2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA PERTENGAHAN PASCA PUTUS CINTA DI SMAN 20 BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merawat dan memelihara anak-anak yatim atau yatim piatu. Pengertian yatim

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap orang lain, khususnya terhadap lawan jenis. Perasaan saling mencintai,

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang telah mencapai usia dewasa, individu akan

BAB I PENDAHULUAN. Individu yang hidup pada era modern sekarang ini semakin. membutuhkan kemampuan resiliensi untuk menghadapi kondisi-kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. paling penting dalam pembangunan nasional, yaitu sebagai upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia yang dianggap sebagai fase kemunduran. Hal ini dikarenakan pada

Bab I Pendahuluan. Mahasiswa masuk pada tahapan perkembangan remaja akhir karena berada pada usia 17-

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara fisik maupun psikologis. Menurut BKKBN (2011 ), keluarga adalah unit

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan, persoalan-persoalan dalam kehidupan ini akan selalu. pula menurut Siswanto (2007; 47), kurangnya kedewasaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia pasti memiliki masalah dalam hidup. Kita juga pernah

BAB I PENDAHULUAN. baik secara fisik maupun psikis. Menurut Paul dan White (dalam Santrock,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Tugas akhir atau yang sering disebut skripsi merupakan gerbang terakhir yang

BAB I PENDAHULUAN. itu secara fisik maupun secara psikologis, itu biasanya tidak hanya berasal

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada waktu dan tempat yang kadang sulit untuk diprediksikan. situasi

BAB I PENDAHULUAN. menyenangkan. Apalagi pada masa-masa sekolah menengah atas. Banyak alasan. sosial yang bersifat sementara (Santrock, 1996).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. manusia, ditandai dengan perubahan-perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyenangkan dan muncul dalam bermacam-macam bentuk dan tingkat kesulitan,

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa yang penuh konflik, karena masa ini adalah

I. PENDAHULUAN. istilah remaja atau adolenscence, berasal dari bahasa latin adolescere yang

BAB I PENDAHULUAN. pertengahan tahun (Monks, dkk., dalam Desmita, 2008 : 190) kerap

kalangan masyarakat, tak terkecuali di kalangan remaja. Beberapa kejadian misalnya; kehilangan orang yang dicintai, konflik keluarga,

BAB 1 PENDAHULUAN. Statistik (BPS) Republik Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki

2016 PROSES PEMBENTUKAN RESILIENSI PADA IBU YANG MEMILIKI ANAK PENYANDANG DOWN SYNDROME

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecil. Salah satunya adalah kepercayaan diri (Self Confidence). Kepercayaan diri

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti asuhan merupakan lembaga yang bergerak dibidang sosial untuk

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1. PENDAHULUAN. Gambaran resiliensi dan kemampuan...dian Rahmawati, FPsi UI, Universitas Indonesia

BAB V PEMBAHASAN. program bimbingan, pengajaran dan latihan dalam membantu peserta didik agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. luas. Fenomena ini sudah ada sejak dulu hingga sekarang. Faktor yang mendorong

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menyandang status sebagai mahasiswa dengan memasuki lingkungan

BAB IV HASIL PENELITIAN, ANALISIS, DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap orang pasti pernah mengalami masalah yang menjadi tekanan di

BAB I PENDAHULUAN. tersebut terbentang dari masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa, hingga masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. latin adolensence, diungkapkan oleh Santrock (2003) bahwa adolansence

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Destalya Anggrainy M.P, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

1. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang muncul pada saat atau sekitar suatu periode tertentu dari kehidupan individu

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak ke masa

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian (Latar Belakang Masalah) (WHO), Setiap tahun jumlah penderita kanker payudara bertambah sekitar tujuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan mental adalah keadaan dimana seseorang mampu menyadari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia saling berinteraksi sosial dalam usaha mengkomunikasikan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pengertian kejahatan dan kekerasan memiliki banyak definisi

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. orang disepanjang hidup mereka pasti mempunyai tujuan untuk. harmonis mengarah pada kesatuan yang stabil (Hall, Lindzey dan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tantangan dan masalah karena sifatnya yang sensitif dan rawan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dimana remaja merupakan populasi terbesar di Indonesia yang tercatat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori yang akan dibahas dalam bab ini adalah teori mengenai self-efficacy dan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sikap sikap dan keterampilan, serta peningkatan kualitas hidup menuju

BAB I PENDAHULUAN. dan pengurus pondok pesantren tersebut. Pesantren memiliki tradisi kuat. pendahulunya dari generasi ke generasi.

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KESTABILAN EMOSI PADA REMAJA PASCA PUTUS CINTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara Barat, istilah remaja dikenal dengan adolescence yang berasal

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah tahap umur yang datang setelah masa kanak-kanak berakhir,

BAB I PENDAHULUAN. individu yang ditandai dengan percepatan pertumbuhan fisik, emosional, dan

BAB II KAJIANPUSTAKA. (penderitaan) lainnya (Smet, 1990 dalam Desmita, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meninggalnya seseorang merupakan salah satu perpisahan alami dimana

BAB I PENDAHULUAN. jangka waktunya berbeda bagi setiap orang tergantung faktor sosial dan budaya.

