BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Rokok sudah dikenal manusia sejak 1.000 tahun sebelum Masehi. Sejak setengah abad yang lalu telah diketahui bahwa merokok dapat mengganggu kesehatan pada perokok itu sendiri maupun orang-orang di sekitarnya yang menghirup asap rokok. Asap rokok mengandung banyak racun yang berbahaya bagi kesehatan yaitu lebih dari 4.000 macam racun yang 69 diantaranya bersifat karsinogenik (zat yang menyebabkan kanker) bagi manusia. Asap rokok sama berbahayanya bagi orang bukan perokok yang menghirup asap rokok (disebut perokok pasif) maupun bagi perokok itu sendiri (Wijaya, 2011). Menurut WHO jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1 milyar yang terdiri dari 47% pria, 12% wanita dan 49% anak-anak (Wahyono, 2010). Hampir 80% dari jumlah tersebut (satu milyar perokok tinggal di negara berkembang). Jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat sebesar 1,6 milyar pada tahun 2025 (Sumarna, 2009). Salah satu negara berkembang adalah Indonesia. Pada tahun 2008 Indonesia menduduki posisi peringkat ketiga dengan jumlah perokok terbesar yakni 4,8% setelah China (30%) dan India (11,2%). Pada tahun 2007 Indonesia menduduki peringkat kelima untuk konsumen rokok terbesar yaitu sebanyak 239 milyar batang rokok setelah China (2163 milyar batang), Amerika Serikat (351 milyar batang), Rusia (331 milyar batang) dan Jepang (259 milyar batang) (Tobacco Atlas 2009) dan Indonesia juga menduduki peringkat ketiga setelah China dan India dalam kasus kematian akibat menghisap rokok. 1
Berdasarkan hasil survei Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia pada tahun 2007, sebanyak 1.127 orang meninggal setiap hari akibat rokok (TSSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia 2007). Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia yang tengah dihadapi. Perilaku merokok menjadi faktor risiko terjangkitnya penyakit kronis, seperti kanker, penyakit paru-paru dan penyakit kardiovaskular (WHO, 2013), selain itu perilaku merokok adalah faktor risiko utama yang secara global berperan dalam 6 dari 8 penyebab kematian utama di dunia (WHO, 2008) dan perilaku merokok juga menjadi faktor risiko terbesar pada Penyakit Tidak Menular (PTM) (Depkes, 2013). Menurut WHO, pada tahun 2005, PTM merupakan penyebab utama 58 juta kematian di dunia, meliputi penyakit jantung dan pembuluh darah (30%), penyakit pernafasan kronik dan penyakit kronik lainnya (16%), kanker (13%), dan diabetes melitus (2%) (Depkes, 2013). Rokok juga membunuh hampir enam juta orang pertahun dan lebih dari lima juta perokok berasal dari perokok aktif dan lebih dari 600.000 bukan perokok atau perokok pasif. Sekitar satu orang meninggal setiap enam detik akibat rokok (WHO, 2013). Pada tahun 2030 diperkirakan akan terjadi 10 juta kematian akibat rokok, dan 70% terjadi di negara berkembang (Dinkes, 2012) Jumlah perilaku merokok di Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Berawal dari tahun 1970 hingga 2000 tingkat konsumsi rokok di Indonesia meningkat tujuh kali lipat dari 33 milyar batang menjadi 217 milyar batang. Konsumsi rokok di Indonesia pada tahun 2005 mencapai 214 milyar batang, jumlah 2
tersebut meningkat menjadi 240 milyar batang pada tahun 2008 dengan jumlah perokok mencapai 60 juta. Apabila di rata-ratakan jumlah konsumsi rokok pada tahun 2008 mencapai 10,95 atau 10 hingga 11 batang rokok perhari (TSSC-IAKMI, Profil Tembakau Indonesia 2009). Perilaku merokok dapat di jumpai pada semua kalangan umur mulai dari anakanak, remaja, dewasa, bahkan lanjut usia. Berdasarkan hasil Riskesdas pada tahun 2010 prevalensi jumlah perokok di Indonesia secara nasional mencapai 34,7%. Prevalensi penduduk yang merokok pada kelompok umur 45-54 tahun sebesar 32,2% dan pada penduduk laki-laki umur 15 tahun ke atas sebanyak 54,1%. Prevalensi tertinggi pertama kali merokok pada kelompok umur 15-19 tahun (43,3%) dan 1,7% perilaku merokok ditemukan di