Profil Merokok pada Pelajar di Tiga SMP di Kota Padang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

Gambaran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Siswa SMP Kelas IX Husni Thamrin Medan tentang Bahaya Rokok terhadap Timbulnya Penyakit Paru.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. pembuluh darah, kanker paru-paru, kanker rongga mulut, kanker laring,

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

Hubungan Penyuluhan Bahaya Merokok dengan Pengetahuan dan Sikap Remaja Tentang Bahaya Merokok di SMA Muhammadiyah 7 Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

ANALISIS PERILAKU MEROKOK WARGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT, FAKULTAS KEDOKTERAN DAN FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS HASANUDDIN

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

GAMBARAN PENGETAHUAN BAHAYA MEROKOK TERHADAP KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA MASYARAKAT DI DUSUN NGEBEL, KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN dan pada abad 21 ini, akan ada 1 miliar orang meninggal akibat. penyakit disebabkan rokok (Evy, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

Prosiding Pendidikan Dokter ISSN: X

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

GAMBARAN PERILAKU MEROKOK SISWA LAKI- LAKI SMA DHARMA PANCASILA MEDAN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab gangguan kesehatan dan kematian sebelum waktunya, yang bisa

BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP PENGUNJUNG DI LINGKUNGAN RSUP Dr. KARIADI TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. Pendahuluan FAKTOR KONTROL PERILAKU MEROKOK PADA ANAK SEKOLAH DASAR

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara yang perlu dididik untuk menjadi manusia yang berkualitas. Remaja nantinya diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PELAJAR DI SALAH SATU SMA DI BANJARMASIN MENGENAI MASALAH MEROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

SEBAGAI PEROKOK. Oleh: ARSWINI PERIYASAMY

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP TENTANG BAHAYA MEROKOK DENGAN TINDAKAN MEROKOK REMAJA DI PASAR BERSEHATI KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

INDONESIAN YOUTH AND CIGARETTE SMOKING

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

BAB I PENDAHULUAN. dari TCSC (Tobacco Control Support Center) IAKMI (Ikatan Ahli. penyakit tidak menular antara lain kebiasaan merokok.

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU MENGENAI KEBIASAAN MEROKOK PADA SISWA-SISWI KELAS 4-6 SDN X DI KOTA BANDUNG,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi tembakau tertinggi di dunia setelah RRC, Amerika Serikat, Rusia

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

PERILAKU TENTANG ROKOK DARI SISWA SMA NEGERI I MANADO

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

HUBUNGAN ANTARA IKLAN ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA (Studi Kasus di SMA Negeri 4 Semarang) ARTIKEL ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi mulai dari usia remaja hingga orang tua baik laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

Gambaran Pemahaman, Persepsi, dan Penggunaan Rokok Elektrik pada Siswa SMA di Kota Denpasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK SISWA SMP NEGERI X DI KOTA BOGOR TAHUN 2014

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

Transkripsi:

973 Artikel Penelitian Profil Merokok pada Pelajar di Tiga SMP di Kota Padang Yessy S Sabri, Oea Khairsyaf, Ricky Awal Abstrak Merokok merupakan kontributor utama kematian. Jumlah perokok semakin meningkat di seluruh dunia dan sebagian besar berada dinegara berkembang, termasuk Indonesia. Sebagai negara dengan perokok terbanyak ketiga di dunia, prevalensi perokok remaja di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Dengan menggunakan kuesioner Global Youth Tobacco Survey, kami meneliti profil merokok pada pelajar di tida SMP di kota Padang. Desain peneitian adalah crossectional. Data diperoleh dari kuesioner Global Youth Tobacco Survey, berbahasa Indonesia. Didapatkan sampel 240 murid dari 3 SMP dipilih secara acak di Kota Padang. Hasil : 27,7% murid pernah merokok, dan semuanya adalah laki-laki. 29% mencoba rokok pada usia kurang dari 10 tahun. 37% murid masih merokok sampai sekarang, 46% diantaranya sudah ketagihan rokok. Sebanyak 77,1% murid yang pernah merokok mempunyai orang tua perokok. Sebagian besar dari total sampel terpapar asap rokok lingkungan baik di rumah dan di tempat-tempat umum. Kesimpulan: Lebih dari seperempat pelajar di tiga SMP di kota Padang pernah merokok dan semuanya lakilaki, dan mencoba merokok pada usia kurang dari 10 tahun. Hampir seperlima sudah ketagihan merokok. Kata kunci: Pelajar, Merokok, Global Youth Tobacco Survey Abstract Smoking is the mayor contibutor of death, and the number of smoker is growing overworld. More of them live in the developing country, including Indonesia. As the third of most smoker number, the teenager smoker prevalence in Indonesia is increase over year. By using Indonesian language adapted of Global Youth Tobacco Survey quessionaires, we researched smoking teenager behaviour and realted factors at Junior High School of Padang. Design of study is crossectional, datas collected from 240 students of three randomized selected Junior High School, by Global Youth Tobacco Survey quessionaires that has adapted to Indonesian language. Results : 27,7% of students reported that they ever smoked cigarettes, and all of them are boys, 29% started to smoke before 10 years old. 37% of ever smoked students are still smoking untill now. 46% are addicted to smoke. 71,7% has smoking parents. Over 6 in 10 students exposed to smoke from others either at home and in public places. Keywords: Students, Smoking, Global Youth Tobacco Survey Affiliasi penulis : Bagian Paru Fakultas Kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang Korespondensi : Yessy S Sabri, E-mail: yessysabri@yahoo.com, Telp: 081266418341 PENDAHULUAN Merokok merupakan kontributor utama penyebab kematian. Menurut WHO jumlah perokok di seluruh dunia adalah sekitar 1,3 milyar dan terdapat sekitar 5 juta kematian pertahun akibat merokok, serta iperkirakan akan meningkat hingga 10 juta kematian pada tahun 2020. 1 Jumlah perokok di Indonesia adalah 4,8 persen dari jumlah perokok di seluruh dunia, ke tiga terbanyak setelah China dan India. 2 Prevalensi perokok tahun 2001 terdapat sebanyak 31,5% perokok, meningkat menjadi 35,4% pada tahun 2005. Prevalensi perokok pada remaja pada tahun 1995 perokok remaja adalah 7,15% pada tahun 2007 sebesar 18,8% dan meningkat pada tahun 2010 menjadi 26,6%. 3 Pada tahun 1998, WHO merancang suatu program survey kontrol dan monitoring pemakaian tembakau (GTSS, Global Tobacco Surveillance System). Global Tobacco Surveillance System ini terdiri dari 4 survey, yaitu ; Global Youth Tobacco

