BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. telah berusia 17 tahun atau yang sudah menikah. Kartu ini berfungsi sebagai

JURNAL HUKUM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PERDA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI YOGYAKARTA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses peradilan yang sesuai dengan prosedur menjadi penentu

BAB I. Hakim sebagai salah satu penegak hukum bertugas memutus perkara yang. diajukan ke Pengadilan. Dalam menjatuhkan pidana hakim berpedoman pada

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

JURNAL PENEGAKAN HUKUM OLEH POLRI TERHADAP TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR DENGAN KEKERASAN DI KABUPATEN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. berkembang secara optimal baik fisik, mental maupun sosial, untuk. mewujudkannya diperlukan upaya perlindungan terhadap anak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar 1945 menjelaskan dengan tegas, bahwa

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan mengatur tata tertib dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. mengikat maka Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Kedudukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara hukum, dengan jumlah penduduk Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar tahun 1945 yaitu melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 14 TAHUN 2013 TENTANG PENANGGULANGAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang jabatannya atau profesinya disebut dengan nama officium nobile

PEMERINTAH KOTA MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan bermasyarakat, setiap anggota masyarakat selalu

BAB I PENDAHULUAN. maraknya penggunaan media elektronik mulai dari penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. bisa dilakukan secara merata ke daerah-daerah, khususnya di bidang ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia 1.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya barang dan jasa yang melintasi batas-batas wilayah suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. yang saling mempengaruhi tanpa dapat dipisahkan. 1. dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai budayanya.

selamat, aman, tertib, lancar, dan efisien, serta dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah : Anak adalah bagian yang tidak terpisahkan dari keberlangsungan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang mengintegrasikan bagian-bagian masyarakat dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring perkembangan zaman membawa dampak positif bagi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seperti yang kita ketahui, semua Negara pasti mempunyai peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. ditegaskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan narkotika pada akhir-akhir tahun ini dirasakan

BAB I PENDAHULUAN. memutus perkara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam suatu negara, pembangunan bertujuan untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan tindak pidana dalam kehidupan masyarakat di

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN ANAK JALANAN, GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA MATARAM

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

BAB I PENDAHULUAN. hidup, tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 25 TAHUN 2004 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. yang baik dan yang buruk, yang akan membimbing, dan mengarahkan. jawab atas semua tindakan yang dilakukannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekuasaan Kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

berlandaskan pada pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang Indonesia harus taat dan patuh terhadap hukum yang ada di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. berpendidikan menengah ke atas dengan penghasilan tinggi sekalipun sering

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penegakan hukum dan ketertiban merupakan syarat mutlak dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat tidak pernah lepas dengan. berbagai macam permasalahan. Kehidupan bermasyarakat akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perubahan dari segi kualitas dan kuantitas. Kualitas kejahatan pada

BAB I PENDAHULUAN. perbedaan aturan terhadap suatu perkawinan.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkenaan dengan pembangunan teknologi,dewasa ini seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini banyak ditemukan tindak pidana atau kejahatan yang

BAB I PENDAHULUAN. (On-line), (29 Oktober 2016). 2

PEMERINTAH KOTA PADANG PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945, telah ditegaskan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesejahteraan (welfare state). Itulah konsep

BAB I PENDAHULUAN. kejahatan. Meskipun pengaturan tentang kejahatan di Indonesia sudah sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pasal 28 A Undang-Undang Dasar 1945 mengatur bahwa, Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara yang kepadatan penduduknya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENANGANAN PENGEMIS, GELANDANGAN, ORANG TERLANTAR DAN TUNA SUSILA

BAB I PENDAHULUAN. (rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

I. PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan daerah diperlukan adanya hubungan yang serasi

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 amandemen ke-iii. Dalam Negara

BAB I PENDAHULUAN. hak-hak sebagai manusia yang harus dijunjung tinggi. 1. merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia melalui Kementerian Hukum dan HAM memberikan. sosialisasi HKI secara sistemik dan continue;

BAB I PENDAHULUAN. terkait korupsi merupakan bukti pemerintah serius untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. martabat serta hak-hak asasi yang harus dijunjung tinggi. 1 Hak-hak asasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hukum berkembang mengikuti perubahan zaman dan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abortus provocatus di Indonesia lebih populer disebut sebagai aborsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari manusia sering dihadapkan pada kebutuhan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG KETENTRAMAN DAN KETERTIBAN UMUM DI KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. Fungsi kepolisian adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mewujudkan masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil, dan

