BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran dalam fungsinya sebagai kitab referensi sains memang tidak

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran dalam fungsinya sebagai kitab referensi sains memang tidak

BAB I PENDAHULUAN. seimbang. Demikian juga tubuh manusia yang diciptakan dalam keadaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, dimana para pengguna teknologi sudah mampu menggunakan semua

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahan pangan mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh bakteri

BAB I PENDAHULUAN. biasanya berkaitan erat dengan budaya masyarakat setempat. Pangan lokal

BAB I PENDAHULUAN. dewasa ini cukup pesat, terutama di kawasan pusat industri Bangil. Hampir setiap

BAB I PENDAHULUAN. lemak oleh manusia, akhir-akhir ini tidak dapat dikendalikan. Hal ini bisa

BAB I PENDAHULUAN. kimia, kini penggunaan obat-obatan herbal sangat populer dikalangan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa penelitian menyatakan bahwa malaria merupakan salah satu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Suhu Penyimpanan terhadap Viabilitas Benih Tembakau

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat

BAB I PENDAHULUAN. daya alam di antaranya sumber daya alam hayati. Kondisi alamindonesia yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan-bahan kimia seperti pestisida, herbisida dan pupuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al Qur an telah disebutkan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

BAB I PENDAHULUAN. Bahan-bahan dari alam tersebut dapat berupa komponen-komponen biotik seperti

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai obat antihipertensi (Palu et al., 2008). Senyawa aktif yang

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Al-Qur an telah di tuliskan ayat-ayat yang menjelaskan tentang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di daerah tropik merupakan sumber biodiversitas

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan segala sesuatu yang ada di bumi ini tidak dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB III METODE PENELITIAN

SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu tanda kebesarannya. Diantara tanda-tanda kebesaran Allah adalah

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan lingkungan yang ada pada saat ini. Dalam kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit kronis yang. mengakibatkan gangguan pada metabolisme. Hasil penelitian Sam (2007)

BAB I PENDAHULUAN. etnobotani. Keanekaragaman hayati atau biodiversitas menunjukkan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman bawang merah merupakan salah satu komoditas rempah-rempah

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan dalam firman-nya dalam surat al-baqarah ayat 168 sebagai berikut:

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

BAB I PENDAHULUAN. makhluk yang lain. Tubuhnya tersusun sedemikian rupa sehingga dapat

SKRIPSI. Oleh: LAILIL MUFARRICHAH ( )

BAB I PENDAHULUAN. Dilihat dari berbagai macam segi kehidupan, kesehatan merupakan harta terindah bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi saluran napas disusul oleh infeksi saluran cerna. 1. Menurut World Health Organization (WHO) 2014, demam tifoid

BAB I PENDAHULUAN. tidak ramah lingkungan dalam bidang industri (Falch, 1991).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. protektif bagi sistem pencernaan, probiotik juga diketahui memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan perdarahan merupakan keadaan yang disebabkan oleh. kemampuan pembuluh darah, platelet, dan faktor koagulasi pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. harus dijaga sebagai bentuk rasa syukur kepada-nya. sehat dan seimbang. Kebiasaan makan yang berlebih dan tidak seimbang dapat

Prosiding Farmasi ISSN:

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 33 Tahun 2011 Tentang HUKUM PEWARNA MAKANAN DAN MINUMAN DARI SERANGGA COCHINEAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan manfaat bagi kesehatan. Salah satu pangan fungsional yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT berfirman dalam Al-qur an yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. juga disertai dengan kemunduran kemampuan psikis, fisik dan sosial.

