PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANIL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TIPE 2024

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POLA DIFRAKSI PADA INGOT PADUAN Zr-1%Sn1%Nb-0,1%Fe DAN Zr- 1%Sn-1%Nb-0,1%Fe-0,5%Mo

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH WAKTU PEMANASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR FASA PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

Pengaruh Temperatur Heat-Treatment terhadap Kekerasan dan Struktur Mikro Paduan Al-Fe-Ni

PENENTUAN STRUKTUR KRISTAL AlMg 2 ALLOY DENGAN DIFRAKSI NEUTRON

PENGARUH TEKANAN INJEKSI PADA PENGECORAN CETAK TEKANAN TINGGI TERHADAP KEKERASAN MATERIAL ADC 12

KARAKTERISASI PADUAN AlFeNiMg HASIL PELEBURAN DENGAN ARC FURNACE TERHADAP KEKERASAN

PENGARUH KANDUNGAN NIOBIUM TERHADAP MIKROSTRUKTUR, KOMPOSISI KIMIA DAN KEKERASAN PADUAN Zr Nb Fe Cr

ANALISA PENGARUH PENGECORAN ULANG TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMUNIUM ADC 12

FORMASI FASA DAN MIKROSTRUKTUR BAHAN STRUK- TUR PADUAN ALUMINIUM FERO-NIKEL HASIL PROSES SINTESIS

IDENTIFIKASI Fase KOMPOSIT OKSIDA BESI - ZEOLIT ALAM

ANALISIS KUALITATIF DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK DIFRAKSI SINAR X PADA PENAMBAHAN UNSUR Zr TERHADAP PEMBENTUKAN FASA PADUAN U-Zr

Analisa Pengaruh Aging 450 ºC pada Al Paduan dengan Waktu Tahan 30 dan 90 Menit Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis

PENGARUH KANDUNGAN Si TERHADAP MIKROSTRUKTUR DAN KEKERASAN INGOT Zr-Nb-Si

PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP SIFAT BAHAN PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL

Tekstur Bidang Geser (111) pada Pelat Aluminium A1100P dengan Berbagai Rasio Pengerolan Dingin Berpengaruh terhadap Kekuatan Tarik

PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA REGANGAN DAN TEGANGAN SISA. PADUAN Zr-1%Sn-1%Nb-1%Fe

PROSES MANUFACTURING

BAB I PENDAHULUAN. Aluminium (Al) adalah salah satu logam non ferro yang memiliki. ketahanan terhadap korosi, dan mampu bentuk yang baik.

Kaidah difraksi sinar x dalam analisis struktur kristal KBr

STUDI PENGARUH TEMPERATUR DAN WAKTU AGING TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN MIKROSTRUKTUR KOMPOSIT

PENGARUH VARIASI PELARUT ANTARA AMONIAK DAN AQUADES TERHADAP KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR-X BAHAN SnO2. Posman Manurung

ANALISIS HASIL PENGECORAN ALUMINIUM DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGINAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH TEMPERATUR TUANG DAN KANDUNGAN SILICON TERHADAP NILAI KEKERASAN PADUAN Al-Si

Gambar 1.1. Rear Axle Shaft pada mobil diesel disambung dengan pengelasan. (

SINTESIS SERBUK MgTiO 3 DENGAN METODE PENCAMPURAN DAN PENGGILINGAN SERBUK. Abstrak

PENCIRIAN PADUAN ALUMINIUM-BESI-NIKEL SEBAGAI KELONGSONG ELEMEN BAICAR BERDENSITAS TINGGI ASEP ARY RAMMELYADI

PREPARASI ULTRA FINE-GRAINED PADUAN HIDRIDA LOGAM SISTEM Mg-Fe MENGGUNAKAN TEKNIK MECHANICAL MILLING UNTUK HYDROGEN STORAGE

ORIENTASI KRISTALIT BAJA SILIKON INTI TRANSFORMATOR

Galuh Intan Permata Sari

350 0 C 1 jam C. 10 jam. 20 jam. Pelet YBCO. Uji Konduktivitas IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Ba(NO 3 ) Cu(NO 3 ) 2 Y(NO 3 ) 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENENTUAN TEKSTUR LEMPENG AlMg2 DAGIAN PENUTUP KELONGSONG ELEMEN DAKAR NUKLIR DENGAN METODE DIFRAKSI NEUTRON