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Prof.Dr.van Kan, seperti yang dikutip oleh Soeroso mengemukakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta. kepentingan pribadi mereka masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan sebagai fenomena sosial yang terjadi di muka bumi ini mungkin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara pada hakekatnya adalah suatu organisasi kekuasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. lama. Hanya saja masyarakat belum menyadari sepenuhnya akan kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Baik ataupun buruknya masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, sering terjadi tindak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengemis merupakan salah satu golongan masyarakat yang harus mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah, terutama tentang kesejahteraan hidup dan kesehatannya. Setiap orang di Indonesia memiliki hak untuk hidup yang adil dan sejahtera. Di Negara berkembang seperti Indonesia ini untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah sulit dan mengakibatkan naiknya angka kemiskinan, fenomena ini yang menyebabkan lahirnya seorang pengemis. Salah satu dari mereka yang tinggal di Yogyakarta bertahan hidup dengan cara mengemis, mulai dari mengamen yaitu mengemis dengan menggunakan alat musik dan menyanyikan lagu, hingga mengemis dengan cara mengharapkan belas kasih orang. Mengemis biasanya dilakukan ditempat umum seperti di lampu merah, ditempat makan, didalam angkutan umum, bahkan berkeliling ke setiap rumah. Tindakan mengemis tersebut sangatlah mengganggu orang lain terutama masyarakat sekitar karena tidak semua pengemis berperilaku baik. Contohnya saja ketika ada seorang pengemis yang mendapat penolakan dan tidak diberi uang maka pengemis itu marah dan bisa sampai mengumpat. Alasan bagi orang yang 1

tidak memberikan uang pun bermacam macam, ada yang tidak peduli karena si pengemis 2

3 terlihat masih sehat dan segar hingga terlihat mampu untuk mencari uang dari suatu pekerjaan atau bahkan takut ditipu dari penampilan pengemis karena akhir akhir ini makin marak penipuan melalui pengemis yang sebenarnya pengemis itu malah berpenghasilan lebih banyak dari orang yang memberikan uang kepada pengemis. Dari pihak Pemerintah telah menerbitkan peraturan daerah yang berisi tentang penanganan gelandangan dan pengemis dengan maksud agar tidak ada lagi pengemis. Pemerintah akan melakukan langkah langkah preventif, koersif dan rehabilitatif demi mensejahterakan kehidupan pengemis dengan memberikan pelatihan khusus agar mempunyai motivasi untuk berjuang hidup, tidak mengandalkan belas kasih orang lain, namun dengan melakukan sesuatu seperti bekerja. Pemerintah juga memberikan sanksi bagi siapa saja yang masih berbelas kasih memberikan uang kepada pengemis. Hal ini dilakukan Pemerintah untuk memberikan efek putus asa bagi pengemis agar berhenti mengemis dan mengikuti program pelatihan khusus yang di sediakan oleh Pemerintah guna bertahan hidup. Di Yogyakarta sendiri, Pemerintah juga memasang spanduk kecil disekitar jalan untuk mengingatkan masyarakat agar tidak memberikan uang kepada pengemis dan mengingatkan bahwa ada sanksi yang harus di terima apabila tetap memberikan uang kepada pengemis. Sayangnya hal tersebut tidak diindahkan oleh sebagian oknum penegak hukum dengan membiarkan pengemis berada di sekitaran jalan dan membiarkan ketika ada orang yang memberikan uang kepada