974 Survey (GYTS), Global School Personnel Tobacco Survey, Global Health Proffesions Students Survey, dan Global Adult Tobacco Survey 1. Program ini dilaksanakan di hampir seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Kehidupan remaja yang dimulai pada usia sekolah menegah sangat mudah untuk terpengaruh terhadap hal-hal yang bersifat pencarian jati diri dan gaya, dalam hal ini termasuk kebiasaan merokok. Semakin muda seseorang mulai merokok, semakin besar kemungkinan mereka untuk terus merokok, dan semakin besar juga resiko yang akan dialaminya. 3 Untuk mengetahui profil merokok pada remaja di Padang, maka peneliti tertarik untuk melakukan survey tentang merokok pada pelajar SMP di kota Padang, dengan menggunakan Kuesioner Global Youth Tobacco Survey. METODE Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan merokok pada pelajar di tiga SMP di kota Padang. Desain penelitian ini adalah Crossectional. Penelitian dulkukan pada bulan september higga november 2012, dengan instrumen berupa Kuesioner Global Youth Tobacco Survey berbahasa Indonesia. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi dari penelitian ini adalah seluruh SMP dan setingkat SMP di kota Padang. Sampel penelitian berasal dari sekolah yang dipilih dengan prosedur simple random sampling. Kelas pada sekolah yang terpilih dipilih lagi secara stratified random sampling. Sampel akhir adalah seluruh siswa yang hadir pada hari pengisian kuesioner di setiap tingkat kelas yang terpilih. Kriteria inklusi adalah seluruh pelajar yang hadir di kelas terpilih pada hari pengisian kuesioner. Responden diekskusikan bila tidak mengisi kuesioner dengan lengkap, dan tidak konsisten. HASIL Di kota Padang terdapat 106 Sekolah Menengah Pertama dan setingkatnya. Dengan prosedur randomisasi terpilih 3 sekolah, yaitu SMPN A dan SMPN B dan SMPN C. Dengan metode stratified random sampling, pada masing-masing sekolah terpilih satu kelas di setiap tingkatnya. Jumlah akhir sampel adalah 240 orang dengan 122 orang laki-laki dan 118 orang perempuan. Tabel 1. Distribusi pelajar yang mengisi kuesioner GYTS pada pada tiga SMP sampel Responden Kelas SMP A SMP B SMP C Jumlah I 32 25 25 72 II 30 25 22 77 III 33 25 23 81 Jumlah 95 75 70 240 Tabel 2. Jumlah responden laki-laki dan perempuan pada tiga SMP sampel. Jenis Kelamin Sekolah Laki-laki Perempuan SMPN A 49 46 SMPN B 36 39 SMPN C 37 33 Jumlah 122 118 Dari 240 orang, pelajar yang pernah merokok adalah sebanyak 64 orang (27,7%). Bila dibandingkan degan jumlah keseluruhan laki-laki, terdapat 52,5% yang pernah merokok. 150 118 100 64 58 50 0 0 Laki-laki % Perempuan (n) % Pernah merokok Tidak merokok Grafik 1. Persentase pelajar di tiga SMP ditinjau dari yang pernah merokok dan tidak merokok.