ANALISIS STRUKTUR MIKRO CORAN PENGENCANG MEMBRAN PADA ALAT MUSIK DRUM PADUAN ALUMINIUM DENGAN CETAKAN LOGAM

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ANALISA PENGARUH SOLUTION TREATMENT PADA MATERIAL ALUMUNIUM TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH Cu PADA PADUAN Al-Si-Cu TERHADAP PEMBENTUKAN STRUKTUR KOLUMNAR PADA PEMBEKUAN SEARAH

PENGARUH PENAMBAHAN TEMBAGA (Cu) TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PADUAN ALUMINIUM-SILIKON (Al-Si) MELALUI PROSES PENGECORAN

PENGEMBANGAN PADUAN AlFeNi SEBAGAI BAHAN STRUKTUR INDUSTRI NUKLIR

PENGARUH PUTARAN TERHADAP LAJU KEAUSAN Al-Si ALLOY MENGGUNAKAN METODE PIN ON DISK TEST

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA Sigit Gunawan 1 ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN 10%wt Mg DAN KECEPATAN MILLING TERHADAP PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN SIFAT MEKANIK PADUAN Al-Mg

Perbaikan Sifat Mekanik Paduan Aluminium (A356.0) dengan Menambahkan TiC

TINJAUAN MIKROSTRUKTUR, STRUKTUR KRISTAL, DAN KRISTALIT PERTUMBUHAN FASA Mg 2 Al 3 HASIL MECHANICAL ALLOYING

BAB I PENDAHULUAN. digunakan dan dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari, baik kalangan

PERUBAHAN STRUKTUR MIKRO DAN KEKERASAN PADUAN Co-Cr-Mo-C-N PADA PERLAKUAN AGING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari hingga Mei 2012 di Laboratorium. Fisika Material, Laboratorium Kimia Bio Massa,

BAB III METODE PENELITIAN

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

ANALISA PENGARUH AGING 400 ºC PADA ALUMINIUM PADUAN DENGAN WAKTU TAHAN 30 DAN 90 MENIT TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

EFEK PERLAKUAN PANAS AGING TERHADAP KEKERASAN DAN KETANGGUHAN IMPAK PADUAN ALUMINIUM AA ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. tinggi,menyebabkan pengembangan sifat dan karakteristik aluminium terus

PENGUKURAN SIFAT TERMAL ALLOY ALUMINIUM FERO NIKEL MENGGUNAKAN ALAT DIFFERENTIAL THERMAL ANALYZER

METODE SOL-GEL RISDIYANI CHASANAH M

SINTESIS PADUAN ALUMINIUM FERO NIKEL SEBAGAI BAHAN STRUKTUR CLADDING ELEMEN BAKAR NUKLIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Pengaruh Penuaan Terhadap Karakteristik Paduan Ingat Bentuk Nitinol

PENGARUH IRADIASI-γ TERHADAP REGANGAN KISI DAN KONDUKTIVITAS IONIK PADA KOMPOSIT PADAT (LiI) 0,5 (Al 2 O 3.4SiO 2 ) 0,5

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

Peningkatan Sifat Mekanik Paduan Aluminium A356.2 dengan Penambahan Manganese (Mn) dan Perlakuan Panas T6

14. Magnesium dan Paduannya (Mg and its alloys)

PENGEMBANGAN MEKANISME DAN KUALITAS PRODUKSI SEPATU KAMPAS REM BERBAHAN ALUMUNIUM DAUR ULANG DENGAN METODE PENGECORAN SQUEEZE

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH WAKTU PENAHANAN PROSES SINTERING TERHADAP NILAI KEKERASAN PRODUK EKSTRUSI PANAS DARI BAHAN BAKU GERAM ALUMINIUM HASIL PROSES PERMESINAN

ANALISA PERBEDAAN SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADA PISTON HASIL PROSES PENGECORAN DAN TEMPA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai selesai. Penelitian dilakukan