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai uji klinis dan di pergunakan untuk pengobatan yang berdasarkan

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Karena dengan memahami ciptaan-nya, keimanan kita akan senantiasa

PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK DISEMBELIH SECARA SYAR I UNTUK BAHAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyerang banyak orang sehingga menimbulkan wabah. Demam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang kaya dengan tumbuhan berkhasiat, sehingga banyak dimanfaatkan dalam bidang

BAB I PENDAHULUAN. air besar) lebih dari biasanya atau tiga kali sehari (World Health

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

Kolesterol selain diperoleh dari makanan, juga diproduksi di hati dari lemak jenuh. Jadi, penurunan kadar kolesterol serum dapat dicapai dengan

Rickettsia typhi Penyebab Typhus Endemik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Pendahuluan Typhoid

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh suhu penyimpanan terhadap viabilitas benih wijen (Sesamum

ISOLASI ACTINOMYCETES DARI LALAT RUMAH (Musca domestica) YANG BERPOTENSI SEBAGAI ANTIBIOTIK TERHADAP BAKTERI Staphyllococcus aureus

BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK. sakit umum terbesar di daerah Pekanbaru, Riau. Rumah Sakit ini berada di Jalan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan adalah penting bagi manusia setelah keimanan. Tanpa

BAB I PENDAHULUAN. Gulma merupakan tumbuhan yang tumbuh pada waktu, tempat dan kondisi

EFEK PEMBERIAN KOMBUCHA COFFEE TERHADAP KANDUNGAN KOLESTEROL DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L) JANTAN YANG DIINDUKSI URIC ACID

BAB I PENDAHULUAN. akan terganggu dan bahkan tidak akan terlaksana sama sekali. Menjaga

BAB 1 PENDAHULUAN. darah disebabkan tubuh tidak dapat melepaskan atau menggunakan insulin secara

Mendidik Anak Menuju Surga. Ust. H. Ahmad Yani, Lc. MA. Tugas Mendidik Generasi Unggulan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

I. PENDAHULUAN. penyakit jantung koroner (Rahayu, 2005). Hiperkolesterolemia adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. tanaman obat di dunia, ± dari 3000 sampai 4000 jenis tumbuhan obat yang

Adab Makan dan Minum. Di unduh dari : Bukupaket.com. Aspek Akhlak

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada usus kecil yang disebabkan oleh kuman Salmonella Typhi.

POTENSI EKSTRAK METANOL CACING TANAH LOKAL MAKASAR PERIONYX EXCAVATUS SEBAGAI ANTIBAKTERI TERHADAP BEBERAPA SPESIES BAKTERI PATOGEN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh Salmonella Typhi yang masih dijumpai secara luas di berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH LAMA DAN SUHU PENYIMPANAN TEPUNG CACING TANAH (Lumbricus rubillus) TERHADAP PENGHAMBATAN PERTUMBUHAN BAKTERI Salmonella typhi SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. benda tajam ataupun tumpul yang bisa juga disebabkan oleh zat kimia, perubahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lemak yang seimbang adalah satu banding satu antara asupan lemak jenuh

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Al-Quran dalam fungsinya sebagai kitab referensi sains memang tidak perlu diragukan. Di dalamnya terdapat banyak makna tersirat mengenai alam ini yang membuat ilmuwan tertarik untuk mengkajinya. Sebagaimana dalam firman Allah surat Ali Imron ayat 191 bahwa Ia menciptakan segala sesuatu di dunia tanpa ada yang sia-sia. Í $ Ζ9$# z>#x tã $oψé)sùy7oψ ysö6ß WξÏÜ t/ #x yδ Mø)n=yz $tβ $uζ /u.. "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan Ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, Maka peliharalah kami dari siksa neraka (Ali imron: 191). Ayat di atas merupakan petunjuk dari Allah bahwa jika Ia menciptakan segala sesuatu di dunia tanpa ada yang sia-sia, bahkan seekor cacing tanah memiliki manfaat tertentu dan manusia diperintahkan untuk berikhtiar menemukan cara pemanfaatannya. Pemanfaatan cacing tanah dalam hal ini dapat dikaitkan dengan hadist Rasulullah SAW yang memerintahkan berobat bagi mereka yang sakit. Sebagaimana sabda beliau: Berobatlah, karena tiada suatu penyakit yang diturunkan Allah kecuali diturunkan pula penangkalnya, selain dari satu penyakit, yaitu ketuaan (H.R Abu Daud dan At-Tirmidzi dari sahabat Nabi Usamah bin Syuraik) (Shihab, 1996). Secara turun temurun masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa mengobati penyakit tipus menggunakan cacing tanah dengan pengolahan yang sederhana, misalnya direbus dan diminum airnya. Selama ini masyarakat sekedar 1