kelompok umur 5-9 tahun (aidsina.org, 2011). Hasil Riskesdas tahun 2007, penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun merokok setiap hari sebanyak 27,2%, sedangkan yang terkadang merokok (tidak setiap hari) sebanyak 6,1 %, mantan perokok 3,7% dan yang tidak merokok sebanyak 63%. Jumlah tersebut meningkat pada tahun 2010 yaitu penduduk Indonesia yang berusia > 15 tahun merokok setiap hari sebanyak 28,2% sedangkan yang terkadang merokok (tidak setiap hari) sebanyak 6,5%, mantan perokok sebesar 5,4% dan yang tidak merokok sebesar 59,9% (Riskesdas 2010). Rata-rata jumlah konsumsi rokok orang dewasa adalah 10 batang per hari dan perempuan 7 batang per hari. Jumlah perokok laki-laki lebih tinggi (64% dan 65,9%) dibandingkan perempuan (4,95% dan 4,2%) sedangkan usia mulai merokok pada 3
anak-anak yang tertinggi pada usia 15-19 tahun mencapai 33,1% pada tahun 2007 dan 43,3% pada tahun 2010 (Riskesdas 2007 dan 2010). Di Indonesia perilaku merokok merupakan salah satu dari empat faktor risiko utama yang berperan dalam terjadinya kematian akibat PTM. Berdasarkan hasil Susenas 1995, kematian merokok akibat PTM ini terus meningkat dari persentase 41% pada tahun 1995 menjadi 59,5% pada tahun 2007 (Riskesdas, 2007). Selain itu, kematian yang disebabkan merokok di Indonesia pada tahun 2010 mencapai 190.260 orang atau sekitar 12,7% dari jumlah penduduk (www.krjogja.com, 2013). Menurut data Susenas pada tahun 2004, jumlah perokok aktif di D.I. Yogyakarta diperkirakan mencapai 34,5%. Jumlah perokok pada usia > 10 tahun ke atas sebesar 20,8% yang merupakan perokok setiap hari dan 7,0% yang merupakan perokok kadang-kadang (Riskesdas, 2010). Selain itu, berdasarkan hasil survei Dinas Kesehatan provinsi D.I.Yogyakarta pada tahun 2009 menunjukkan bahwa 50% remaja SMA dan 30% remaja SMP di D.I. Yogyakarta pernah mencoba rokok. Jumlah tersebut tentunya akan memberikan risiko tinggi terkena berbagai macam penyakit dan dapat merugikan orang-orang di sekitar orang merokok (perokok pasif) (Dinkes, 2012). Faktor risiko akibat perilaku merokok seperti penyakit jantung dan stroke termasuk dalam 10 penyakit penyebab kematian tertinggi di D.I. Yogyakarta. Berdasarkan analisis yang dilakukan tiga tahun terakhir dari data di seluruh rumah sakit di D.I. Yogyakarta menunjukkan bahwa penyakit seperti jantung dan stroke menempati urutan paling tinggi penyebab kematian. Pada tahun 2009, kematian 4
akibat penyakit tidak menular mencapai lebih dari 80% kematian akibat penyakit di D.I. Yogyakarta (Dinkes DIY, 2012). Beberapa upaya telah dilakukan untuk menanggulangi atau menurunkan jumlah perokok. Salah satu upayanya adalah dengan memberikan pendidikan kesehatan dalam upaya meningkatkan pengetahuan mengenai bahaya merokok karena pengetahuan memegang peranan penting dalam mengubah perilaku seseorang (Rosendahl et al, 2010). Survei terbaru menunjukkan bahwa mayoritas perokok seolah tidak peduli terhadap berbagai kemungkinan bahaya yang akan dialaminya akibat kebiasaan menghisap rokok (Cheryl et al, 2005). Hal ini serupa dengan penelitian yang telah di lakukan pada remaja di sekolah menengah seni rupa Yogyakarta mengenai hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang rokok, didapatkan bahwa sebagian siswa mempunyai tingkat pengetahuan baik tentang rokok dan bahaya rokok akan tetapi hal tersebut tidak ada hubungannya dengan sikap remaja dalam merokok (Ikasari, 2006). Akan tetapi masih perlunya penelitian lebih lanjut terkait gambaran pengetahuan masyarakat tentang rokok yang menjadi peranan penting dalam pembentukan sikap atau perilaku seseorang sehingga dapat merancang program intervensi yang efektif dalam menanggulangi masalah rokok di masyarakat. Pemerintah juga telah menegakkan peraturan mengenai Kawasan Tanpa Rokok (KTR) dalam PP No.19 tahun 2003 pasal 22 menyebutkan bahwa tempat umum, sarana kesehatan, tempat kerja dan tempat yang secara spesifik sebagai tempat proses belajar mengajar, arena kegiatan anak, tempat ibadah dan angkutan umum 5