4 mereka. Hal tersebut di ketahui oleh penulis sendiri yang kerap kali melihat kejadian itu. Dengan berbagai alasan jika masyarakat merasa berbelas kasihan dan ada juga masyarakat yang tidak tahu dengan adanya Perda No 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 Pasal 28 A mengatakan bahwa setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya. Isi dari Undang-Undang Dasar tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa setiap orang berhak untuk melakukan apapun untuk mempertahankan kehidupannya. Seperti yang dilakukan pengemis dengan melakukan perbuatan tersebut untuk bertahan hidup. Perbuatan mengemis untuk mempertahankan hidup terus dilakukan meskipun dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) dilarang, dalam Pasal 504 ayat (1) dan (2) dan di tegaskan lebih lanjut dalam Pasal 505 ayat (1) dan (2) tentang pelanggaran ketertiban umum dengan ketentuan bahwa : Pasal 504 (1) Barang siapa mengemis di muka umum, diancam karena melakukan pengemisan dengan pidana kurungan paling lama enam minggu. (2) Pengemisan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang berumur di atas enam belas tahun, diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan. Pasal 505 (1) Barang siapa bergelandangan tanpa pencarian, diancam karena melakukan pergelandangan dengan pidana kurungan paling lama tiga bulan.

5 (2) Pergelandangan yang dilakukan oleh tiga orang atau lebih, yang berumur di atas enam belas tahun diancam dengan pidana kurungan paling lama enam bulan. 1 Berdasarkan data di atas, maka diperlukan adanya suatu tindakan dari Pemerintah dan penegak hukum untuk mengurangi dan mencegah adanya pengemis khususnya di Kota Yogyakarta. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan tersebut dirumuskan judul mengenai penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan Dan Pengemis di Kota Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalahnya adalah apakah penegakan hukum terhadap penanganan gelandangan dan pengemis sudah berjalan dengan baik sesuai dengan Perda Nomer 1 tahun 2014 tentang gelandangan dan pengemis? C. Tujuan Penelitian Sehubungan dengan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk memperoleh data tentang penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis di Kota Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian adalah: 1 Moeljatno, KUHP, 2008, Bumi Aksara, hlm.184.

6 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini dilakukan untuk mengembangkan ilmu hukum pada umumnya, dan perkembangan bidang hukum pidana pada khususnya penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Penanganan Gelandangan Dan Pengemis di Kota Yogyakarta. 2. Manfaat Praktis a. Untuk pemerintah kota Yogyakarta agar lebih tegas dalam menerapkan dan melaksanakan peraturan daerah yang telah dibuat oleh lembaga yang berwenang demi tercapainya sebuah tujuan dibuatnya aturan hukum tersebut. b. Untuk mahasiswa fakultas hukum, khususnya yang mendalami hukum pidana agar nantinya lebih tegas dalam menegakkan aturan hukum yang telah ada. c. Untuk masyarakat kota Yogyakarta agar turut berperan dalam menerapkan aturan hukum sehingga dapat tercapainya suatu tujuan tertentu. E. Keaslian Penelitian Penulisan dengan judul penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis di kota Yogyakarta bukan merupakan duplikat atau plagiasi skripsi yang ada, tetapi merupakan karya asli

7 penulis. Ada beberapa skripsi yang serupa tetapi tak sama, senada atau kemiripan dengan: 1. Gerry Putra Ginting mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta, NPM 110510741, tahun 2015, menulis skripsi dengan judul penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman. Rumusan masalahnya adalah bagaimana penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman? Dan apakah kendala yang dihadapi oleh polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di kabupaten Sleman? Tujuan penelitiannya adalah untuk memperoleh data tentang penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman, dan kendala yang di hadapi oleh Polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman. Hasil penelitiannya adalah Penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman yakni berupa penegakan hukum dengan sarana kebijakan hukum pidana (penal policy) dan sarana kebijakam di luar hukum pidana (non-penal policy) dan kendala yang

8 dihadapi Polri dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan adalah kendala internal/dari dalam lembaga Polri yang meliputi kurangnya jumlah personil Polri yang piket dimasing-masing polsek, minimnya anggaran biaya operasional, sarana, dan prasarana, kendala eksternal/dari luar lembaga Polri meliputi, barang hasil dari tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan biasanya tidak dijual secara utuh, dan kurangnya rasa peduli masyarakat terhadap lingkungan. Perbedaan dengan penulisan ini adalah Gerry Putra Ginting menekankan pada penegakan hukum oleh Polri terhadap tindak pidana pencurian kendaraan bermotor dengan kekerasan di Kabupaten Sleman sedangkan penulisan ini menekankan pada penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandang dan pengemis di Yogyakarta. 2. Ricky Pangeran Adi Putra Panjaitan mahasiswa Universitas Atmajaya Yogyakarta, NPM 050509203, tahun 2015, menulis skripsi dengan judul penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman Nasional Gunung merapi Kabupaten Magelang. Rumusan masalahnya adalah bagaimana penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi kabupaten Magelang? Dan kendala apa saja yang dihadapi dalam