Studi Pengaruh Temperatur Tuang Terhadap Sifat Mekanis Pada Pengecoran Paduan Al-4,3%Zn Alloy

VARIASI PENAMBAHAN FLUK UNTUK MENGURANGI CACAT LUBANG JARUM DAN PENINGKATAN KEKUATAN MEKANIK

Momentum, Vol. 10, No. 2, Oktober 2014, Hal ISSN

ANALISIS FASA MINOR DENGAN TEKNIK DIFRAKSI NEUTRON

Heat Treatment Pada Logam. Posted on 13 Januari 2013 by Andar Kusuma. Proses Perlakuan Panas Pada Baja

PENGARUH PENAMBAHAN Mg DAN PERLAKUAN PANAS TERHADAP SIFAT FISIK MEKANIK KOMPOSIT MATRIKS ALUMINIUM REMELTING PISTON BERPENGUAT SiO 2

Pengaruh Milling Time Terhadap Pembentukan Fasa γ-mgal Hasil Mechanical Alloying

TEMPERATUR TRANSFORMASI FASA SHAPE MEMORY ALLOY - TiNi HASIL PEMADUAN TEKNIK ARC-MELTING

PENGARUH VARIASI WAKTU PENAHANAN TERHADAP KEKERASAN PERMUKAAN, STRUKTUR MIKRO DAN LAJU KOROSI PADA ALUMINIUM 6061 DENGAN METODE UJI JOMINY

1 BAB I PENDAHULUAN. Salah satu industri yang cukup berkembang di Indonesia saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kelompok Boron dalam unsur kimia (Al-13) dengan massa jenis 2,7 gr.cm-

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan kamera yang dihubungkan dengan komputer.

BAB II KERANGKA TEORI

KARAKTERISASI BAJA ARMOUR HASIL PROSES QUENCHING DAN TEMPERING

KETAHANAN KOROSI BAHAN STRUKTUR AlMg-2 DALAM MEDIA AIR PASCA PERLAKUAN PANAS DAN PENDINGINAN

PENGARUH NITROGEN TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO PADUAN IMPLAN Co-28Cr-6Mo-0,4Fe-0,2Ni YANG MENGANDUNG KARBON HASIL PROSES HOT ROLLING

BESI COR. 4.1 Struktur besi cor

Program Studi Teknik Mesin S1

PASI NA R SI NO L SI IK LI A KA

STUDI KEKUATAN IMPAK PADA PENGECORAN PADUAL Al-Si (PISTON BEKAS) DENGAN PENAMBAHAN UNSUR Mg

BAB I PENDAHULUAN. mengenai hubungan antara komposisi dan pemprosesan logam, dengan

TUGAS AKHIR PENGARUH ELEKTROPLATING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS ALUMINIUM PADUAN

EVALUASI BESAR BUTIR TERHADAP SIFAT MEKANIS CuZn70/30 SETELAH MENGALAMI DEFORMASI MELALUI CANAI DINGIN

PREPARASI DAN KARAKTERISASI PADUAN SEMIKONDUKTOR Sn(Se 0,6 Te 0,4 ) DENGAN METODE BRIDGMAN MELALUI VARIASI WAKTU PEMANASAN

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

PENGARUH MANUAL FLAME HARDENING TERHADAP KEKERASAN HASIL TEMPA BAJA PEGAS

OLIMPIADE SAINS NASIONAL 2010 BIDANG ILMU FISIKA

SINTESIS NANOPARTIKEL FERIT UNTUK BAHAN PEMBUATAN MAGNET DOMAIN TUNGGAL DENGAN MECHANICAL ALLOYING

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

+ + MODUL PRAKTIKUM FISIKA MODERN DIFRAKSI SINAR X

TUGAS AKHIR. BIDANG TEKNIK PRODUKSI DAN PEMBENTUKAN MATERIAL PENGARUH PENAMBAHAN LARUTAN MnCl2.H2O TERHADAP SIFAT MEKANIK PADUAN ALUMINIUM AA 7075

Transkripsi:

PENGARUH SUHU DAN WAKTU ANL TERHADAP TEKSTUR PADUAN Al TPE 2024 Adolf Asih Supriyanto Laboratorium Fisika, Prodi Teknik Mekatronika Politeknik Enjinering ndorama, Purwakarta Email: adolf@pei.ac.id ABSTRAK Telah dilakukan pengamatan pengaruh suhu dan waktu anil terhadap tekstur paduan Al tipe 2024. Pada penelitian ini digunakan paduan Al tipe 2024 dalam bentuk serbuk tanpa dianil dan 6 buah kubus dengan ukuran 8 8 8 mm 3 yang dianil pada suhu 200 o C dan 400 o C masing-masing selama 1, 5 dan 20 jam. Pengukuran tekstur dilakukan menggunakan difraksi sinar-x dengan panjang gelombang 1,78892 Å memakai metode gambar kutub invers. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tekstur paduan Al tipe 2024 berubah dengan meningkatnya suhu anil dan lamanya anil. Kata kunci: tekstur, anil, paduan alumunium, sinar-x, koefisien tekstur. ABSTRACT t was done observation the effect of temperature and time of annealing on the texture of 2024 type Al alloys. n this experiment were used powder and 6 pieces cube of this alloys with size 8 8 8 mm 3. The powder was not annealed and six pieces cube were annealed at temperature 200 o C and 400 o C for 1, 5 and 20 hours respectively. Texture measurement was done using X-ray diffraction with wave length of 1.78892 Å and inverse pole figure methode. The results showed that the texture of 2024 type Al alloy change with increasing temperature and time of annealing. Keywords: texture, annealed, aluminium alloy, x-ray, texture coefficient. 1. PENDAHULUAN Sebagian besar logam atau paduan logam yang biasa digunakan dalam industri adalah merupakan polikristal yang terdiri dari banyak kristal tunggal seterusnya disebut kristalit atau butir yang dibatasi oleh batas butir [1]. Umumnya masing masing butir mempunyai orientasi yang berbeda dengan tetangganya. Dengan kata lain setiap butir kristal mempunyai arah <uvw> yang berbeda-beda dengan arah tetangganya sehingga terdistribusi secara acak. Namun demikian, logam atau paduan logam untuk keperluan industri umumnya telah mengalami berbagai perlakuan mekanis dan termal sehingga didalam bahan tersebut butir kristalnya memiliki kecenderungan mengarah ke suatu arah tertentu. Jika kondisi tersebut telah dicapai oleh suatu logam atau paduan logam maka dapat dikatakan bahwa logam atau paduan logam tersebut memiliki tekstur [2-3]. Tekstur dari bahan logam atau paduan logam dapat terjadi ketika proses pembuatan bahan tersebut. Dalam proses pembuatan, logam atau paduan logam mengalami perlakuan mekanik dan panas maupun keduannya. Perlakuan mekanik dapat menimbulkan tekstur, karena kecenderungan kristalit berputar selama deformasi plastik sebagai akibat gaya-gaya yang kompleks. Sedangkan perlakuan panas atau proses anil dapat juga menimbulkan tekstur, karena tekstur yang sudah ada dikristalkan kembali dengan cara dipanaskan kemudian didinginkan secara perlahan-lahan. Distribusi orientasi kristalit yang baru ini biasanya memiliki tekstur yang berbeda dengan bahan asalnya [4]. Tekstur suatu bahan polikristal menarik untuk dipelajari, karena umumnya tekstur bahan tersebut berkaitan dengan sifat anisotropi bahan dan sifat-sifat fisisnya. Adapun sifat-sifat fisis tersebut adalah sifat-sifat elektrik, magnenik, korosi dan sebaginya. Sifat-sifat tersebut secara tidak langsung dapat diperoleh melalui pengukuran pola tekstur [5]. Ada beberapa cara untuk menentukan tekstur suatu bahan logam atau paduan logam, salah satu diantaranya adalah dengan menggunakan teknik difraksi baik difraksi neutron maupun sinar-x. Dengan menggunakan teknik difraksi tekstur dapat dinyatakan dengan gambar kutub langsung dan gambar kutub balik [2]. Dalam penelitian ini kajian dilakukan terhadap paduan alumunium untuk menentukan tekstur dengan gambar kutub invers. Sering dijumpai bahwa bahan-bahan struktur dalam pesawat terbang, kapal laut, kereta api, truk, bis, mobil, kantor, rumah tangga dan sebaginya adalah terbuat dari paduan alumunium. Malahan hampir 61