dinyatakan sebagai kawasan tanpa rokok. Akan tetapi perilaku merokok masyarakat di tempat-tempat tersebut masih sering peneliti jumpai terutama dilingkungan Dusun Pogung Dalangan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti kepada kepala dukuh Dusun Pogung Dalangan, didapatkan bahwa sebagian besar penduduk Dusun Pogung Dalangan adalah perokok dan belum pernah mendapatkan penyuluhan kesehatan tentang rokok. Hal ini serupa dengan hasil observasi dan wawancara yang peneliti lakukan pada beberapa masyarakat di Dusun tersebut, yakni masih seringnya menjumpai masyarakat yang sedang berkumpul sambil menghisap rokok dan masih minimnya pengetahuan masyarakat mengenai bahaya merokok bagi dirinya sendiri atau orang disekitarnya. Survei yang dilakukan oleh Puskesmas Mlati 1 pada tahun 2012, bahwa faktor risiko akibat merokok yaitu PTM di wilayah kecamatan Mlati ini mencapai 2017 orang (Puskesmas Mlati 1, 2013). Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui bagaimana pengetahuan masyarakat tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan Kecamatan Sinduadi Mlati Kabupaten Sleman Yogyakarta. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan masalah Bagaimana gambaran pengetahuan masyarakat tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman Yogyakarta? 6
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan : 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan masyarakat tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan, Desa Sinduadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui pengetahuan dewasa pria tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan. b. Mengetahui pengetahuan dewasa wanita tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan. c. Mengetahui pengetahuan remaja tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan. d. Mengetahui pengetahuan tokoh masyarakat tentang rokok di Dusun Pogung Dalangan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat terhadap : 1. Peneliti Memperoleh pengalaman dalam hal mengadakan penelitian sehingga dapat mengembangkan potensi diri dalam masalah kesehatan terkait penanggulangan masalah merokok di masyarakat 7
2. Institusi pendidikan Menjadi bahan bacaan dan menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal perkembangan masalah merokok dan upaya pencegahan perilaku merokok pada masyarakat. 3. Masyarakat Memberikan informasi mengenai gambaran pengetahuan tentang rokok di suatu masyarakat sehingga dapat melaksanakan upaya pencegahan dan penghentian perilaku merokok dalam rangka mengurangi jumlah perokok sehingga dapat terwujud kesehatan masyarakat. 4. Pemerintah Memberikan informasi terkait pengetahuan masyarakat mengenai rokok sehingga dapat meningkatkan upaya penanggulangan masalah rokok pada masyarakat. 5. Perawat Komunitas Memberikan informasi dan sebagai bahan acuan dalam hal membentuk tindakan yang tepat atau pendekatan yang tepat untuk menanggulangi masalah merokok di masyarakat. E. Keaslian penelitian Sepengetahuan peneliti, penelitian mengenai gambaran pengetahuan tentang merokok di masyarakat belum pernah dilakukan. Adapun penelitian-penelitian yang serupa antara lain : 8
1. Gustiana, M (2007) : Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Merokok di SMP Muhammadiyah Imogiri dan SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik cross sectional dengan menggunakan sampel 248 orang yaitu 124 orang SMP Muhammadiyah Imogiri dan 124 orang SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta. Hasil dari penelitian ini adalah sebagian besar responden memiliki tingkat pengetahuan yang baik tentang merokok dan terdapat perbedaan tingkat pengetahuan dan sikap remaja tentang merokok antara SMP Muhammadiyah Imogiri dan SMP Muhammadiyah 6 Yogyakarta, akan tetapi pada penelitian ini tidak dijelaskan bahwa adanya hubungan antara pengetahuan dan sikap. Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada variabel, sampel dan metode yang digunakan. Peneliti hanya menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan dengan sampel masyarakat Dusun Pogung Dalangan. Selain itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif di lengkapi dengan data kualitatif dari hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. 2. Ikasari, D (2006) : Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Remaja Tentang Merokok di Sekolah Seni Rupa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasional dengan pendekatan kuantitatif dan rancangan cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah 66 orang siswa kelas 1 dan kelas 2 sekolah menengah seni Yogyakarta. Hasilnya adalah sebagian siswa mempunyai tingkat pengetahuan yang baik tentang merokok dan bahayanya bagi kesehatan serta tidak terdapat 9
hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap remaja tentang rokok. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan peneliti adalah pada variabel, sampel dan metode yang digunakan. Peneliti hanya menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan dengan sampel masyarakat Dusun Pogung Dalangan. Selain itu peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif di lengkapi dengan data kualitatif dari hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. 3. Rosendahl, K, Ingvar et al (2005) : Knowledge About Tobacco and Subsequent Use of Cigarettes and Smokeless Tobacco Among Swedish Adolescents. Penelitian ini merupakan studi kohort prospektif. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah 2581 remaja (1285 laki-laki dan 1296 perempuan). Hasilnya adalah tidak ada hubungan antara pengetahuan remaja tentang tembakau dengan penggunaan tembakau di masa depan. Adapun perbedaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah pada setting, variabel, sampel dan metode yang digunakan. Peneliti hanya menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan dengan sampel masyarakat di Dusun Pogung Dalangan dan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif di lengkapi dengan data kualitatif dari hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. 4. Celik, M et al (2012) : Smoking Behaviour, Knowledge, Attitudes and Practice Among Healthcare Providers in Kahramanmaras, Turkey. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional dengan subjek penelitian sebanyak 405 HCP (Health Care Providers) yaitu 95 dokter, 150 10
perawat, 90 bidan dan 70 petugas kesehatan). Hasil yang didapatkan adalah HCP menyadari akibat merokok bagi kesehatan seperti kanker paru-paru dan batuk kronis. Selain itu HCP memiliki skor pengetahuan yang lebih rendah terkait akibat merokok bagi ibu hamil dibandingkan bukan perokok. Perbedaannya adalah pada setting, variabel, sampel dan metode penelitian. Peneliti hanya menggunakan satu variabel dengan sampel yang digunakan adalah masyarakat Dusun Pogung Dalangan dan peneliti menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif di lengkapi dengan data kualitatif dari hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. 5. Lin, Yaoh-Shiang et al (2010) : Influence Knowledge and Attitudes on Smoking Habits Among Young Military Conscripts in Taiwan. Penelitian ini menggunakan survei cross sectional dengan sampel 3249 personil militer muda yang telah bekerja lebih dari 1 bulan di militer. Hasil yang didapatkan adalah pengetahuan perokok tentang merokok lebih rendah dan sikap terhadap merokok lebih negatif dibandingkan dengan bukan perokok. Adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap merokok dengan status merokok. Adapun perbedaan dengan peneliti adalah pada setting, variabel, sampel dan metode. Peneliti menggunakan satu variabel yaitu pengetahuan dengan sampel masyarakat Dusun Pogung Dalangan dan menggunakan penelitian deskriptif kuantitatif di lengkapi dengan data kualitatif dari hasil wawancara untuk memperkuat data dari kuesioner. 11