2 percaya bahwa cacing tanah dapat dijadikan obat alternatif penyakit tifus yang relatif terjangkau dan mudah didapatkan. Namun kurangnya pengetahuan mengenai ilmu-ilmu terkait, menjadikan proses pembuatan tepung cacing menjadi kurang terstandar. Sebagai contoh, pembuatan tepung cacing di suatu daerah bagian timur Surabaya yaitu di Sidosermo, dilakukan dengan menyangrai cacing menggunakan penggorengan biasa yang dipanaskan di atas kompor yang tidak ada pengukur suhunya. Padahal zat-zat aktif dalam cacing yang bermanfaat sebagai obat adalah enzim-enzim yang terbentuk dari protein. Salah satu sifat protein adalah rusak pada suhu tinggi. Pengolahan yang menggunakan suhu tinggi tanpa terkontrol dapat mengakibatkan denaturasi protein yang dapat merusak zat aktif sehingga tidak dapat bekerja sebagaimana yang diharapkan. Aktifitas biokimiawi protein tergantung pada struktur dan konformasi molekul protein yang tepat (Poedjiadi dan Supriyanti, 2007). Menurut Purwaningroom (2010), pengolahan tepung cacing secara tradisional bisa distandarkan dengan cara menggunakan oven dengan suhu pengolahan 50 o C, dengan suhu tersebut tepung cacing sudah memiliki pengaruh nyata terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara in vitro. Dari penelitian terdahulu diketahui bahwa jenis tepung cacing antara spesies Lumbricus rubellus dengan Pheretima aspergillum terhadap penghambatan pertumbuhan bakteri Salmonella typhi secara in vitro diketahui hasil yang terbaik dalam penghambatan pertumbuhan bakteri adalah spesies Lumbricus rubellus (Purwaningroom, 2010). Maka perlu diteliti konsentrasi dan lama pemberian yang optimal dengan menggunakan tepung cacing Lumbricus

3 rubellus pengovenan 50 C yang berguna dalam pengobatan penyakit yang disebabkan infeksi bakteri Salmonella typhi secara in vivo. Secara teori, menurut Watkins et. al, (1999), cacing tanah mengandung asam arakidonat, enzim peroksidase, katalase, enzim selulase, dan ligase. Kandungan cacing tanah tersebut berkhasiat, di antaranya: asam arakidonat berkhasiat untuk menurunkan suhu tubuh demam karena infeksi, enzim lumbrokinase berkhasiat membantu mengatasi penyakit tekanan darah, enzim selulase dan lignase berkhasiat membantu proses pencernaan makanan, sedangkan enzim peroksidase dan katalase membantu mengatasi penyakit degeneratif seperti diabetes mellitus, kolesterol tinggi dan reumatik. Manfaat cacing tanah pun telah diteliti beberapa kali. Di antaranya, secara in vivo sebagai analgetik pada mencit (Setiawati, 2001) dan sebagai antipiretik (Sajuthi, 2009). Cacing tanah banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk mengobati penyakit tipus. Penyakit tipus merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi yang merupakan bakteri enteropatogenik dari genus Salmonella yang menyebabkan infeksi yang kemudian menjadi demam tifoid (Supardi, 1999). Penyakit tipus dalam tubuh menginfeksi beberapa jaringan lunak, tulang, saluran pencernaan dan saluran kemih (Okonko, et al, 2010). Akibat adanya komplikasi penyakit tipus, muncullah gangguan pada usus halus yakni mengalami pendarahan usus dan perforasi (Supardi dan Sukamto, 1999) selain itu juga dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal yakni glomerulonefritis (Mufti, 2010). Pendarahan usus dan perforasi yang terjadi pada usus halus disebabkan bakteri yang melakukan adhesi dengan usus halus, kemudian masuk dalam sel