semua bahan yang dianggap aluminium sebenarnya adalah paduan aluminium. Bahan paduan alumunium banyak digunakan karena bahan tersebut memiliki sifat-sifat yang cukup baik diantaranya mudah dibuat, cukup ringan, tahan korosi dan stress [6-7]. Pada penlitian ini digunakan bahan paduan Al tipe 2024 yang berbentuk pelat dengan tebal 8 mm. Kegunaan bahan ini adalah sebagai bahan piston dan rangka untuk pesawat terbang. Tujuan dari penelitian ini adalah mengamati pengaruh suhu dan waktu lamanya anil terhadap tekstur paduan Al tipe 2024 dengan menggunakan teknik difraksi sinar-x. Pada penelitian ini suhu anil adalah 200 o C dan 400 o C masing-masing selama 1, 5 dan 20 jam. 2. TEOR Pengukuran tekstur paduan Al tipe 2024 menggunakan metode gambar kutub invers (invers pole figure) dengan difraksi sinar-x. Didalam penghitungan tekstur metode ini akan membandingkan intensitas dari puncak-puncak pola difraksi cuplikan berbentuk kubus dari bahan paduan Al tipe 2024 dengan puncak-puncak pola difraksi cuplikan serbuk paduan Al tipe 2024. Perbandingan tersebut biasa disebut dengan nilai koefisien tekstur (TC) seperti yang ditunjukkan dalam persamaan 1 sebagai berikut [8-9]: TC = 1 n n ( hkl) s( hkl) ( hkl) 1 s( hkl) dengan: TC = nilai koefisien tekstur (hkl) = intensitas cuplikan berbentuk pelat untuk bidang (hkl) s(hkl) = intensitas cuplikan berbentuk serbuk untuk bidang (hkl) n = banyaknya puncak pola difraksi sinar-x yang diamati 3. METODOLOG PENELTAN 3.1 Bahan Dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paduan Al tipe 2024 berbentuk pelat dengan tebal 8 mm. Adapun komposisi paduan ini dalam persen atom adalah 93,5% Al, 4,4% Cu, 1,5% Mg dan 0,6% Mn. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah difraktometer sinar-x dengan panjang gelombang 1,78892 Å, tungku pemanas, jam atau pencatat waktu, penjepit, kikir, gergaji, perekat, ayakan, kertas putih dan ampelas. 3.2 Tata kerja Cuplikan berbentuk serbuk dari bahan paduan Al tipe 2024 disiapkan dengan cara mengkikir bagian ujung dari bahan tersebut menggunakan alat kikir dan ditampung pada sehelai kertas putih. Seterusnya hasilnya diayak untuk memperoleh serbuk dari bahan paduan Al tipe 2024, dan serbuk ini tanpa dianil. Cuplikan berbentuk kubus dari bahan paduan Al tipe 2024 diperoleh dengan cara bahan tersebut dipotong sebanyak 6 buah dengan masing-masing berukuran 8 8 8 mm 3 seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 1. Untuk menghilangkan oksida semua cuplikan kubus diampelas dan kemudian dianil dengan kondisi anil seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1. Setelah dianil cuplikan berbentuk kubus diampelas lagi, untuk menghilangkan oksida akibat pemanasan (anil). Arah normal (1) 8 mm Arah canai 8 mm 8 mm Gambar 1. Cuplikan Berbentuk Kubus Paduan Al tipe 2024 62