STUDI KORELASI ANTARA SENSE OF HUMOR DENGAN TINGKAT STRESS PADA MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNPAD YANG SEDANG MENYUSUN USULAN PENELITIAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Khaulah Marhamah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

RESILIENSI PADA PENYANDANG TUNA DAKSA PASCA KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. mengidentifikasi kemungkinan faktor pemicu stres pada remaja. Bidang akademik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah-masalah ini akan mendorong tumbuh dan berkembangnya fisik, mental,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan salah satu fase krusial dalam

BAB I PENDAHULUAN. bagi masyarakat, karena banyakdari kaum laki-laki maupun perempuan, tua

BAB I PENDAHULUAN. namun akan lebih nyata ketika individu memasuki usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai tenaga kerja merupakan salah satu aset yang menentukan

Menurut Benard (1991), resiliensi memiliki aspek-aspek sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari skripsi yang akan membahas beberapa hal terkait penelitian, termasuk latar belakang penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi. A. Latar Belakang Penelitian Perilaku berpacaran adalah sebuah proses menjalankan suatu hubungan dimana dua orang bertemu dan melakukan serangkaian aktivitas bersama agar dapat mengenal satu sama lain (Degenova & Rice, 2005). Perilaku berpacaran bukanlah merupakan hal yang asing lagi di kalangan remaja (Desmita, 2015). Perilaku ini merupakan suatu bentuk upaya untuk mecapai hubungan baru yang lebih matang dengan lawan jenis (Hurlock, 1980). Awalnya, perilaku berpacaran di kalangan remaja menjadi langkah positif sebagai masa menuju pernikahan, namun sekarang ini justru rawan menimbulkan berbagai konflik (Setiawan, 2008). Salah satu konflik yang mungkin ditimbulkan dari perilaku berpacaran ini adalah putus cinta, ketika remaja mengalami putus cinta salah satu emosi umum yang dirasakan adalah kesedihan dan bahkan depresi (Reivich & Shatte, 2002). Sejalan dengan hasil survey yang dilakukan oleh Yulianingsih (2012) kepada 188 siswa SMK Batik 1 Surakarta, bahwa sebanyak 57,45% siswa mengalami kesedihan setelah mengalami putus cinta, bahkan hingga berbulan-bulan lamanya. Putus cinta sering dianggap sebagai suatu kondisi yang tidak menyenangkan dan menimbulkan berbagai tekanan. Keluhan fisik dan psikis muncul setelah mengalami putus cinta, keluhan-keluhan tersebut merupakan indikasi dari stres (Lolong, 2015). Stres akibat putus cinta yang dialami remaja, seringkali diperparah oleh tekanan yang datang dari lingkungan sosial seperti teman sebaya. Seperti yang diungkapkan oleh G (17) seorang siswi di salah satu SMA di kota Bandung yang mengaku merasa sedih ketika putus cinta dan menjadi jomblo (tidak memiliki pacar), sedangkan kawan-kawannya memiliki pacar. G mengaku dirinya sering mendapat sindiran dari kawannya dan merasa sirik jika melihat kawannya yang

2 berpacaran ketika mereka berkumpul dan bahkan ketika melihat foto kegiatan kawannya bersama pacarnya di media sosial seperti instagram, twitter dan path. Untuk beberapa kasus, keadaan stres seperti ini bahkan dapat memicu dilakukannya tindakan bunuh diri (Lester dalam Santrock, 2003), tercatat sejak bulan Januari hingga Juli 2012 sudah terjadi 20 kasus bunuh diri pada remaja di Indonesia dengan penyebab terbanyaknya adalah putus cinta (delapan kasus) (Rozaki, 2012). Untuk menaggulangi stres yang ditimbulkan akibat putus cinta, remaja membutuhkan kemampuan dalam mengatasi (overcome), melalui (steer through), dan bangkit kembali (bounce back) pada kondisi semula setelah mengalami kesulitan atau yang biasa disebut dengan resiliensi (Reivich, 2002). Individu yang resilien akan lebih mampu menghindari emosi-emosi yang tidak produktif dalam dirinya (Hughes, 2008). Remaja yang mengalami permasalahan seperti putus cinta, memerlukan resiliensi untuk mengatasi serta merespon secara positif dan memanfaatkan kondisi tidak menyenangkan seperti kesedihan untuk memperkuat diri, sehingga mampu mengubah kondisi tersebut menjadi hal yang wajar untuk di atasi (Suwarjo, 2008). Semakin tinggi resiliensi yang dimiliki individu, maka akan semakin rendah depresi yang dialami (Dewi, 2004), semakin tinggi coping pada individu (Rosyani, 2012; Bastian, 2012), dan semakin tinggi juga kecerdasan emosionalnya (Setyowati, 1010). Keberadaan resiliensi dalam diri individu akan mengubah suatu permasalahan menjadi tantangan, kegagalan menjadi kesuksesan serta ketidakberdayaan menjadi sebuah kekuatan. Individu akan mampu mengambil keputusan secara cepat dalam kondisi yang dianggapnya sulit dan mampu mengatasi berbagai permasalahan dengan cara mereka sendiri (Widuri, 2012). Adaptasi yang baik terhadap stres turut menjadi nilai positif dari keberadaan resiliensi (Holaday, 1997), karena individu yang memiliki resiliensi tinggi cenderung memiliki kontrol emosi yang baik sehingga mampu beradaptasi dengan situasi stres (Widuri, 2012). Individu yang memiliki resiliensi tinggi akan memiliki sense of humor yang tinggi pula (Wolin, 1993). Sense of humor merupakan kemampuan individu dalam