4 4 epitel melalui pembuluh limfe masuk ke peredaran darah sampai ke organ-organ lain terutama hati dan limpa. Basil yang tidak dihancurkan berkembang biak dalam hati dan limpa sehingga organ-organ tersebut akan membesar disertai nyeri pada perabaan. Kemudian basil masuk kembali ke dalam darah dan menyebar ke seluruh tubuh terutama ke dalam kelenjar limfoid usus halus, menimbulkan tukak pada mukosa di atas plaque peyeri. Tukak tersebut dapat mengakibatkan perdarahan dan perforasi usus (Supardi dan Sukamto, 1999). Sedang pada ginjal yang mengalami glomerulonefritis disebabkan oleh bakteri yang telah masuk ke dalam aliran darah yang menyebabkan bakterimia yang kemudian menginfeksi organ ginjal bagian glomerulus (widodo, 2006). Dari pengalaman empiris maupun dari hasil penelitian, diketahui bahwa cacing tanah bermanfaat sebagai antibakteri, akan tetapi sebagai seorang muslim tentunya segala tindakan harus didasarkan kepada tuntunan Al-Quran. Dalam Al- Quran surat Al-Baqarah/2:168 Allah berfirman: Aρß tã öνä3s9 çµ ΡÎ) Ç süø ±9$# ÏN uθäüäz (#θãèî6 Ks? Ÿωuρ $Y7Íh sû Wξ n=ym ÇÚö F{$# Îû $ ϑïβ (#θè=ä. â $ Ζ9$# $yγ ƒr' tƒ î Î7 Β Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; Karena Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu (QS. Al-Baqarah/2: 168). Dari ayat-ayat di atas jelaslah bahwa manusia diharuskan memakan makanan yang halal lagi baik. Sedangkan sebagian besar orang menganggap cacing adalah hewan yang menjijikkan. Maka dari itu, penelitian ini tidak sekedar uji empiris pengaruh pemberian tepung cacing tanah terhadap gambaran histologis

5 usus halus dan ginjal pada tikus putih yang terinfeksi Salmonella typhi, lebih dari itu penyusun mencoba menggali kebijaksanaan hukum Islam dalam memandang pengobatan menggunakan tepung cacing tanah (Lumbricus rubellus) yang berlandaskan penelitian ilmiah secara terintegrasi. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah konsentrasi pemberian tepung cacing mempengaruhi gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi? 2. Apakah lama pemberian tepung cacing mempengaruhi gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi? 3. Apakah interaksi konsentrasi dan lama pemberian tepung cacing mempengaruhi gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui pengaruh konsentrasi pemberian tepung cacing terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi.

6 2. Untuk mengetahui pengaruh lama pemberian tepung cacing terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. 3. Untuk mengetahui pengaruh interaksi konsentrasi dan lama pemberian tepung cacing terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. 1.4 Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Konsentrasi pemberian tepung cacing berpengaruh terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. 2. Lama pemberian tepung cacing berpengaruh terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. 3. Interaksi konsentrasi dan lama pemberian tepung cacing berpengaruh terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) yang terinfeksi bakteri Salmonella typhi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis peneliti ingin memberikan informasi ilmiah tentang efek pemberian tepung cacing terhadap gambaran histologis usus halus dan ginjal

7 tikus putih (Rattus norvegicus) akibat terinfeksi bakteri Salmonella typhi secara in vivo. 2. Secara aplikatif peneliti ingin memberikan informasi bagi masyarakat tentang pengolahan tepung cacing yang sederhana dengan suhu yang terkontrol sehingga menghasilkan tepung cacing dengan kualitas maksimal dan efektif untuk penyembuhan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. 1.6 Batasan Penelitian Dalam melakukan penelitian agar lebih terarah, maka perlu adanya pembatasan permasalahan sebagaimana berikut: 1. Spesies cacing yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lumbricus rubellus, diperoleh dari peternakan cacing tanah di daerah Sidosermo Indah Surabaya. 2. Biakan murni bakteri Salmonella typhi diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang. 3. Hewan coba yang digunakan adalah tikus putih (Rattus norvegicus) Strain Sprague-Dawley jantan umur 2,5 bulan dengan berat badan ± 300 gram. 4. Organ yang diamati adalah usus halus (epitel vili) dan ginjal (glomerulus) tikus putih (Rattus norvegicus). 5. Tepung cacing yang digunakan diadopsi dari kebiasaan yang ada di masyarakat jawa secara tradisional.