Tabel 1. Kondisi anil cuplikan kubus paduan Al tipe 2024 No. Kondisi anil Suhu, o C Waktu, jam 1. 200 1 2. 200 5 3. 200 20 4. 400 1 5. 400 5 6. 400 20 Semua cuplikan baik cuplikan serbuk maupun kubus paduan Al tipe 2024 diambil pola difraksi menggunakan difraktometer sinar-x. Khusus untuk cuplikan berbentuk kubus diambil pola difraksi pada sisi (arah) normal dan canai. Seterusnya nilai koefisien tekstur untuk masing-masing cuplikan kubus paduan Al tipe 2024 pada arah normal dan canai dihitung dengan menggunakan persamaan 1 di atas. Nilai koefisien tekstur tersebut diplotkan kedalam gambar kutub standar untuk memperoleh kontur teksturnya. Terakhir dilakukan analisis terhadap tekstur yang diperoleh. 4. HASL DAN PEMBAHASAN Gambar 2 menunjukkan difraksi serbuk dari paduan Al tipe 2024. Dalam Gambar 2 terdapat 4 puncak utama yaitu adalah, (200), (220) dan [1]. Gambar 2. Bentuk Pola Difraksi Cuplikan Serbuk Paduan Al Tipe 2024 Nilai koefisien tekstur dihitung dengan menggunakan persamaan 1 untuk keempat puncak yang ada yaitu, (200), (220) dan dan hasil yang diperoleh ditunjukkan dalam Tabel 2 dan 3. Tabel 2 dan 3 berturut-turut adalah data nilai TC arah normal dan canai bagi bahan paduan Al tipe 2024 dengan berbagai kondisi anil. Dari Tabel 2, nilai koefisien tekstur terbesar untuk arah normal terjadi pada cuplikan yang dianil pada suhu 200 o C selama 1 jam pada bidang (200) dengan nilai TC adalah 1,718 dan suhu 400 o C selama 1 jam pada bidang (220) dengan nilai TC adalah 1,766. Sedangkan untuk arah canai, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 3, nilai koefisien tertinggi terjadi pada cuplikan yang dianil pada suhu 200 o C selama 20 jam pada bidang (220) dengan nilai TC adalah 2,601 dan suhu 400 o C selama 20 jam pada bidang (200) dengan nilai TC adalah 2,273. Hkl 111 200 220 311 Tabel 2. Nilai koefisien tekstur arah normal untuk bahan paduan Al tipe 2024 Hkl 111 200 220 311 200 o C 400 o C 1 jam 5 jam 20 jam 1 jam 5 jam 20 jam 79 37 1,317 36 0,859 0,896 1,718 0,799 21 0,519 0,619 15 0,789 1,161 0,613 1,766 0,802 1,236 1,113 1,702 1,649 1,379 1,721 1,553 Tabel 3. Nilai koefisien tekstur arah canai untuk bahan paduan Al tipe 2024. 200 o C 400 o C 1 jam 5 jam 20 jam 1 jam 5 jam 20 jam 1,002 06 0,533 27 45 0,538 14 0,000 0,596 0,264 0,106 2,273 1,195 2,291 2,601 2,191 1,638 35 0,888 1,402 0,271 1,118 1,811 0,755 63