9 penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman nasional Gunung Merapi di Kabupaten Magelang? Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi kabupaten Magelang dan untuk mengetahui kendala apa saja yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman nasional Gunung Merapi di Kabupaten Magelang. Hasil penelitiannya adalah penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman Nasional Gunung Merapi kabupaten Magelang belum berjalan dengan efektif karena masih banyak terjadi penambangan liar meskipun telah dilakukan langkahlangkah penertiban oleh Balai Taman Nasional Gunung Merapi bekerjasama dengan stakeholder dan kendala yang dihadapi dalam penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman nasional Gunung Merapi di Kabupaten Magelang a. Sikap para penambang yang tidak bekerjasama, para petugas selalu dihadapi dengan sikap keras kepala oleh para penambang di mana para penambang mengemukakan berbagai alasan untuk tetap melakukan

10 aktifitas penambangan dan tidak jarang hingga terjadi adu argumentasi antara petugas dengan para penambang. b. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur tentang pertambangan bahan mineral bukan logam dan batuan secara teknis sehingga tidak ada peraturan yang mengikat atau melarang mereka. c. Kurangnya Sumber Daya Manusia d. Kurangnya Pembinaan dan Sosialisasi Perbedaan dengan penulisan ini adalah Ricky Pangeran Adi Putra menekankan pada penegakan hukum terhadap pelaku kegiatan pertambangan bahan galian golongan C di kawasan Taman Nasional Gunung merapi Kabupaten Magelang sedangkan penulisan ini menekankan pada penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandang dan pengemis di Yogyakarta. 3. Norika Priyantoro mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, NPM 11370067, tahun 2015, menulis skripsi dengan judul penanganan gelandangan dan pengemis dalam prespektif siyasah. Rumusan masalahnya adalah bagaimana pandangan siyasah dusturiyah terhadap pasal 24 perda Daerah Istimewa Yogyakarta No 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis? Tujuan penelitiannya adalah menjelaskan pandangan siyasah dusturiyah terhadap pasal 24 perda Daerah Istimewa Yogyakarta No 1 tahun 2014

11 tentang penanganan gelandangan dan pengemis. Hasil penelitiannya adalah perda ini sudah sesuai dengan cara kerja teori kebijakan public dan nilai-nilai yang terkandung didalam siyasah dusturiyah, yang dimana dalam nilai tersebut harus mengedepankan hak-hak rakyat agar konstitusi tetap bisa berjalan. Perbedaan dengan penulisan ini adalah Norika Priyantoro menekankan pada penanganan gelandangan dan pengemis dalam prespektif siyasah sedangkan penulisan ini menekankan pada penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandang dan pengemis di Yogyakarta. F. Batasan Konsep Dalam penulisan hukum yang berjudul penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis. Batasan konsep yang ditinjau peneliti yaitu: 1. Penegakan Penegakan adalah perbuatan menegakkan. 2 2. Hukum Hukum adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaedahkaedah dalam suatu kehidupan bersama : keseluruhan peraturan tentang 2 http://kbbi.web.id/tegak

12 tingkah laku yang berlaku dalam suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 3 3. Penegakan Hukum Penegakan hukum pada hakikatnya merupakan penegakan ide-ide atau konsep-konsep tentang keadilan, kebenaran, kemanfaatan social, dan sebagainya. 4 4. Perda Menurut Undang-undang Nomor 12 tahun 2011 Peraturan Daerah Kabupaten/Kota adalah Peraturan Perundang-undangan yang dibentuk oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten/Kota dengan persetujuan bersama Bupati/Walikota. 5. Penanganan Penanganan adalah penanganan/pe na ngan an/ n proses, cara, perbuatan menangani; penggarapan. 5 6. Gelandangan Gelandangan adalah orang yang hidup dalam keadaan tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara di tempat umum. 3 http://kbbi.web.id/hukum 4 Satjipto Rahardjo, 2006, Sisi-Sisi Lain Dari Hukum di Indonesia, Cet. ke-2, Buku Kompas, Jakarta, hlm.169. 5 http://kbbi.web.id/penanganan