975 Tabel 4. Profil merokok pada perlajar di tiga SMP di Padang Karakteristik Pelajar n % Masih merokok (n= 64) 24 37 Usia mulai merokok (n=64) < 7thn 8 13 8-9 thn 10 16 10-12 thn 22 34 12-13 thn 20 31 14-15 thn 4 6 Ketagihan merokok (n=24) 4 17 Ingin berhenti merokok (n=24) Ya 15 63 Tidak 9 37 Seconhandsmoker (n=240) Di rumah 151 63 Di lingkungan 162 67 Sikap terhadap larangan merokok (n=240) Setuju 220 92 Tidak setuju 40 8 Aksesibilitas terhadap rokok (n=24) Ditolak saat membeli rokok 5 21 Tidak ditolak saat membeli rokok 19 79 Ditawarkan rokok promosi Ya 19 8 Tidak 221 92 DISKUSI Terdapat 104 Sekolah Menengah Pertama dan setingkatnya di kota Padang, dan di[ilih 3 SMP sebagai sampel. Dari 3 sekolah tersebut dipilih masing-masing 1 kelas pada setiap tingkat, sehingga didapatkan 9 kelas. Seluruh pelajar yang hadir dikelas yang terpilih pada hari tersebut menjadi sampel penelitian. Pada penelitian ini didapatkan 240 orang sampel, yang terdiri dari 122 orang laki-laki da 118 orang perempuan. Cara pemilihan ini sudah sesuai dengan prosudur standar pengambilan sampel Global Youth Tobacco Survey, dimana pemilihan sekolah dilakukan secara random, dan pemilihan kelas dengan random bertingkat (stratified random sampling). Terdapat 27,7% responden yang pernah mencoba rokok dan semuanya adalah laki-laki, dan bila dibandingkan dari keseluruhan responden lakilaki, 52,5% pernah mencoba rokok. Hasil ini sedikit berbeda dengan laporan Tjandra Y pada GYTS Indonesia 2006 dimana ditemukan 37,3% pelajar yang pernah mencoba rokok dan 61,3% pada laki laki. Dari 64 orang pelajar laki-laki yang pernah mencoba rokok, 24 orang diantaranya (37%) masih merokok sampai sekarang. Ini lebih tinggi daripada yang ditemukan Tjandra Y, yaitu sebanyak 24,5% dan lebih tinggi dari laporan Global Youth Tobacco Survailance 2007 dalam Mortality and Morbidity Weekly Report (GYTS 2007-MMWR) yaitu sebanyak 30%, dan juga lebih tinggi daripada GYTS India 2006 yaitu sebesar 14,2%. 1,4,5 Pernah merokok diidentifikasi dari jawaban pernah mencoba menghisap rokok walaupun hanya 1 atau 2 hisap. Dari semua pelajar yang merokok tersebut, 18 orang (28,1%) mulai merokok pada usia kurang dari 10 tahun, dan mirip dengan yang dilaporkan oleh Tjandra Y, yaitu sebanyak 30,9. Hasil yang ditemukan ini memperlihatkan bahwa ada kecenderungan pertambahan jumlah pelajar yang merokok seiring dengan pertambahan tahun. 4 Dari 24 orang pelajar yang masih merokok sampai sekarang, terdapat 4 orang (17%) yang ketagihan merokok. Hasil ini lebih tinggi dari laporan Tjandra Y, yaitu sebesar 3,5%. 4 Efek kecanduan ini diakibatkan oleh nikotin. Nikotin dalam dosis rendah merupakan suatu zat psikoaktif (bersifat stimulan). Sebatang rokok biasanya berisi sekitar 10 mg nikotin. Segera setelah nikotin dihisap di paru, darah akan membawa nya ke otak dalam waktu kurang dari 7 detik, dan segera merangsang pelepasan beberapa mediator kimia seperti asetilkolin, epinefrin dan norepinefrin, vasopresin dan dopamin. 6 Dari 240 pelajar, terdapat 151 orang pelajar (63%) yang terpapar asap rokok di dalam rumah. Hasil ini hampir sama dengan temuan Tjandra Y, yaitu 64,2%. Di Thailand, angka ini sedikit lebih tinggi, yaitu 69,2%, sedangkan di Philipina lebih rendah, yatu 57,9%. 7 Dari semua survey diatas, lebih dari separuh pelajar menjadi perokok pasif di dalam rumahnya sendiri. Ini berkaitan langsung dengan fakta bahwa pada penelitian ini ditemukan sebagian besar (71,7%) dari pelajar tersebut mempunyai orang tua yang