Namun, apabila nilai koefisien tekstur TC dari bahan paduan Al tipe 2024 yang dianil pada suhu 200 o C terhadap waktu dituangkan kedalam bentuk gambar kutub invers, maka hasil tekstur untuk arah normal dapat ditampilkan seperti dalam Gambar 3. 1,3 1,1 0,8 1,7 1,2 1,6 0,6 1,7 0,8 (a) (b) (c) Gambar 3. Kontur Tekstur Arah Normal Untuk Paduan Al Tipe 2024 Yang Dianil Pada Suhu 200 o c Selama : (a) 1 Jam, (b) 5 Jam Dan (c) 20 Jam Pada awalnya paduan Al tipe 2024 dianil pada suhu 200 o C selama 1 jam memiliki tekstur yang cenderung mengarah ke [100] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3(a). Apabila lama anil dinaikkan menjadi 5 jam, pola tekstur berubah dan mengarah ke [311]. Seterusnya jika waktu anil menjadi 20 jam tekstur yang diperoleh tetap sama dan mengarah ke [311] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 3(b) dan 3(c). Sedangkan untuk arah canai, kontur tekstur dari bahan paduan Al tipe 2024 yang dianil pada suhu 200 o C terhadap waktu ditunjukkan dalam Gambar 4. Pada awalnya, paduan Al tipe 2024 dianil pada suhu 200 o C selama 1 jam memiliki tekstur yang cenderung mengarah ke [110] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4(a). Apabila waktu anil dinaikkan menjadi 5 dan 20 jam pada suhu 200 o C, pola tekstur tetap tidak berubah dan tekstur tetap mengarah ke [110] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 4(b) dan 4(c). 1,0 0,5 1,2 1,4 2,3 2,6 0,0 0,6 (a) (b) (c) Gambar 4. kontur Tekstur Arah Canai Untuk Paduan Al Tipe 2024 Yang Dianil Pada Suhu 200 o c Selama : (a) 1 Jam, (b) 5 Jam Dan (c) 20 Jam Dari uraian pada Gambar 3 dan 4 di atas dapat diperoleh tekstur seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 4. Pada Tabel 4 terlihat adanya pola kecenderungan membentuk tekstur dari <110> setelah dianil selama 1 jam berubah menjadi <110> setelah dianil selama baik 5 ataupun 20 jam pada suhu 200 o C. Di sini terlihat bahwa semakin lama waktu anil semakin kuat tekstur mengarah <110>. Hal ini menunjukkan bahwa sifat anisotropi dari paduan Al tipe 2024 tidak berubah apabila paduan ini dianil pada suhu 200 o C dengan waktu yang semakin lama. 64

Tabel 4. Tekstur paduan Al tipe 2024 yang dianil pada suhu 200 o C No. Waktu anil, jam Tekstur 1. 2. 3. 1 5 20 <110> <110> <100> Jika suhu anil dinaikkan menjadi 400 o C, maka gambar perubahan kontur tekstur terhadap lamanya anil dari bahan paduan Al tipe 2024 untuk arah normal ditunjukkan dalam Gambar 5. Pada Gambar 5(a) menunjukkan gambar kontur tekstur bahan ini untuk arah normal yang dianil pada suhu 400 o C selama 1 jam. Dari gambar tersebut terlihat bahwa kontur cenderung mengarah ke [110]. Apabila lamanya anil ditambah menjadi 5 jam, maka kontur berubah dan cenderung mengarah ke [311] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5(b). Namun, apabila lamanya anil diperbesar lagi menjadi 20 jam, maka kontur tetap tidak berubah yakni mengarah ke [311] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 5(c). 1,4 1,8 1,7 0,8 1,6 1,2 0,5 0,6 (a) (b) (c) Gambar 5. Kontur Tekstur Arah Normal Untuk Paduan Al Tipe 2024 Yang Dianil Pada Suhu 400 o C Selama: (a) 1 Jam, (b) 5 Jam dan (c) 20 Jam Gamabr 6 menunjukkan perubahan kontur tekstur terhadap lamanya anil pada suhu 400 o C untuk arah canai bagi bahan paduan Al tipe 2024. Pada Gambar 6 terlihat bahwa kontur tekstur berubah dengan berubahnya lamanya anil pada suhu 400 o C. Pada awal proses anil selama 1 jam kontur tekstur cenderung mengarah ke [110] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6(a). Apabila waktu anil ditambah menjadi 5 jam kontur tekstur berubah dan cenderung mengarah ke [311] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6(b). Kemudian, apabila waktu anil diperbesar menjadi 20 jam, maka kontur tekstur berubah dan cenderung mengarah ke [100] seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 6(c). 1,1 2,1 1,8 1,6 0,7 0,1 2,2 (a) (b) (c) Gambar 6. Kontur Tekstur Arah Canai Untuk Paduan Al Tipe 2024 Yang Dianil Pada Suhu 400 o c Selama: (a) 1 Jam, (b) 5 Jam dan (c) 20 Jam 65

