang sebelum dikeringkan adalah 200 gram setelah dilakukan pengeringan selama 3 jam massa kentang menjadi 100 gram sehingga kentang mengalami pengurangan massa sebanyak 100 gram. REFERENCES [1] ASHRAE, 2009, Fundamental, USA. [2] ASHRAE Hamdbook, 2010, Refrigeration, I-P Edition, Supported ASHRAE by RESEARCH [3] Arora, C.P., 2001, Refrigeration and Air Conditioning, 2 nd edition, International edition, McGraw-Hill. [4] Dossat, R.J., 1981, Principle Of Refrigeration and Air Conditioning, 2 nd Edition, John Willey and Sons, New York [5] Incropera, F.P. and De Witt, 2002, Fundamental of Heat and Mass Transfer, 4 th ed, John Wiley & Sons, New York [6] Mooran, Michael J., Shapiro, Howard N.,2006, Fundamentals Of Engineering Thermodynamics, John Wiley & Sons, Ltd., England [7] Obin, Rahmawan, 2001, Pengeringan, pendinginan dan Pengemasan Komoditas Pertanian, Direktorat Pendidikan Kejuruan Jakrta [8] Refprod versi 7 (software)., Thermophysical Properties Division, NIST (National Institute of Standarts and Technology). [9] Software, Cool Pax, Danfoss Seminar MASTER 2017 PPNS 120 ISSN : 2548-1509 (cetak) 2548-6527 (online)