976 perokok. Pada suatu peneltian di Turki didapatkan odds ratio orang tua yang merokok terhadap anak yang merokok adalah sebesar 1,5. 8 Seratus enam puluh dua orang pelajar (67,5%), terpapar asap rokok saat berada di luar rumah (lingkungan). GYTS Philipina 2007, juga mendapatkan hasil yang hampir sama, yaitu 67,9%. Paparan terhadap asap rokok di lingkungan pada GYTS Thailand 2005 ditemukan 82,3% pada pelajar yang merokok dan 64,9% pelajar yan tidak merokok. 8 Data-data diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pelajar menjadi perokok pasif akibat dari orang-orang yang merokok di sekitar mereka di tempat terbuka. Dari 240 orang pelajar, 220 orang (92%) setuju dengan larangan merokok di tempat umum, dan ini lebih tinggi daripada yang didapatkan pada GYTS Indonesia 2006 yaitu 88,2%. Orang-orang yang merokok di tempat umum menyebabkan orang lain disekitarnya dipaksa untuk menjadi perokok pasif. Tingginya angka ini disebabkan masih belum luasnya larangan merokok di tempat umum di Indonesia. Memang ada di beberapa lokasi dan instansi yang terdapat peringatan dilarang merokok, namun belum banyak. Sudah saatnya larangan merokok di tempat umum dijadikan regulasi di Indonesia. Dari 24 orang pelajar yang masih merokok hingga saat ini, 19 orang (79%) tidak ditolak oleh penjual saat membeli rokok, lebih tinggi daripada hasil pada GYTS Indonesia 2006 yaitu 73,2%, dan GYTS 2007-MMWR yaitu 70,5%. 1,4 Tidak adanya aturan yang terkait umur untuk membeli rokok mempermudah aksesibilitas rokok pada pelajar. Disamping itu, tempat menjual rokok bahkan sangat mudah dijumpai di warung-warung di pinggir jalan sampai ke pedagang asongan (penjaja rokok). Dari 240 orang pelajar, 19 orang (8%) pernah ditawarkan rokok pada saat promosi rokok. Hasil ini mirip dengan yang didapatkan pada GYTS Philipina 2007 dimana terdapat 8,5% dan di Pasifik Barat 8% pelajar ditawarkan rokok oleh sales rokok pada saat promosi. 1,7 Bila dibandingkan dengan hasil GYTS Indonesia 2007, persentase pelajar yang diberikan rokok secara cuma-cuma oleh petugas pada acara promosi rokok adalah sebesar 14,4%. 4 Data yang didapatkan Survey GYTS di Afrika jumlah ini adalah sekitar 10%. Dalam laporan peneltian Nevbrahar E, dalam European Journal of Public Health, Odds Ratio promo rokok terhadap status merokok pelajar di Turki adalah sebesar 2,56. 9 Promo perusahaan rokok yang melibatkan pelajar merupakan faktor resiko yang sangat kritis yang dapat merobah seseorang dari tidak perokok menjadi perokok. 10 KESIMPULAN Ditemukan lebih dari seperempat pelajar di tiga SMP di kota Padang pernah merokok dan semuanya laki-laki. Lebih dari seperempat dari mereka mencoba rokok pada usia kurang dari 10 tahun. Hampir seperlima dari yang masih merokok sudah ketagihan merokok. Sebagian besar dari orang tua mereka adalah perokok, dan lebih dari setengah mereka ini menjadi perokok pasif dirumahnya sendiri maupun di lingkungan luar. Besarnya jumlah pelajar yang merokok di Indonesia dan semakin mudanya usia mulai merokok merupakan kondisi yang serius terhadap perkembangan generasi yang akan datang, termasuk dalam masalah kesehatan. Ancaman semakin besar dengan banyaknya pelajar ayang terpapar asap rokok baik di dalam rumah maupun di lingkungan. Aksesibilitas yang longgar terhadap rokok memudahkan pelajar untuk menjadi seorang perokok. Perlu intervensi yang cepat untuk permasalahan ini mulai dari lini rumah tangga, sekolah dan institusi kesehatan. Tentunya juga perlu disikapi dengan oleh pemerintah dengan menyegerakan pembahasan regulasi tentang rokok, untuk melindungi pelajar khususnya, dan masyarakat secara luas. KEPUSTAKAAN 1. Global Youth Tobacco Survailance. Morbidity and Mortality Weekly Report. Departement of Health and Human Services Centre of Health Control and Prevention. 2008; Vol.57: SS1. 2. Jumlah Perokok Indonesia Terbanyak Ketiga di Dunia. Diakses dari http://www.menkokesra.go.id/content/jumlahperokok-indonesia-terbanyak-ketiga-di-dunia.

977 Oktober 2012. 3. Berhenti Merokok. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. 4. Aditama, Tjandra Yoga. Global Youth Tobacco Survey Indonesia. 2006. 5. Sinha, D N. Tobacco Control in Schools in India. India Global Youth Tobacco Survey & Global School Personnel Survey. 2006. 6. Baker Richard R, Bishop Louise J. The pyrolisis of tobacco ingredients. Journal of Analitical and Applied Pyrolisis. 2004; Vol.71 : 223-311. 7. Youth Tobacco Use in The Philipines. Global Youth Tobacco Survey Philipines, The Final Report. 2007. 8. McKnight Eily Lela,. Prevalence and Psychosocial Correllates of Current Smoking Among Adolescent Students in Thailand. Health and Education Behavior. SAGE Publication 2005; 37(6): 863-78. 9. Ertas Nebrahar. Factors associated with stages of cigarette smoking among turkish youth. European Journal of Public Health. 2006; Vol.17 : 155-61. 10. Crofton John, Simpson David. Tembakau Ancaman Global. PT Elex Media Komputindo. 2002.