3 menikmati hidup dengan memperluas perspektif yang dimiliki, sehingga mampu menemukan sisi lucu dalam sebuah kejadian (Irwin, 2010). Sense of humor akan melindungi individu dari efek yang ditimbulkan oleh stressor (Svebak, 2006), dalam hal ini sense of humor berperan dalam proses merasakan, mengamati dan mempersepsikan permasalahan (Martin, 2007). Individu dengan sense of humor yang tinggi, cenderung lebih sedikit mengalami stres dibanding dengan sense of humor yang rendah (Abel, 2002; Sukoco, 2014). Hal tersebut dapat terjadi karena sense of humor akan mempengaruhi evaluasi dalam kehidupan individu, termasuk stres (Mauriello, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh Novandi memperkuat pernyataan di atas, bahwa sense of humor dapat membantu mengatasi konflik yang ada dalam diri remaja (Novandi, 2012). Usaha remaja dalam menghasilkan humor memang cenderung lebih besar dari usia lainnya demi memenuhi kebutuhannya secara sosial (Thorson & Powell, 1997). Menurut Alport (dalam Schultz, 2005) keberadaan sense of humor pun menjadi penanda individu dengan kesehatan mental yang baik. Penelitian terkait sense of humor dan resiliensi belum banyak ditemukan di Indonesia terutama pada remaja yang mengalami konflik putus cinta, oleh karena itu peneliti merasa tertarik untuk mengetahui hubungan antara sense of humor dengan resiliensi pada remaja pasca putus cinta. B. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka pertanyaan penelitian ini adalah: 1. Apakah terdapat hubungan antara sense of humor terhadap resiliensi pada remaja pertengahan pasca putus cinta? 2. Apakah terdapat hubungan antara dimensi-dimensi sense of humor dengan resiliensi pada remaja pertengahan pasca putus cinta?

4 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan pada pertanyaan penelitian yang sudah dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik, apakah terdapat hubungan antara sense of humor terhadap resiliensi pada remaja pasca putus cinta. D. Manfaat/Signifikansi Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian, penelitian ini diharapkan memiliki manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat yang diharapkan oleh peneliti yaitu: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan gambaran mengenai hubungan antara sense of humor terhadap resiliensi pada remaja. Selain itu, untuk menambah kajian literatur dan dapat menjadi acuan apabila di kemudian hari hendak dilakukannya penelitian serupa dengan dengan tingkatan yang lebih tinggi oleh peneliti lainnya. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi bagi remaja pertengahan untuk mengetahui informasi mengenai sense of humor terhadap resiliensi. Hasil penelitian ini juga diharapakan dapat bermanfaat bagi pembaca (khususnya usia remaja) guna mengetahui peranan humor dan resiliensi yang bisa digunakan dalam kehidupannya sehari-hari. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini dapat dijadikan sebagi sumber informasi mengenai sense of humor, resiliensi, dan hubungan antara keduanya. E. Struktur organisasi skripsi Struktur organisasi skripsi ini dibagi menjadi lima bab, yaitu sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab ini merupakan bab perkenalan yang menguraikan tentang hal-hal yang melatarbelakangi penelitian dan penyusunan skripsi yang dibahas. Bagian

5 pendahuluan ini berisi latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. 2. Bab II Landasan Teori Berisi konteks yang jelas terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian, yaitu definisi rasa humor, dimensi-dimensi dalam rasa humor, definisi resiliensi, dimensi-dimensi dalam resiliensi. 3. Bab III Metode Penelitian Berisi penjelasan tentang bagaimana peneliti merancang alur penelitiannya dari mulai pendekatan penelitian yang digunakan, instrumen yang digunakan, tahapan pengumpulan data yang dilakukan, hingga langkahlangkah analisis data yang dijalankan. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Konten metode penelitian terdiri dari desain penelitian, responden, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur penelitian, serta analisis data. 4. Bab IV Hasil Dan Pembahasan Berisi temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian dan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. 5. Bab V Simpulan Dan Saran Berisi penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil temuan penelitian. Implikasi merupakan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian tersebut, dan saran terhadap masalah yang belum terselesaikan sebagai pengembangan dan perbaikan-perbaikan tentang kasus penelitian ini.