13 7. Pengemis Pengemis adalah orang-orang yang mendapatkan penghasilan dengan meminta minta di muka umum dengan berbagai cara dan alasan untuk mengharapkan belas kasihan dari orang lain. G. Metode Penelitian 1. Penelitian Hukum Normatif Jenis hukum merupakan jenis penelitian normatif. Fokus penelitian ini berdasarkan pada peraturan daerah mengenai penegakan hukum terhadap Perda nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis. 2. Sumber Data Dalam penelitian hukum normatif, data yang digunakan berupa data sekunder, yang terdiri atas: a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat, berupa: 1) Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28A 2) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundangundangan. 3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Pasal 504 dan 505.

14 4) Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang bersifat menjelaskan terhadap bahan hukum primer, yang terdiri dari buku, artikel, hasil penelitian, internet, dan fakta hukum. 3. Metode Pengumpulan Data Studi Kepustakaan Studi kepustakaan dilakukan dengan cara mempelajari bahan hukum primer dan hukum sekunder yang terdiri atas peraturan perundangundangan, buku, artikel, hasil penelitian, internet, fakta hukum, dan wawancara dengan narasumber. 4. Metode Analisis Data sekunder terdiri atas bahan hukum primer, akan dianalisis sesuai dengan tugas ilmu hukum normatif sebagai berikut: a. Deskripsi peraturan perundang-undangan yaitu menguraikan atau memaparkan pasal-pasal sebagaimana telah disebutkan dalam hukum primer. b. Sistematisasi hukum positif yaitu secara vertikal dan horisontal untuk mengetahui ada tidaknya sinkronisasi dan/atau harmonisasi diantara peraturan perundang-undangan. Secara vertikal tidak terdapat sinkronisasi antara Undang-Undang Dasar Negara

15 Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28A berisi Setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan kehidupannya dengan Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis pasal 21A setiap orang dilarang melakukan pergelandangan dan/atau pengemisan baik perorangan atau berkelompok dengan alasan, cara dan alat apapun untuk menimbulkan belas kasihan orang lain sehingga berlaku prinsip penelaran hukum derogasi sehingga diperlukan asas Lex Specialis derogate Legi Generalis. c. Analisis peraturan daerah yang berupa bahan hukum primer yang dapat dievaluasi atau dikritisi atau dikaji sebab peraturan daerah itu sistemnya terbuka. d. Interpretasi hukum positif, yaitu menafsirkan peraturan daerah dengan menggunakan 3 metode interpretasi yaitu: a) Gramatikal yaitu mengartikan term bagian kalimat menurut bahasa sehari-hari/hukum. b) Sistematisasi yaitu mendasarkan sistem aturan mengartikan suatu ketentuan hukum. c) Teleologi yaitu setiap interpretasi pada dasarnya teleologi. e. Menilai peraturan daerah sebagaimana yang terdapat pada bahan hukum primer yaitu dengan pengisian form oleh masyarakat dan

16 polisi satuan pamong praja untuk penegakan hukum terhadap Perda No 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis. 5. Proses berfikir Proses berpikir atau prosedur bernalar digunakan secara deduktif, yaitu bertolak dari preposisi umum yang kebenarannya telah diketahui dan berakhir pada kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam hal ini berkaitan dengan peraturan daerah mengenai penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 tahun 2014 tentang penanganan gelandangan dan pengemis di Yogyakarta. H. Sistematika Isi Penulisan Hukum/Skripsi BAB I: PENDAHULUAN Bab ini berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum/skripsi. BAB II: PEMBAHASAN A. Pada Bab ini diuraikan tiga pembahasan yang meliputi : bagian A membahas Penegakan Hukum dan Kendalanya yang terdiri dari dua sub bab, yaitu: menguraikan tentang upaya penegakan hukum dan

17 kendala dalam penegakan hukum. Bagian B membahas Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Yogyakarta yang terdiri dari dua sub bab, yaitu: menguraikan tentang peraturan daerah dan kategori gelandangan dan pengemis. Bagian C membahas penegakan hukum terhadap Perda Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penanganan Gelandangan dan Pengemis di Yogyakarta. BAB III: SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran terkait penulisan hukum.