Dari Gambar 5 dan 6 serta uraian di atas maka dapat diperoleh hasil bahwa perubahan tekstur bahan paduan Al tipe 2024 terhadap lamanya anil pada suhu 400 o C ditunjukkan seperti dalam Tabel 7. Pada waktu dianil selama 1 jam pada temperatur 400 o C atom-atom mulai bergerak membentuk susunan baru dengan tekstur <110>. Jika waktu anil diperbesar menjadi 5 jam, atom-atom kembali bergerak membentuk susunan baru lagi dengan tekstur <311>. Kemudian waktu anil ditambah lagi menjadi 20 jam, atom-atom kembali bergerak membentuk susunan yang lebih baru lagi dengan tekstur <100>. Hal ini menunjukkan bahwa sifat anisotropi bahan paduan Al tipe 2024 berubah dengan berubahnya waktu lamanya anil. 5. KESMPULAN Tabel 7. Tekstur paduan Al tipe 2024 yang dianil pada temperatur 400 o C No. Waktu anil Tekstur 1. 2. 3. 1 jam 5 jam 20 jam <110> <310> <100> Dari hasil penelitian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Paduan Al tipe 2024 yang dianil pada suhu 200 o C semakin lama waktu anil semakin kuat tekstur mengarah <110>. ni menunjukkan bahwa sifat anisotropi dari paduan Al tipe 2024 tidak berubah apabila paduan ini dianil pada suhu 200 o C dengan waktu yang semakin lama. 2) Jika suhu anil dinaikkan menjadi 400 o C tekstur paduan Al tipe 2024 cenderung memiliki tekstur yang berbeda terhadap waktu anil yang berbeda. Jika waktu anil adalah 1 jam maka bahan ini memiliki tekstur <110>. Jika waktu anil berubah menjadi 5 jam, tekstur berubah menjadi <311>. Jika waktu anil diperbesar menjadi 20 jam, tekstur berubah lagi menjadi <100>. ni menunjukkan bahwa sifat anisotropi dari paduan Al tipe 2024 berubah apabila paduan ini dianil pada suhu 400 o C dengan waktu yang semakin lama. DAFTAR PUSTAKA [1] Supriyanto, A. S. dan Kurnia, D. 2016. Pengaruh Rekristalisasi pada Gambar Kutub (0002) Paduan Ti~4%beratAl. Jurnal Momentum, Vol. 18(1): 47 52. [2] Amilius, Z. 1991. Penentuan Tekstur Pelat Aluminium dan Tembaga dalam Gambar Kutub dan Fungsi Distribusi Orientasi Kristalit dengan Cara Difraksi Neutron. Pusat Penelitian Teknik Nuklir, Badan Tenaga Atom Nasional. [3] Sutiarno. 1987. Tekstur Zircaloy-4 Pelat Secara Kuantitatif. Tugas Akhir S-1, Jurusan Fisika, MPA, TB, Bandung. [4] Mukhopadhyay, P and Verma, A. K. 2010. Development of Cube Recrystallisation Texture and Microstructure of an Aluminium Alloy Suitable for Cartridge Case Manufacturing. Defence Science Journal 60(3): 330 336. [5] Cullity, B.D. 1987. Element of X-ray diffraction. New York, Addison Wesley, USA. [6] Hernández Rivera, J.L., Cruz Rivera, J.J., Paz del Ángel, V., Garibay Febles, V., Coreño Alonso, O. and Martínez-Sánchez, R. 2012. Structural and morphological study of a 2024 Al Al 2 O 3 composite produced by mechanical alloying in high energy mill. Materials and Design 37 (2012) 96 101. [7] Hafeez Ahamed and Senthilkumar, V. 2010. Role of nano-size reinforcement and milling on the synthesis of nano-crystalline aluminium alloy composites by mechanical alloying.journal of Alloys and Compounds 505: 772 782. [8] Bahrum, E. S., dkk, 1998. Texture Kawat Paduan Aluminium. Prosiding Pertemuan lmiah Sains Materi, PPSM-Batan, Serpong, 86 89. [9] Mohtar dan Gunawan, Oktober 1989. Kecenderungan Orientasi Kristalit Ferit Pasaran dengan Kode Warna Hijau. Proceedings Seminar Seperempat Abad Reaktor Nuklir Mengabdi lmu Pengetahuan dan Teknologi, PPTN-Batan, 227 230. 66